Disclaimer :
-Naruto by Masashi Kishimoto
-Shinobi no Ittoki by Troyca DMM Pictures
.
.
.
(Sebelum membaca cerita ini, saya menyarankan kepada para pembaca sekalian untuk menonton anime Shinobi no Ittoki terlebih dahulu secara gratis di Bstation. Bisa dikatakan ceritanya cukup bagus)
.
.
.
Hidupnya telah berakhir. Semuanya yang telah Naruto perjuangkan sudah usai. Melindungi dunia shinobi dari ancaman telah berhasil ia lakukan dengan bayaran nyawanya dan nyawa monster rubah berekor sembilan yang telah menemaninya sejak kecil. Dalam bayangannya, Naruto akan berkumpul bersama keluarga dan sahabatnya di surga.
Namun Tuhan memiliki rencana lain untuk Naruto. Alih-alih masuk surga, ia justru bereinkarnasi ke masa depan. Zaman dimana semuanya telah berubah. Namun satu hal yang sama sekali tak ia duga adalah eksistensi dunia shinobi yang juga telah mengalami perubahan. Bagaimana Naruto sang ninja dari masa lalu harus menjalani kehidupannya sebagai ninja di zaman modern?
.
.
.
"Naruto!"
"Huh? Ada apa Ittoki?"
"Aku ingin menanyakan sesuatu padamu"
"Sesuatu? Apa itu?"
Naruto dalam balutan seragam SMA sedang berjalan bersama pemuda berambut hitam seusianya yang juga berpakaian yang sama.
.
"Apa kau pernah punya pacar?" Tanya Ittoki. Naruto terkekeh dalam hati. 'Lebih dari itu, aku bahkan sudah menikah dan punya dua orang anak,'
"Tidak, memangnya kenapa?,"
"B-bukan apa-apa. A-aku hanya ingin tahu saja" balas Ittoki dengan rona merah di wajahnya.
"Kukira ada apa. Ya sudah" Naruto melanjutkan langkahnya.
"Tunggu dulu, Naruto!"
Naruto menghentikan langkahnya lagi, menatap Ittoki dengan wajah bingung, "Apa lagi?"
"Nanti sore teman-teman yang lain mengajakku untuk karaoke. Bagaimana, kau mau ikut?" ujar Ittoki.
"Maaf ya Ittoki, aku sedang sibuk. Aku harus pergi ke toko untuk membantu Yumika-san. Dan setelah itu aku harus mengikuti kelas bela diri" jawab Naruto
"Ah, benar juga. Aku suka lupa kalau kau bekerja di toko ibuku," Ittoki menggaruk kepalanya. Naruto kembali terkekeh.
"Bukankah kau juga sama? Hari ini kau ada les bukan? Kukira hampir setiap hari kau ada les. Hmm, coba kuingat. Kelas senam, menari, renang, bunga, dan juga judo. Ya ampun, kau tidak akan mendapatkan waktu untuk bersantai jika kau mengikuti les sebanyak itu" ujar Naruto, tak habis pikir terhadap les yang diikuti Ittoki.
"Yah, mau bagaimana lagi. Ini semua keinginan ibuku. Aku tidak bisa menolaknya. Tidak sepertimu yang hanya ikut kelas MMA saja" Ittoki menghela nafas pasrah.
"Hahaha, kau terima sajalah nasibmu," ledek Naruto.
Sampai pada akhirnya muncul sosok gadis bermasker hitam dengan rambut twin tail platinum blonde dengan sedikit percikan merah di bagian kiri menghampiri mereka dari belakang.
"Yosh. Karena pengawal setiamu sudah datang, sepertinya aku bisa pulang duluan sekarang. Sampai jumpa, Ittoki!, Kousetsu-chan!" Naruto beranjak pergi seraya melambaikan tangannya.
"Sampai jumpa juga Naruto! Huh...Kousetsu," Ittoki menghela nafas sembari menatap gadis bermasker itu.
"Apa?"
"Kau mengikutiku hampir setiap hari," Ittoki merasa terganggu.
"Aku hanya mengikuti perintah ibumu dengan mengawasimu untuk memastikan bahwa kau tidak bolos pelajaran. Jadi kau tidak perlu khawatir soal itu," balas Kousetsu datar.
"Sulit bagiku untuk tidak khawatir tahu. Kau terlihat seperti seorang stalker" tunjuknya pada Kousetsu.
