Disclaimer:
Naruto by Masashi Kishimoto
Shinobi no Ittoki by Troyca DMM Pictures
.
.
.
Cerita kembali berlanjut. Setelah lulusnya mereka bertiga dalam ujian masuk Akademi Ninjutsu Kokuten, Yumika memberikan wejangan khusus untuk mereka sebelum dilepas. Bertempat di kediaman Iga di sore hari, mereka duduk dengan nyaman di lantai tatami sembari menikmati teh hijau.
"Ittoki, untuk menjadi pemimpin Iga yang hebat, kamu harus belajar dengan sungguh-sungguh. Patuhi peraturan akademi, serta dengarkan setiap perkataan Sensei disana. Kamu mengerti?" Kata Yumika, masih tetap mempertahankan image tegasnya sebagai seorang pemimpin.
"Aku mengerti" balasnya.
"Naruto, Kousetsu. Pesanku untuk kalian berdua juga hampir sama. Tambahan dariku, tolong jaga dan bimbing Ittoki dengan baik-baik, mengingat dia masih baru untuk dunia Ninja ini. Selain itu, kalian bertiga juga harus saling bekerja satu sama lain. Dengan kerja sama akan menghasilkan kekuatan. Kalian mengerti?" Yumika beralih pada mereka berdua.
"Saya mengerti, Yumika-sama / Serahkan padaku, Yumika-san" balas mereka berdua.
"Baiklah, kurasa hanya itu saja. Tokisada, antar mereka baik-baik ya?"
"Tentu saja, itu sudah menjadi tugasku. Barang-barang kalian sudah siap semua kan?" Ujar Tokisada.
"Sudah" jawab mereka bertiga.
"Selamat jalan" Kozo dan Reiha bersujud hormat.
.
.
.
Dengan mengendarai Suzuki Maruti Wagon R warna merah, Tokisada yang mengangkut ketiga calon Ninja itu memecah keheningan malam guguran di jalanan distrik Iga yang berhamburan daun kuning. Baru sekitar 5 menit perjalanan, Ittoki sudah berselancar di lautan mimpi.
"Yah, dia malah tidur" ujar Naruto terkekeh pelan.
"Tidak apa-apa. Dari Iga kita akan memakan waktu perjalanan ke Tokyo sekitar 5 jam lebih. Kemungkinan kita akan sampai besok pagi" balas Tokisada.
"Apakah kita tidak bisa naik pesawat saja?" Tanya Naruto.
"Justru itu lebih berbahaya," jawaban Tokisada menarik perhatian Naruto, ia jadi penasaran. "Kenapa?"
"Sebagian besar transportasi umum di Jepang dikuasai dan dikendalikan oleh Koga. Kau tahu sendiri kan betapa kuatnya mereka secara finansial? Satu-satunya cara paling aman adalah dengan naik kendaraan pribadi, walaupun ada resiko besar seperti kita dicegat di tengah perjalanan," Kousetsu menjawab.
"Begitu ya? Sudah kuduga, mereka itu benar-benar licik. Pertama lokasi ujian kemarin, sekarang transportasi umum. Sepertinya Adam Smith menginspirasi mereka menjadi seperti itu" Naruto mencibir.
"Maksudmu pencetus teori kapitalisme? Hahahaha, kau benar-benar menarik Naruto. Di usia begini kau sudah paham hal-hal seperti itu. Bagus, tingkatkan itu," Tokisada kembali dibuat takjub atas seorang Namikaze Naruto.
"Maka dari itulah, aku juga harus mengerti tentang tatanan sistem yang digunakan di dunia ini. Aku harus bisa mengerti kenapa suatu negara menggunakan suatu sistem pemerintahan yang bisa menyebabkan adanya anak-anak jalanan, seperti diriku ini" skakmat, Tokisada tidak mampu merespon pernyataan Naruto. Kousetsu sendiri hanya bisa diam, dia benar-benar mindblowed terhadap ucapan Naruto barusan sebab ia juga bernasib serupa, dipungut Yumika dari jalanan dan diadopsi sampai sekarang.
"Astaga, Naruto. Apa kau benar-benar lulusan SMP yang beranjak ke SMA? Perkataanmu tidak sesuai dengan usiamu, kau tahu? Tidak hanya itu, kemampuan fisikmu juga tidak lazim untuk anak-anak seusiamu" Tokisada tak habis pikir.
"Meskipun tampangku seperti tukang pukul, aku tidak selalu mengutamakan otot. Dalam situasi apapun, otak berperan penting sebagai perintah dan otot lah yang melaksanakannya," lagi-lagi gaya bahasa Naruto yang tertata rapi membuat Tokisada dan Kousetsu terkagum-kagum.
"Dengan kapasitasmu yang seperti itu, aku yakin kau bisa memimpin suatu tim atau pasukan bahkan desa" puji Tokisada. Kekehan kecil kembali terdengar dari mulut Naruto.
'Benar sekali Tokisada-san. Aku pernah memimpin suatu pasukan dalam perang besar serta satu desa yang terkenal di antara 4 desa besar lainnya' batin Naruto, mengingat kenangannya sebagai Shinobi dan juga Hokage.
"Tidak, aku masih belum menjadi apa-apa, Tokisada-san. Aku hanya bocah belasan tahun yang sedang dalam proses memahami bagaimana kerasnya dunia ini," ujar Naruto lagi-lagi dengan bahasa puitisnya.
"Ok Naruto, cukup. Bisa-bisa kepalaku mau pecah karena mendengar kata-katamu" Tokisada mengibarkan bendera putih, ia sudah tak kuat mendengar kata-kata puitis Naruto. Mantan Hokage ketujuh itu mengangkat bahunya tanda ia akan berhenti.
.
"Ngomong-ngomong Naruto, ada yang ingin kutanyakan padamu" Kousetsu akhirnya buka suara setelah dari tadi hanya diam dan mendengarkan bahasa puitis Naruto.
"Apa itu Kousetsu-chan? Tanyakan saja. Aku akan menjawabnya dengan senang hati" balas Naruto,
"Bagaimana kau bisa menumbangkan Satomi dalam sekali serang? Tidak hanya itu, dia memuntahkan darah segar dan mengerang kesakitan seolah-olah maut menghampirinya" pertanyaan tersebut sama sekali tak diduga oleh Naruto. Ia bingung mau menjawab apa? Apakah dia harus mengatakan bahwa ia punya istri dan keluarga istrinya yang mengajarkan Taijutsu itu?
"Tubuh manusia memiliki beberapa titik tertentu yang merupakan area vital. Jika salah satu titik rusak, maka hasilnya akan berpengaruh ke tubuh. Sekarang katakan padaku, Kousetsu-chan. Apa kau pernah mendengar yang namanya Tenketsu?" Ujar Naruto, memilih untuk memberikan jawaban berdasarkan pengalaman akademisnya.
Kousetsu menggeleng pelan, pertanda ia sama sekali tidak tahu dan belum pernah mendengarnya. Ini pertama kali ia mendengar kata itu. Rasa penasarannya semakin meninggi begitu Naruto mengambil secarik kertas dan sebuah pensil untuk menggambar struktur tubuh manusia.
"Tenketsu adalah kumpulan titik tekanan yang letaknya berada di seluruh tubuh manusia mulai dari ujung kepala sampai ujung kaki. Total jumlahnya sebanyak 361 titik. Dalam ilmu kesehatan tradisional China, mereka menggunakan tenketsu dalam terapi akupuntur. Itulah rahasia kenapa orang-orang China bisa hidup dalam umur panjang. Yang kulakukan pada Satomi saat itu adalah merusak salah satu titik tenketsu yang merupakan titik pusat dari seluruh energi manusia, yang letaknya berada di perut," penjelasan Naruto adalah sesuatu yang baru bagi Kousetsu. Ini bisa menjadi sesuatu yang berguna jika ia menggunakannya dalam pertarungan maupun penyusupan.
"Darimana kau mengetahui ini semua, Natuto? Di sekolah pun kita belum diajarkan hal seperti ini" tanya Kousetsu lagi.
"Sudah pasti bukan di klub bela diri yang kuikuti. Disana aku hanya belajar gaya bertarung dan melatih tubuhku saja. Aku mempelajarinya dari buku dan juga internet. Aku tidak seperti Ittoki yang setiap saat harus ikut les dan kegiatan ekskul yang membuatnya tidak punya waktu luang" seandainya Ittoki tidak tidur dan mendengarnya, ia pasti akan tertohok.
"Satu hal yang perlu kuberitahu padamu, Kousetsu-chan. Beruntung aku hanya merusak satu titik tenketsu-nya, sehingga efek yang Satomi alami tidak terlalu serius" lanjut Naruto.
"Memangnya apa yang terjadi jika seluruh titik tenketsu-nya rusak?" Kousetsu semakin penasaran.
"Apa lagi? Efeknya akan lebih parah, dia bisa lumpuh untuk sementara waktu. Entah itu seminggu, atau sebulan jika penanganan medisnya tidak memakai metode terapi akupuntur,"
.
.
.
The Ancient Shinobi
.
.
.
Naruto membuka mata dan mendapati pemandangan gedung-gedung tinggi di pagi hari.
"Eh? Sudah pagi? Dimana kita sekarang?" Tanya Naruto.
"Kita berada di Tokyo" balas Tokisada.
Suzuki Maruti Wagon R warna merah yang mereka tumpangi berhenti di sebuah stasiun kecil bertuliskan Stasiun Museum Kebun Raya Lama.
"Kalian akan naik kereta dari sini," ucap Tokisada.
"Eh? Disini? Mana stasiunnya?" Ittoki celingak-celinguk kesana kemari.
"Ya ampun, Ittoki. Kau ini banyak tanya sekali. Cukup diam dan biarkan Tokisada-san memandu kita" cibir Naruto.
"Aku hanya berjaga-jaga saja, siapa tahu Koga menjebak kita lagi sama seperti kemarin" balas Ittoki.
"Untuk yang satu ini kau tidak perlu khawatir, stasiun ini berada di bawah kendali Annin. Jadi Koga sama sekali tidak bisa menyentuhnya. Baiklah, selamat jalan!" Tokisada membuka sebuah pintu yang mengarah ke stasiun bawah tanah.
