Naruto by Masashi Kishimoto.
Warning: Lemon, Lime, Smut, PWP, OOC, AU, typo.
Pairing: Naruto dan... Hehe
...
..
.
Tamu.
...
..
Enjoy it!
Naruto bangun agak kesiangan, dia keluar dari kamarnya yang ada di sebuah apartemen. Naruto menguap lebar setelah dia di ajak oleh temannya minum di sebuah bar, dia berencana untuk keluar rumah setelah ini.
"Kaasan?"
Naruto tak melihat Kushina-- Ibunya, dia pun mengangkat kedua bahunya, lalu pergi ke kamar mandi untuk melaksanakan kegiatan mandinya. Dia tak sempat mandi tadi malam, dan langsung tidur di atas kasurnya.
Naruto menikmati guyuran air yang terpancar dari shower apartemennya itu, dia tersenyum sembari menikmati guyuran air tersebut.
Di lain sisi, Kushina datang bersama dengan seorang wanita berambut auburn, rambutnya mirip dengan daun yang berjatuhan di musim gugur. Wanita itu sangat seksi jika dilihat, dia bernama Mei Terumi, sosok wanita yang menjadi sahabat dari Kushina.
"Sudah lama aku tak kesini ya?"
Kushina menanggapinya dengan anggukan, mereka berdua masuk ke dalam, kemudian duduk di ruang makan. "Sudah lama ya?"
"Iya, kita sudah beberapa tahun tak bertemu, oh ya aku penasaran dengan putra semata wayangmu itu."
"Oh, Naruto? Ah iya kau tak pernah bertemu dengannya ya?"
Mei menganggukkan kepalanya. "Aku hanya tahu saat dia masih bayi, Namun sekarang dia pasti sudah dewasa." Tawa kecil menyertai perkataan Mei.
Namun, obrolan mereka terhenti dengan pintu kamar mandi yang terbuka, menampilkan sosok pemuda pirang acak-acakan yang masih basah karena air, dia hanya bertelanjang dada dengan handuk besar yang menutupi bagian bawahnya.
Mei dan Kushina sontak menatap pemuda itu.
"Oh, Kaasan, selamat datang, aku tak tahu jika kau sudah pulang."
Naruto berjalan ke arah mereka berdua.
"Kushina, dia..." Mei menjilati bibirnya, Kushina langsung menatap Mei yang seolah ingin menerkam putranya. "Dia seksi, dan..."
"Mei! Naruto cepat ganti baju!"
"Eh, ah ya!"
Naruto langsung berlari kecil ke kamarnya, Kushina memijit pangkal hidungnya, dia sendiri juga sedikit tergoda akan tubuh atletis Naruto--putranya itu.
"Apaan sih Kushina, kenapa kau usir dia?"
"Jangan menggoda Naruto, dasar."
Mei tertawa kecil mendengar nada protektif yang dikeluarkan Kushina. "Iya, iya aku tahu."
Kemudian, mereka berdua melanjutkan obrolan yang sempat tertunda karena Naruto yang baru saja selesai mandi, namun obrolan tersebut harus terhenti karena Kushina mendapatkan sebuah telepon dari tempatnya bekerja.
"Maafkan aku, ada beberapa masalah di kantor tempatku bekerja, jadi aku harus pergi sekarang."
"Tak apa, aku memakluminya kok."
"Baiklah, aku pergi dulu!" Kushina pun mengambil barang-barang yang dia perlukan, kemudian pergi dari apartemennya tanpa menyadari jika dia meninggalkan Putranya serta Mei.
Setelah di rasa aman, Mei pun berdiri dari tempatnya duduk, wajahnya merona dengan sebuah senyuman seksi yang terpatri di wajah cantiknya. Mei kemudian berjalan ke kamar Naruto, dia membuka pintu kamar tersebut dan melihat jika pemuda itu sedang melakukan push-up untuk menjaga tubuhnya.
Naruto sadar akan seseorang yang masuk ke dalam kamarnya, dia menghentikan kegiatannya dan menatap siapa yang memasuki kamarnya. "Ah, Tante Mei."
"Panggil saja Mei," wanita itu menjilati bibir bawahnya, dia melihat Naruto yang hanya mengenakan boxer ketat khusus untuk olahraga, wanita itu berjalan mendekati Naruto.
"Ada yang bisa kubantu?"
"Tentu~"
Nada sensual terdengar menggelitik telinga Naruto, tanpa sadar sebuah gundukan tercetak di celana ketatnya, Mei tentu saja mulai bergairah saat kedua matanya melirik ke bawah tempat dimana benda itu berada, dia segera melepas jaket yang dikenakannya tadi.
