The King and Hime

.

.

.

.

.

Naruto milik Masashi Kishimoto

.

.

.

.

Chapter 15

Waktu telah menunjukkan 12 tepat. Walau begitu, dia tidak beranjak sedikitpun dari tempat nya semula. Tangan nya meremas kuat kaleng yang sudah habis isinya itu.

Kegelapan malam menyembunyikan raut wajahnya yang sudah bercampur dengan perasaan mabuk setelah menghabiskan 7 kaleng minuman itu.

Klek! Ruangan mendadak menyala terang. Namun tidak membuat nya bergeming. Langkah kaki terdengar dan berjalan mendekati gadis yang masih juga tidak menyadari kehadirannya.

"Apa yang sebenarnya sedang nee-san lakukan?"

Sebuah suara akhirnya mengagetkannya, dia tersadar dan menemukan adik kesayangan nya sedang menatap aneh kelakuannya yang mabuk di tengah malam.

Hinata menunjukkan senyum manis nya, "Ohayo Hanabi-chan"

Hanabi sadar bahwa tidak ada gunanya mengajak berbicara orang mabuk. "Ini tengah malam, nee-san" Walau begitu, gadis yang sudah menginjakkan kaki di bangku SMA itu semakin mendekat dan duduk di depan kakak perempuannya.

"Apa ada sesuatu yang terjadi di pesta itu?"

Hinata menggeleng pelan, walau dia merespon pertanyaan adiknya itu; tatapannya malah terlihat kosong.

"Aku hanya sedang berpikir" Hinata merebahkan kepalanya di meja tersebut yang tentu membuat beberapa kaleng di sisinya berjatuhan.

"Apa yang sedang nee-san pikirkan?"

Hinata menghebuskan nafasnya, lelah. Berpikir berulang kali pun, dia tetap tidak mengerti. Kenapa seseorang selevel Uzumaki Naruto bisa menyukai nya. Bagaimana bisa seseorang yang dia anggap mati-matian sebagai seseorang bocah kecil sama seperti adik kesayangan nya itu mendadak terlihat seperti seorang pria dewasa dan mampu menggoyahkan hatinya.

Atau apakah pemikiran itu hanyalah sebuah pelarian darinya saja. Dia yang ingin mengenyahkan jauh-jauh fakta bahwa memang sudah sejak dari lama laki-laki itu berhasil merebut hatinya.

"Bagaimana aku menemuinya besok?" Racaunya pelan.

"Nee-san?" Hanabi tersenyum melihat sepasang amethyst itu mulai menutup pelan. "Oyasumi, Hinata-nee"

Tepukan tangan menggema di ruangan gelap sesaat setelah presenter mengakhiri presentasi nya. Perlahan tirai yang menghalangi cahaya matahari mulai terbuka otomatis dengan bersamaan satu persatu lampu di ruangan di nyalakan.

Dengan jelas, orang-orang saling menatap teman-teman di sampingnya. Mereka dengan cemas menunggu respon dari seseorang yang duduk di kursi ujung dari meja ini. Seseorang yang sedari tadi tetap diam menatap layar presentasi yang sudah mati.

Sepasang sapphire blue nya tetap berkilat dingin seolah akan menembakkan laser jika ada yang berani menginterupsi nya.

Dia membuka singkat mulutnya lalu kembali mengantupkannya kembali; seolah ragu dengan yang ingin dikatakannya. "Apakah ada yang ingin kau tambahkan lagi, ketua?" Sepasang sapphire blue menatap orang yang bertanggung jawab terhadap proyek mereka kali ini.

"T-tidak ada, Naruto-sama"

Oke mereka berkeringat dingin hanya dengan merasakan aura mencekam yang dikeluarkan anak 19 tahun itu. Apa benar dia baru anak SMA?

"Kalau begitu, rapat hari ini sampai disini saja." Dan dengan itu, dia berdiri diikuti oleh semua orang disana. Mereka segera berbaris rapi di belakang Naruto sesaat setelah keluar dari ruangan rapat. Bagaimanapun tidak mungkin seorang CEO berjalan sendirian.

Tidak jauh, Nagato memperhatikan bagaimana para pria-pria tua disekitar keponakan nya itu mencoba menjilat nya. Walaupun secara hukum, dia lah pemegang tertinggi di perusahaan ini, tetapi yang mengurus semua hal tentang proyek mereka adalah Naruto. "Aku jadi ingin pensiun saja" Dia tidak pernah merasa kesal dengan pandangan orang-orang yang menganggapnya sebagai CEO pajangan saja.