"Beneran ada tempat seperti ini?" Rasa penasaran Ittoki masih belum terpuaskan.
"Sekali lagi kau bertanya seperti orang bodoh aku akan memukulmu" ancam Naruto, yang tentu saja bercanda.
"Ba-baiklah" Ittoki jadi keder dan memilih diam. Tak lama setelah itu, datanglah Shinkansen atau kereta peluru yang berhenti tepat di depan mereka.
"Sugoi! Mereka punya stasiun kereta sendiri?" Ittoki dibuat takjub.
"Ini untuk memastikan keamanan dan kenyamanan para calon Ninja yang datang kesini," sahut Kousetsu.
"Mulai sekarang cobalah untuk membiasakan dirimu dengan hal-hal baru, Ittoki," ujar Naruto mewanti-wanti.
"Baiklah. Aku akan berusaha!" balas Ittoki dengan penuh semangat. Naruto tersenyum tipis melihat seberapa antusias sahabatnya itu dalam menghadapi sesuatu yang belum pernah ia hadapi sebelumnya. "Bagus, aku suka semangatmu. Sekarang duduk, diam, dan tenang. Aku mau melanjutkan tidurku lagi. Hoamm...jangan berisik ya?" Dan setelah itu, Naruto tertidur lagi.
"Yah, dia malah tidur lagi. Padahal dia baru saja bangun" gumamnya, lalu menuruti apa yang Naruto katakan tadi untuk duduk diam dan tenang.
.
.
.
3 jam berlalu, Shinkansen yang mereka tumpangi masih melaju. Hal itu menimbulkan tanda tanya bagi Ittoki yang merasa bahwa mereka tidak sampai-sampai juga. "Kita sudah di terowongan selama 3 jam, kan?" Tanyanya pada Kousetsu.
"Seperti yang Naruto katakan, kau itu banyak tanya. Cukup diam dan tunggulah" balas Kousetsu ketus.
"Habisnya aku-Eh? Ehhh...??!!" Ittoki tak melanjutkan kata-katanya begitu terowongan yang mereka lalui akhirnya berakhir dan menampilkan hamparan lautan serta beberapa pulau dengan bangunan-bangunan yang berdiri di atasnya.
"Sugoi!" Lagi-lagi ia dibuat takjub. Belum selesai menikmati pemandangan indah itu, perhatiannya teralihkan oleh Kousetsu yang tiba-tiba berdiri dari kursinya dan melangkah ke belakang gerbong. "Kau mau kemana, Kousetsu?" Tanya Ittoki.
"Membangunkan Naruto" balasnya singkat. Kousetsu mendapati Naruto tengah terlelap pulas di area khusus untuk tidur di gerbong itu.
"Naruto, bangun. Kita sudah sampai"
"Eungghhh...5 menit lagi. Aku masih mengantuk" Naruto ogah-ogahan. Kousetsu memutar matanya dengan bosan.
"Ayo cepat bangun. Sebentar lagi keretanya akan berhenti"
"Nnghh...cium dulu dong" Kousetsu melebarkan matanya begitu Naruto mengatakan itu dalam tidurnya. Disertai dengan perasaan malu, ia menampol kepala mantan Hokage ketujuh itu.
PLAK
"Aduh! Sakit!" Voila! Naruto langsung bangun. "Dasar bodoh" Kousetsu buru-buru kembali ke depan untuk menunggu pintu terbuka.
"Hehehe, dia salah tingkah lagi" Naruto nyengir-nyengir tidak jelas seraya mengusap kepalanya yang menjadi korban tampolan Kousetsu. Ia pun segera mempersiapkan diri dan barang-barangnya sebelum keluar dari kereta.
.
"Selamat pagi!"
"Hey, lama tidak bertemu!"
Ramai adalah kata yang tepat untuk menggambarkan suasana di stasiun kereta akademi. Disana banyak siswa dan siswi baik baru maupun lama yang temu kangen setelah sekian lama tidak berjumpa.
Baru saja keluar dari gerbong kereta, Ittoki langsung terpana pada sosok seorang gadis berambut coklat sebahu yang berdiri tak jauh darinya. Kousetsu yang menyadari itu hanya bisa menghela nafas seraya menaikkan sebelah alisnya seolah berkata, 'Apakah si bodoh ini tidak sadar aap yang terjadi padanya kemarin dan akan jatuh ke lubang yang sama untuk yang kedua kali?'
Sementara Naruto yang juga menyadarinya cuma terkekeh dan memakluminya. Sahabatnya itu sedang dalam masa pubertas dan lagi bergairahnya dalam urusan perempuan.
"Halo" gadis itu menyapa Ittoki karena merasa diperhatikan.
"Ha-Halo juga" pewaris klan Iga itu langsung pasang badan dengan perasaan nervous kembali menyelimutinya.
"Kita baru bertemu pertama kali ya?" Ujarnya.
"Ah, be-benar. Umm... Namaku Sakuraba Ittoki" balas Ittoki, memperkenalkan diri.
"Namaku Suzunone Ryoko. Salam kenal ya?" gadis itu juga memperkenalkan dirinya seraya menunduk hormat.
"Y-Ya, salam kenal juga. Ryoko-san" Ittoki kembali gelagapan. Melihat situasi yang semakin awkward, Naruto memutuskan turun gunung untuk mengendalikan suasana.
"Yo! Namaku Namikaze Naruto. Dan gadis bermasker yang luar biasa ini namanya Kousetsu. Salam kenal, Ryoko-chan!" Reinkarnasi Ashura itu menyapa Ryoko dengan personality-nya yang ceria dan berisik seperti biasa.
"Salam kenal juga Naruto-san. Kousetsu-san. Aku harap kita bisa menjadi teman yang baik untuk kedepannya" balas Ryoko dengan ramah.
"Ryoko! Aku rindu sekali padamu!" Mereka mendengar sayup-sayup suara beberapa siswi yang menghampiri Ryoko.
"Kamu sehat-sehat saja kan?"
"Aku baik-baik saja kok teman-teman. Ah, aku permisi dulu," Ryoko beranjak pergi keluar stasiun bersama teman-temannya. Sementara Ittoki melambaikan tangan pada gadis yang telah membuatnya terpana perlahan menjauhinya. "Ayo jalan!" Kousetsu menendangnya di bokong, lalu beranjak pergi.
"Aduh!" Ittoki meringis kesakitan sembari memegangi bokongnya.
"Hahahaha! Tidak apa-apa Ittoki, itu hal yang wajar. Kau sudah memasuki masa pubertas, itu tandanya kau sedang dalam proses menuju pria dewasa," ucap Naruto sambil menepuk-nepuk pundak sahabatnya lalu menyusul Kousetsu.
.
"Wah, terlihat tidak ada bedanya dengan sekolah pada umumnya! Sepertinya ini akan menyenangkan, Kousetsu-chan!" Seru Naruto, antusias melihat seberapa ramai siswa-siswi yang berhamburan di akademi Ninja itu.
"Sudah kukatakan sebelumnya padamu, Naruto. Menjadi Ninja bukanlah untuk main-main" balas Kousetsu.
"Ya ya. Lihat siapa yang bicara, seorang kunoichi yang katanya sudah berpengalaman tapi tidak bisa menemukan seseorang yang sama sekali tidak punya latar belakang Ninja" Full Counter! Kousetsu dibuat terdiam.
"K-Kau?! Hmph! Awas saja!" Kousetsu membuang muka.
"Hei, jangan ngambek dong Kousetsu-chan. Nanti kubelikan es krim vanila dengan lelehan stroberi" bujuknya.
"B-bagaimana kau tahu es krim favoritku?!" Kunoichi bermasker itu dibuat kaget karena Naruto baru saja menyebut es krim kesukaannya.
"Kousetsu-chan, kau, aku, dan Ittoki sudah bersama-sama sejak kelas 1 SMP. Dan selama itu pula aku sudah tahu setiap hal yang kau dan Ittoki sukai dan benci. Sekarang katakan padaku, apa kau tahu hal yang kusukai dan yang kubenci?" Naruto bertanya balik.
"Umm...makanan favoritmu ramen dan oshiruko kan?" Kousetsu menerka.
.
(Oshiruko : Kolak kacang merah, atau dalam sebutan lain disebut Zenzai)
.
"Ya, itu benar. Bagaimana dengan hal yang kubenci?" Tanya Naruto balik.
"Kau...benci dengan...sayuran" tebaknya lagi. Kedua jawaban Kousetsu benar, membuat Naruto full senyum.
"Kau memang benar-benar sahabatku, Kousetsu-chan. Baiklah, sesuai janjiku aku akan membelikanmu es krim vanila dengan lelehan stroberi. Tunggu disini ya?" Naruto beranjak pergi.
"Tunggu Naruto. Itu tidak perl-"
"Jangan kemana-kemana!"
.
Beralih ke Ittoki yang saat ini entah ada dimana. Ia tersesat karena terpisah dari Naruto dan Kousetsu. Yang ia lakukan sekarang hanyalah melangkah tak tentu arah sambil memanggil-manggil nama Naruto dan Kousetsu.
"Naruto! Kousetsu! Dimana kalian?!" Serunya, terus berjalan sehingga tak menyadari ada 4 orang pria yang sedang berjalan di depannya. Beruntung ia segera menoleh dan berhenti sebelum menabrak.
"Ah, maaf. Aku tidak melihat jalan tadi" ujar Ittoki
"Hah?" pria yang berada paling depan malah memasang raut tak mengerti. Sementara pria berambut merah maroon yang berada paling belakang menatap Ittoki dengan tajam. Dan Ittoki jadi merasa tak nyaman diperhatikan seperti itu.
"Kau...? Bukannya?" Pria paling depan menunjuk Ittoki seolah-olah mengenalinya.
"Hoi! Lama tak bertemu? Bagaimana kabarmu? Kau sehat kan? Syukurlah! Sudahlah, banyak yang ingin kuceritakan padamu!" suara seorang gadis menginterupsi mereka. Suara itu datang dari sosok seorang gadis berambut blonde yang dikuncir di sebelah kanan, serta iris mata yang berwarna hijau. Gadis itu tanpa ragu-ragu langsung menyeret Ittoki dari hadapan 4 siswa tadi.
