Naruto milik Kishimoto-sensei

Highschool DxD milik Ishibumi-sensei

Mempersembahkan

The Journey of Chakra

Warning:

Mainstream! Bahasa tidak baku! Banyak kata umpatan, kasar, dan lain sebagainya.

Rate:

M (Mature)

Pairing:

Raiser x Harem

Summary:

Ini pasti ada sebuah kesalahan. Aku seharusnya mati dan ke akhirat berkumbul dengan teman dan keluargaku, bukan bereinkarnasi menjadi bajingan kaya berengsek yang sifatnya berbanding terbalik denganku.

Yah, aku rasa aku akan mencari cara untuk mati.

.

.

.

Pagi hari di Kyoto, Raiser kali ini berdiri di area hutan tempat latihan yang telah disediakan oleh pihak youkai untuk melatih tamu mereka, sayangnya yang ada di area sekitar hanyalah dirinya dan para gadis.

Berbeda dengan sebelumnya, kali ini mereka mengenakan seragam olahraga yang memudahkan mereka untuk bergerak. Raiser menggunakan celana training hitam panjang dengan atasan putih, para gadis mengenakan seragam yang sama, tapi dengan celana olahraga pendek selutut.

"Jadi, pihak youkai memilih mengulur waktu"

Setelah bangun tidur, tentunya dengan mereka yang tidur seranjang, memutuskan untuk menemui Yasaka untuk memulai pelatihan chakra mereka. Saat mereka sampai di sana dan bertemu dengan Yasaka,

"Maafkan aku, pelatih yang kusiapkan untuk kalian belum bisa kembali ke Kyoto dalam waktu dekat. Kemungkinan dia baru bisa kembali sekitar 1 bulan lagi"

Mendengar itu, Raiser meminta Yasaka untuk membiarkan mereka belajar secara otodidak untuk sementara waktu di area yang cukup luas yang tentunya disetujui oleh Yasaka.

"Jangan dirisaukan. Setidaknya dengan itu kita bisa memiliki 1 bulan untuk berlatih dan mengenal tentang chakra" Jelas Raiser.

"Apa yang akan kami pelajari, Onii-sama?" Tanya Ravel penasaran.

"Sebelumnya aku ingin kalian mengenakan ini"

Raiser memberikan 6 buah kain dengan warna yang berbeda, merah, jingga, kuning, hijau, biru, dan ungu. Masing-masing dari mereka mengambil satu.

Ravel mengambil warna jingga.

Mira mengambil warna hijau.

Mihae mengambil warna ungu.

Xuelan mengambil warna kuning.

Rii mengambil warna biru.

Nii mengambil warna merah.

"Yasaka berbaik hati menyediakan alat-alat yang kuminta"

Raiser kembali memberikan mereka 6 jam tangan yang langsung mereka kenakan di pergelangan mereka. Setelah itu Raiser mengeluarkan 6 buah senjata paintball dan memasukkan peluru dengan 6 warna yang berbeda.

"Beritahu aku, apa langkah awal menjadi kuat?" Tanya Raiser masih mengisi peluru paintball.

"Keyakinan untuk menjadi kuat" Jawab Xuelan.

"Jawaban yang menarik, tapi masih kurang tepat. Kalian bisa mengikatkan kain yang kalian ambil di lengan kalian" Jawab dan perintah Raiser.

Semua menuruti dan langsung mengikatkan kain mereka masing-masing di lengan mereka.

"Ada yang memiliki jawaban lain?"

Raiser mengangkat 1 senjata di masing-masing tangannya.

"Mencari guru yang tepat?" Tanya Mira ragu-ragu.

"Itu termasuk langkah juga, tapi bukan langkah awal. Aku akan memberikan jawaban yang benar setelah permainan kecil yang akan kita lakukan" Jawab Raiser.

Para gadis memperlihatkan raut kebingungan.

"Permainan?"

"Benar. 6 senjata yang ada di sini sudah kuisi dengan 6 peluru warna yang sesuai dengan kain yang kalian ambil. Cara permainannya mudah, kalian tidak boleh terkena peluru yang warnanya sesuai dengan kain kalian" Jelas Raiser.

"Lingkup permainan hanya berada di dalam area hutan. Selama masih di dalam area hutan, kalian bebas melakukan apapun" Sambung Raiser.