Karena memang itulah yang terjadi, ini semua milik kakak ipar nya, Minato Namikaze. Peran nya disini hanyalah seorang paman yang menyayangi keponakan; Nagato hanya ingin menjaga perusahaan ini hingga kembali pada pemilik aslinya yang masih terlalu muda untuk diakui secara hukum.

"Ketua" Naruto melirik laki-laki yang sedari tadi mengekorinya bersama dengan para pria-pria tua yang menyebalkan. "Setelah ini aku akan berkunjung ke divisi mu. Ada yang ingin aku diskusikan bersama teman-teman tim mu"

"Ha'i, Naruto-sama"

"Baiklah, aku permisi" Naruto berjalan menjauh dari mereka. Kali ini, orang-orang itu tidak berani menganggu dan berhenti mengikuti nya.

"Bocah nakal itu, dia benar-benar tidak memperdulikan kehadiran kita".

"Bagaimana bisa Uzumaki Corp diberikan pada bocah labil seperti itu.".

"Ssstt.. diamlah, kau tidak tau apa yang terjadi pada seseorang yang berani menghinanya di depan umum seperti ini"

"Kau akan dipecat. Karir mu di perusahaan ini akan berakhir"

Naruto melirik disekitar nya, beberapa karyawan segera membungkuk saat dirinya melewati mereka. Walau ada beberapa yang sambil tersenyum genit kepadanya.

"Utakata"

"Ha'i, Naruto-sama?"

Utakata adalah bodyguard yang bertugas menjaga nya. Walau dia tidak diizinkan mengikutinya diluar perusahaan. Terkadang laki-laki tampan itu berubah peran menjadi sekretarisnya. Dia akan melakukan apapun yang diperintahkan Naruto padanya.

"Aku ingin kau menghubungi pelayan. Malam ini aku tidak akan makan dirumah. Ada tempat yang harus aku kunjungi"

"Klan Haruno?"

'Pintar juga' "Ya, aku harus menuntaskan masalah ini hingga ke akarnya."

"Kalau begitu, saya juga ikut."

Naruto menghela napas kasar, "Dengar ya.. mereka nggak mungkin menyakiti ku."

"Naruto-sama, apa anda pernah mendengar pepatah lebih baik mencegah daripada mengobati?"

Naruto berniat menyanggah kembali sebelum Utakata memotong ucapannya, "Lagipula anda adalah orang yang tidak langsung terlibat terhadap kaburnya dua orang itu. Tidak ada yang pernah menebak, reaksi apa yang ditunjukkan keluarga Haruno dan Uchiha kepada anda."

'Benar-benar ucapan yang tidak bisa di bantah' "Baiklah, Utakata. Kau boleh ikut"

Naruto menyerah, ini bukanlah saatnya untuk berdebat. Apalagi ditengah kantor seperti ini. Dia kembali berjalan ke arah divisi yang bertanggung jawab pada pengembangan produk yang akan mereka luncurkan dalam waktu dekat.

Klek! Pintu ruangan terbuka. Semua orang segera menunduk saat mengetahui siapa yang berkunjung ke tempat mereka.

"Naruto-sama"

"Ayo segera berkumpul" Balasnya tegas.

Sementara itu...

"Saya akan mengantarkan anda, Hinata-sama"

Perempuan yang bertugas sebagai resepsionis itu membungkuk pelan di hadapan Hinata.

Gadis itu membalas dengan senyuman canggung. 'Sudah kuduga sangat sulit datang kesini sendirian.'

Dia merasakannya, semua tatapan penuh selidik sesaat kakinya sepenuhnya masuk ke dalam kantor ini. 'Pesta itu, ini pasti karena pesta sialan itu'

Apakah seperti ini perasaannya? Saat keberadaanmu menjadi perhatian khalayak umum.

Kaki gadis itu terus melangkah mengikuti seseorang yang katanya akan mengantarkannya ke tempat Naruto. Lagipula sejak awal, ini adalah kesalahan bocah itu, kenapa tiba-tiba dia mengganti tempat pertemuan. Dia kan jadi harus di antarkan dan menimbulkan keributan seperti ini.

"Silahkan masuk, Hinata-sama" Mereka berhenti di sebuah ruangan.

"Terima kasih" Hinata membungkuk sebentar dan berjalan membuka pintu ruangan bertuliskan 'ruang rapat' tersebut.