"Aku juga tidak mau melakukan ini kalau bukan ibumu yang memintanya" hanya respon datar yang diperlihatkan Kousetsu
"Kenapa kau tidak bilang saja tidak pada ibuku? Lagipula ada Naruto yang menemaniku, tidak sepertimu yang selalu membuntutiku"
"Kalau bukan teman masa kecil, pasti akan kutolak" Kousetsu melanjutkan langkahnya.
"Apakah itu bisa dijadikan sebuah alasan?"
"Huh...berisik" Kousetsu melanjutkan langkahnya, meninggalkan Ittoki di belakang.
"Apa kau bilang? Aku tidak mendengarnya. Coba katakan sekali lagi. Lepaskan dulu maskermu" Ittoki jadi kesal.
"Aku tidak menerima perintah darimu" jawaban Kousetsu kembali membuat Ittoki kesal
"Tcih!"
.
.
.
The Ancient Shinobi
.
.
.
Waktu menunjukkan sinar sore hari. Pertanda sebentar lagi akan memasuki waktu malam.
"Gawat! Aku akan telat mengikuti les!" Ittoki berlari di jalanan komplek, lalu memutuskan untuk mengambil jalan pintas dengan menaiki pagar dan melewati taman bermain.
"Yosh, tinggal sedikit lagi"
BEEP
Baru saja ia melompat turun, Ittoki dikejutkan dengan suara klakson truk dari belakang. Ia terkejut melihat sebuah truk yang oleng kesana-kemari karena kedua ban depannya pecah.
"Uwah!" Truk yang kehilangan keseimbangan itu mengarah padanya. Dengan reflek tubuhnya yang terlatih dalam senam, Ittoki menggunakan tiang listrik di dekatnya sebagai tumpuan lalu melakukan gerakan backflip atau salto belakang melewati truk tersebut.
BRUKK
"Aww...!" Pendaratannya yang tidak sempurna menyebabkan Ittoki meringis kesakitan pada kepalanya. Tapi ia bergegas bangkit untuk melihat kondisi truk yang menabrak tiang listrik tadi.
"Kalian baik-baik saja? Aku akan memanggil ambulans!" Ujarnya.
"Hei, ada apa itu?"
"Ayo cepat kita bantu!"
Warga sekitar yang menonton pun ikut membantu mengevakuasi dua orang di dalam truk tersebut. Di antara kerumunan warga tersebut, ada seorang gadis berseragam SMA yang hanya diam meononton peristiwa itu. Gadis itu memperhatikan Ittoki dengan intens.
.
.
.
Seperti yang dikatakan sebelumnya, sepulang sekolah Naruto harus bekerja di toserba milik ibunya Ittoki. Pekerjaan seperti mengangkut barang ke gudang, membantu pelanggan untuk menemukan barang yang diinginkan, dan lain-lain semuanya ia lakukan.
Kronologi bagaimana Naruto bisa bekerja di toserbanya Yumika berawal dari saat ia hidup di jalanan. Dimana ia harus bertahan hidup dengan mengais sisa makanan dan juga mencuri dengan keahlian ninja-nya karena saat itu Naruto sama sekali tidak punya siapa-siapa. Sampai pada suatu hari Yumika menemukan Naruto tengah berteduh di depan tokonya saat hujan deras. Yumika menawarkan pekerjaan di toserbanya dan juga sebuah kamar apartemen kecil untuk ia tempati. Tidak hanya itu, ia juga disekolahkan di sekolah yang sama dengan Ittoki dan Kousetsu sehingga mereka jadi akrab.
.
"Naruto, ada 30 rak telur yang harus disimpan di gudang,"
"Baiklah, Yumika-san!"
Naruto bersama 3 pegawai toserba yang lain sedang melakukan bongkar muat barang dari mobil kargo yang mengangkut barang-barang seperti daging, telur, buah, sayuran, dan lain-lain.
"Hati-hati Naruto, jangan mengangkat sebanyak itu. Nanti kalau kau jatuh kita bisa rugi" tegur salah satu pegawai toserba dengan rupa seorang pria berambut coklat dengan brewok tipis serta bekas luka di mata kirinya, Kaga Tokisada yang Naruto kenal sebagai pamannya Ittoki, mengingatkannya pada sang guru tercinta, Hatake Kakashi.
