Mei, 2046
lokasi : Turkey
Issei J. Hyoudo, usia 32 tahun, pensiunan USMC, 2nd Bat. 2nd Marines dengan jabatan terakhir Sersan Mayor.
Di sebuah pedesaan terpencil, sebuah rumah yang di huni oleh seorang pria dari luar terlihat sangat normal.
'Jika ada hal yang aku sesalkan dalam hidupku, adalah kenyataan dimana aku kesulitan menentukan pilihan yang aku ambil'
'Terkadang aku tertawa dalam tangis ketika mengingat kembali waktu itu, saat aku masih berada di kesatuan'
'Namun setidaknya apa yang aku jalani adalah sesuatu yang aku pilih sendiri'
Aku sudah pensiun dari Marinir selama 8 tahun dan sampai sekarang sensasi dinginnya senjata yang aku pegang masih terasa hingga sekarang.
-0-
Markas Cabang USMC 2nd Batalion, 2nd Marines, Kepulauan GUAM.
27 November 2042
Di tengah latihan rutin yang selalu di jalankan para marinir, seorang pria yang tengah memimpin regu dalam menjalani latihan tempur mulai berjalan menjauh menuju tenda dimana ia bisa istirahat sejenak.
Di tenda yang khusus untuk para perwira NCO, dia menatap lapangan dengan wajah letih.
'Sungguh merepotkan sekali para rekrut baru ini'
Pikirnya ketika melihat mereka yang sangat bersemangat dalam latihan tempur kali ini.
'Penugasan berikutnya akan sangat berbahaya, sebaiknya mereka lebih mempersiapkan diri mereka lebih baik ketimbang bermain-main'
"Apa ada yang menggangu pikiranmu, Sersan?"
Seseorang menginterupsinya dan saat ia menoleh kearah sumber suara, seorang wanita dengan seragam perwira angkatan laut berpangkat Petty Officer Second Class.
"Tidak ada sama sekali, Nona Rossweisse"
"Fufu... Wajah mu justru berkata lain, Sersan Hyoudo"
Wanita yang berusia sekitar 26 tahun itu terlihat tersenyum menggoda kearahnya namun Issei hanya membalas dengan tatapan lesu
"Apa ini berkaitan dengan penugasan berikutnya?"
Tanya Rossweisse sambil duduk di sebelah Issei.
"Mungkin"
...
Kali ini keheningan jatuh di antara mereka berdua ketika mengaitkan tentang hal itu
Rossweisse hanya menatap langit biru sambil bergumam sesuatu. "Sudah dua tahun sejak perang di mulai, waktu berlalu cukup cepat"
Issei tak menjawab selain diam
'Dua tahun yang lalu, kah'
Di tahun 2040 ketika dunia di landa krisis energi secara masif, perubahan iklim ekstrim menyebabkan banyak negara mengalami kerusakan parah akibat naiknya level air laut dan hal itu di perparah dengan pemanasan global ekstrim serta badai yang sangat buruk yang tak pernah terjadi sebelumnya.
Satu persatu negara yang terkena dampak perubahan iklim perlahan menjadi negara gagal yang menyebabkan ratusan ribu nyawa melayang akibat pasokan makanan yang menipis serta krisis ekonomi secara masif membuat situasi memburuk.
Hampir semua negara di Asia mengalami bangkrut yang ikut membawa nyawa penduduknya melayang akibat hal itu.
Tsunami besar yang terjadi di tahun 2041 ikut juga memperburuk keadaan yang akhirnya hanya tersisa China dan Aliansi Asia yang terdiri dari Korea Selatan, Philipina, Indonesia dan Thailand yang mampu bertahan dari krisis ini.
Krisis besar ini bukanlah penyebab utama kenapa perang terjadi.
'Ketika kami berpikir perang tak mungkin terjadi, ternyata kami salah'
Issei berusaha untuk tidak memikirkan hal itu, ia tetap tidak mempercayai hal bodoh yang berkaitan tentang perang ini.
Namun setiap kali ia tak memikirkannya, justru hal itu yang terus terulang di kepalanya
"Nona Rossweisse, kurasa kau harus kembali ke tempatmu"
Ucap Issei secara tiba-tiba berusaha untuk membuat wanita ini pergi.
Melihat betapa kasarnya cara Issei menyuruhnya pergi, Rossweisse hanya bisa mendesah sambil menatapnya dengan senyuman.
"Sersan, apa anda mengusir saya yang juga sebagai atasanmu?"
"Tidak, Saya hanya menyarankan"
"Fufu... baiklah jika itu yang kamu sarankan. Saya akan kembali"
Wanita berambut putih itu berjalan menjauh darinya, Issei yang masih tenggelam dalam pikirannya hanya bisa membayangkan apa yang akan terjadi dalam waktu dekat ini.