"Ayo pergi" mereka berempat juga ikut minggat dari situ.
.
.
.
Ittoki berjalan bersama gadis asing yang tiba-tiba menyeretnya, sembari mengobrol ringan.
"Kau murid baru ya?"
"Ya," balas Ittoki.
"Hmm, jadi begitu. Pantas saja aku melihatmu plonga-plongo disana tadi," ujar si gadis blonde.
"Memangnya aku ada salah apa?" Ittoki bingung.
"4 siswa tadi adalah kelompok ninja elit Koga. Berhati-hatilah, kalau kau sampai cari masalah dengan mereka, tamatlah riwayatmu,"
"Ya, akan kuingat itu baik-baik. Terima kasih sudah mengingatkanku,"
"Aku Kirei" gadis itu memperkenalkan diri, namun Ittoki malah salah menangkap maksudnya. Ia mengira gadis itu memuji dirinya sendiri. Dalam Bahasa Jepang, Kirei berarti 'Cantik'.
"Umm, ya... kau memang cantik sih..."
"Bukan, bukan itu maksudku. Namaku memang Kirei. Yah, aslinya memang cantik sih, hehehe..." Kirei mencoba melawak, tapi hanya dia yang tertawa sendiri.
"Aku Sakuraba Ittoki"
"Dari desa apa?" Kirei terlihat penasaran.
"Iga" balas Ittoki singkat. Kirei sontak kaget.
"Tidak mungkin! Iga?! Iga yang itu?"
"Iga yang mana?" Ittoki bingung.
"Bahkan orang awam saja tahu soal Ninja Iga. Yah, katanya mereka jatuh miskin, nasib di ujung tanduk, dan nyaris hilang dari peradaban," balas Kirei.
"Hahh, menyedihkan sekali," pewaris Iga menghela nafas dengan perasaan miris.
"Aku juga mirip kok. Kita temenan ya? Ittoki-kun?" Kirei menjulurkan tangannya untuk bersalaman.
"Ah, iya,"
"Ya sudah. Kalau begitu, aku pergi dulu. Sampai jumpa!" Kirei beranjak pergi.
"Sampai jumpa juga, Kirei-san!" Ittoki melambaikan tangan seperti yang ia lakukan pada Ryoko sebelumnya.
.
"Hoi! Ittoki! Darimana saja kau? Aku dan Kousetsu-chan mencarimu dari tadi!" Seruan Naruto mengalihkan perhatian Ittoki dari Kirei. Ia bisa melihat kedua sahabatnya itu tengah menghampirinya dengan es krim di tangan masing-masing.
"Naruto? Kousetsu? Syukurlah, akhirnya ketemu juga. Kenapa kalian tadi meninggalkanku?"
"Itu karena kau sibuk melihat gadis yang baru kau temui saat turun dari kereta tadi" balas Kousetsu datar dan ketus.
"Dan apa yang kita temukan disini? Beberapa saat yang lalu kau berkenalan dengan seorang kunoichi, sekarang kau memegang tangan seorang kunoichi lagi? Ya ampun Ittoki, sepertinya gairah pubertasmu sudah melampaui batas. Kau terlihat seperti seorang playboy dattebayo" Naruto selalu dan akan tetap meroasting sahabatnya itu.
"Bu-bukan seperti itu! Dia tadi tadi menyelamatkanku dari sekelompok Ninja Koga saat aku tersesat tadi" Ittoki melakukan pembelaan.
"Koga? Ya ampun, kau ini selalu tertimpa masalah. Lain kali kau harus hati-hati" tegur Naruto.
"Ya, aku ingat itu Naruto"
.
.
.
Selesai dengan perkenalan disana-sini, para calon Ninja dan Kunoichi diarahkan ke ruang auditorium untuk menerima sambutan dari kepala sekolah Akademi Ninjutsu Kokuten. Dia adalah sosok orang tua berambut uban dan memiliki janggut dan kumis lebat yang pernah muncul di akhir video promosi akademi, Jiraibo Juuzen.
"Selamat karena telah diterima di akademi ini. Ah, aku lupa sudah berapa ratus kali aku mengatakan ini, tapi karena bingung mau bicara apa lagi..."
BATS
Juuzen menekan tombol di podiumnya dan tiba-tiba sebuah banner muncul dari langit-langit. Banner itu menampilkan 3 buah kalimat bertuliskan.
Pantang Ketahuan
Pantang Membunuh
Pantang Berkhianat
Juuzen
"3 Prinsip Ninja! Pantang Ketahuan, Pantang Membunuh, dan Pantang Berkhianat! Itu artinya, asal Ninja tidak ketahuan maka tidak apa-apa! Berikan tepuk tangan!"
PROK
PROK
PROK
Seisi auditorium menggemakan gemuruh tepuk tangan. Ada yang terlihat antusias seperti Ittoki, datar seperti Kousetsu, dan Naruto yang ogah-ogahan. "Hoamm...ini buang-buang waktu saja" gumam Naruto.
"Baiklah, pesan terakhirku. Patuhilah peraturan dan nikmatilah kehidupan sekolah kalian!"
.
.
.
Selesai dengan acara sambutan kepala sskolah, mereka diarahkan ke ruang kelas masing-masing untuk bisa saling mengenal satu sama lain.
"Ittoki-kun! Kita sekelas ya?" Ucap Kirei.
"Ya, mohon bantuannya. Ah, dia Kousetsu. Sama-sama dari Iga juga" Ittoki menunjuk kunoichi bermasker itu yang berdiri tepat di belakang Kirei.
"Uwoah! Umm, mohon bantuannya ya?" Kirei sontak terkejut karena tak menyadarinya. Kousetsu membalas dengan sebuah anggukan datar.
"Dan yang sedang menatap keluar jendela itu Naruto. Dia juga dari Iga" lanjut Ittoki, memperkenalkan kedua sahabatnya.
"Ahh, umm... salam kenal! Mohon bantuannya" Kirei jadi ragu untuk menyapa Naruto yang sedang fokus menatap pemandangan lewat jendela.
"Ya, salam kenal" balas Naruto seraya mengangkat tangan tanpa mengalihkan pandangannya.
"Apa dia memang seperti itu?" Tanya Kirei dengan berbisik.
"Ahaha, tidak. Mungkin saja dia sedang tidak ingin diganggu. Tapi sebenarnya dia itu orang yang baik kok." balas Ittoki.
.
.
.
The Ancient Shinobi
.
.
.
Setelah bersosialisasi dengan teman-teman sekelas, para calon Ninja dan Kunoichi dipersilahkan untuk mengisi perut mereka di kantin milik Akademi. Mereka harus mengantri pada sebuah mesin untuk mendapatkan kupon yang nantinya akan ditukar dengan makanan.
"Sugoi! Seperti kehidupan sekolah sungguhan!" Ujar Ittoki, seraya memilih kupon. Dia berniat memilih ramen miso, tapi Kirei mengarahkan jarinya ke makanan ninja.
"Eh?" Ittoki menatap tak percaya pada Kirei. Hasilnya yang ia dapatkan adalah sebuah kue kecil berwarna hitam pekat.
"Apa ini?" Ittoki bertanya-tanya. Kousetsu dan Kirei pun memilih makanan yang sama. Sementara Naruto entah ada dimana.
"Rasanya memang tidak enak. Tapi masih bikin kenyang" jawab Kirei.
"Kenapa pilih ini?" Tanya Ittoki lagi.
"Soalnya mereka memperhatikan kita. Ninja Koga kaya dan punya kekuatan. Jumlahnya juga banyak, jadi mereka tak terkalahkan. Makanya, sebaiknya kau jangan sampai berurusan dengan mereka deh" Kirei mengkode melalui gerakan kepalanya. Ia menunjuk pada sebuah meja yang ditempati 4 Ninja Koga yang ia temui sebelumnya.
"Perihal makanan juga harus pilih-pilih ya?" Ujar Ittoki lagi, seraya terus memperhatikan mereka. Si rambut merah menyadari itu dan memberikan tatapan tajam pada Ittoki, kemudian diikuti oleh salah satu dari mereka yang berambut coklat.
"Hei hei hei! Apa kau lihat-lihat?" Ujar si rambut coklat yang tidak terlihat senang. Dua lainnya yang mengetahui itupun juga ikut berdiri dan menatap Ittoki dengan tajam.
"Maaf! Aku ingat ada urusan mendadak! Maaf, Ittoki-kun!" Kirei nampak ketakutan dan langsung pergi dari kantin.
"Kau mau mencari masalah dengan kami?" Ucap si rambut coklat dengan angkuh.
"Ano, ada perlu apa?" Ittoki berusaha untuk tidak menyinggung. Kousetsu sudah pasang badan di sampingnya.
"Jangan sok polos!"
"Memangnya aku salah apa?"
"Kau! Jangan terus bercand-"
TAP
SLURP
Perdebetan antara Ittoki dengan si murid Koga teralihkan oleh suara tepukan meja yang berada tak jauh dari mereka. Diikuti dengan suara seruputan ramen, sosok yang menepuk meja tadi tidak lain dan tidak bukan adalah Naruto.
"Ya ampun, yang kuinginkan hanyalah makan ramen dengan tenang. Tidak di sekolah umum, tidak di Akademi Ninja, kenapa sih selalu ada keributan saat jam makan siang?" Naruto bangkit dari duduknya lalu menghampiri Ittoki dan si rambut coklat.
"Siapa kau?" Si rambut coklat nampak terusik dengan kehadiran Naruto.
"Aku bukan siapa-siapa disini. Jadi katakan padaku kawan, ada keributan apa ini?" Tanya Naruto, beralih ke personality-nya yang ceria, ditandai dengan senyuman khasnya.
"Tcih! Jangan sok jadi pahlawan kau!"
GREP
"Apa?!" Si rambut coklat terkejut. Ia berniat memukul Naruto, namun dapat ditangkap dengan mudahnya. Bukan hanya dia, semua yang menonton pun ikut terkejut.