"Tidak apa-apa Tokisada-san. Aku sudah terbiasa melakukan ini. Jangan khawatir," balas Naruto dengan senyum khasnya sembari mengangkat 10 rak telur sekaligus ke dalam gudang.
"Naruto benar-benar kuat ya? Aku saja cuma kuat mengangkat 4 saja" ujar seorang pria paruh baya bertubuh tambun yang merupakan manager toko, Moriyama Kozo.
"Dia juga cekatan dan lincah. Kemarin dia membantu 5 pelanggan yang mencari barang-barang berbeda jenis dalam waktu kurang dari 30 detik," sahut seorang wanita berkacamata yang juga adalah pegawai toserba, Tsuge Reiha.
"Dengan kemampuan seperti itu, Naruto harusnya bisa menjadi ninja bukan? Apalagi aku dengar dia juga mengikuti kelas bela diri. Kekuatan fisik, cekatan, dan bela diri. Itu sudah menjadi modal yang bagus untuk menjadi seorang ninja," balas Tokisada, yang sama sekali tidak tahu tentang identitas Naruto yang sebenarnya.
"Hoi Tokisada! Apa maksudnya ini?! Kenapa ada ulat di sayuranku!" Seorang wanita tua tiba-tiba melabrak Tokisada seraya menunjuk-nunjuk sayuran di tangannya.
"Baik"
"Jangan hanya 'baik' saja! Katakan sesuatu!"
"Hah?"
"Jangan hanya 'Hah' saja! Dimana tanggung jawabmu! Apa kau mendengar apa yang kukatakan?!"
"Aku dengar. Kenapa kau tidak menggorengnya saja? Kudengar ulat itu enak loh" jawab Tokisada dengan wajah tanpa dosa.
"Ikut aku!" Kozo tiba-tiba memukul kepalanya dengan buku lalu menyeretnya ke tempat Yumika. "Kami minta maaf, kami akan mengganti sayurannya" Reiha meminta maaf pada pelanggan yang komplain tadi.
.
.
.
"Kozo, memukul kepala orang dengan benda itu berbahaya." Tokisada diperlakukan bak tersangka.
"Ada apa ini Tokisada, Kozo?" Tanya Yumika.
"Dia menjawab keluhan pelanggan tetap kita dengan kata-kata yang kurang sopan" ujar Kozo.
"Hahhh...dia selalu mengeluh tentang ini-itu, bahkan terhadap hal-hal kecil sekalipun," balas Tokisada, menghela nafas.
"Aku tahu itu, tapi tetap saja kau tidak boleh mengatakan itu pada pelanggan. Apalagi pelanggan tetap kita," tegur Kozo.
"Terserah kau saja" Tokisada membuang muka.
"Sudahlah kalian berdua. Kozo, kau kembalilah ke depan, beritahu Naruto untuk melayani pelanggan. Tokisada, jemput Ittoki dari lesnya" titah Yumika.
"Saya mengerti / Baiklah," balas mereka berdua.
.
"Naruto, Tenchou menyuruhmu untuk melayani pelanggan di depan" ucap Kozo.
"Eh? Bukankah ini gilirannya Tokisada-san?" Naruto bingung.
"Hahh, dia sama sekali tidak pandai dalam melayani pelanggan."
"Baiklah. Aku akan melakukannya setelah memasukkan rak-rak telur ini," Naruto mengangkut 10 rak telur terakhir, kemudian berpapasan dengan Tokisada yang melangkah keluar toko. "Hm? Tokisada-san mau kemana?"
"Aku disuruh untuk menjemput Ittoki pulang dari lesnya," balasnya.
"Ah, begitu ya. Kalau begitu tolong sampaikan salamku padanya ya!"
"Baiklah. Aku pergi dulu, sampai jumpa"
.
.
.
The Ancient Shinobi
.
.
.
Hari esok pun berjalan seperti biasanya. Naruto berangkat sekolah, setelah itu bekerja di toserba, dan terakhir ikut latihan bela diri. Tapi sebelum ia melakukan itu, ia harus berurusan dengan Ittoki yang ingin membicarakan sesuatu dengannya.
"Jadi, ada apa Ittoki?" Tanya Naruto, membuka percakapan.
"Naruto, kau pasti tidak akan percaya ini. Aku menemukan surat cinta di lokerku! Katanya ia ingin bertemu denganku di halaman belakang sepulang sekolah nanti!" Balas Ittoki dengan girang.