Dan itu tak membutuhkan waktu lama untuknya dapat sadar akan kenyataan memilukan yang akan ia hadapi.
-0-
Operation Thunderstorm, 28 November 2042
("Kepada semua unit, bersiap untuk pertarungan")
Suara pilot menggema di radio setiap prajurit yang terhubung ke Chanel 2.
Helikopter Chinook yang membawa regu Marinir mulai terlihat akan menurunkan mereka dalam waktu dekat.
Issei disisi lain hanya melihat dari balik jendela helikopter kearah langit pagi yang cukup cerah ini.
("Semuanya, bersiap menghadapi para Bajingan itu!")
Tak lama sepasang pesawat F-18E/F terbang melewati helikopter mereka dan mulai menjatuhkan bomb JDAMS, ledakan terlihat dari kejauhan.
Tangan kanan Issei mulai bergetar sedikit, namun ia berusaha sebaik mungkin untuk menghilangkan keraguannya.
("Semuanya, turun!")
Tepat ketika helikopter terasa sudah menyentuh tanah, pintu belakang helikopter pun terbuka menampilkan suasana yang akan mereka hadapi
Para Marinir yang sangat bersemangat untuk bertempur mulai keluar dari helikopter dalam formasi yang utuh.
Issei menyusul mereka namun tidak ada satupun kontak musuh terlihat di garis pantai ini.
'Terlalu sunyi'
Tak butuh waktu lama 7 helikopter Blackhawk mulai tiba menurunkan sisa Marinir dan beberapa Hovercraft juga tiba mengeluarkan 6 Tank Abrams dan 4 LAV-25 sebagai unit bantuan.
["Disini komando kepada semua unit, kami tidak mendeteksi adanya kontak bersenjata disekitar kalian, segera amankan perimeter untuk bala bantuan"]
{"Disini Alpha 09, Area Aman"}
Beragam komunikasi mulai menyerbu radio Issei, ia bahkan harus menurunkan volume suara radio karena kerasnya volume yang menggangu telinganya
'Kemana mereka?'
Pikir Issei ketika melihat suasana yang sangat hening.
-Tokyo, Japan, Aftermath, 1000 AM, 28 November 2042-
Terhitung sudah tiga jam sejak regu penyerbu mendarat di garis pantai Tokyo, hingga saat ini tidak ada tanda-tanda adanya kontak.
"Makhluk itu mungkin takut dengan kita"
Canda salah satu Lance Corporal kepada temannya yang tengah menjaga gerbang masuk ke FOB sementara.
Issei yang mendengar celotehan mereka mulai mencurigai sesuatu. 'Tidak masuk akal, makhluk itu tidak mungkin tidak menyerang balik'
"Humans"
sebuah suara dengan nada yang menggema sontak membuat Issei langsung mengarahkan senjatanya ke sumber suara.
"Siapa kau"
Tanya Issei kepada sosok asing menyerupai manusia namun memiliki bentuk yang aneh.
"Ini adalah saatnya untuk kami membalaskan dendam kami"
Tanpa ada celah sedikitpun, Issei tetap siaga tak lama beberapa Marinir mulai datang dan ikut mengepung wanita itu
Saat Issei menyadari sesuatu yang buruk akan terjadi ia langsung berteriak kepada 7 marinir yang mengepung wanita itu.
"Tembak makhluk itu!"
Suara seperti guntur yang amat keras menggema dan wanita itu dalam waktu singkat di hujani ratusan peluru tanpa henti.
"Manusia menyebalkan!"
Wanita itu mengeluarkan semacam energi kuat yang menghempaskan mereka semua seketika itu juga semacam badai petir tercipta di langit.
"INCOMING!"
Wilayah langsung berubah drastis ketika ratusan makhluk aneh keluar dari semacam portal di angkasa yang menyerang kearah FOB.
["Semua unit disini Pusat Komando, musuh terlihat. Semuanya serang balik, tunjukkan apa yang kalian bisa"]
Langit berubah hitam di penuhi hujan peluru yang menyerang makhluk asing itu.
Sementara itu, Issei yang mampu bertahan dari lonjakan energi wanita asing itu langsung berlari dengan cepat kearah wanita itu yang sempat lengah.
Bermodalkan pisau Issei dengan cepat menabrakkan dirinya ke wanita itu yang tengah sibuk melihat kearah langit dengan senyum lebarnya.
"Huh!"
Wanita itu yang terkejut akan serangan dadakan Issei langsung menjerit sakit ketika pisau yang di tangan Issei ia tusukkan tepat di bahu wanita itu.
"Kau takkan bisa menang, ras kalian adalah ras yang sangat lemah!"
Ucap wanita itu dengan nada menghina kearah Issei.
"Oh ya? Bagaimana kalau kau diam saja?"