"Apa itu berarti kami boleh terbang?" Tanya Ravel.

"Tentu. Agar lebih menarik lagi, akan ada hukuman, yaitu aku akan menampar pantat kalian semua sebanyak peluru yang sesuai mengenai masing-masing dari kalian"

"Er..."

Rii terlihat bingung.

"Sederhananya, jika peluru yang sesuai mengenaimu sebanyak 1 peluru, maka keenam dari kalian akan mendapatkan 1 tamparan dan seterusnya"

"EEEEEEHH"

Raiser melanjutkan penjelasannya.

"Batas waktu hingga tengah hari, aku sudah mengatur alarm di jam tangan kalian untuk berbunyi begitu waktu sudah menunjukkan tengah hari"

"Ada pertanyaan?" Tanya Raiser mengakhiri.

"Maaf jika saya lancang Raiser-sama, tapi saya merasa tidak adil jika anda melawan kami semua" Ucap Xuelan.

*BANG*

Sesaat mengatakan itu, bagian dada Xuelan terkena paintball kuning. Saat mereka melihat Raiser, mereka melihat Raiser memegang 1 senjata di masing-masing tangannya, dengan tambahan 4 tangan chakra berwarna emas yang muncul dari punggung Raiser yang juga memegang sisa senjata.

"Khawatirkan diri kalian sendiri. Ayo kita mulai!"

Mereka dengan cepat menyebar saat melihat Raiser mulai mengejar mereka.

5 jam sebelum tengah hari.

.

.


.

.

Sejauh yang Karlamine ingat, sebelum dia menjadi iblis reinkarnasi, dia hanyalah manusia biasa dengan keahlian berpedang yang dia anggap cukup untuk mengalahkan musuhnya.

Begitu Karlamine mendaftar dalam pelatihan exorcist atas perintah majikannya, dia sempat berpikir dialah yang terlemah di antara pendaftar yang lain. Bayangkan betapa terkejutnya dia begitu menyadari fisiknya bahkan menjadi lebih kuat daripada saat dia menjadi iblis.

Para pendaftar yang ingin menjadi exorcist diperintahkan untuk berlari mengelilingi lapangan luas selama 12 menit dengan syarat kelulusan adalah harus bisa memutari lapangan lebih dari 10 kali.

Dalam 12 menit, beberapa pendaftar berhasil memutari lapangan sebanyak 10 kali, bahkan ada yang sampai 11 kali. Berbeda dengan Karlamine yang berhasil memutari 10 lapangan dalam waktu 8 menit.

"Apa dia benar-benar manusia?"

"Jangan-jangan dia exorcist yang menyamar menjadi rookie"

Karlamine tidak tahu bagaimana dia bisa melakukan hal itu, tapi dia tahu dia akan memanfaatkannya apapun kekuatan baru di tubuhnya.

"Jadi kau pendaftar yang direkomendasikan oleh ksatria Ark? Sudah kuduga kau akan melebihi harapanku"

Seorang wanita berjalan ke arah Karlamine yang telah menyelesaikan putarannya dan tengah mengistirahatkan ototnya. Wanita yang menghampiri Karlamine adalah sister yang berada di usia 30 tahun dan terlihat matanya yang berwarna biru cerah.

Karlamine hanya mengangguk mendengar hal tersebut.

"Perkenalkan, namaku Griselda. Aku yang bertanggung jawab terhadap exorcist di Vatikan, dan aku tertarik dengan kemampuanmu. Apa kau tertarik untuk langsung kupromosikan sebagai Exorcist aktif?" Tanya Griselda.

"Kau tertarik padaku hanya karena fisikku di atas rata-rata?" Tanya balik Karlamine.

"Sejujurnya, setelah aku tahu Talulah merekomendasikanmu, aku sempat melakukan pengecekan latar belakang. Aku anggap kau menangkap maksudku" Ucap Griselda tersenyum.

Karlamine mengerti maksud ucapan Griselda. Jika dia memang melakukan pengecekan latar belakang, maka sudah pasti Griselda tahu bahwa dirinya sempat menjadi iblis dan kembali menjadi manusia. Tentunya hal itu akan menarik minat pihak malaikat.

"Lalu?"

"Apa pendapatmu tentang mantan iblis reinkarnasi yang menjadi malaikat reinkarnasi?"