"Hei, santai saja kawan! Tidak perlu emosi seperti itu. Aku bertanya baik-baik disini" balas Naruto, tetap dengan cengiran. Si rambut coklat jadi tambah kesal, dia mencoba menarik tinjunya namun tidak bisa. 'Apa ini?! Aku tidak bisa menarik tanganku! Cengkramannya kuat sekali!'
GREP
"Argh! Lepaskan tanganku sialan!" Ia meringis kesakitan karena merasa Naruto memperkuat cengkramannya.
"Heh? Hanya segini saja kau sudah kesakitan? Apa kau benar-benar seorang pria?" Ledek Naruto.
"Brengsek! Rasakan ini!"
"Himura, hentikan"
Si rambut coklat berniat memukul Naruto dengan tangan satunya, namun dihentikan oleh suara si rambut merah maroon yang masih duduk tenang di tempatnya. Akan tetapi tatapan tajam di matanya masih tetap ada.
"Kalau kau memang seorang Ninja, bungkam hatimu." Si rambut merah maroon a.k.a Suzaku menghampiri Ittoki. Naruto melepaskan cengkramannya dari Himura yang cuma bisa mendecak kesal. "Calon pemimpin Iga, tapi sikapmu seperti itu. Kau benar-benar tidak tahu apa-apa?" Lanjutnya.
"Huh?" Lagi-lagi Ittoki memasang wajah bingung.
"Pemimpin Ninja Koga, Kishinmaru-sama telah meninggal. Beliau dibunuh oleh Ninja Iga," pernyataan yang keluar dari mulut Suzaku mengejutkan Ittoki, termasuk Naruto.
"Kishinmaru-sama adalah Ninja terbaik dalam sejarah Koga. Bukan hanya hebat, dia juga memiliki kepribadian yang luar biasa. Bukan hanya memedulikan Koga, tapi seluruh desa Ninja yang ada dan selalu ingin berdamai dengan mereka," pernyataan Suzaku menarik perhatian Naruto. Mendengar itu ia jadi teringat pada sosok seorang Hokage yang juga sama persis seperti yang disebutkan oleh Suzaku.
'Mengingatkanku pada Senju Hashirama, Shodaime Hokage,'
"Kishinmaru-sama adalah orang yang tidak boleh meninggalkan kami. Koga takkan pernah memaafkan Iga. Kami pasti akan menghancurkan kalian sampai tak tersisa!" Desis Suzaku, berusaha menahan emosinya untuk tidak menyerang Ittoki saat itu juga.
'Dendam kah? Sudah kuduga, masalah klasik. Mau berada dimanapun. Lingkaran dendam pasti akan selalu ada. Jika dipikir-pikir, Ittoki mirip sepertiku dan orang ini seperti Sasuke' dan sekarang Suzaku malah mengingatkannya pada sang sahabat terbaik sekaligus rivalnya.
"Baiklah, sudah cukup. Atmosfernya terasa panas disini. Dengar kawan, semua orang yang ada disini hanya punya satu keinginan saja. Datang untuk mengisi perut dengan nyaman dan kembali ke asrama dengan tenang. Jika kau ingin ribut dan berkelahi, tunggulah saatnya. Akademi pasti akan menyediakan tempat untuk itu," Naruto mengambil alih situasi. Berniat untuk mendinginkan Suzaku.
"Hmph. Ayo pergi" ia bersama 3 temannya main minggat saja. Si rambut coklat a.k.a Himura menatap Naruto dengan tajam. "Awas kau!"
Tak ada balasan dari Naruto. Ia hanya diam saja memperhatikan keempat Ninja Koga itu keluar dari kantin. Begitu mereka berempat benar-benar pergi, barulah ia mencak-mencak tidak jelas.
"Lihat saja! Akan kubuat kau menderita! Sialan! Tunggu saja kau!"
.
"Naruto..." sahut Ittoki. "Ada apa?"
"Terima kasih..." ujarnya. Ittoki merasa terselamatkan oleh tindakan Naruto tadi.
"Tidak perlu dipikirkan. Aku sudah berjanji pada Yumika-san untuk melindungimu. Jika kau sampai kenapa-kenapa, beliau pasti akan merasa sedih"
.
.
.
The Ancient Shinobi
.
.
.
Selesai dengan mengisi perut, para calon Ninja dan Kunoichi diarahkan menuju asrama yang akan mereka tempati selama menimba ilmu di akademi.
"Woah! Ini asramanya?! Jujur saja ini lebih bagus daripada rumahku!" Ittoki memandang dengan antusias pada sebuah bangunan mewah bak hotel bintang lima di depan mereka saat ini.
"Bukan disini. Asrama kita ada disana" Kirei menuntun mereka ke sebuah bangunan kayu yang diselimuti lumut.
"Eh? Rumah hantu?" Ittoki putus asa.
"Ini asramamu," balas Kirei.
"Ini bukan tempat tinggal manusia" ujarnya lagi.
"Jangan begitu. Aku juga tinggal disini tahu!" Protes Kirei, tak terima asrama berlumut itu disebut demikian.
BUGH
Akhirnya pewaris Iga itu mendapat pukulan kasih sayang yang mendarat di kepala. "Aduh duh! K-kenapa kau selalu memukulku sih, Naruto?" Ittoki meringis memegangi kepalanya yang menjadi korban.
"Ittokki, bukankah sudah kukatakan padamu?"
"Soal apa?" Balasnya. Naruto mengeratkan giginya. Ia kesal karena sahabatnya itu terlihat seperti orang bodoh padahal sudah menjalani berbagai macam les.
"Biasakan dirimu pada hal-hal yang baru. Apa kau sudah lupa?" jawab Naruto, sambil membunyikan kedua tangannya bersiap untuk memukul Ittoki lagi.
"I-iya iya! A-Aku mengerti! Tolong jangan pukul aku lagi! Terus, bangunan yang besar tadi itu apa?"
"Itu asrama milik Koga," balas Kirei, seraya melangkah masuk duluan. "Lagi-lagi mereka ya?" Ujar Naruto, memaklumi hal tersebut.
"Laki-laki di lantai dua, perempuan si lantai tiga. Baiklah, sampai besok!"
"Sebentar? Itu berarti asrama ini digabung antara laki-laki dan perempuan?" Naruto baru menyadarinya.
"Oh ya. Itu benar. Kalian para laki-laki jangan berani mengintip kita ya? Ahahahaha!" Lagi-lagi Kirei mencoba melawak namun hanya dia sendiri yang tertawa.
"Itu artinya aku bisa tidur sekamar dengan Kousetsu-chan" gumam Naruto dengan lirih. Ittoki mendengar itu dan memberikan tatapan tak percaya pada apa yang baru saja dikatakan oleh sahabatnya.
"Kau mengatakan sesuatu?" Sahut Kousetsu.
"Umm, tidak. Tidak ada apa-apa" Naruto menyangkal. "Naruto! Kau serius mengatakan itu?" Ittoki tak habis pikir.
"Jika sampai Kousetsu-chan tahu, kau adalah orang yang pertama kali akan kupukuli" ancam Naruto.
"Ba-baik!" Pewaris Iga itu memilih tutup mulut daripada harus menjadi samsak tinju.
"Oh, iya. Mereka tadi melabrakmu di kantin kan? Kau baik-baik saja?" Tanya Kirei.
"Ya, aku baik-baik saja. Ada Naruto yang menyelamatkanku" balas Ittoki.
"Maaf, aku tadi kabur. Aku sama sekali tidak ingin berurusan dengan mereka. Lain kali kau juga harus seperti itu. Berusahalah untuk menghindari mereka. Serius"
"Iya, aku tahu"
.
.
.
Malam hari pun tiba. Seluruh murid sedang beristirahat di kamar masing-masing demi mempersiapkan diri sebab pelatihan Ninja akan dimulai besok.Termasuk Ittoki, yang saat ini tidur di lantai tatami tanpa beralaskan futon sembari menatap langit-langit kamarnya. Tiba-tiba saja ia dikejutkan karena pintu yang ia kunci bisa dibuka oleh Kousetsu.
"Eh? Bagaimana kau bisa masuk?"
"Ucapan Koga tadi hanyalah tuduhan palsu. Yang sia-sia, tetaplah sia-sia. Memikirkan dan mendengarkan ucapan musuh juga demikian" ujar Kousetsu.
"Tapi, mungkin saja orang yang kukenal pernah membunuh seseorang," balas Ittoki, seraya menundukkan kepala.
"Kau tidak punya waktu untuk memikirkan hal yang tidak berguna. Lebih baik kau manfaatkan waktu untuk berlatih"
"Berlatih ya? Benar juga. Aku harus melakukan itu. Ngomong-ngomong, dimana Naruto? Biasanya dia selalu menempel bersamamu?" Goda Ittoki.
"Hahh...katanya dia mau keluar sebentar mencari udara segar"
.
.
.
Beralih pada Mantan Hokage ketujuh yang saat ini sedang berada diluar asrama seperti yang dikatakan oleh kunoichi bermasker di atas. Naruto sedang bermeditasi dengan tenang di atas sebuah pulau kecil di tengah-tengah telaga yang terletak tak jauh di belakang asrama.
'Aku bisa merasakannya. Aku bisa merasakan energi alam yang bertebaran di sekitarku. Tapi, entah kenapa mereka tidak mau masuk ke dalam tubuhku. Apakah karena aku kehilangan hampir seluruh kekuatanku sehingga energi alam menganggapku tidak cukup kuat untuk menampungnya, membuat mereka menolaknya?' Naruto bermeditasi untuk mencoba dan memastikan apakah ia masih bisa menggunakan Senjutsu, akan tetapi hasilnya nihil. Untuk ia terus mencoba bermeditasi. Hingga pada akhirnya ia merasakan keanehan.
'Apa ini? Aku bisa merasakan dan mendengar suara-suara aneh? Suara apa ini? Suara gerakan daun pohon? Deru nafas serangga? Suara kepakan sayap burung hantu? Desahan murid pria yang sedang masturbasi?'
Awalnya berniat untuk memastikan apakah ia masih bisa menggunakan Senjutsu. Tapi sepertinya malah tak sengaja menghasilkan kemampuan yang baru.