Balas Issei sambil menghajar wanita itu tepat di wajahnya membuatnya pingsan seketika.
Issei menatap langit yang gelap akibat awan petir yang penuh dengan makhluk aneh, pertempuran ini baru saja di mulai dan tidak akan berhenti.
'Perang Dunia 3, Perang yang semua orang kira antara manusia dengan manusia justru menjadi perang antara kemanusiaan melawan ras asing'
Tokyo yang mulai di terjang hujan badai mulai bertambah mencekam saat langit di penuhi peluru yang berterbangan di sana-sini.
Pesawat-pesawat tempur yang terbang di langit ikut memburu makhluk itu satu persatu, perang Tokyo satu sisi ini mulai terlihat akan dimenangkan oleh manusia setelah banyaknya jumlah korban berjatuhan dari sisi makhluk asing itu.
dari jalanan kota yang dibanjiri oleh air sungai yang meluap, membuat pertempuran semakin intens. Issei terus berjalan sambil mencari perlindungan saat melihat beberapa makhluk menyerupai iblis itu menyerangnya dengan energi hitam
'Sialan, aku bisa mati dibuat merdeka'
Umpatnya ketika melihat situasi yang sama sekali tidak mendukungnya. Tepat saat itu juga, sebuah F-16 terlihat mendekat ke wilayahnya dan menembaki mereka dengan senjata mesin yang terpasang di pesawat membuat musuh yang menyerangnya terbunuh seketika
Wilayahnya yang telah aman untuk sementara, Issei manfaatkan dengan berlari ke arah gedung dimana pertempuran masih terjadi di jalanan ini yang tengah di landa banjir. Jalanan yang becek membuat Issei sedikit kesulitan berjalan namun ia terus berjalan dengan senjata ia siagakan penuh di sekitar area ini.
["Pusat komando kepada semua unit, Musuh tengah mundur dari wilayah, tetap pertahankan sektor dan jangan paksakan untuk maju tanpa ada bantuan"]
Ucap komando saat Issei melihat makhluk itu yang mulai mundur, satu persatu prajurit terlihat dari sudut jalanan bersama dengan LAV-25 yang bertindak sebagai bala bantuan.
Tepat saat itu juga, sesuatu yang aneh mulai menggerogoti pikirannya.
'Ini terlalu mudah'
Pikirnya sambil melihat situasi pertempuran yang sangat menguntungkan mereka.
"Sersan!"
"Laporkan situasinya, Kopral"
"Yes Sir, saat ini musuh terlihat sangat kewalahan menghadapi serangan udara dari angkatan udara. Kami di perintahkan untuk memukul mundur mereka sampai di Charlie Sektor"
"Baikah, aku ikut dengan kalian"
Issei langsung bergabung dengan Delta Pleton dimana mereka akan terus memukul mundur musuh hingga 600 meter kedepan, di tengah pertukaran serangan antara energi hitam dengan hujan peluru pun terjadi dengan sangat cepat di jalanan kota ini.
Issei membidikkan M5A3 yang memiliki kaliber 7.66 mm kearah makhluk itu dan dengan cepat 6 peluru membunuhnya seketika
"Manusia rendahan! Beraninya kalian!"
Tepat di 200 meter di depan mereka, sesosok manusia dengan sayap hitam terlihat melayang dengan sayapnya mulai siap menyerang unit marinir dengan energi hitam itu. Issei yang melihat itu langsung berlari secepat mungkin hingga
"Tidak secepat itu bajingan!"
Pisau Issei tusukkan tepat ke perut makhluk itu yang ternyata adalah seorang wanita.
"Kyah!"
Pekikan sakit terdengar namun Issei tak memperdulikan hal itu, ia justru semakin menusukkan sedalam mungkin pisau itu ke perutnya.
"Ghuk... kau!"
Wanita itu memuntahkan darah ketika pisau itu menembus tubuhnya.
"Ini adalah akhir untuk mu dan ras mu, bajingan"
Ucap Issei sambil mengambil pistol dan siap untuk menghabisinya namun wanita itu tertawa.
"Tak akan mungkin aku akan mati di tangan kalian!"
Saat itu juga, sekitarnya menjadi gelap gulita dan Issei yang yakin telah menarik pelatuk pistolnya tepat di kepala wanita itu hanya bisa tenggelam dalam kegelapan yang menelannya.
-0-
["Kepada semua unit, perang telah berakhir. Makhluk itu telah mundur sepenuhnya, Rudal Nuklir yang di luncurkan ke portal telah sukses menghancurkan markas mereka. Kita telah menang"]
...
Tubuhku terasa sangat berat.
Aku berusaha untuk bangkit namun tubuhku masih menolak untuk bergerak. Perlahan-lahan aku berusaha untuk bangkit namun sesuatu yang datang berikutnya sepenuhnya membuatku terdiam bagaikan batu.