Hal pertama yang menjadi perhatiannya adalah seluruh pasang mata yang menatapnya lekat. Seolah menilai kelayakan dirinya untuk berdiri di depan mereka. Dan yang kedua, tentu saja keberadaan orang yang paling mencolok di antara mereka semua. Laki-laki yang duduk di ujung depan dari mereka semua; menatap penuh seringai menyebalkan ke arahnya.

Pertama-tama, "Selamat pagi, Naruto-sama. Maaf saya terlambat" Hinata membungkuk hormat.

"Selamat pagi, hime. Tenang saja, kami juga baru tiba." Hinata yakin sekali semua orang menatap tidak percaya ke arahnya, dia menjadi tidak berani mengangkat kepalanya sekarang.

Naruto tersenyum puas dengan reaksi semua orang. 'Maaf Hinata, tetapi opini publik memang yang terbaik untuk membuatmu menjadi milikku secepatnya'

"Baiklah! Ketua tim" Naruto melirik orang yang duduk di paling dekat dengan nya. "Silahkan mulai presentasi nya."

Sebagai seseorang yang memiliki peranan penting dalam proyek ini, Hinata ikut duduk di dekat laki-laki itu. Untuk sekarang, mari fokus dan nikmati presentasi mereka. 'Abaikan saja tatapan bocah sialan ini'

Semua jendela telah tertutup, lampu terang juga telah di matikan. Walau begitu, semua orang masih merasakan tatapan yang sangat di buat jelas oleh CEO mereka. Bagaimana bisa dia bersandar di belakang kursi dan menaruh perhatian penuh pada gadis yang duduk dengan gelisah di sisi kirinya.

Bahkan ketua tim yang sedang melakukan presentasi; kesulitan untuk tidak membagi perhatiannya pada fenomena langka ini.

'Apa dia benar-benar sedang mengabaikan ku?' Naruto bersedekap, dia melipat kedua tangan di depan dada dan menatap kesal ke arah gadis yang masih sibuk mencatat di buku kecilnya. 'Apa dia datang hanya untuk melaporkan idenya? Dia bahkan tidak melirik ku!?'

"Sekian dari presentasi saya"

Tepukan tangan segera diberikan sesaat setelah presentasi selesai bersamaan dengan cahaya yang kembali menerangi ruangan itu.

'Dia benar-benar datang hanya untuk perusahaannya?' "Cih!"

Tuk! Pulpen Hinata bahkan jatuh saat mendengar decihan kekesalan dari orang disampingnya. Dia melirik takut Naruto yang sekarang berwajah masam menatapnya.

"A-apakah ada yang salah, Naruto-sama?"

Naruto memberikan lirikan tajam sebentar sebelum dia merubah posisinya untuk menatap ke arah layar yang sudah dimatikan. "Aku hanya ingin kau menjawab satu pertanyaan ďariku"

"B-baik"

"Jika mobil pintar ini harus dihadapkan pada sebuah pilihan antara melindungi tuan nya yang ada di dalam atau orang yang harus mati karena kelalaian tuan nya dalam berkendara. Menurut tim kalian, siapa yang akan diselamatkan oleh mobil ini?"

'A-ap..-' Semua orang berkeringat dingin, 'Bukankah itu pertanyaan yang harus di jawab oleh dia sendiri sebagai pencetus ide mobil pintar ini?' Mereka membatin serempak. 'Tim kami kan hanya mengembangkan dibawah arahannya'

"Er.. soal itu..-" Ketua tim jelas meminta bantuan teman-teman nya yang mendadak memalingkan wajah. "B-begini..-"

Naruto berbalik ke arah Hinata, "Hinata Hyuuga-san." Panggilnya.

"Ha'i"

"Bagaimana menurut mu?" Naruto menempatkan kedua tangan nya di atas meja.

'Dia sengaja', entah apa tujuan laki-laki ini tetapi dia jelas ingin menarik perhatian nya dan dirinya;

Hinata tersenyum; dia percaya akan dirinya. Apapun itu, dia akan menerima dan melawan nya balik demi perusahaan nya.

"Faktanya, semua ini bergantung pada pengemudi. Dia ingin melukai atau terluka, semua berada pada keputusan si pengemudi. Akan tetapi, dengan keberadaan mobil ini akan membantu si pengemudi meminimalisir semua kerusakan yang terjadi."

Mereka semua yang ada diruangan itu mengangguk setuju dengan jawaban Hinata. Dan bertepuk tangan kecil untuknya.

Lain hal dengan laki-laki ini, dia hanya tersenyum tipis memandang gadis yang terkekeh malu saat mendadak menjadi perhatian dari semua orang.