"Me-mei?"
"Maafkan aku, tapi agak panas disini~" Mei melepas jaketnya, dia terus mendekati Naruto hingga pemuda itu melangkah mundur ke belakang.
Naruto terduduk di atas kasurnya, dia masih menatap Mei yang sedang menatapnya dengan tatapan menggoda, Naruto bisa melihat puting susu Mei yang tercetak di balik kaos tanpa lengan yang dia kenakan saat ini. "Me-mei-san?!"
Mei pun jongkok tepat di antara kedua kaki Naruto, dia menarik kaosnya ke bawah hingga kedua payudaranya menyembul keluar. Mei pun menarik celana olahraga Naruto, membebaskan penis yang sudah ereksi berat.
Mei membulatkan matanya saat melihat ukuran benda yang dimiliki oleh Naruto. "Lebih besar daripada milik pacarku."
"He-hentikan Me-mei-san."
"Kenapa harus berhenti? Punyamu sudah berdiri tegak." Mei mulai menyentuh penis Naruto dengan jari telunjuknya, dia merasakan panas dari benda itu. Dia pun menggenggam penis Naruto, tak lupa juga meludahinya. Tangan kanan Mei bergerak naik turun dengan pelan, tatapan Mei begitu menggoda pada Naruto. "Tubuhku sudah panas saat menggenggam ini."
"Uhhh..."
Mei pun membuka mulutnya, melahap bagian atas penis Naruto, lidahnya bermain di atas sana dengan tangan kanannya yang masih bergerak pelan. Naruto memenjamkan kedua matanya menikmati apa yang dilakukan oleh Mei saat ini.
Tangan kiri Mei yang menganggur pun mulai bergerak ke buah zakar Naruto, dia menggenggamnya pelan, memainkan benda itu dengan lembut.
Mei kemudian memasukkan penis Naruto ke dalam mulutnya hingga dia melahap semua batang kemaluan Naruto, dia mengakhirinya dengan sebuah jilatan naik turun.
Mei melakukannya beberapa kali, tubuh Naruto sendiri bergetar hebat saat Mei melakukannya, dia merasa jika libidonya sudah naik dengan tajam.
Kedua tangan Naruto bergerak meremas rambut Mei, dia mendorongnya hingga penis itu berada di kerongkongan Mei.
"Ahhh!"
"Hhnmmhhh!"
Sperma Naruto pun keluar memenuhi mulut wanita itu, Mei dengan terpaksa menelan semua sperma Naruto hingga tak tersisa. Wanita itu menarik mulutnya, dia menjilati penis Naruto kembali, mulutnya masih belepotan akan sperma Naruto.
"Si-sial..."
-o0o-
Mei saat ini sudah telanjang bulat di depan Naruto, dia menari erotis di depan pemuda itu. Kedua payudaranya dia remas sendiri, tarian itu membuat Naruto terangsang kembali, dia menarik Mei untuk duduk di atas pahanya.
"Hmm? Sepertinya kau pemuda yang kuat ya?"
"..."
Naruto tak menjawabnya, dia mencium bibir Mei dengan agresif, kedua payudara wanita itu dia remas dengan lembut, puting susunya pun tak luput dari permainan Naruto.
Lidah mereka saling bersilat untuk menentukan siapa pemenangnya, namun Naruto benar-benar ingin mendominasi Mei Terumi.
Jilatan Naruto pun turun ke bawah, dia menjilati leher Mei serta memberikan sebuah kissmark di leher Mei.
"Hei, nanti jika pacarku tahu, aku akan mati!"
"Salahmu sendiri."
Mei tersenyum, dia pun menikmati jilatan Naruto. Kali ini pemuda itu menghisap puting susunya, Mei mendongak ke atas saat putingnya dihisap oleh Naruto.
"Shit!"
Vagina basah Mei bergesekan dengan penis Naruto, wanita itu tak kuat lagi, dia mengangkat pinggulnya dan mengarahkan penis Naruto.
"Naruto..."
Mei mendorong pinggulnya ke bawah, membuat sebagian penis Naruto masuk ke dalam vaginanya. Dia merasakan sempit di bawah sana, tubuhnya seolah tak kuat saat penis itu merangsek masuk ke dalam tubuhnya.
"Fuck!"
"Sial, sempit!"
Kedua tangan Naruto memegangi pantat seksi milik Mei, dia meremasnya lembut dan menggerakkannya naik turun.
