Disclaimer:
Naruto: Masashi Kishimoto
A Silent Voice: Kyoto Animation
.
.
.
Hidden
By Hikayasa Hikari
.
.
.
Chapter 11. Izin
.
.
.
Naruto duduk menghadap Kushina dan Ito di ruang tamu. Kesunyian menemani mereka di malam itu.
"Naruto, bagaimana keadaanmu sekarang?" tanya Kushina bermuka serius.
"Sudah lebih baik, Oka-san," jawab Naruto tersenyum.
"Tentu keadaanmu menjadi lebih baik karena mendapatkan ciuman dari Shouko."
"Eh? Ciu ... ciuman? Ma ... maksud Oka-san apa?"
"Jangan mengelak. Oka-san melihatmu berciuman dengan Shouko."
Naruto diam. Matanya melebar. Kedua pipinya seolah merona merah. Kushina tersenyum menggoda, lalu melirik Ito.
"Ito-oba-san, maaf jika Naruto merepotkan kalian selama di sini. Apa lagi Naruto sudah memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan untuk bermesraan dengan Shouko di kamar. Jadi, mulai malam ini, aku akan membawa Naruto kembali pulang ke apartemennya," kata Kushina menundukkan kepala.
"Oh, tidak apa-apa, Kushina-san. Soal perbuatan Naruto, aku memakluminya. Jadi, aku minta Naruto menikahi Shouko ketika dewasa nantinya," balas Ito mengangguk, "apa kau mau menikahi Shouko nanti, Naruto?"
"Ya, aku mau," sahut Naruto cepat.
"Kau tampak serius mengatakannya, Naruto."
"Tentu, aku serius, Oka-san. Aku memang berencana menjadikan Shouko sebagai calon istriku." Naruto mengamati keadaan luar lewat pintu yang terbuka lebar. Keadaan di luar, sangat dingin.
Kushina dan Ito juga melihat ke arah yang dipandang Naruto. Mereka tersenyum. Merasakan apa yang dirasakan Naruto.
"Baiklah. Jika keinginanmu begitu, kau harus menjalani pengobatan agar kau cepat sembuh dari penyakitmu. Kau mau, 'kan, Naruto?" tanya Kushina menatap Naruto lagi.
"Ya. Oh iya, ada dokter dari sekolahku yang baru, menawariku untuk berobat ke tempat temannya yang juga berprofesi sebagai dokter. Aku belum mengiyakan penawarannya karena aku harus menanyakan hal ini pada Oka-san," jawab Naruto mengangguk, "menurut Oka-san sendiri, bagaimana?"
"Itu bagus. Oka-san setuju kalau kau berobat ke tempat teman dokter sekolahmu itu."
Kushina tersenyum, mendapatkan anggukan dari Naruto. Hatinya lega karena mendapatkan solusi untuk pengobatan Naruto. Inilah jalan Tuhan, pikirnya.
"Oka-san sudah setuju. Aku akan memberitahu kabar bagus ini pada dokter Tsunade besok," ujar Naruto tersenyum.
"Oh. Kau mau masuk sekolah besok?" tanya Kushina sedikit melebarkan mata.
"Ya."
"Syukurlah. Kau mau sekolah lagi, Naruto," sela Ito turut tersenyum.
Tiba-tiba, pembicaraan Naruto, Kushina, dan Ito terusik oleh suara Naruko yang melengking. Naruko berlari masuk bersama Shouko dan teman-temannya.
"Naruto-nii! Aku juga akan sekolah di tempatmu!" seru Naruko memeluk Naruto erat sekali, "dengan begitu, kita akan selalu bersama, Nii-chan!"
"Eh? Kau juga sekolah di tempatku?" tanya Naruto melebarkan mata.
"Ya. Bahkan semua temanku juga sekolah di tempatmu."
Semua teman Naruko mengangguk, melemparkan senyum masing-masing. Mereka mengapit Shouko di kanan-kiri. Perhatian Naruto tertuju pada Shouko, langsung melepaskan kedua tangan Naruko dari tubuhnya.
"Shou-chan," panggil Naruto bangkit berdiri, berjalan pelan menghampiri Shouko.
Shouko menatap Naruto yang semakin mendekatinya. Tangan kanannya diraih oleh Naruto. Senyum menawan dari Naruto mampu menghipnotisnya sehingga hanya terfokus pada mata Naruto.
"Shou-chan, apa kau mau menikah denganku nanti?" tanya Naruto bertampang serius.
Sunyi. Semua mata melebar karena kaget mendengar pengakuan Naruto yang tiba-tiba. Terutama Naruko dan Hinata yang menutup mulut dengan kedua tangan.
"Wah, Nii-chan melamar Shou-chan!" teriak Naruko tercengang.
"Benar. Terima saja, Shou-chan," tukas Sakura memegang bahu kanan Shouko.
"Jangan sia-siakan kesempatan ini, Shou-chan," kata Ino tersenyum.
Semua orang belum mengetahui Shouko yang bisa mendengar kecuali Naruto dan Ito. Mereka turut senang saat dilanda suasana yang sangat membahagiakan ini. Kemudian Shouko mengangguk, itu sudah menjadi jawaban untuk Naruto.