'Dengan kata lain, ini meningkatkan kemampuan indraku dalam merasakan sesuatu. Yah, ini cukup berguna. Tapi tetap saja aku membutuhkan kekuatan Senjutsu dalam pertarungan. Lain kali aku akan mencobanya lagi' Naruto menyudahi meditasinya dan kembali ke asrama. Tepat setelah membuka pintu masuk, Kousetsu sudah menunggunya dengan gaya melipat tangan serta sebelah kakinya yang memainkan lantai. Persis seperti seorang ibu yang sedang menunggu anaknya pulang.
"Darimana saja kau? Ini sudah jam 11" tegur Kousetsu.
"Kan sudah kubilang tadi, aku ingin mencari udara segar. Apakah tidak boleh? Apa jangan-jangan kau merindukanku?" Walau dalam situasi apapun, Naruto masih sempat untuk menggoda Kousetsu.
"Y-yang benar saja! Besok kita harus bangun pagi. Pelatihan untuk menjadi Ninja akan dimulai. Kau tidak boleh bangun telat untuk itu. Sekarang katakan padaku, apa yang kau lakukan diluar sana tadi?" Kunoichi bermasker itu jadi salting, namun dengan cepat mengendalikan dirinya.
"Ya ampun Kousetsu-chan. Sudah kukatakan padamu, aku hanya berkeliling di sekitar asrama untuk mencari udara segar!"
"Hanya itu? Kau tidak melakukan sesuatu yang aneh kan? Kau tidak mengintip para murid perempuan kan?" Tuduhnya.
"Hmm, boleh juga. Kalau iya, memangnya kenapa? Apakah Kousetsu-chan cemburu hmm?" Lagi-lagi Naruto menggoda Kousetsu, seraya mendekatkan wajahnya.
"K-kau?! B-buat apa aku cemburu?! Kurang kerjaan saja! Hmph!" Dan sekali lagi Kousetsu dibuat salting.
"Hahahaha. Jangan khawatir Kousetsu-chan. Walaupun ada ribuan Kunoichi cantik diluar sana. Mata seorang Namikaze Naruto akan selalu tertuju padamu. Kau mengerti?" Boom! Rona merah menerpa wajah Kousetsu yang tertutup masker. Meskipun begitu, Naruto masih bisa melihatnya. Ia terkekeh dalam hati karena godaannya selalu berhasil membuat Kousetsu jadi seperti itu.
"Sudah. Ini sudah malam. Kau juga harus tidur. Yosh, selamat malam Kousetsu-chan!" Naruto beranjak pergi dari situ untuk naik ke lantai dua. Meninggalkan Kousetsu yang hanya diam mematung di depan pintu masuk.
"Kenapa? Kenapa kau selalu membuatku seperti ini, Naruto?"
.
.
.
The Ancient Shinobi
.
.
.
Hari pun berganti ke waktu pagi. Saatnya para murid akan memulai latihan untuk menjadi Ninja. Bertempat di atas sebuah tebing, mereka dikumpulkan oleh seorang Sensei perempuan berambut coklat panjang dengan dua helai poni di depan. Sebelum memulai latihan mereka akan melakukan briefing terlebih dahulu.
"Namaku Mitsuhashi Kominami. Aku adalah guru kelas kalian. Latihan hari ini akan digabung dengan dua kelas. Kita akan belajar cara memakai kostum dan core ninja. Setiap orang ambil kostum dan core-nya satu-satu. Setelah disesuaikan, segera aktifkan" Kominami menunjuk pada susunan koper yang berada di dekatnya. Di dalamnya ada 4 buah benda berbentuk gelang berbeda-beda ukuran serta sebuah tombol kecil. 4 gelang itu dipasang di kedua tangan dan kaki.
SRING
Kousetsu menekan fingerprint pada gelang di tangan kirinya lalu melakukan pose T. Pada detik berikutnya, tubuhnya terbungkus oleh sinar hologram dan menampilkan kostum Ninja berwarma hitam lengkap dengan pelindung kepala.
"Woah! Keren juga!" Naruto pun melakukan hal serupa.
"Begini ya?" Ittoki ikut menyusul menggunakan kostumnya.
"Demi membiasakan diri dengan kostum ninja itu kalian harus menaiki atap kastil pada pulau di sebelah sana" Kominami menunjuk sebuah kastil yang terletak di pulau seberang. "Gakucho sedang menunggu sambil memakan manju disana. Sebagai bukti latihan, kalian harus kembali membawa manju itu kembali ke sini. Tapi kalian harus cepat, karena Gakucho adalah penggila manju. Jumlah manju-nya akan terus berkurang dimakan olehnya, ingat itu baik-baik. Ini adalah latihan praktek pertama kalian. Buktikan bahwa kalian pantas menjadi Ninja," Kominami berdiri di pinggir tebing untuk memulai latihan.
"Siap? . . . Mulai!"
BUMM
BUMM
BUMM
Debu berhamburan karena langkah kaki para Ninja dan Kunoichi yang berlarian dengan cepat.
"Kousetsu! aku tidak bisa bergerak! Ada apa ini?" Tubuh Ittoki yang terbungkus kostum ninja mendadak kaku.
"Hah, kau kurang belajar" Kousetsu memilih untuk main pergi begitu saja.
"Hoi! Tunggu! Bantu aku!"
"Ada apa Sakuraba Ittoki? Jika kau tidak bisa memakainya, kau akan gugur dan dikeluarkan dari akademi" Kominami menegurnya.
"A-aku tidak mau!" Ittoki masih mencoba untuk bergerak, namun tidak bisa.
"Kalau begitu semangatlah. Kau terlihat kurang bersemangat" Kominami beralih ke murid lain yang masih diam di tempat. "Namikaze Naruto, kenapa kau masih diam saja?"
"Ah, soal itu. Aku hanya akan bergerak jika Ittoki sudah bergerak. Aku tidak bisa meninggalkannya disini, Sensei" balas Naruto.
"Kau bisa gagal dan juga dikeluarkan. Apa kau tidak takut?"
"Buat apa aku takut? Aku tidak bisa menari-nari bahagia jika pada akhirnya temanku harus menderita," Kominami tertegun pada pernyataan sang Mantan Hokage Ketujuh. 'Anak ini. Dia benar-benar menarik'
"Sial! Aku tak mau gagal disini!"
"Ano, Ittoki-san" rupanya ada Ryoko yang masih tinggal disitu.
"Eh, Ryoko-san?" Ittoki mendadak heran melihat Ryoko membungkuk dan memeriksa kostumnya dan itu membuatnya geli.
"Wah, kamu punya tubuh yang bagus juga ya? Ukuran kostum Ninja sangat berpengaruh pada tubuhmu. Kalau kostum buatan sendiri tidak masalah, tapi jika dari akademi kamu perlu menyesuaikan ukurannya terlebih dahulu. Berbeda beberapa milimeter saja dapat mempengaruhi transmisi kekuatanmu dan itu dapat membuatmu tidak bisa bergerak. Makanya, menurutku core Ninja memiliki kelebihannya sendiri. Karena tidak pilih-pilih pengguna, semua orang bisa menjadi Ninja. Teknologi ini bisa membuat kostum super untuk orang awam dan sangat berguna untuk masyarakat. Ninja kan bergerak dalam bayang-bayang. Aku ingin memperkenalkan teknologi ini ke dunia luar. Ah, maaf! Aku kebablasan" Ryoko menjelaskan tentang kostum dan core Ninja dengan penuh antusias, tak menyadari bahwa Ittoki sampai bingung menanggapinya.
"Ah, tidak apa-apa" Ittoki justru berterima kasih
"Baiklah, selamat jalan!" Ryoko mendorong punggung Ittoki, membuat pewaris Iga itu bisa bergerak dengan sangat mudah.
'Maniak teknologi kah? Melihat Ryoko-chan mengingatkanku pada putra pemilik Perusahaan Kaminarimon, Denki. Selain itu teknologi core dan kostum Ninja ini mirip seperti Gote buatan Katasuke. Teknologi yang bisa membuat warga sipil bisa menggunakan Ninjutsu,' batin Naruto.
"Woah! Apa ini?" Ittoki terus melangkah hingga tak menyadari bahwa ia sudah lewat dari tebing. "Aaahhh! Aku terjatuh!"
BRUKK
Meskipun sudah berpegangan pada sebuah ranting pohon, Ittoki tetap saja terjatuh dan menabrak tanah dengan keras.
"Aduh! Sakit! Eh? Aku selamat" ujarnya.
"Hebat bukan? Inilah kekuatan kostum dan core Ninja. Core berfungsi sebagai perangkat Ninja. Mereka adalah sumber kekuatan peralatan dan kostum Ninja. Benar-benar sebuah Inti dari Ninja zaman modern. Tapi, jika core-nya rusak kekuatan kostumnya akan hilang. Hati-hati agar tidak merusaknya ya?," Ryoko memperingati.
"Ya, aku mengerti. Terima kasih sudah mengajariku."
"Tidak apa-apa. Ngomong-ngomong, aku berasal dari Desa Saiga. Desa kami telah membuat kostum dan core selama turun-temurun. Jadinya, aku mencintai peralatan Ninja. Soalnya jarang sekali ada Ninja yang tahu soal peralatan Ninja. Oh iya, setiap desa ninja memiliki kostum dan core uniknya masing-masing-"
"Umm, boleh kita lanjutkan lagi setelah latihan ini?" Pewaris Iga itu benar-benar tidak tahan terhadap penjelasan Ryoko.
"Ah, maafkan aku!" Ryoko mendadak sadar bahwa ia kembali kebablasan.
"Hoi! Kalian sudah selesai? Pergilah duluan! Aku akan mengawal kalian dari belakang!" Tiba-tiba terdengar seruan Naruto dari atas pohon.
"Naruto! Bagaimana kau bisa ada di atas situ?"
"Kita ini Ninja dattebayo. Apakah kau tidak pernah melihat Ninja melompati pepohonan sebelumnya?"
"Ah, maaf Naruto. Aku baru ingat aku harus membiasakan diri dengan hal-hal baru,"
"Baguslah kau mengingatnya. Sekarang cepat maju, aku akan menyusul dari belakang"
"Baik. Mohon bantuannya" Ittoki dan Ryoko mulai bergerak. Sementara Naruto masih tinggal di pohon tempatnya berdiri.