'Dimana ini?'
Di depanku langit cerah menyinari sebuah kota yang sangat damai seolah-olah tak ada yang terjadi sama sekali.
'Dimana aku?'
Aku tak mengerti bagaimana bisa, aku ingat kalau kota Tokyo adalah Medan perang yang sangat parah namun ini...
'...huh?'
Saat aku melihat kearah tubuhku,saat itu aku menyadari ada yang aneh.
Tubuhku terasa sangat berbeda bahkan baju militer tempur yang aku kenakan saat ini terasa sangat longgar.
Ini mustahil bukan?
Berbicara tentang tubuh, di belakangku tubuh wanita yang tadi bertarung denganku juga masih disana.
'Aku sebaiknya mencari tempat bersembunyi'
Mengingat saat ini aku di pinggir pantai yang sangat tenang, bukan artinya tak akan ada saksi mata yang akan melihatku disini
Aku pun membawa tubuh wanita ini kearah sebuah gudang tak terpakai yang tak jauh dari lokasi ku.
'Peralatanku masih utuh, dan sekarang aku harus apa?'
Senjataku, peluru, helm hingga kevlarku juga masih utuh seolah-olah tak ada satu goresanpun terlihat di sana
"Command, disini Alpha 001. Apa kau mendengarku?"
...
"Command disini Alpha 001, apa kau mendengarku, over"
...
"Kepada siapapun yang mendengarkan, apa kau bisa mendengar ku?"
...
Jawaban statis adalah hal yang ku terima lagi.
["... Disini Overlord 76, berikan identitas mu"]
Saat aku mendengar respon di radio aku langsung menjawab dengan cukup bersemangat karena akhirnya aku bisa mendapatkan komunikasi.
"Disini Sersan Issei J. Hyoudo, dari Regu Alpha Company, 2nd Batalion, 2nd Marines, MEU 3411. Apa aku berbicara dengan Markas GUAM?"
...
["... Issei J. Hyoudo, kami mengkonfirmasi dirimu, dimana kau nak? Kau tiba-tiba hilang dari lokasi"]
'Syukurlah'
"Command, aku sekarang berada entah dimana, pelacak GPS ku juga mengalami malfungsi"
["Dimengerti, Sersan Issei, kau di perintahkan untuk melakukan observasi terhadap sekitarmu dan berikan laporan 1x24 jam tentang pembaharuan situasi, kami akan melakukan sebisa kami untuk membantumu keluar dari sana nak"]
"Roger"
["Ok, disini Overlord out"]
Saat komunikasi terputus setitik harapan terbentuk di dalam pikiranku ketika melihat situasi ku yang tak begitu buruk, namun
'Apa yang harus aku lakukan dengan makhluk ini?'
sosok wanita yang terbaring kaku dengan lubang di kepalanya jelas tidak memberikan keuntungan apapun selain masalah, terlebih lagi aku khawatir jika makhluk ini akan membusuk dan menarik perhatian seseorang disekitar ini.
'Untuk sekarang aku hanya bisa...'
Menggeledah tubuhnya mencari sesuatu yang bisa ku jadikan informasi atau sesuatu yang bisa aku jadikan petunjuk.
Yang benar saja, apa yang aku harapkan dari makhluk ini?
Lima menit aku menggeledah aku tak menemukan apapun selain satu keping koin emas yang mungkin bisa aku gunakan nanti.
Wanita berusia antara 23 tahun itu terlihat seperti manusia biasa, namun dia adalah salah satu ras yang menyatakan perang dengan kemanusiaan di tahun 2039 saat dunia di terjang krisis dan pemanasan global masif.
Aku memutuskan mencari solusi untuk menyembunyikan mayat makhluk ini, dan apa yang jauh lebih brilian selain menguburnya di kedalaman laut?
Sebuah besi aku temukan di sudut gudang ini dan aku lilitkan di seluruh tubuh mayat ini dan bersiap untuk membuangnya saat situasi ku anggap aman.
Malam pun tiba dan aku masih terjebak di dunia ini yang menurutku masih tidak aku pahami apa yang sebenarnya terjadi dengan diriku.
PDA yang terletak di lengan kiriku setidaknya masih berfungsi normal jadi aku bisa menggunakannya selama aku disini.
Namun melihat suasana diluar yang nampaknya memiliki peradaban yang modern membuatku berpikir tidaklah mungkin mereka akan mengabaikan seseorang yang berpakaian semi-militer taktikal sepertiku berkeliaran di jalanan begitu saja.
Hal yang aku punya di dalam tas ku hanyalah pakaian jump suit hitam biasa namun jika itu bisa membuatku sedikit membaur maka apa yang aku perdulikan lagi.
Hingga aku menyadari sesuatu yang membuatku justru semakin terkejut
"Kau pasti bercanda"
Ternyata itu bukan hanya sekedar imajinasi ku saja, ternyata aku benar-benar berbeda.