.

.


.

.

*BANG BANG BANG*

Suara tembakan terdengar jelas dari dalam hutan, terlihat Mihae yang berusaha menghindar dari tembakan Raiser yang mengejarnya.

Sesaat setelah waktu dimulai, Raiser langsung berlari ke arah mereka yang membuat mereka mau tidak mau harus berpencar ke dalam hutan. Mihae adalah orang pertama yang ditemukan oleh Raiser dan terus menembaki Mihae selama beberapa jam terakhir.

"Tunggu Raiser-sama! Kenapa aku yang terus dikejar!?"

Mihae berteriak dengan terus bersusah payah menghindari tembakan Raiser.

Raiser hanya tersenyum dan terus mengejar dan menembaki Mihae.

'Dari pengamatanku, kulihat gadis Mihae yang fisiknya paling bawah di antara para gadis yang lain. Akan tetapi, dia sudah berlarian selama sekitar 2 jam dan terlihat dia hanya sedikit kelelahan. Haruskah kunaikkan levelnya?' Batin Raiser.

Raiser sengaja membuat tembakannya tidak mengenai Mihae agar dia masih punya pikiran bahwa dirinya bisa kabur sebelum dia bisa meningkatkan level latihan mereka.

Raiser mengangguk.

*BANG*

"Guh!"

Tembakan Raiser yang selanjutnya tepat mengenai belakang kepala Mihae yang membuat rambutnya menjadi ungu sekaligus membuat Mihae jatuh tersungkur.

"Well, firstkill sekaligus headshot. Tidak buruk untuk diriku" Ucap Raiser juga berhenti setelah dia berada di samping Mihae yang tiarap di tanah.

*PLAK*

"Sakit!"

Mihae langsung berdiri dan memegang pantatnya yang dia yakini memerah.

"Aku akan mencari yang lain untuk menampar mereka, gunakan waktumu untuk mencari cara lain untuk memenangkan permainan ini"

"Eh? Ada cara untuk menang?" Tanya Mihae masih memegang pantatnya.

"Tentu, akan kuberi kau petunjuk. Kalian bisa menang jika kalian tahu tujuan dari latihan ini" Jawab Raiser tersenyum.

"Bukankah tujuan dari latihan ini untuk melatih kami dalam menghindari serangan?"

"Hehehe, itu adalah tujuan yang terlihat dari luar, jika kau melihat lebih dalam kau akan melihat tujuan sebenarnya dari latihan ini"

Mihae mengangguk. Dia tahu dia butuh orang yang cukup pintar untuk memecahkan latihan ini, dan dia tahu siapa orangnya.

Mihae langsung berbalik dan mencoba berlari mencari Ravel.

*PLAK*

"OW! Untuk apa itu!?"

"Itu untuk peluru yang mengenai Xuelan di awal tadi" Jawab Raiser santai dan mulai berlari mencari target lain, meninggalkan Mihae yang mengelus pantatnya.

Mihae melihat jam tangan yang dia kenakan, melihat jam tangan itu menunjukkan pukul 10.19.

'Setidaknya aku hanya perlu menahannya sekitar 2 jam sebelum bisa istirahat' Pikir Mihae melanjutkan tujuannya mencari Ravel.

Sementara itu, terlihat Ravel yang kembali ke titik awal mereka sebelumnya.

Setelah yakin tidak melihat ada sosok Kakaknya, Ravel secara perlahan namun pasti keluar dari balik pohon dan mendekat ke arah kotak-kotak yang sempat dibawa oleh Kakaknya.

'Tidak mungkin semua kotak itu hanya berisi peralatan yang dikeluarkan onii-sama. Kemungkinan dia sengaja meninggalkan kotak itu di sini sebagai petunjuk untuk menyelesaikan permainan ini' Pikir Ravel sambil berusaha mendekati kotak yang memang sejak awal sudah ada di sana.

Ravel tahu kakaknya menjadi lebih pintar dari sebelumnya. Tidak, pintar bukanlah kata yang tepat, karena dia tidak bisa menebak apa yang kakaknya pikirkan.

Dalam perjalanannya ke sini, Ravel sempat mendengar teriakan kesakitan dari beberapa gadis, yang dia tebak berarti sudah ada yang terkena tamparan kakaknya.