"Yosh, Aku sudah menduga para kecoa Koga itu akan melakukan sesuatu yang buruk pada Ittoki. Maka dari itu..." Naruto membentuk segel tangan andalannya.
"Kage Bunshin no Jutsu"
POFF
"Kau pergilah duluan ke kastil dan ambil beberapa manju. Soalnya aku masih belum kenyang setelah sarapan tadi. Usahakan jangan sampai terlihat oleh yang lain, apalagi Kousetsu-chan." perintah Naruto pada Bunshin-nya.
"Baik!"
WUSH
Bunshin-nya melesat melompati pepohonan dengan sangat cepat.
"Baiklah, mari kita lihat permainan macam apa yang dilakukan oleh mereka?" Naruto mulai bergerak menyusul Ittoki dan Ryoko.
.
.
.
The Ancient Shinobi
.
.
.
Beralih ke kelompok Koga yang baru setengah jalan dari tebing tempat mereka mulai. Mereka berempat berlari di antara pepohonan yang memanjang ke depan. Dimana setelah ini mereka akan melewati jembatan panjang di atas lautan.
"Hahaha, calon pemimpin Iga itu bahkan tidak bisa menggunakan kostum Ninja. Benar-benar memalukan!"
"Aku punya ide. Kalau dia memang sebodoh itu, bagaimana kalau kita bunuh saja dia seolah-olah kecelakaan?" Ujar Himura.
"Gakucho sedang mengawasi. Jangan bertindak gegabah. Kita akan melakukannya pada saat yang tepat, namun bukan sekara-"
WUSHH
Suzaku tak menyelesaikan kata-katanya begitu melihat sesuatu yang sangat cepat melompati pepohonan dan melewati mereka.
"Ada yang mendahului kita?!"
"Siapa itu? Dia cepat sekali!" Himura terkejut.
"Tcih!" Suzaku mendecak kesal.
WUSH
Dan berikutnya ada seseorang yang juga menyusul mereka berempat. Dia adalah Kousetsu yang juga melompati pepohonan namun tidak secepat Ninja misterius tadi a.k.a Naruto.
"Kunoichi bermasker... dia adalah pengawal pewaris Iga itu," ucap Himura.
"Kita juga tidak bisa meremehkannya. Tetap fokus dan tambah kecepatan!" Titah Suzaku.
.
.
.
Bunshin Naruto meninggalkan para Ninja Koga jauh di belakangnya. Berbekal dengan kemampuan alaminya sebagai Shinobi ditambah kekuatan fisik serta teknologi kostum Ninja membuatnya bisa bergerak dengan sangat cepat.
TAP
TAP
TAP
WUSH
"Woah, ini bahkan belum 5 menit tapi sudah ada yang pertama kali sampai secepat ini. Selamat Ninja muda!" Kepala sekolah a.k.a Juuzen sedikit terkejut melihat Naruto yang tiba-tiba muncul dengan melompati atap kastil. Ia bisa melakukan itu dengan cara berjalan pada tembok kastilnya.
"Terima kasih banyak, Gakucho. Ngomong-ngomong, bolehkah aku mengambil beberapa manju? Soalnya makanan di kantin akademi tidak enak dan tidak membuatku kenyang," ucap Naruto.
"Apa? Makanan kantin tidak enak? Astaga, aku akan menegur kepala kantinnya! Bagaimana bisa para muridku jadi nyaman di akademi dan menjadi Ninja yang hebat jika makanan yang mereka konsumsi tidak sesuai selera? Silahkan, ambil sebanyak yang kau mau" Juuzen mengizinkan.
"Sekali lagi terima kasih banyak Gakucho! Tapi, kumohon jangan bilang siapa-siapa ya?" Naruto memasukkan 5 buah manju ke dalam sebuah kantong plastik.
"Aku mengerti, Ninja Muda. Baiklah, sekarang kembalilah. Kominami sudah menunggumu" balas Juuzen. Naruto mengangguk lalu menunduk hormat dan setelah itu melompat turun dan kastil. Tapi ia tidak langsung kembali, ia menunggu komando berikutnya dari sang bos. Untuk itu ia bersembunyi sebentar di area kastil.
"Itu dia, bos para kecoa Koga itu. Tapi, dimana yang lainnya?" Naruto melihat Suzaku tengah memanjat tembok untuk bisa sampai ke atap kastil. "Eh, ada Kousetsu-chan juga" selanjutnya ia juga melihat sahabatnya itu berada di bawah Suzaku.
.
"Hmph, aku akan menunjukkan perbedaan kekuatan antara Koga dan Iga" ujar Suzaku, melihat Kousetsu di bawahnya lalu melompat turun sambil memasang kaki untuk menendang kepala Kunoichi bermasker itu.
BRAKKK
"Ughhh...!" Kousetsu berhasil menahan tendangan Suzaku dengan tangannya namun itu membuatnya kehilangan cengkraman sehingga jatuh ke bawah. Akan tetapi ia dengan sigap mencengkram tembok agar tidak jatuh lebih jauh.
"Brengsek! Lihat saja kau! Aku akan membalasmu karena sudah menyakiti Kousetsu-chan!" Seketika Naruto memasuki mode Yandere. Ia tidak terima Kousetsu disakiti seperti tadi. Tapi sebelum ia melakukannya, ia harus memastikan manju di tangannya saat ini sampai ke tangan bosnya. Untuk itu ia menyimpan kantong plastik berisi 5 buah manju tadi di atas sebuah pohon.
"Yosh, disini cukup sepi dan tersembunyi. Waktunya memberitahu bos"
POFF
.
.
.
Beralih ke Suzaku yang telah mencapai atap kastil. Ia bisa melihat Juuzen tengah menikmati tumpukan manju yang mengurang satu demi satu.
"Gakucho, siapa tadi yang pertama kali sampai kesini?" Suzaku menuntut jawaban, berkaitan dengan sosok misterius yang mendahuluinya saat di pepohonan tadi.
"Hmm? Tidak ada. Justru kau yang pertama kali sampai kesini. Mungkin maksudmu Ninja Pengawas? Dia bertugas mengawasi area ini untuk memastikan bahwa kalian benar-benar mengambil manju-nya" Balas Juuzen, menolak untuk memberitahu bahwa Naruto-lah yang pertama kali sampai.
"Ah iya, benar juga. Maaf Gakucho, aku tidak terpikir soal itu," Suzaku langsung ngeh.
"Tidak perlu dipikirkan. Nah, ambillah manju-nya dan cepat kembali,"
"Baik" Suzaku mengambil satu lalu berbalik untuk melompat turun. Ia melihat Kousetsu yang juga berhasil sampai.
"Kau pikir kau bisa melindungi tuanmu?" Sindir Suzaku lalu melompat turun. Kousetsu mendecih kesal, ia memilih tak mengindahkan ucapan Suzaku dan langsung mengambil manju-nya lalu kembali ke tebing. Setelah itu murid-murid yang lain pun menyusul berdatangan ke atap.
"Wuah! Capeknya!" Kirei pun berhasil sampai namun memutuskan untuk duduk sebentar.
"Kerja bagus. Mau minum?" Juuzen menawarkan segelas teh hijau.
"Benarkah? Terima kasih Gakucho!"
.
.
.
The Ancient Shinobi
.
.
.
Beralih ke Naruto, Ittoki, dan Ryoko yang berada di urutan paling belakang. Mereka bertiga saat ini tengah berlari menyusuri jembatan panjang di atas lautan. Jembatan panjang itu menghubungkan antara pulau tempat tebing mereka mulai dengan pulau tempat kastil itu berada.
SHUT
'Apa?! Kurang ajar kau Suzaku! Aku tidak akan memaafkanmu!' Naruto sontak mengeratkan giginya karena emosi dalam hati sebab tiba-tiba mendapat penglihatan dari Bunshin-nya yang mengamati bagaimana Suzaku sengaja melompat turun untuk menendang Kousetsu.
"Ada apa Naruto?" Ittoki menyadari raut wajah Naruto yang tiba-tiba marah.
"Ah, tidak ada apa-apa. Aku hanya ingat aku belum mengangkat jemuranku," sangkal Naruto.
"Cuacanya terlihat baik-baik saja Naruto-san. Setelah latihannya selesai kau bisa mengangkatnya," sahut Ryoko.
"Itu benar, sekarang kita fokus saja untuk latihan ini" Ittoki menambahkan.
"Ittoki-san, kamu terlalu memakai banyak tenaga. Percayalah pada kostummu!" Ryoko kembali dengan penjelasan sebagai maniak teknologi.
"Perlahan aku mulai mengerti" balasnya. Tak lama setelah itu mereka bertiga melihat seseorang tengah berlari ke arah mereka. Dan itu adalah Suzaku, yang menatap Ittoki dengan nyalang.
"Haaagh!" Suzaku melompat untuk menyerang Ittoki dengan sebuah pukulan.
WUSH
Namun Naruto tiba-tiba muncul dengan sigap untuk melindungi Ittoki dan Ryoko. Reinkarnasi Ashura itu juga memperlihatkan tatapan yang menyiratkan emosi pada Suzaku.
"Apa?!" Suzaku terkejut karena sama sekali tak menduga tindakan Naruto.
"Konoha Daisenpuƫ!"
DHUAGHHH
"Aargghhhh!!!" Naruto melakukan tendangan melingkar 360 dan mengenai wajah Suzaku dengan telak. Ninja elit Koga itu terpental ke belakang lalu terjatuh dengan posisi telentang.
"Tcih! Sial!" Suzaku bisa merasakan ada darah yang mengalir dari sudut bibirnya.
"Naruto! / Sugoi! Dia menggunakan 100% kekuatan kostumnya!" Ittoki dan Ryoko pun sama terkejutnya karena tak menyangka Naruto akan menyerang Suzaku. 'Dengan tambahan 100% dari kemampuan alamiku sebagai Shinobi'
"Ittoki, Ryoko-chan kalian pergilah duluan ke kastil dan ambil manju-nya," perintah Naruto.