Mei mendesah nikmat saat penis Naruto mulai bergerak keluar masuk di dalam tubuhnya, cairannya membatu vaginanya untuk melancarkan penis Naruto saat masuk ke dalam tubuhnya.
Mei meneguk ludahnya secara kasar saat pergerakan pinggulnya di percepat oleh kedua tangan Naruto.
"Nggahhh!"
Mei pun mencapai klimaks yang pertama, tetapi Naruto tak berhenti disitu, pemuda itu terus menggerakkan pinggul Mei serta pinggulnya.
"Berhenti... A-aku baru keluar!"
Naruto tak mendengarkannya, dia terus bergerak naik turun hingga penisnya mulai berkedut, bersamaan dengan itu dinding vagina Mei ikut berkedut menandakan dia ingin klimaks.
Keduanya pun klimaks secara bersamaan, Narito menyemburkan spermanya hingga meluber keluar dari vagina Mei, sementara Mei mencakar punggung Naruto karena dia klimaks yang kedua kalinya.
-o0o-
Mei memakai kembali pakaiannya, dia sesekali melirik ke arah Naruto yang tergeletak di atas ranjang miliknya dengan penisnya yang sudah lemas.
"Well, untuk anak muda sepertimu, aku sangat puas."
"..."
"Mungkin aku akan memutuskan pacarku dan menjadi pacarmu."
"Kau hanya ingin penisku."
Mei hanya tertawa mendengar jawaban dari Naruto, dia pun memngelap wajahnya yang masih tersisa sperma Naruto, kemudian berjalan keluar kamar pemuda itu.
Dia keluar dari kamar Naruto. "Mei?"
Mei terkejut saat Kushina ada di depannya. "Ah, Kushina-chan, sudah pulang?" Ada nada gugup saat Mei mengatakan itu, dia masih terkejut saat Kushina sudah berdiri di depannya.
"Iya, aku sudah selesai dengan urusan kantor." Kushina melihat gerak-gerik Mei yang sedikit mencurigakan. "Kenapa kau keluar dari kamar Naruto?"
"Ah iya, aku hanya ingin berbincang dengan putramu saja kok, tak lebih."
Tiba-tiba pintu kamar Naruto terbuka, pemuda itu memakai pakaian seperti biasa, seolah tak terjadi sesuatu. "Oh, selamat datang Kaasan."
"Um."
Mei yang melihat itu pun berpamitan pada Kushina. "Baiklah, aku pulang dulu, sampai jumpa!" Wanita itu kemudian berjalan pergi dari hadapan mereka berdua.
Suasana pun hening, keduanya masih di dalam posisi masing-masing. "Jujur, kau habis bersetubuh dengan Mei kan?" Naruto berkeringat dingin seolah dia ketahuan sedang berselingkuh dengan seseorang. "Wanita itu tak pernah berubah." Kushina menghela napas pasrah, dia tahu jika Mei akan langsung menerkam Naruto saat itu juga setelah tahu putra semata wayangnya itu terlihat seksi. "Kaasan akan masak makan malam."
Naruto masih setia berdiri di pintu kamarnya, kedua mata birunya melihat Kushina yang mengganti pakaiannya dengan pakaian santai, serta mengambil sebuah celemek untuknya memasak.
Kedua mata Naruto menyipitkan, dia menanggalkan kaos yang dia kenakan, lalu berjalan mendekati Kushina yang tengah menyiapkan bahan masakan.
Naruto menyeringai sesaat setelah dia berdiri di belakang Kushina, pemuda itu menempelkan gundukan penisnya tepat di pantat sintal Kushina. Wanita itu langsung menoleh ke belakang, dia melihat Naruto sembari mengerutkan dahinya.
"Apa yang kau lakukan?"
"Kaasan cemburu?"
Wajah Kushina merona seketika. "Ti-tidak, aku tidak cemburu!" Wanita itu mengalihkan wajahnya ke arah lain.
Namun, Naruto tak diam begitu saja, dia mengelipkan kedua tangannya ke tubuh Kushina, memeluknya dari belakang. "Kushina, tak perlu malu, aku memang anakmu, tapi hanya anak angkat." Kushina menggigit bibir bawahnya merasakan kehangatan dari tubuh Naruto. Pemuda pirang itu mencium rambut merah Kushina, kedua tangannya bergerak ke atas, dan menarik kaos tanpa lengan yang dikenakan oleh wanita itu. Dua buah payudara berukuran sama seperti Mei pun menyembul dari dalam kaos.