Pantulan wajahku di kaca jendela jelas menunjukkan jika aku jauh berbeda dari apa yang aku harapkan.
'Kenapa wajahku terlihat sangat muda?'
Melihat tak ada yang dapat menjelaskan situasi ini, aku langsung menyembunyikan senjataku dan segala peralatan kecuali PDA yang terhubung dengan radio comms yang tetap akan aku bawa kemanapun.
Berjalan menyusuri jalanan yang jelas menunjukkan jika ada tanda peradaban modern disini semakin memperkuat kecurigaan ku akan sesuatu.
Tepat 17 menit aku berjalan aku sudah di kelilingi akan sesuatu yang tak pernah ku lihat dalam hidupku, dan itu adalah sinar, sinar lampu dimana-mana.
'Dimana kah aku?'
Seolah terhipnotis akan banyaknya gedung yang berdiri tegak dan banyaknya manusia dimana-mana berkeliaran membuatku berpikir, apakah aku mengulang mundur waktu?
Namun ini mustahil, karena aku mengecek PDA dimulai dari jam hingga lokasi, aku masih berada di Tokyo pukul 20.08 menit, 2042
-0-
Butuh waktu untukku bisa menerima kalau aku benar-benar berada di antah-berantah dengan penampilan fisik tepat saat aku berusia 17 tahun.
29th November 2042, pukul 0700 pagi
Aku setelah memberikan situasi ku pada komando, komando menginstruksikan padaku untuk tetap menjaga profilku tetap rendah sampai mereka mengetahui sesuatu.
Laporan sebelum aku menghilang, aku terlihat oleh salah satu marinir di tarik oleh semacam lubang hitam bersama dengan wanita itu dan sampai saat aku membuat jurnal ini, lubang hitam itu masih belum menghilang.
Probabilitas akan itu adalah pintu pulang ku sangatlah tinggi, namun aku tidak menemukan satu pun petunjuk akan bagaimana menemukan lubang hitam di dunia aneh ini.
Untuk saat ini aku hanya bisa mengamati dan lebih waspada akan persediaan suplai yang aku miliki.
Issei J. Hyoudo, 29 Nov 2042
Selesai menulis jurnal aku kembali mengamati persediaan MRE yang tersedia di dalam tas, jika menghitung kemungkinan berapa lama aku akan terjebak disini maka ini sangat krusial bagiku untuk mencari sesuatu untuk bertahan disini.
'Haruskah aku?'
Menjual kepingan koin emas yang aku ambil dari mayat itu? Mungkin saja jika itu adalah satu-satunya opsi yang tersedia
Namun melihat tidak mungkinnya aku bisa bertahan hanya dengan berharap saja maka aku harus melakukan sesuatu.
Dan sesuatu yang aku maksudkan adalah berkeliling berusaha mencari tempat dimana aku bisa menjual benda ini.
'Berbicara realistis, tak akan mungkin ada yang mau beli emas dari seorang bocah tanpa adanya surat resmi'
Dan itulah yang sedang aku hadapi, mencari sudut dimana aku bisa menjual benda ini tanpa ada banyak tanya dari sang pembeli.
Atau...
'Bodohnya aku'
Aku berjalan ke mesin ATM terdekat dan mulai melakukan sesuatu dengan PDA ku, karena PDA milikku aku rancang khusus untuk peperangan elektronik maka ini bisa di fungsikan sebagai hack wall untuk segala benda.
Atau setidaknya itu yang aku percaya, dan disinilah aku di mesin ATM berusaha melakukan tindakan illegal tanpa tertangkap basah.
'Perlahan...'
Aku berusaha melakukan tindakan kriminal secepat mungkin tanpa meninggalkan jejak adalah hal yang nyaris mustahil namun, hey, mereka tak menyebutku specialized in electronic warfare secara sembarangan.
Cash berhasil aku ambil sebanyak 76 ribu Yen dan itu adalah hal yang pertama setidaknya membuatku aman secara logistik.
'Shit'
Aku mengumpat ketika melakukan hal ini, namun aku harus jika aku mau bertahan hidup disini
Kenyataan akan perbedaan situasi di dunia nyata dimana aku datang dengan dunia ini, bagaikan membandingkan antara madu dengan madu kadaluarsa selama 3 dekade.
Aku terpaksa harus menahan diriku sendiri dengan duduk santai di gudang tak terpakai ini untuk beberapa saat.
Di tengah gelapnya malam di dermaga ini, sesuatu tengah terjadi tanpa sepengetahuan Issei.
"Hufth...hufh... T...tolong"
Seseorang menjerit meminta pertolongan, berlari secepat mungkin seolah-olah sedang di kejar oleh sesuatu.