Mencoba kembali fokus, Ravel melihat ke dalam salah satu kotak. Ravel melihat bagian bawah kotak tersebut telah dicat lingkaran hitam dan putih, lalu di bagian tengah terdapat sebuah titik merah kecil. Jika dilihat sekilas, cat itu tampak seperti papan dart.

Merasa tidak bisa menemukan apapun lagi, Ravel mencoba membuka kotak lainnya. Kali ini di dalamnya dia menemukan anak panah dart yang telah tertancap di bagian bawah kotak.

"Hm?"

Ravel yakin hal yang dia temukan adalah petunjuk, dia hanya belum yakin apa arti dari petunjuk yang dia temukan.

"Akan lebih masuk akal jika onii-sama menancapkan anak panah dart di dalam kotak yang sama dengan yang ada papan dartnya, tapi karena papan dart dan anak panahnya berada di kotak yang berbeda maka pasti ada maksud lain" Gumam Ravel.

"Jika berada di kotak yang sama, ada kemungkinan maksud dari permainan ini adalah menghindari serangan onii-sama, tapi…"

Ravel melihat sekali lagi kotak yang berisi panah dart itu. Terdapat total 5 buah panah dart yang menancap tepat di bagian tengah kotak.

'Jika saja di dalam kotak itu ada papannya, maka kelima panah itu tepat menancap di titik tengah'

Ravel membulatkan matanya. Kenapa dia tidak menyadari jawaban sederhana seperti ini.

Dia dengan cepat berlari berusaha mencari yang lain.

"Yo"

Baru saja berlari, Sosok Raiser muncul dari balik pepohonan dengan tenang.

"Onii-sama"

"Kuanggap kau sudah mengetahui rahasia dari permainan ini" Ucap Raiser memperlihatkan telapak tangan kanannya yang berasap.

Ravel menelan ludahnya dengan susah payah.

"Kita bisa melakukan ini dengan cara mudah dan cara sulit. Kuberikan kau kesempatan untuk memilih"

Ravel berusaha mengatur nafasnya, menyiapkan berbagai macam rencana di dalam kepalanya.

"Bisa kau jelaskan apa saja pilihannya?" Tanya Ravel bersiap mengeluarkan sayap apinya.

"Cara mudah, biarkan aku menamparmu dan kau akan kubiarkan kabur selama 10 detik"

Ravel masih diam mendengarkan.

"Cara sulit, kau bisa mencoba kabur sekarang dan aku akan langsung menamparmu sekaligus menembakmu, yang tentunya akan berdampak pada yang lain"

"Ck"

Ravel tahu dia tidak akan menang melawan kakaknya, dia juga tidak yakin bisa kabur dari kejaran kakaknya, satu-satunya cara adalah dia harus menerima tamparan itu.

Ravel mengangguk.

"Pilihan yang tepat" Ucap Raiser berjalan santai ke arah Ravel yang membalikkan badannya, memudahkan Raiser untuk langsung menamparnya.

"Siapkan dirimu"

*whussh*

"Eh?"

Sebelum Raiser sempat menampar Ravel, Ravel sudah menghilang dari tempatnya berdiri.

"Pegangan yang kuat, Ravel-sama" Ucap Nii terus berlari.

Ternyata Rii dan Nii yang terakhir ditampar oleh Raiser, memutuskan mengikuti Raiser dan saat meihat Ravel, mereka mendengarkan dengan jelas bahwa Rave mengetahui rahasia permainan ini.

"Nii? Rii?"

Ravel melihat Rii yang berlari di belakang Nii yang tengah menggendong dirinya, dan di belakang mereka adalah Raiser yang juga berlari mengejar mereka.

"Pilihan yang menarik, kita naikkan levelnya!"

Setelah mengatakan itu, Raiser langsung berlari mengejar mereka. Kali ini kecepatan yang digunakan Raiser lebih cepat dari sebelumnya, membuat dirinya berhasil menyusul Nii yang berada di paling belakang.

*BANG*

Tidak butuh waktu lama, Raiser berhasil mengenai Nii dengan peluru merah.

"MOUUU, LARI RII!"

Nii berhenti berlari dan langsung berputar dengan cepat, memeluk tubuh Raiser sekuat yang dia bisa untuk menambah beban tubuh Raiser.

"Aku tidak akan mengecewakanmu, Nii!"