"Kalau begitu..-" Seluruh pasang mata kembali ke arah Naruto yang kembali menegakkan badan nya. "Mari kita dengarkan presentasi dari nona Hyuuga"

.

.

.

Di lain tempat, berpuluh pasang kaki segera berlarian turun untuk mengikuti beberapa orang yang sudah berada di tempatnya, berbaris untuk menyambut pewaris tunggal perusahaan mereka yang berarti calon seseorang yang akan mereka layani berikutnya.

Seorang gadis segera berdiri di samping temannya. Dia merapikan pakaian nya kembali dan menghembuskan nafas kecil. "Kenapa putra direktur berada di perusahaan cabang seperti ini?" Matanya melirik ke arah teman disampingnya.

"Itu karena calon istri nya tinggal di Jepang." Temannya berbisik pelan.

"Jadi rumor itu benar?"

Temannya terkekeh, dia menatap kesekitar sebentar lalu beralih ke arah gadis di sampingmya. Dia mengangguk untuk menjawab pertanyaan nya.

"Aku iri.. siapapun gadis beruntung itu"

Para karyawan yang dekat dengan pintu masuk langsung ribut saat melihat mobil mewah berhenti di depan perusahaan. Para gadis segera merapikan penampilan mereka berharap itu akan menarik perhatian putra tunggal direktur mereka. Walaupun rumor itu sudah menyebar keseluruh cabang, sang gadis yang dimaksud bahkan belum menunjukkan dirinya dan itu berarti masih ada kesempatan untuk mereka.

Pintu di sampingnya segera dibuka oleh laki-laki berjas hitam yang sudah menunggu kedatangannya. Kakinya melangkah keluar dengan disambut hormat oleh para bodyguard nya. "Selamat datang, tuan muda"

Sudah lama, dia tidak mendengar panggilan itu.'Tuan muda ya' Dia mendengus dan memegang pelan bahu seseorang yang sudah bersamanya sejak lama. "Senang melihat nama perusahaan ini lagi"

'Tidak kuduga, Uzumaki Naruto bisa membuatku melangkah kembali ke dalam perusahaan ini'

Sepasang kaki itu berjalan penuh berwibawa di antara puluhan karyawan yang menyapa dan membungkuk hormat padanya. Walaupun banyak perempuan berusaha menarik perhatiannya, tatapan nya tetap lurus kedepan.

Laki-laki itu tidak pernah mengira kesempatan seperti ini akan datang padanya. Ayahnya yang selalu dia takuti dan jauhi ternyata bisa berbaik hati memberikannya sebuah perusahaan cabang bagian Tokyo untuk dia kelola.

Dia mengitari ruangan yang akan digunakan nya selama ayahnya masih menjabat sebagai direktur utama yang mengepalai seluruh perusahaan cabang dan tentu saja tempatnya berada di perusahaan utama di Jerman.

"Direktur Toneri Otsutsuki." Dia mengelus papan nama yang dibuat mewah untuk dirinya yang hanya sebagai direktur untuk mengepalai salah satu cabang perusahaan. "Predikat anak direktur utama memang yang terbaik, kan?" Dia berpaling pada seseorang yang tetap berdiri di hadapan meja dalam diam. "Bagaimana menurutmu?"

"Itu bagus"

Toneri mendengus, "Apakah kau kesal padaku sekarang?" Dia berjalan mendekati laki-laki itu. "Di pertemuan pertama kita setelah sekian lama?" Toneri mencengkram bahu laki-laki itu. "Atau karena hal lain?"

Dia hanya menemukan tatapan lurus tanpa ekspresi dari seseorang yang sudah bersama sejak kecil; seseorang yang ditugaskan sebagai teman nya dan bodyguardnya.

"Benar kan?" Dia tersenyum kecut. "Kau pasti kesal karena harus kembali mengikuti tuan muda pengecut ini. Kau yang sebelumnya mendapatkan karir cerah di Jerman terpaksa harus mengikutiku ke Jepang"

Laki-laki itu akhirnya menatap mata Toneri; sebentar lalu kembali menatap lurus ke depan. "Saya tidak pernah berpikir seperti itu"

Toneri mengulas senyum kecil, dia berbalik dan kembali ke meja nya. "Kursi direktur memang spesial sekali ya.. sudah lama aku tidak duduk di kursi empuk seperti ini." Pandangan Toneri mulai tidak fokus, dia terlihat mengenang sesuatu yang dapat ditangkap jelas oleh bodyguardnya.

"Apa kau sedang memikirkan gadis itu?"