Teriakan keras itu menggema namun tak ada satu orangpun terlihat sepanjang mata memandang. Gadis itu terus berlari dan terus berlari hingga ia tersandung dan jatuh dengan keras.
"Hahaha... percuma saja kau berlari, gadis kecil"
"Eek!"
Gadis itu berteriak ketika melihat sosok aneh dengan sayap hitam berdiri di depannya memegang sebuah tombak yang terbuat dari api, siap menyerangnya kapan saja.
"T...tolong!"
Gadis itu kembali menjerit meminta pertolongan.
"Mati kau!"
Sosok manusia aneh itu melesat kearahnya dengan niatan membunuh sangat kental darinya.
'Tolong aku!'
Gadis itu hanya memejamkan mata sambil menangis memohon pertolongan.
"Hahaha... akhirnya, sacred gear bisa menjadi milikku!"
Gadis itu merasakan sakit luar biasa ketika benda terbuat dari api itu menembus tubuhnya, ia memuntahkan darah dan rasa sakit itu semakin membuatnya harus menangis keras saat benda itu terasa akan membakarnya.
'S...siapapun ... tolong aku!'
Isak tangis di sela batuk berdarah yang ia harus alami ini, saat ia sekarat dan pandangannya mulai buram, ia sudah tahu jika ini adalah ajal untuknya.
Sementara itu wanita aneh yang menyerang gadis itu hanya tertawa lebar.
"Ahahahaha... akhirnya kami bisa menuntut balas!"
(*Dor...)
Gema petir menggema
"Huh?"
Saat sesuatu mengenai bahu kirinya ia merasakan sakit seketika itu juga, "Argh! Beraninya!"
Ia memegang bahunya yang mulai berdarah namun aneh.
'Huh? Kenapa kemampuan regenerasi ku tak berfungsi?'
Suara letusan lain terdengar secara bertubi-tubi dan tak pernah ia sangka akan ada kejutan.
"Contact!"
Issei J. Hyoudo dengan senjata M5A3 miliknya langsung ia tembakkan kearah wanita itu dengan mode semi-auto ia menembak secara akurat berusaha melumpuhkan wanita itu
'Sialan, kenapa makhluk ini ada disini?!'
Issei yang panik akan makhluk ini ada di dunia ini juga langsung tak memberikan celah kearahnya untuk dapat menyerangnya.
Peluru 7.66 mm buatan NATO adalah peluru spesial yang memiliki ujung tip di lapisi bahan radioaktif seperti Cobalt hydroxide yang telah di campur oleh Nickel di laboratorium, menciptakan peluru paling efektif dalam menembus kulit makhluk ini karena mereka tidak dapat mentolerir sifat pembakaran yang tengah terjadi.
Secara ilmiah tubuh makhluk ini memiliki metabolisme yang mayoritas terdiri dari pembakaran maka dengan menggunakan material yang memiliki kandungan sedikit radioaktif dan sifat membakar dapat menyebabkan luka racun yang sangat berbahaya untuk mereka.
Peluru berbahan murah seperti ini yang mayoritas digunakan oleh seluruh militer di dunia saat ini untuk melawan makhluk seperti mereka.
Tepat setelah aku melumpuhkan kawanku, aku bergegas ke gadis yang terkena serangan dari makhluk ini. 'Ini bahaya, dia terluka parah di perutnya'
Denyut nadinya juga mulai melemah saat darah mengalir tak berhenti. Jika aku tak melakukan sesuatu, maka dia bisa mati karena kehabisan darah.
'Sialan! Apa yang harus aku lakukan!'
Aku hanya bisa menutup lukanya secepat mungkin dan berusaha yang aku bisa untuk mengobatinya dengan peralatan seadanya.
'Tunggu! Aku baru ingat!'
Dengan cepat aku membawa gadis ini ke dalam dekapan ku dan bergegas menuju gudang tempat persembunyian ku sementara.
Sesampainya disana aku meletakkannya secara perlahan dan mulai mengambil tasku, di dalam tasku aku baru ingat ada obat teknologi nano yang tersimpan di dalam botol untuk suntikan pertolongan pertama luka tembak.
'Aku tak tahu seberapa efektifnya ini, tapi kumohon selamatkan nyawanya'
Aku mengambil suntikan dan mulai mengisinya dengan formula itu kedalam jarum suntik.
Formula nano adalah metode pengobatan yang cukup efektif saat puncak teknologi medis berada di kejayaan.
Karena kurangnya bahan untuk mengobati setiap prajurit, maka kemajuan medis pun ikut di paksa berkembang pesat hingga akhirnya obat menyembuhkan-luka-sendiri pun berhasil di kembangkan di tahun 2034
Karena produk ini masih tahap pengembangan lebih lanjut, mayoritas penggunaannya lebih tertuju ke personil militer namun karena situasi yang tak mendukung ditambah lagi permasalahan krisis global menyebabkan benda ini mau tidak mau harus di rilis secara mendunia.