Rii langsung menambah kecepatan larinya, yang bahkan dia tidak tahu dia bisa melakukannya.

Raiser menghentikan larinya dan melihat Nii yang melingkarkan tangan dan kakinya di tubuhnya, meskipun Raiser tidak merasakan perubahan beban yang kentara dari sebelumnya.

"Nii, aku tahu kalian berusaha menyelamatkan Ravel karena kalian tahu dia adalah otak tim, dan kalian berpikir Ravel memiliki rencana untuk memenangkan permainan ini, tapi Nii…"

Nii tetap melingkarkan tubuhnya pada Raiser sampai dirinya merasakan bahwa Raiser tengah mengelus kepalanya dan melihatnya.

"Tidak perlu otak yang pintar untuk kalian memenangkan permainan ini, yang kalian butuhkan adalah hati yang besar. Bahkan, kau selangkah lebih cepat dari yang lainnya dalam memenangkan permainan ini" Ucap Raiser mengejutkan Nii.

"Aku benar seorang diri?"

Nii tidak ingat kapan terakhir dia mendengar kalimat yang serupa, di mana dia dibenarkan tanpa harus berada diurutan setelah saudarinya. Sejak kecil, Nii tahu dia tidak memiliki bakat, berbeda dengan Rii yang memang sudah mempelajari seni bertarung, sehingga dia memutuskan satu-satunya cara dia bisa berkembang adalah dengan meniru dan belajar dari Rii meskipun itu membuat Nii selalu berada di belakang saudarinya.

"Tentu, kuberi kau petunjuk. Lakukan apa yang kau pikir benar dan aku yakin kau bisa mengetahui cara memenangkan permainan ini" Jawab Raiser dan membuat tangan chakra baru untuk memegang senjata di kedua tangannya.

"Aku akan mengakui tindakanmu, kuberi kalian hadiah tambahan waktu lima menit, aku tidak akan bergerak dari tempat ini" Tambah Raiser mengangkat tubuh Nii dan menurunkannya ke tanah.

"Kau berjanji?" Tanya Nii memastikan. Walau dia menanyakan hal itu, tapi entah kenapa Nii sangat yakin bahwa Raiser di depannya tidak akan melanggar janjinya.

"Tentu, aku tidak akan pernah melanggar janjiku, kau tahu?" Jawab Raiser dengan pasti, memberikan gestur kepada Nii untuk berlari mengejar Ravel dan Rii.

"TERIMA KASIH RAISER-SAMA!"

Raiser bisa mendengar teriakan Nii saat dia berlari menjauh, melihat hal itu Raiser tersenyum.

'Walau Ravel sudah mengetahui rahasia permainan ini, tapi dia didahului oleh Nii yang lebih menggunakan hatinya untuk berpikir. Sepertinya mereka akan membuat rencana yang bagus'

"Ah, aku lupa menampar Nii"

Raiser berdiri di tempat itu selama tepat lima menit. Setelah Raiser merasa lima menit sudah berlalu, dia mulai meregangkan tubuhnya lagi.

"Yosh, mari kita lihat kondisi yang lain" Ucap Raiser sembari mengambil kembali dua senjata yang dipegang tangan chakranya.

.

.


.

.

Xuelan berarian di tengah hutan sendirian. Setelah mendapat beberapa tamparan dari Raiser beberapa saat yang lalu, Xuelan memutuskan bahwa cara tercepat untuk menyelesaikan permainan ini adalah dengan menyerahkan semua hal yang menyangkut dengan pikiran kepada Ravel.

"Di mana semua orang?" Tanya Xuelan pada dirinya sendiri. Awalnya dia ingin mengikuti Raiser setelah menampar dirinya, tapi begitu dia ingin mengikuti Raiser, entah sengaja atau tidak Raiser langsung menghilang dibalik hutan.

Masih mencoba mengikuti jejak yang ditinggalkan Raiser di awal, Xuelan masih berusaha menyusuri hutan yang cukup lebat seorang diri hingga akhirnya dia mendengar suara yang mendekatinya. Dengan sigap Xuelan memasang posisi bertarungnya.

"Ha..ha.."

"Mira?"

"Xuelan?"

Mira terlihat kelelahan menghampiri dirinya, tapi Xuelan bisa menebak alasan gadis di depannya terlihat cukup kelelahan.