"Benarkah? Itu artinya, selama ini kau punya pengagum rahasia," balas Naruto yang juga ikut senang atas Ittoki.
"Akhirnya, setelah sekian lama aku bisa memiliki kekasih! Wah, aku sudah menunggu saat-saat ini!"
"Jadi ini sebabnya kau menanyakan soal kekasih padaku kemarin. Baiklah, tunggu apalagi? Kau temui dia, aku tunggu kabar baiknya," Naruto menyemangati sahabatnya itu.
"Terima kasih Naruto!"
"Heh, itu bukan apa-apa. Tidak perlu berterima kasih"
.
.
.
Dan benar saja, Ittoki benar-benar menemui pengagum rahasia yang telah menyimpan surat cinta di lokernya. Sosok pengagum rahasia itu berupa gadis cantik berambut magenta panjang dengan dua sanggul di sisi kiri dan kanan, serta memiliki mata berwarna magenta yang juga tak kalah indahnya.
"Namaku...Tsubaki Satomi" gadis manis itu memperkenalkan diri.
"Sakuraba Ittoki," Ittoki pun mengucapkan hal serupa.
"Aku tahu kok" balas Satomi seraya tersenyum, membuat Ittoki jadi nervous.
"Be-benarkah? A-anu...Tsubaki-san, anak kelas dua ya?" Ittoki mencoba mengalihkan topik pembicaraan.
"Iya. Aku sudah memperhatikan Sakuraba-senpai dari dahulu,"
"Y-ya"
"Saat acara sekolah, kamu melakukan hal menarik dengan teman-temanmu. Kamu seperti pemimpin bagi mereka" Tsubaki melontarkan puji-pujian, membuat Ittoki kembali merasa nervous.
"T-tidak-tidak, saat itu aku hanya diganggu saja" Ittoki merendah.
"Aku dengar, kamu juga sangat pintar,"
"T-tidak-tidak, i-itu-"
"Kemarin, aku juga melihatmu menghindari truk itu. Itu benar-benar keren"
"Tidak-tidak... itu hanya-"
"Sakuraba-senpai!"
"Ya!" Perasaan nervous semakin menggerogoti Ittoki, dia tidak tahu jawaban macam apa yang harus ia katakan untuk merespon setiap ucapan Satomi.
"Maukah kamu...berkencan denganku?"
Satu kalimat, dua kata, namun sejuta makna yang keluar dari mulut Satomi membuat Ittoki melayang. Naruto yang memandang dari jauh cuma bisa terkekeh.
"Hahaha, persis sepertiku dan Hinata dahulu. Apapun itu, kudoakan yang terbaik untukmu, Ittoki,"
.
.
.
Hari kembali berganti. Hari minggu adalah hari yang ditetapkan oleh Ittoki dan Satomi untuk berkencan. Tokisada dengan senang hati mengantarnya ke stasiun untuk bertemu dengan Satomi.
"Terima kasih, Ojii-san!" Ujar Ittoki seraya keluar dari mobil. Tokisada hanya merespon dengan senyuman dibalik rokok pada mulutnya.
"Dia benar-benar terlihat bahagia, bukankah begitu Tokisada-san?" Tanya Naruto, yang juga ikut di dalam mobil.
"Yah, namanya juga anak muda. Bagaimana denganmu sendiri, Naruto? Apakah kau sudah punya kekasih?" Tokisada bertanya balik.
"Hm, bagaimana ya? Sejujurnya aku belum memikirkan sampai kesitu. Saat ini aku hanya berfokus untuk membalas kebaikan Yumika-san yang sudah menyelamatkanku dan memberiku kehidupan seperti sekarang ini," balas Naruto.
"Hahaha, kau ini. Usiamu sama seperti Ittoki, tapi pemikiranmu seperti orang yang sudah berpengalaman dalam hidup. Menarik sekali" Tokisada memuji.
'Tentu saja. Pahit dan manis, hidup dan mati. Semuanya sudah pernah kualami' batinnya.
"Kehidupan seseorang dipengaruhi oleh lingkungan tempat ia dibesarkan. Aku yang besar di jalanan sudah pasti merasakannya, Tokisada-san"
"Hmm, benar juga. Ah iya, aku hampir lupa. Aku harus mengantarmu ke kelas bela diri"
"Astaga, aku juga hampir lupa. Ayo, Tokisada-san"
"Baiklah, kencangkan sabuk pengamanmu. Kita akan ngebut"
.