Selesai menyuntikkan cairan nano ke dalam tubuh gadis ini, aku setidaknya bisa bernafas sedikit lega ketika melihat pendarahannya mulai berkurang.
Namun bukan artinya masa kritisnya akan berakhir. 'Sebaiknya aku harus melakukan donor darah'
Menggunakan sampel darah dari gadis ini dan melakukan analisa singkat dengan mengandalkan metode analisis digital dari PDA yang ada di lengan kiriku.
Saat darah dia aku ambil, aku letakkan ke optik kaca senjataku dan mulai melakukan analisa secara cepat.
('Result blood type AB...')
Singkat cerita, darah dia memiliki kecocokan dengan darahku maka donor sangat memungkinkan untuk menyelamatkan nyawanya
...
...
...
Dimana ini?
Apa aku sudah mati?
Tanyaku pada kegelapan yang amat suram, sejauh mata memandang aku hanya bisa melihat kegelapan dimana-mana.
'Kenapa mereka membunuhku?'
Tanyaku dengan sedih sambil duduk di kegelapan ini. Aku tak bisa menangis lagi karena semua kesedihan ku sudah habis akibat realita yang sangat pahit
Dunia ini sangat kejam.
Teman-teman ku, ayah, ibu dan semuanya. Mereka apa akan sedih jika aku meninggalkan mereka?
Sekali lagi aku menangis tanpa sadar di kegelapan ini terduduk diam sendirian di kegelapan ini selamanya.
'Aku takut'
'Siapapun...'
Kegalapan ini sudah menakutiku bahkan belum ada beberapa hari aku disini, namun aku sudah ketakutan dibuat tempat ini.
'Hic...hic... Ayah... Ibu... tolong aku!'
Aku menjerit keras disini sambil menangis memohon kepada siapapun yang mampu mendengarkan suaraku.
("S...sialan! Nadinya mulai melemah!")
'Siapa itu?'
Aku menaikkan kepalaku ketika mendengarkan sebuah suara di kejauhan
'Siapa itu! Tolong aku!'
("Jangan mati gadis muda! Kau pasti bisa!")
'Tunggu ... jangan pergi!'
Suara itu perlahan terasa amat jauh, semakin menjauh, 'Tunggu aku!'
Ia berdiri dan berlari mengejar suara itu berusaha mengejar dan terus berlari tanpa tahu arah.
("Sialan! Ayolah gadis kecil! Kau pasti bisa!")
("Clear!")
Seolah-olah sebuah gempa besar terjadi di sekitarnya, dia terjatuh akibat gempa itu.
'Tunggu!'
("Clear!")
Gempa itu semakin keras dan seolah-olah membuat dunia ini terhempas kuat oleh getaran.
Tak tahu apa yang terjadi berikutnya, tiba-tiba ia melihat kegelapan ini seolah-olah mulai retak bagaikan pecahan kaca yang akan hancur
hingga...
"Hah...hah... syukurlah, kau benar-benar pejuang yang keras kepala. Gadis kecil"
Di hadapanku, aku melihat seseorang duduk di depanku dengan senyuman. Butuh beberapa saat aku menyadari apa yang sebenarnya terjadi namun pikiranku yang berantakan tak mampu memproses apa yang telah terjadi disini ataupun apa yang terjadi padaku.
"Tak usah memaksakan dirimu, untuk saat ini..."
Laki-laki itu kemudian mendekat kearahku sambil memegang sesuatu di tangannya.
"Tidurlah yang nyenyak"
Yang aku tahu, kegelapan kembali menyelimuti ku dan aku tak sadarkan diri saat itu juga.
...
Untuk Issei saat ini adalah saat yang sungguh menyusahkan untuknya.
"Disini Alpha 01, kepada markas. Apa kau mendengarku, over?"
Sudah lima menit Issei berusaha menghubungi markas namun ia tidak mendapatkan satu respon sama sekali.
'Sekarang bagaimana?'
Aku melirik kearah gadis yang nyawanya nyaris saja melayang akibat luka tusuk yang sangat fatal.
Syukur saja aku bisa menemukan baterai mobil usang yang bisa aku jadikan Defibrillator. Walau aku sedikit menyesal karena harus melepaskan baju anak ini namun hanya itu pilihan yang aku bisa lakukan untuk menyelamatkan nyawanya.
Dan tentu saja, sebagai orang dewasa aku tak akan mungkin membiarkan ataupun berani menyentuh anak-anak seperti dia
Aku tak menyedihkan sebagai manusia, setidaknya itu yang aku percayai.
"Erm"
sebuah erangan terdengar, saat aku melirik ke sumber suara aku melihat gadis itu sudah sadar.
"Apa kau masih merasakan sakit?"