Ucapanya yang tiba-tiba membuat kesadaran Toneri kembali. Dia terkejut sebentar lalu tersenyum tipis. "Hm..kau pasti mengetahui tentang gadis itu. Ayah tidak mungkin tidak memerintahkanmu untuk menyelidikinya."

Toneri bersandar nyaman, "Sasori" Dia akhirnya memanggilnya dengan namanya. "Sudah lama aku tidak memanggil dengan nama mu."

"Ya, tuan muda"

"Bagaimana menurutmu? Tentang Hinata"

Laki-laki tampan berambut merah itu terdiam sesaat. Dia menatap Toneri yang menunggu jawabannya. "Apa saya harus menjawabnya?"

Anggukan kecil dari Toneri membuat memori Sasori melayang pada ingatan tentang gadis yang pernah dia selidiki atas perintah tuan besar. Awalnya dia tidak peduli sama sekali karena mengira bahwa tuan muda nya hanya terjangkit cinta pandangan pertama, tetapi nyatanya Toneri berhasil bertahan hingga satu tahun lebih.

Melihat teman masa kecilnya itu terdiam, tak ayal membuat Toneri mengulas senyum. Ini membuatnya kembali pada kenangan berharga Toneri; pertemuan pertamanya dengan seorang gadis yang menjadikannya seperti sekarang ini.

Flashback

Toneri menghabiskan masa kecil dan remaja awal nya di luar negeri. Dia yang tumbuh di keluarga desainer membuat nya belajar apapun tentang ilmu desain pakaian sejak kecil, dia tertarik untuk mempelajari seluruh model pakaian diseluruh dunia dan negara Sakura ini menjadi salah satu pilihannya. Kimono; Pakaian tradisional negara ini begitu memikat hati.

Dia yang waktu itu berada di akhir semester sekolah menengah pertama nya, bertekad untuk melanjutkan sekolah ke Jepang; Kota kelahiran ibunya yang telah tiada.

Dan tentu saja tanpa sepengetahuan keluarganya. Dia pergi dengan bantuan Sasori pastinya dan ini cukup membuat ayahnya begitu murka pada mereka.

Kelas 2 SMA adalah pertama kali dia bertemu gadis cantik yang genius, Hyuuga Hinata. Mereka bertemu tanpa sengaja dalam kompetisi desain grafis yang diadakan disekolah. Tergabung dalam satu tim membuat mereka berdua harus saling berkomunikasi dan menjadi teman.

Dia menghabiskan 1 tahun terakhirnya bersama gadis itu, mengenalnya semakin dalam, tentang keluarganya atau apapun itu. Toneri mengira, tidak ada yang tidak dia ketahui tentang gadis itu.

Akan tetapi, sesaat setelah memasuki perusahaan kakaknya dan membantu gadis itu mengelolanya; membuatnya mengenal sisi lain Hinata. Dia yang keras kepala, pekerja keras, pantang menyerah; berbeda dengan Hinata yang cenderung pendiam dan terlihat hanya berbicara pada teman dekat saja.

Itu mungkin menunjukkan bagaimana berharga nya perusahaan ini untuk nya.

Tetapi Toneri tetap menyukainya, dia menyukai bagaimanapun gadis itu akan berubah.

Flashback end

"Apa anda kembali karena gadis itu?"

Toneri mengetukkan jari telunjuknya pada meja kerja. Wajahnya yang sumringah mendadak muram karena mengingat hal ini. "Karena lawan ku kali ini sangat kuat"

"Uzumaki Naruto?"

"Dia berbeda dengan para lalat yang sebelumnya mengejar Hinata. Dia Raja nya para lalat"

'Ppftt.' Sasori berusaha menahan tawa nya mendengar perumpamaan unik itu. Siapa lagi yang bisa mengatakan penyelamat bangsa sebagai Raja para lalat selain teman masa kecil nya ini.

"Aku memerlukan perusahaan ini untuk melawan nya." Toneri mengelus kembali papan bertuliskan namanya. "Itulah kenapa, aku harus kembali"

'Hyuuga-san, sepertinya aku perlu belajar padamu, bagaimana menaklukan dua laki-laki keras kepala sekaligus.'

Dalam hati, Sasori mengakui kehebatan gadis itu dalam membuat dua laki-laki ini bertekuk lutut, yang satu adalah teman nya yang keras kepala dan yang satu nya lagi adalah seseorang yang bahkan tidak bisa diremehkan oleh seluruh direktur yang berumur lebih tua darinya.

.

.

Tbc

.

.

.