.
.
The Ancient Shinobi
.
.
.
"Tsubaki-san! Maaf, aku telat" Ittoki menghampiri kekasih barunya yang terlihat sedang menunggu di depan stasiun.
"Tidak apa-apa. Aku juga baru sampai kok" balas Satomi.
"Umm, kita mau kemana? Ah, maaf. Aku belum terbiasa dengan ini" perasaan gugup kembali menghampirinya.
"Ano. Kalau kamu tidak keberatan, mau datang ke rumahku?"
"Hah?!"
Lagi-lagi perkataan Satomi membuat Ittoki terkejut tiada henti. Kemarin dia mengajaknya berkencan, sekarang dia mengundangnya datang ke rumahnya.
.
.
.
Dan di sinilah Ittoki sekarang. Di kediaman milik Satomi yang terletak di sebuah komplek perumahan yang berjejer. Dengan perasaan gugup yang senantiasa menyelimutinya, ia cuma duduk diam di ranjang kamar Satomi yang didominasi oleh warna pink.
'I-ini sungguhan?!' Jeritnya dalam hati, seraya melihat seisi kamar kekasih barunya.
"Ini kamar wanita" gumamnya dengan pernyataan yang valid.
"Senpai, teh saja tidak apa-apa kan?" Satomi tiba-tiba masuk membawa nampan berisi dua gelas teh.
"Y-ya! Tidak masalah!" Ittoki lagi-lagi terkejut.
Suasana awkward tercipta di antara keduanya. Baik Ittoki dan Satomi cuma duduk diam. Sampai akhirnya Ittoki memberanikan diri untuk kembali membuka konversasi.
"Ah, Eto...habis ini kita mau apa? Umm... menonton TV? Umm...main batu-gunting-kertas?"
Tak menjawab apapun, Satomi bangkit dari duduknya. Hal itu kembali menimbulkan tanda tanya bagi Ittoki.
"Ano...Tsubaki-san?"
SRET
Ittoki mendapatkan jawabannya setelah Satomi tiba-tiba melepas pakaiannya dan memperlihatkan pakaian dalamnya. Ia bisa melihat jelas lekukan indah dari tubuh Satomi yang mirip seperti model kelas atas.
"Apa?!" Tak seperti yang dibayangkan, kencannya malah dipenuhi dengan keterkejutan.
"Sakuraba-senpai" Satomi menunjukkan wajah malu-malu seperti menahan sesuatu.
"A-apa ini nyata?! Ma-maksudku...ce-cepat pakai bajumu!" Sontak Ittoki menutup wajahnya dengan kedua tangan, namun ia tetap mengintip dibalik sela-sela jarinya.
"Senpai..." Satomi menghampiri Ittoki lalu menindih dan menyandarkan kepalanya di dada.
"Y-ya?"
"Apa...tidak boleh?" Ucap Satomi, dengan suara lirih yang mengundang hasrat.
"Apanya...yang tidak boleh?" Suasana sekarang dengan otaknya belum sinkron. Ittoki seperti orang linglung.
"Aku menyukaimu...senpai" Satomi mendekatkan wajahnya, berniat untuk mencium Ittoki yang terlihat menahan nafas menunggu bibirnya bersentuhan dengan bibir kekasihnya itu.
.
"Maaf! Aku belum sama sekali siap untuk ini! Kita baru saja bertemu kemarin. Bukankah seharusnya kita bisa melakukan banyak hal lain terlebih dahulu? Ah, benar juga. Ini cuma sebuah prank bukan? Pasti ada yang bersembunyi di sekitar sini. Baiklah, selamat kamu kena prank!" Ittoki mengintip di bawah ranjang untuk memastikan. Namun yang ia lihat adalah sepasang mata merah menyala.
"Uwah!"
SLASH
Baru saja ia terkejut, pipinya tiba-tiba mengeluarkan darah segar akibat terkena goresan dari sebuah kunai di tangan Satomi.
"Kau punya intuisi yang baik rupanya" ujar Satomi dengan nada angkuh, disertai dengan munculnya 3 orang berpakaian hitam layaknya Ninja.
"Tsubaki-san...a-ada apa ini? Apakah ini juga prank?" Ittoki ketakutan seraya mengusap darah yang mengalir di pipinya.
"Sakuraba Ittoki...matilah!" Satomi mengayunkan kunainya.