Tanyaku dengan khawatir sambil mendekatinya. Gadis itu sepertinya masih tidak memahami apa yang terjadi dengannya, itu terlihat dari wajah kebingungannya.
"Kau terluka akibat tusukan di perutmu, kau sungguh beruntung"
Ucapku sambil mengelus kepalanya dengan pelan. Gadis itu langsung menatapku dengan tatapan terkejut lalu ia menangis deras ketika mengingat hal itu.
"..a...aku pikir..."
"Sudah, sudah, jangan kau pikirkan itu"
Aku berusaha menenangkannya, tapi apa yang bisa aku lakukan, itu reaksi yang biasa terjadi ketika kau di serang dan nyaris mati akibat hal itu.
Butuh waktu beberapa saat untuk dia bisa tenang dari tangisannya dan aku hanya bisa mengeluh di dalam kepalaku tentang kenapa aku harus menjadi perawat anak-anak.
Seandainya Rossweisse ada disini ...
Aku diam saat menyebutkan nama itu
Itu benar
Aku terjebak disini untuk sementara waktu tanpa tahu apakah aku bisa kembali atau tidak.
.
.
.
.
Saat keheningan tercipta diantara kami berdua aku berusaha menyibukkan diriku dengan melihat PDA akan status dan laporan dari markas pusat. Jika aku beruntung mungkin aku bisa menerima laporan status namun hingga detik ini masih tidak ada yang aku dapatkan selain 'No Connection' tertulis di PDA.
"Um... Tuan"
Gadis itu mulai bersuara, saat aku menoleh kearahnya aku meihat wajah ragu-ragu tertulis jelas di wajahnya
"Panggil aku Issei, Apa ada yang bisa aku bantu nona?"
"um... N... Nama saya, Asia, Argento Asia"
"Asia, ok. Jadi, apa ada yang bisa aku bantu?"
Gadis itu menggeleng namun wajahnya memperlihatkan akan rasa penasaran mengenai siapa aku, cukup wajar mengingat aku adalah orang yang menyelamatkan nyawanya, orang misterius yang tiba-tiba muncul menyelamatkan nyawa orang tak di kenal.
"Sebelum kau bertanya, ijinkan aku bertanya duluan"
Gadis itu mengangguk
"Dimana ini? Tanggal berapa sekarang dan kenapa kau di kejar"
Gadis itu mulai menjawab pertanyaan ku dengan seadanya, seperti yang aku duga sebelumnya jika ini adalah kota Tokyo dan tahun tetap sama dengan jam lokal yang ku lihat saat berkeliling, 3 Mei 2042
Saat dia bertanya padaku, aku hanya menjawab dengan kebohongan berusaha untuk tidak mengatakan kalau aku datang dari dunia sebrang sebagai prajurit
Lagipula siapa yang akan percaya kisah seperti itu?
Sekarang muncul permasalahan mengenai dia tak tahu kenapa di kejar oleh makhluk itu dan permasalahan mengenai peluru senjataku yang mulai menipis.
Setidaknya aku memiliki 210 peluru atau 7 magasin kaliber 7.66 dan 4 magasin peluru .45 acp
Senjata ini akan jadi masalah jika aku tertangkap pihak berwajib, sebaiknya aku mulai memikirkan bagaimana untuk menyembunyikan benda ini.
"Um..."
'Gadis ini benar-benar suka mengganggu ku, ya?'
"Ada apa?"
"Kamu, Issei Hyoudo-san kan?"
HM? bagaimana bisa dia tahu nama lengkapku?
"Benar"
Gadis itu menatapku dengan aneh sebelum ia melanjutkan apa yang akan dia katakan
"K...kemana saja kau pergi selama ini, Issei?"
"Apa maksudmu?"
"Bu...bukankah kau... Issei dari kelas 2 Akademi Kuoh, bukan?"
'Ada yang aneh'
"Jelaskan lebih lanjut" Ucapku sambil menatapnya dengan serius yang membuatnya justru semakin gugup.
Tak pernah aku sangka kalau cerita dia berikutnya membuatku harus mengusap dahi, tak aku percaya kalau tempat aneh ini aku memiliki identitas yang bernama Issei Hyoudo dari pasangan Nema Hyoudo dan Ruri Hyoudo.
Mungkin sebaiknya aku memeriksa kebenaran ini, karena sangat tidak mungkin aku bisa percaya cerita gadis ini namun untuk sementara aku hanya bisa mengikuti apa yang dia ceritakan padaku
Untuk sementara aku memainkan peran sebagai Issei Hyoudo yang telah absen sekolah selama 3 hari penuh dan hilang dari rumah selama 2 hari. Hal itu akan membuat hidupku mungkin sedikit lebih mudah jika aku mengikuti alur sampai aku menemukan informasi lebih lanjut.