"Lalu bagaimana denganmu?" Ittoki mempertanyakan perintah tersebut.
"Aku akan menyusul setelah mengurus kecoa yang satu ini" balas Naruto, seraya memasang kuda-kuda Goken.
"Kami mengerti. Hati-hatilah Naruto-san" Ryoko dan Ittoki melanjutkan perjalanan mereka.
"Jangan pikir kau bisa kabur!" Suzaku tiba-tiba bangkit lalu kembali menyerang Ittoki yang akan melewatinya.
WUSH
"Dan jangan kira aku akan membiarkanmu menyerang temanku" namun lagi-lagi Naruto menghalanginya. "Konoha Reppu!"
DHUGH
Naruto tak memberikan kesempatan bagi Suzaku untuk berdiri sempurna. Ia langsung memberikan tendangan sapuan pada tangan Suzaku yang bertumpu pada jalan dan membuatnya kembali terjatuh lalu meluncur menabrak pagar pembatas.
"Brengsek! Jangan menghalangiku!" Suzaku terlihat marah.
"Kau sudah mendapatkan manju-nya bukan? Segeralah kembali pada Kominami-sensei. Jangan membuat masalah pada yang lain" balas Naruto datar.
"Aku tidak peduli! Aku tidak akan berhenti sampai aku membunuh pewaris Iga itu!" Suzaku bersikeras.
"Dan aku juga tidak akan berhenti untuk menghentikanmu sampai kau memilih menyerah untuk melakukannya" Suzaku terdiam, hanya decihan kesal yang keluar dari mulutnya. "Siapa namamu?"
"Namikaze Naruto, dari Iga,"
"Aku Ban Suzaku, dari Koga. Calon penerus Kishinmaru-sama. Tunggu pembalasanku, Namikaze Naruto!" Usai berkata demikian, Suzaku meneruskan perjalanannya untuk kembali ke tebing.
"Aku menunggu itu" gumam Naruto, seraya melihat punggung Ninja bersurai merah maroon itu menjauh.
.
"Naruto!" Dan tepat setelah itu, suara Kousetsu mengalihkan perhatiannya.
"Kousetsu-chan!"
GREP
Naruto tiba-tiba memeluk Kousetsu dengan wajah yang penuh kekhawatiran. Lagi-lagi Kousetsu tersipu malu dibalik maskernya karena sama sekali tak menyangka akan tindakan Naruto.
"Na-Naruto...Le-lepaskan a-aku" Kousetsu jadi salah tingkah lagi.
"Kau tidak apa-apa kan, Kousetsu-chan? Kecoa Koga itu tidak menyakitimu kan?" Kunoichi bermasker itu bisa melihat raut kekhawatiran tercetak jelas di wajah Naruto. Dan entah kenapa itu membuatnya sedikit senang.
"Y-ya, a-aku tidak apa-apa. La-lagipula, aku ini Kunoichi. Tidak mungkin aku tidak bisa melindungi diriku sendiri. Tapi, dimana dia?"
"Dia sudah kembali duluan. Yah, aku tadi sempat ribut dengannya karena ia mencoba menyerang Ittoki. Tapi dia bukan masalah buatku" balas Naruto
"Kau...bertarung melawannya? Kau baik-baik saja kan?" Giliran Kousetsu yang khawatir.
"Kau ini, sudah kubilang dia bukan masalah buatku. Aku hampir saja membuatnya babak belur dattebayo! Lalu, kau sudah mendapat manju-nya?"
"Sudah" Kousetsu menunjuk sakunya.
"Yosh, sekarang kembalilah ke tebing. Biar aku yang mengawal Ittoki,"
"Berhati-hatilah"
.
.
.
The Ancient Shinobi
.
.
.
"Kita sudah sampai di pulau kedua"
"Akhirnya, kastilnya sudah dekat"
'Kantong plastik berisi manju itu disembunyikan di atas sebuah pohon dekat kastilnya. Aku akan mengambilnya lalu kembali mengawal Ittoki' batin Naruto, kemudian melompat ke atas pohon.
"Naruto, kau mau kemana?" Tanya Ittoki.
"Aku akan mengambil jalan lain," balasnya, sembari melompati pepohonan satu per satu.
"Ada apa Ittoki-kun?" Ryoko ikut berhenti karena pewaris Iga itu juga berhenti.
"Ryoko-san, bisakah kau pergi duluan? Aku ingin buang air kecil sebentar" ujarnya.
"Baiklah. Tapi cepatlah, Ittoki-kun. Nanti manju-nya habis"
"Aku mengerti" Ittoki masuk ke sisi kiri pepohonan untuk membuang air seninya yang sudah menumpuk. Dan secara tak sengaja menemukan sebuah gelang yang merupakan core Ninja milik seseorang.
"Eh? Core milik siapa ini?" Ia menemukan pemiliknya yang duduk tersandar tak sadarkan di bawah pohon di dekatnya. "Kirei-san!"
"Ah, Ittoki-kun," Kirei terbangun.
"Siapa yang menghajarmu?"
"Barusan ada kucing yang garang sekali," Kirei mencoba menyangkal, namun wajah Ittoki menunjukkan bahwa ia tak bisa ditipu.
"Baiklah. Murid-murid Koga telah merusak core-ku," balas Kirei dengan wajah pasrah. "Kita laporkan pada Sensei"
"Tidak bisa. Gakucho mengatakan asal tidak ketahuan, tidak apa-apa bukan? Aku cuma lengah dan kurang waspada," ujar Kirei, berusaha untuk tersenyum.
"Ini tidak bisa dibiarkan"
.
.
.
Beralih ke area kastil dimana para murid sudah mulai bergerak kembali ke tebing. Salah satu murid random yang baru saja turun dari kastil tiba-tiba dicegat oleh 3 Ninja Koga bawahan Suzaku.
"Serahkan manju-mu" ujar mereka. Namun murid random itu menunjukkan gestur penolakan.
"Hmm? Kau berani menantang Koga ya?" Himura menampakkan diri. Murid random itu menjadi pasrah, kemudian menyerahkan manju-nya.
.
"Hentikan itu!" Ittoki muncul bak pahlawan.
"Huh? Hebat juga kau bisa sampai sejauh ini, calon pemimpin Iga" ledek Himura.
"Kembalikan yang kalian curi!" Seru si Pewaris Iga dengan tegas.
"Hah? Apa maksudmu?" Himura menunjukkan manju yang ia ambil dari murid random tadi lalu menyimpannya kembali.
"Tcih!" Ittoki jadi geram dan langsung berlari menerjang Himura.
WUSH
BRAKK
"Aduh!" Namun Himura dengan cerdik melompatinya sehingga Ittoki menabrak tembok kastil.
"Hahaha! Kau ini babi hutan atau apa?" Ledeknya lagi.
"Hei, ini dianggap pertahanan diri bukan?"
"Dia yang menyerang duluan," ujar dua Koga lainnya.
"Kita bunuh dia seolah-olah dia lepas kendali, bagaimana?" Usul Himura. Kedua bawahannya setuju. Sementara Ittoki jadi gemetar. 'Gawat! Bagaimana ini? Apa yang harus kulakukan?!'
"Rasakan ini!" Himura maju dan menyerang Ittoki.
BUGH
"Ughhh!" Ittoki terseret ke belakang lalu dikunci pergerakannya oleh salah satu bawahan Himura. "Ditendang dengan kostum Ninja terasa sakit bukan?"
BUGH
DHUAGH
Tak berhenti sampai disitu, Himura memukulnya lagi hingga menghantarkannya ke bawahan Koga yang satunya lalu ditendang hingga jatuh. Tubuhnya dipantulkan kesana kemari.
"Awas bahaya!" Himura mengunci tangan Ittoki, lalu berniat mematahkannya. Namun Ittoki dengan reflek dan tubuh lenturnya segera melepaskan diri dengan menendang wajah Himura lalu berguling.
DHUAGH
"Brengsek!" Himura menunjukkan raut murka.
"Hah...hah...hah..." Ittoki mencoba mengatur nafasnya yang tak beraturan. Dirinya sadar sedang terpojok. Oleh karena itu ia harus memikirkan cara yang terbaik untuk merebut kembali manju tersebut.
"Tapi jika core-mu rusak. Kekuatan kostummu akan hilang. Hati-hati agar tidak merusaknya ya?" Kata-kata Ryoko terlintas kembali di benaknya. Ia kembali maju untuk menyerang Himura.
GREPP
Ittoki mendekap tubuh Himura bermaksud untuk membantingnya. Namun Himura adalah Ninja Elit Koga. Dia terlalu kuat untuk Ittoki.
"Sialan! Kau tidak tahu kapan harus menyerah ya?!"
WUSH
BRUKK
"Aaarghh!!!"
Pewaris Iga itu harus merelakan tubuhnya dilempar hingga terseret-seret ditanah. Dengan penuh amarah, Himura mengangkat kakinya tinggi-tinggi.
"Matilah kau!"
.
"Hoi, kecoa Koga sialan..."
Himura dan kedua bawahannya sontak mengalihkan perhatiannya ke asal suara yang berasal dari belakang mereka. Disitu terlihat jelas sosok Naruto yang berdiri dengan menebarkan aura intimidasi.
"Kau, si sok pahlawan itu ya? Kebetulan sekali. Aku akan membalas yang di kantin waktu itu!" Tak menghiraukan si pewaris Iga, Himura beralih untuk menyerang Naruto.
"Aaaghhh...! Rasakan ini!" Himura memberikan sebuah pukulan yang mengarah langsung ke wajah Naruto.
"Huh, amatir" Naruto membelokkan pukulan itu kesamping. Namun Himura melanjutkan dengan sebuah tendangan yang mampu di hindari Naruto. Pada saat itu Naruto mengambil momentum untuk menyerang balik
WUSH
TAP
DHUAGH
"Aaarghh!" Himura terpental dan terseret-seret di tanah usai menerima pukulan dari telapak tangan Naruto yang menggunakan Taijutsu Hyuga. "Hanya itu kemampuanmu?" Sindirnya, seraya memiringkan kepala.
"Tcih! Kalian jangan hanya diam saja! Serang dia!" Himura memerintahkan kedua bawahannya untuk ikut menyerang Naruto.