CRANK
Namun niatnya untuk membunuh Ittoki tertunda setelah jendela kamarnya tiba-tiba pecah akibat lesatan kunai yang menancap di lantai lalu meledakkan asap hitam.
Setelah itu disusul dengan munculnya seseorang berpakaian hitam seperti 3 orang yang bersama Satomi tadi. Ittoki bisa mengetahui dengan jelas siapa orang tersebut melalui matanya.
"Kousetsu?!"
"Pergilah! Cepat keluar!" Kousetsu melemparnya keluar jendela sembari bertarung melawan Satomi dan anak buahnya.
"Uaaahhh!" Sebuah matras tiba-tiba muncul dan menjadi tempat pendaratannya. Setelahnya matras itu tiba-tiba membungkus tubuh Ittoki lalu dibawa oleh seseorang ke dalam mobil.
"Apa-apaan ini? Siapapun tolong aku!" Jeritnya, di dalam mobil yang sedang melaju.
"Tenanglah Bocchan!" Terdengar suara seorang wanita yang saat ini menangkup wajahnya.
"Eh? Reiha-san?" Rupanya wanita itu adalah Reiha, pegawai di toserba ibunya.
"Anda baik-baik saja?" Tanya Reiha, untuk memastikan bahwa Ittoki baik-baik saja.
"I-iya"
"Maafkan kami, Bocchan" terlihat Kozo yang juga berpakaian Ninja sedang menyetir mobil.
"Kozo-san juga?" Ittoki semakin bingung.
"Maaf atas kecerobohan kami yang hampir mencelakakanmu," balas Kozo.
"Lalu, bagaimana dengan Kousetsu?"
"Tidak perlu khawatir. Kami akan membawamu ke tempat yang aman. Percayakan saja pada kam-huh?"
BRUMMM
Sebuah mobil jeep tiba-tiba muncul dari pertigaan dan mendahului mereka di belakang.
"Ini diluar rencana. Bocchan, kenakan sabuk pengaman lalu berpeganglah erat-erat!" Reiha dan Ittoki segera menuruti apa yang Kozo katakan.
SSSHHH
Mobil jeep di depan mereka mengeluarkan asap lalu menjatuhkan tumpukan Makibishi sehingga menyebabkan ban mobil mereka hancur dan kehilangan keseimbangan dengan menabrak pembatas jalan dan akhirnya terpelanting. Ittoki sempat pingsan. Sementara Kozo dan Reiha keluar dan bertarung melawan sekelompok Ninja yang keluar dari mobil jeep tadi.
"Bocchan, anda baik-baik saja? Bangunlah! Bocchan!" Suara Reiha membangunkannya.
"Serahkan pada kami. Larilah ke kota di kaki gunung. Kalau bisa pergilah ke tempat yang ramai" tanpa menjawab apapun, Ittoki segera lari dari situ. Meninggalkan Kozo dan Reiha untuk melawan sekelompok Ninja yang berusaha membunuhnya.
.
"Hah...apa...yang...sebenarnya...hah...terjadi?" Ittoki terus berlari sambil bertanya-tanya. Semuanya terjadi begitu saja dan otaknya masih belum bisa mencerna.
.
.
.
The Ancient Shinobi
.
.
.
Hari sudah memasuki waktu malam. Ittoki masih terus berlari di jalanan menuju kota yang sudah di depan mata. Tapi sebelum itu, ia berhenti sejenak untuk mengistirahatkan diri.
"Hah...hah...hah...tempat keramaian...tidak ada keramaian sama sekali. Dimana ini?" nafasnya memburu dengan cepat.
TING
TING
TING
Suasana tiba-tiba berubah menjadi menyeramkan ketika barisan tiang lampu jalanan tiba-tiba padam dengan sendirinya. Pemadaman terus menyebar hingga ke seluruh kota.
"Hey kamu. Apa yang kamu lakukan di tempat seperti ini?" suara seorang pria terdengar dari belakang. Rupanya seorang polisi yang menuntun sepeda.
"Syukurlah, ada pak polisi. Aku baru saja dari rumah teman, lalu diserang oleh tak dikenal dan terlempar dari lantai dua. Kemudian aku diselamatkan oleh kenalanku dan mobilnya terbang. Setelah itu aku disuruh lari dan tempat ini tiba-tiba mati listrik" ia menjelaskan apa yang baru saja ia alami sebelumnya.