"Apa kau diikuti Raiser-sama?" Tanya Xuelan dan dibalas gelengan kepala oleh Mira.

"Entah bagaimana aku berhasil melarikan diri dari kejaran Raiser-sama, aku sedang berusaha mencari yang lainnya hingga aku bertemu denganmu, aku berharap yang lain sudah menemukan cara untuk memenangkan permainan ini. Apa kau mengetahuinya?" Tanya balik Mira.

"Sayangnya aku sama tidak tahunya dengan dirimu, jika ada yang bisa menemukan jawaban dari permainan ini maka orang itu adalah Ravel-sama" Jawab Xuelan yang disetujui oleh Mira.

"Sebaiknya kita kembali ke titik awal, semoga saja kita bisa bertemu yang lain sebelum kita bertemu lagi dengan Raiser-sama"

Xuelan dan Mira memutuskan untuk membuat tim dua orang dan mulai berjalan bersama ke titik awal mereka berkumpul sebelumnya.

"Berapa lama lagi hingga tengah hari?" Tanya Mira berusaha memulai percakapan dengan Xuelan. Sementara Xuelan yang mengetahui niat Mira juga menjawab pertanyaan tersebut.

"Kurang lebih 3 jam lagi sebelum tengah hari, sebaiknya kita mempercepat pencarian kita"

Mira menyetujui usulan Xuelan dan berlari bersamaan dengan sembari mengawasi keadaan sekitar.

'Sayang sekali Raiser-sama tidak memperbolehkan kita semua membawa senjata kita, Xuelan mungkin tidak terlalu memedulikan hal itu, tapi untukku yang merupakan orang terlemah di antara semuanya…'

Sebelumnya, dari semua bidak Raiser memang Mira yang merasa paling lemah di antara semuanya. Hampir semua bidak Raiser lain yang menggunakan senjata, tetap bisa bertarung bahkan tanpa menggunakan senjata mereka, pengecualian untuk Ile dan Nel yang memang masih kecil.

"!"

"!"

Mereka merasakaan ada sesuatu dibalik salah satu pohon yang berada tidak jauh dari mereka, sontak Mira dan Xuelan berhenti dengan memasang postur bertarung ke arah pohon yang mereka rasakan itu.

"Keluarlah, Raiser-sama!" Teriak Xuelan mantap.

Benar saja, dari balik pepohonan Raiser keluar dengan masih memegang keenam senjatanya.

"Hm, entah kebetualan atau tidak, aku memang sempat berpikir menyisakan kalian berdua untuk meningkatkan level permainan ini?"

"?"

"?"

"Ah, kalian mungkin bingung, tapi semenjak aku mengamati kalian, aku tahu bahwa dalam pertarungan tangan kosong, teknik kalian yang paling tinggi di antara yang lainnya"

'Eh? Apa maksud Raiser-sama? Bukankah justru aku yang paling lemah di antara semuanya? Terutama jika aku tidak punya senjata' Pikir Mira sedikit menunduk.

'Si gadis Mira ini…'

Raiser membuang nafasnya dan membuang senjata di kedua tangannya sementara dua tangan chakranya menembakkan senjata ke telapak tangan Raiser yang sengaja dibuka.

Raiser menembakkan peluru hijau ke tangan kirinya dan peluru kuning ke tangan kanannya.

Sesaat setelah itu tangan chakra yang ada di punggung Raiser menghilang dan membiarkan semua senjata itu jatuh ke tanah.

"!"

"Raiser-sama, anda…!"

Xuelan dengan insting bertarungnya bisa menebak apa yang selanjutnya akan terjadi.

"Dua setengah jam sebelum tengah hari. Berusahalah sekuat kalian!"

Tanpa menunggu persiapan dari Xuelan dan Mira, Raiser langsung melesat maju mempersiapkan telapak tangan kirinya ke arah Mira, sementara telapak tangan kanannya ke arah Xuelan.

"!"

'Dia berniat bertarung menggunakan tangan kosong!' Pikir Mira yang sudah tidak siap melihat telapak tangan Raiser hanya tinggal beberapa jengkal dari wajahnya.

Xuelan yang sudah siap dari awal setidaknya masih sempat untuk memikirkan beberapa langkah ke depan.

'Menahan serangan itu sudah bukan pilihan, begitu juga dengan menyerang balik!'