WUSH
WUSH
Mereka maju secara bersamaan dari kiri dan kanan. Naruto yang sudah puluhan tahun bertarung dalam menghadapi lawan yang unggul kuantitas hanya diam berdiri menunggu mereka datang.
SYUT
WUSH
TAP
Sesuai dugaan, mereka berdua menyerang bersamaan untuk membingungkannya. Mantan Hokage ketujuh itu hanya memilih menghindar dan menangkis menunggu momentum yang tepat untuk melakukan serangan balasan.
SHUT
Kedua Ninja elit Koga itu memberikan sebuah pukulan lurus yang mengarah ke wajahnya. Akan tetapi, lawan mereka ada seorang shinobi yang kenyang akan pengalaman pertarungan jarak dekat. Naruto menghindari kedua pukulan itu dengan melentingkan badannya ke belakang seperti gerakan tari Limbo. Dan pada saat itulah dia mengambil momentum untuk serangan balasan.
TAP
DHUAGH
"Aaargghhh!" Mengenai dua burung dengan satu batu. Gerakan tendangan Capoeira dari Naruto sukses menumbangkan kedua Ninja Koga itu.
"Inikah kemampuan Ninja Elit Koga itu? Benar-benar memalukan," sindir Naruto lagi.
"Syukurlah ada kau Naruto. Kalau tidak, aku tidak tahu bakal jadi seperti apa diriku nanti" ujar Ittoki.
BUGH
Bukannya mendapat pertanyaan baik-baik saja, Ittoki malah menerima pukulan di kepalanya. "Aduh! Kenapa kau memukulku lagi?!"
"Kenapa kau bilang? Apa kau tahu yang kau lakukan tadi bisa saja mengancam nyawamu? Beruntung aku sempat datang, kalau tidak kau bisa mati di tangan mereka" balas Naruto tegas. Membuat Ittoki sadar dan menundukkan wajahnya.
"Jika kau mati, maka itu sama saja menyakiti Yumika-san. Beliau sudah kehilangan suaminya. Ia tidak ingin kehilangan seseorang yang ia sayangi lagi," lanjutnya.
"Maafkan aku Naruto. Aku hanya..."
"Bertindak sebagai pahlawan? Aku tahu itu. Itu hal yang bagus. Tapi, kau juga harus tahu yang namanya sadar diri. Saat ini kau baru menjadi Ninja yang masih hijau, mentah dan tidak ada rasanya. Maka dari itu kau harus meningkatkan kemampuanmu terlebih dahulu. Kau paham?"
"Ya! Aku paham!"
"Bagus. Aku suka semangatmu. Sekarang lanjutkan dan ambil manju-nya"
"Baiklah. Terima kasih Naruto!"
.
.
.
"Ini untukmu" Bukannya naik ke atap kastil, Ittoki malah kembali ke tempat Kirei. Ia menyerahkan sebuah manju yang entah ia dapat darimana.
"Huh? Mana bisa kuterima?" Kirei memasang wajah bingung.
"Ini bukan punyaku kok" balasnya.
.
.
.
"Eh? Dimana? Perasaan tadi ada disini?" Himura kebingungan mencari manju-nya.
"Ada apa Takamine Himura? Kalau hilang atau terjatuh, cari sampai dapat. Atau kembali lagi ke kastil untuk mengambil yang baru" ujar Kominami tak mau tahu.
"Hei, pasti kalian yang ambil-" Himura sempat menuduh kedua bawahannya, namun ia teringat saat Ittoki mendekap tubuhnya.
"Bajingan! Bocah brengsek!".
PLAK
Suzaku yang berada disitu langsung menamparnya. "Jangan permalukan dirimu seperti itu" tegurnya.
.
.
.
"Kamu nekat juga ya?"
"Asal tidak ketahuan, tidak apa-apa kan?"
"Hihihi"
Ittoki menggendong Kirei di punggungnya. mengantarkan Kunoichi itu sampai di jembatan.
"Disini saja,"
"Heh? Apa tidak apa-apa?" Pewaris Iga itu mempertanyakan keputusan Kirei.
"Tugasmu masih belum selesai bukan?" Balas Kirei.
"Ittoki-san" Ryoko menghampiri mereka dari belakang.
"Ryoko-san, apa tugasmu sudah selesai?" Tanyanya.
"Ya, aku tinggal kembali saja" balasnya.
"Syukurlah. Bisa kau bantu Kirei-san? Dia terluka"
"Aku mengerti. Kau harus secepatnya menyelesaikan tugasmu, Ittoki-san" Ryoko memapah tubuh Kirei untuk diantar kembali pada Kominami.
"Terima kasih" usai menyerahkan Kirei, Ittoki bergegas menuju kastil. Namun sesampainya ia disana, manju-nya sudah habis. Hanya baki kosong yang ada.
"Eh? Manju-nya sudah habis?"
"Sayang sekali nak. Kau terlambat. Lain kali berusahalah lebih keras lagi" ujar Juuzen, memberikan semangat untuk Sang Pewaris Iga.
"Hahh...apa boleh buat. Aku permisi, Gakucho" Ittoki menunduk hormat lalu turun dari situ. Dengan langkah lemas ia berjalan melintasi jembatan. Sampai suara Naruto mengalihkan perhatiannya.
"Hei, tangkap ini"
"Eh Naruto? Lalu bagaimana denganmu?" ia menerima manju yang dilempar oleh Naruto.
"Jangan khawatir, aku punya banyak" Naruto menunjukkan kantong plastik berisi manju yang diambil oleh Bunshin-nya.
"Hah? Bagaimana bisa? Bukankah satu orang hanya boleh mengambil satu saja?" Ittoki dibuat bingung.
"Kau tidak perlu tahu. Ini satu lagi. Aku tahu kau ingin makan yang enak-enak bukan? Makanan Ninja yang kau makan tadi pagi itu sangat buruk dattebayo" Naruto memberikan satu lagi pada Ittoki untuk dimakan.
"Hehehe, ya begitulah. Kau juga harus ikut merasakannya, Naruto"
"Apa? Huek! Tidak mau. Dari tampilannya saja sudah membuatku tidak ingin memakannya. Tidak, terima kasih" Naruto ogah-ogahan.
.
.
.
The Ancient Shinobi
.
.
.
Hari berganti. Seperti biasa sebelum memulai pelajaran para murid akan sarapan terlebih dahulu. Mereka tidak bisa berkonsentrasi terhadap pelajaran dengan perut yang kosong.
"Hei, hati-hati. Mereka berdua yang mencari masalah dengan Ninja Elit Koga kemarin kan?"
"Kau benar. Lebih baik kita tidak usah dekat-dekat dengan mereka agar tidak ikutan terlibat dengan Koga"
Namum sesampainya di kantin, Naruto dan Ittoki mendapat sambutan yang tidak ramah dari para siswa dan siswi disana.
"Kita dihindari ya?" Ittoki jadi merasa tersudut.
"Lalu kenapa? Biarkan saja. Ini kan kehidupan kita, kenapa mereka yang harus repot?" Naruto memilih tak acuh, sembari menikmati segelas kopi.
"Murid baru ditinggal sendirian, kasihan sekali. Semua murid sudah diancam untuk tidak bicara kepada murid Iga"
"Kalian tak akan punya teman siapapu-"
SHUT
SLASH
Himura mendadak berhenti berbicara begitu merasakan ada sesuatu yang menggores pipinya. Darah segar mengalir dari bekas goresan yang ternyata berasal dari sedotan gelas kopi yang dilempar oleh Naruto.
'A-apa?! C-Cepat sekali! Dia bahkan melemparnya tanpa melihat ke arahku?!' Himura terkejut luar biasa. Bukan hanya dia, seluruh komplotannya juga bereaksi serupa. 'Siapa sebenarnya dia?'
"Hei. Ini kantin, bukan rumahmu, jangan berisik" mereka semua termasuk Himura langsung kicep mendengar suara dingin dan menusuk Naruto. Meskipun selalu terlihat hyperaktif, Naruto bisa juga bersikap seperti Sasuke.
"Tidak usah dipikirkan" Kousetsu tiba-tiba datang, menaikkan moral sahabatnya itu.
"Aku paham. Aku tak perlu menahan apapun lagi" balas Ittoki, seraya memilih kupon ramen miso. Namun pada akhirnya ia memilih kue hitam itu lagi.
"Hah..." Ittoki menghela nafas pasrah.
"Penakut," ledek Kousetsu.
"Kau juga" Ittoki melihat isi mangkok Kunoichi bermasker itu juga sama.
"Aku menyukainya" Kousetsu membuang muka, melihat ke makanan yang dipilih Naruto. "Ramen lagi? Apa kau tidak bosan?"
"Kenapa? Ini makanan favoritku. Kau sudah tahu kan?" balas Naruto.
"Apa? Kenapa kau memilih ramen? Seharusnya kau juga ikut memilih makanan Ninja sepertiku dan Kousetsu. Tunjukkan rasa solidaritasmu Naruto!" Ittoki tak terima sahabatnya itu memilih ramen, sementara ia dan Kousetsu memilih kue hitam yang tidak enak itu.
"Serius aku harus makan itu?" Ujar Naruto yang terlihat ogah-ogahan. Kousetsu merespon dengan tatapan seolah berkata, 'Lakukan saja'
"Hah...baiklah. Apa boleh buat," Naruto terpaksa mengganti tonkotsu ramen dengan kue hitam yang sama seperti kedua sahabatnya.
"Boleh aku duduk disini?" Ryoko menghampiri meja mereka bertiga dengan nampan yang berisi sama ; mangkok yang berisi kue hitam serta segelas air putih. "Silahkan" Ittoki tak keberatan
"Aku masih belum selesai menjelaskan soal peralatan Ninja," ucap Ryoko.
"Yo! Kita sama ya?" Disusul Kirei yang juga membawa makanan serupa.
"Kalau bukan karena Kousetsu-chan aku tidak akan makan benda ini" Naruto menggerutu.
"Hahahahaha...! Ittadakimasu!"
.
.
.
The Ancient Shinobi
.
.
.
To Be Continued