"Baik, tenanglah. Tarik nafas dulu" si polisi menganggap Ittoki sedang membual.
"Ini sungguhan!" Ittoki bersikukuh.
"Saat ini listrik di tempat ini dipadamkan sementara waktu karena ada pergantian alat. Kamu tidak tahu?" Ucap si polisi.
"Huh, benarkah? Maaf, aku tidak tahu daerah sini. Tapi syukurlah, setidaknya ada orang-"
SLASH
Pak polisi itu tiba-tiba ambruk usai lehernya digorok dengan kunai oleh seseorang berpakaian Ninja yang ia lihat sebelumnya. Dia bisa melihat tubuh polisi itu bersimbah darah di jalan.
Ittoki kembali terkejut seraya mengambil langkah mundur berniat untuk kabur. Namun di belakangnya sudah ada Ninja yang menunggunya.
BRAKKK
"Aaarghhh!" Ittoki terlempar hingga menabrak tembok usai dipukul oleh Ninja tadi. Ia memasang wajah pasrah melihat sekumpulan Ninja muncul dan mengerubunginya.
.
.
.
"Hmm, sepertinya Tokisada-san sedang sibuk sehingga tidak bisa menjemputku. Mana sedang mati lampu lagi. Tidak apa-apalah. Aku jalan kaki saja. Hitung-hitung sebagai latihan tambahan untuk kakiku,"
Sementara itu Naruto baru saja pulang dari kelas bela diri, menyusuri jalanan yang mengalami pemadaman. Sampai pada akhirnya iris biru safirnya melihat sekelompok Ninja mengerubungi Ittoki yang tergeletak tak sadarkan diri di jalan dengan kondisi mulut dibekap serta tangan dan kaki yang terikat
"Ittoki!" Tanpa basa-basi, Naruto bergerak cepat untuk menyelamatkan sahabatnya.
"Siapa itu?"
"Jangan dipikirkan. Bunuh saja dia!"
3 dari mereka maju untuk menyerang Naruto.
"Sialan! Apa yang kalian lakukan pada Ittoki?!"
BRAKK
Naruto mendaratkan pukulan pada kepala Ninja yang pertama.
BUGHH
Lalu tendangan ke perut Ninja yang kedua
DUAGH
Kemudian sikut ke leher Ninja yang ketiga.
Ia dengan cepat menumbangkan ketiga Ninja itu dengan gerakan Taijutsu-nya. Sekelompok Ninja yang menangkap Ittoki sontak jadi terkejut.
"Siapa dia?"
"Apakah dia Ninja dari Iga?"
"Tapi dia tidak memakai kostum"
"Serang saja secara bersama!"
Seluruh Ninja yang tersisa dari kelompok itu memutuskan untuk menyerbu Naruto. Mantan Hokage ketujuh itu menunjukkan seringai tipis sembari memasang kuda-kuda Taijutsu Goken, Taijutsu yang biasa digunakan oleh monster hijau beralis tebal.
"Majulah!"
BUKKK
DUAGH
BRAKK
Walaupun kalah secara kuantitas, pada akhirnya kualitaslah yang menentukan hasil akhir. Naruto menumbangkan seluruh Ninja itu tanpa ada kesulitan apapun.
"Ittoki! Kau baik-baik saja? Ittoki!" Ittoki terbangun begitu mendengar suara Naruto.
"Na-Naruto?" Ittoki bernafas lega.
"Apa yang telah terjadi? Kenapa orang-orang berpakaian Ninja ini menyerangmu?" Tanya Naruto.
"A-aku juga tidak tah-Naruto! Awas!" Polisi yang bersimbah darah tadi tiba-tiba bangkit dan mengayunkan kunai pada Naruto.
STAB
"Aaarghhh...!" Akan tetapi polisi itu tiba-tiba ambruk dan benar-benar mati setelah ditikam dengan kunai dari belakang. Nampak pelaku penikaman itu adalah seorang pria yang sangat dikenal baik oleh Naruto maupun Ittoki.
"Maaf aku tidak bisa menjemputmu, Naruto. Sebelumnya aku berterima kasih karena sudah menolong Ittoki. Jadi, Ittoki. Bagaimana kencanmu? Kau sudah menciumnya?"
.
"Ojii-san?! / Tokisada-san?" Baik Naruto dan Ittoki sama-sama terkejut.
.
.
.
The Ancient Shinobi
.
To Be Continued