Xuelan melirik ke arah Mira yang hampir terkena serangan Raiser.

'Bahkan jika aku menghindar atau menepis serangan Raiser-sama, kita tetap akan terkena hukuman jika serangan itu mengenai Mira!'

Di detik itu, semua rencana yang ada di dalam otak Xuelan berhenti bekerja, tapi entah sengaja atau tidak, detik itu juga Xuelan beralih untuk menggunakan hati dan tubuhnya untuk memikirkan temannya.

'Bahkan jika aku kalah, tidak akan kubiarkan temanku terkena hukuman!'

Xuelan dengan cepat menghindari serangan Raiser dan langsung melemparkan dirinya di antara Mira dan tangan Raiser.

Alhasil serangan yang seharusnya mengenai Mira meleset dan mengenai Xuelan, tapi karena kekuatan serangan Raiser yang sangat besar membuat Xuelan terlempar ke belakang bersama dengan Mira.

Mira berusaha meredam laju tubuh mereka dan berhasil setelah terlempar beberapa meter dari tempat mereka berdiri sebelumnya.

"Xuelan! Kau baik-baik saja?" Tanya Mira panik.

"Ugh, aku tidak apa-apa" Jawab Xuelan langsung berdiri dan memasang kuda-kudanya.

Raiser menyeringai melihat itu.

"Aku akhirnya menemukan rahasia dibalik permainan ini" Ucap Xuelan yakin.

"HAHAHAHAHA"

Raiser tertawa sebentar sembari melihat mereka.

"Kau benar. Itulah rahasia dibalik permainan ini" Balas Raiser juga menyiapkan kuda-kudanya.

"Eh, jadi cara untuk memenangkan permainan ini adalah…"

.

.


.

.

"…adalah dengan membiarkan serangan temanmu mengenai dirimu" Jelas Ravel kepada Rii, Nii, dan Mihae.

"Ah, aku mengerti. Kita dengan sengaja menjadi tameng untuk masing-masing dari kita, sehingga walau kita terkena serangan, kita tidak terkena hukuman" Ucap Nii sadar.

Ravel mengangguk.

Dia tidak percaya hal semudah dan sesederhana ini bisa luput dari pemikirannya. Bahkan dari awal Kakaknya sudah memberikan petunjuk di awal permainan.

"Benar. 6 senjata yang ada di sini sudah kuisi dengan 6 peluru warna yang sesuai dengan kain yang kalian ambil. Cara permainannya mudah, kalian tidak boleh terkena peluru yang warnanya sesuai dengan kain kalian" Jelas Raiser.

Kakaknya bahkan juga dengan baik hati memberikan petunjuk kepada mereka di dalam kotak yang ada di lokasi awal.

'Panah dart yang mengenai sasaran, tapi tidak ada papan dartnya, dan papan dart yang sama sekali tidak terkena panah dart'

Ravel tidak tahu bagaimana Kakaknya bisa memunculkan rencana sehebat itu.

"Ayo, salah satu poin penting dari teknik ini adalah kita tidak boleh berpisah satu sama lain, sejak awal kita sudah salah untuk berpencar"

Ravel mengajak mereka untuk segera mencari Mira dan Xuelan sembari melihat jam tangannya.

'Dua jam sebelum tengah hari'

.

.


.

.

Terlihat di tempat sebelumnya, Mira dan Xuelan sudah kehabisan nafas berusaha menahan serangan bertubi dari Raiser yang terlihat masih segar bugar.

'Raiser-sama yang dulu biasanya lebih memilih menyerang dari jauh menggunakan sihir api khas Phenex, dan hanya mendekat untuk serangan penghabisan, tapi Raiser-sama yang sekarang…'

*BUAK*

Dengan cepat Xuelan menahan serangan Raiser yang mengarah ke Mira. Raiser langsung menggunakan tangan satunya untuk menyerang Xuelan yang ada di depannya, tapi Mira yang tidak kalah cepat dengan Xuelan langsung melompat di antara mereka dan melingkarkan tubuhnya di tangan kanan Raiser.

Melihat itu, Xuelan langsung menunduk dan berusaha merusak keseimbangan Raiser. Tidak tinggal diam, Raiser melompat mundur dengan berusaha menarik Mira yang masih melingkari tangannya.