"Shou-chan, kau menerimaku sebagai calon suamimu. Aku senang sekali," bisik Naruto saat mendekap Shouko, "aku akan menikahimu setelah aku sembuh dari penyakitku. Kau mau menungguku sampai sembuh, 'kan?"
Shouko mengangguk, merangkul pinggang Naruto. Menyembunyikan wajahnya ke dada Naruto. Mendengar suara tepuk tangan dari semua orang yang menyemarakkan suasana lamaran dadakan.
"Selamat untuk kalian!" seru Naruko dan semua temannya kompak.
"Oka-san akan membeli cincin pertunangan untuk kalian. Tunggu saja," balas Kushina tersenyum.
"Cincin pertunangan?" tanya Ito melebarkan mata.
"Ya. Aku mau Naruto dan Shouko bertunangan dulu. Kalian setuju, 'kan?"
"Setuju!" tukas semua orang kecuali Shouko.
.
.
.
"Sasuke!" panggil Naruko melambaikan tangan saat berjumpa dengan Sasuke di lorong sekolah. Dia tidak sendirian, melainkan bersama Naruto dan Shouko.
Sasuke yang hendak masuk ke kelasnya, melebarkan mata. "Eh? Kau jadi pindah sekolah ke sini?"
"Ya. Aku kaget kau juga pindah sekolah di sini."
"Ya, itu ... karena aku ingin menghindari Karin yang terlalu terobsesi mengejarku."
"Oh."
"Terus, kau masuk ke kelas siapa?"
"Kelasmu."
Naruko berjalan melewati Sasuke. Masuk ke kelas. Sasuke membelalakkan mata lagi, lalu melirik Naruto yang mendekatinya.
"Kalau kau mau, kau boleh berpacaran dengan adikku, Sasuke," ungkap Naruto tersenyum.
"Apa? Pacaran?" tanya Sasuke kembali membesarkan mata.
"Ya. Adikku itu menyukaimu."
"Hah?"
"Tolong, pahami perasaannya, ya?"
Naruto menepuk bahu kiri Sasuke beberapa kali. Menampilkan senyum menyerupai garis lengkung. Kemudian berjalan beriringan dengan Shouko.
Sasuke terpana. Melihat Naruto dan Shouko masuk ke kelas yang bersebelahan dengannya. Otak Sasuke sedang berputar cepat, memikirkan apa yang dikatakan Naruto tadi.
"Ya. Adikku itu menyukaimu."
Sasuke tidak pernah membayangkan jika dirinya berpacaran dengan Naruko. Sejujurnya, di hatinya, masih menyukai Shouko. Tapi, jiwanya sudah rela, membiarkan Naruto menjalin hubungan cinta dengan Shouko. Ingin melupakan perasaan cintanya terhadap Shouko secepatnya agar tidak merasa sakit hati.
Ya, boleh saja aku berpacaran dengan Naruko. Secara jelas, Naruko itu cantik. Banyak laki-laki yang langsung tertarik padanya saat melihatnya pertama kali.
Sasuke bermonolog. Melihat ke kelasnya. Naruko terpojok di depan kelas bersama beberapa lelaki yang mengerubunginya. Panik karena banyak laki-laki yang ingin berkenalan dengannya.
"Sepertinya, inilah saatnya aku harus mencari cinta baru," gumam Sasuke menukikkan alis. Buru-buru menyelamatkan Naruko dari kepungan fans dadakan.
Di kelas lain, Shoya berdiri di dekat meja Naruto. Dia tersenyum. Matanya berbinar-binar.
"Naruto, Shouko, akhirnya kalian masuk sekolah lagi," ujar Shoya bernada riang.
"Ya, Shoya," sahut Naruto tersenyum.
"Tapi, keadaanmu sudah lebih baik, 'kan, Naruto?"
"Sudah."
"Aaah, syukurlah. Kulihat, Shouko juga baik-baik saja."
Shoya memandang Shouko. Naruto juga melihat ke arah yang sama. Shouko sedang mengeluarkan buku catatan lama dari tas setelah mendapatkan buku catatan dari seorang gadis, teman satu kelas. Beberapa gadis mendekati Shouko dan berbicara melalui buku catatan milik Shouko.
"Sungguh mengherankan, mendadak banyak orang yang peduli pada Shouko hari ini," kata Shoya sedikit melebarkan mata.
"Benar juga," balas Naruto juga membeliakkan mata.
"Mungkin karena kau membentak mereka di toilet, waktu itu, Naruto. Makanya mereka mulai bersikap baik pada Shouko."
"Ya. Itu bagus."
Naruto tersenyum. Hatinya berbunga-bunga karena gadis yang dicintainya mulai diperhatikan semua seisi kelas. Usahanya untuk menjaga Shouko segenap jiwa dan raga sudah berhasil dilakukannya.
.
.
.
Bersambung
.
.
.
A/N:
Chapter 11 up.
Maaf, karena saya lama mengupdate cerita ini. Akhirnya cerita ini bisa dilanjutkan juga. Saksikan terus cerita ini karena sebentar lagi cerita ini akan tamat. Tinggal beberapa chapter lagi.
Dari Hikayasa Hikari.
Selasa, 15 November 2022