Mira yang tahu niat Raiser langsung membuka tangannya ke arah Xuelan yang diterima dengan senang hati, berkat itu Mira tidak jadi ikut terbawa bersama Raiser.

"Aku tidak tahu kombinasi kalian sangat bagus. Kalian membuatku berpikir untuk menambah kekuatanku" Ucap Raiser santai.

'Raiser-sama bahkan belum serius!?' Pikir Mira dan Xuelan.

"Ayo kita coba!"

Raiser kembali melesat menyiapkan serangannya, tapi seperti sebelumnya, tangan kirinya langsung ditahan oleh Xuelan, sementara tangan kanannya ditahan oleh Mira.

Raiser tersenyum.

'!'

"MIRA! LEPASKAN TANG-"

Tanpa menunggu ucapan Xuelan selesai, Raiser dengan cepat mencengkaram baju mereka dan berputar sebelum dia akhirnya melepaskan cengkramannya, membuat Xuelan dan Mira terlempar ke arah yang berlawanan.

'Sial!'

Masih berada di udara, Xuelan tidak siap saat melihat Raiser sudah berada di atasnya menyiapkan serangannya, berusaha menghempaskan Xuelan ke tanah.

Xuelan berusaha menangkis serangan Raiser, sementara Raiser tersenyum saat sensornya merasakan sesuatu.

*WUSH*

Serangan Raiser tidak berhasil mengenai Xuelan karena Rii dan Nii dengan sigap melesat dari balik pepohonan dan membawa Xuelan menjauh dari Raiser.

Raiser juga bisa melihat Mira berhasil ditangkap oleh Ravel dan Mihae.

Mereka semua akhirnya berkumpul di satu titik.

"Menyerahlah Onii-sama! Kami sudah tahu rahasia permainan ini, dan waktu yang tersisa hanya sekitar satu jam lagi" Ucap Ravel.

Raiser sudah tidak bisa menghitung berapa kali dia tersenyum, para gadis di depan mereka, mengingatkan Raiser dengan keluarganya saat masih menjadi Naruto.

Rasa nostalgia menyapu perasaan Raiser.

"Kehehehe, satu jam? Itu cukup"

Tangan chakra kembali muncul dari balik punggung Raiser dan terus memanjang hingga semua tangan itu berhasil mengambil kembali keenam senjata yang tadi sempat ia jatuhkan.

Para gadis yang melihat itu kembali berpikir ulang.

'Satu jam? Aku bahkan tidak yakin kita bisa bertahan selama 10 menit'

Raiser melihat mereka semua tepat di mata mereka satu persatu.

"Menyerah? Kalian yang harus menyerah untuk membuatku menyerah!"

Karena Raiser tahu mereka sudah mengetahui rahasia permainan ini, dia memutuskan untuk menaikkan levelnya. Mereka bisa mendiskusikan tentang latihan mereka yang lain setelah itu.

"BERSIAPLAH!"

*BANG*

*BANG*

*BANG*

*PLAK*

*PLAK*

*PLAK*

Ah, dia merasa seperti punya putri lagi.

.

.

.

Itulah akhirnya, semoga kalian tidak menunggu lama :v

Kuliat baru 6 bulanan, hehehe

Seperti biasa, alasanku bisa menulis karena kejenuhan yang menumpuk.

Dan berharap acara-acara ku berjalan lancar sehingga aku bisa terus melanjutkan chapter depan dan ficku yang lain.

Langung ke sesi tanya jawab,

Kapan up? Ini up :v

200 tahun tubuh waktu yang lama untuk melihat tubuh seorang gadis? Benar sekali, karena hal itu juga Raiser di cerita ini psikisnya sudah cukup kebal terhadap para gadis.

Ngumbar kelemahan ras lain? Iya, 200 tahun kurasa sudah cukup untuk mengubah ideologi seseorang di mana dia tidak lagi terlalu peduli dengan orang lain yang tidak dia kenal.

Can the duration be extended? Well, I can't promise you that.

Namanya bukan Rii tapi Lii? Iya, sebenarnya memang gitu, Cuma aku tulis Rii untuk menyesuakan dengan romajinya aja.

Bakal hiatus? Tenang aja, kalau sampai hiatus nggak kok, paling cuma lama update.

Next? Oke
Itu saja,

Ags, out