Kushina tak bergerak, dia membiarkan Naruto melakukan apa yang dia inginkan. Kedua payudara besar itu pun di remas Naruto dengan lembut, dia memainkannya sembari dirinya terus menciumi rambut Kushina.
"Hnnnn..."
Kushina menggigit bibir bawahnya, kedua puting susunya mengeras tanda dia sudah terangsang, bagian bawahnya pun sudah mulai basah akibat remasan Naruto.
"Sudah berapa lama kita tak melakukan ini? Aku benar-benar rindu dengan aroma tubuhmu Kushina."
"Ta-tapi aku Ibumu."
"Ibu angkat."
"Hhnggg..."
Tangan kiri Naruto mulai turun ke bawah, jemarinya merangsek masuk ke dalam celana pendek yang dikenakan Kushina. "Tak memakai celana dalam huh?" Naruto menyentuh klitoris Kushina, dia juga mencubitnya kecil membuat tubuh Kushina menegang saat merasakannya.
Naruto menarik kedua tangannya, dia memegang pinggul ramping Kushina, kemudian menurunkan celana pendek wanita itu. Naruto menarik pinggulnya, dia juga melepaskan celana pendeknya dan mengarahkan penisnya yang ereksi untuk masuk ke dalam vagina Kushina.
Kushina menggigit bibir bawahnya saat dirinya menoleh ke belakang, dia merasakan kepala penis Naruto mulai masuk ke dalam tubuhnya, dia mendesah nikmat saat penis Naruto terus masuk ke dalam vaginanya.
"Sudah lama ya Kushina?"
"Hnnnmmm..."
Naruto memeluk tubuh Kushina untuk menahan wanita itu agar tak jatuh ke depan, tangan lebarnya mulai menelusuri lekuk tubuh seksi Kushina, pinggulnya pun dia dorong dengan pelan, penisnya keluar masuk di dalam tubuh wanita itu.
Kushina bertumpu pada pinggiran kabinet dapur, suara Kushina terdengar tertahan saat penis Naruto terus menghujam vaginanya.
"Walaupun sudah lama aku tak memasukan ini, tapi di dalam sini masih terasa sangat sempit." Naruto menyentuh dagu Kushina, mengarahkannya untuk menatap dirinya, pemuda itu kemudian mencium bibir Kushina. Pinggulnya masih terus dia gerakkan.
Puting Kushina semaki mengeras, serta cairannya banyak yang keluar, diansudah tak kuat untuk berdiri lagi. Naruto masih terus mengerjai dirinya.
"A-aku akan keluar Naru..."
Naruto mempercepat gerakan pinggulnya hingga tubuh Kushina menegang, dia pun klimaks untuk yang pertama kalinya.
Naruto menarik penisnya, dia membalikkan tubuh Kushina serta mendorongnya pelan hingga pinggul Kushina menyentuh ujung kabinet dapur. Naruto mengangkat kaki kanan Kushina, dia kembali mengarahkan penisnya ke vagina Kushina, kemudian mendorong pinggulnya dengan perlahan.
Kali ini keduanya saling tatap satu sama lain, kedua tangan Kushina memeluk leher Naruto untuk menahan dirinya agar tak jatuh. Napasnya terlihat memburu saat Naruto terus bergerak di dalamnya.
Naruto pun mulai mempercepat gerakan pinggulnya, sementara desahan Kushina semakin keras saat Naruto terus menghujam vaginanya.
"Kushina aku akan keluar!"
"Hnnnggghh!!"
Keduanya pun klimaks secara bersamaan, sperma Naruto meluber keluar dari dalam vagina Kushina, sementara Kushina masih terus memeluk tubuh Naruto hingga keduanya terengah-engah akibat klimaks masing-masing.
-o0o-
"Jangan dekat-dekat dengan Mei!"
Naruto menghentikan acara makan malamnya, dia menatap Kushina yang bersuara dengan nada cemburunya. "Apakah kau benar-benar Kushina?"
"Aku Kushina, memangnya siapa lagi? Dan aku Ibu angkat mu yang telah kau setubuhi bertahun-tahun."
Naruto tertawa kecil, dia melanjutkan acara makan malamnya. "Kan itu karena kau yang mabuk, lalu memperkosaku."
"Aku tidak begitu!" Kushina mengerucutkan bibirnya, wanita berusia tiga puluh sembilan tahun itu kesal dengan perkataan Naruto barusan. "Aku hanya minum sedikit, dan tak mabuk!"
"Tapi kau menikmatinya kan?"
"U-umm, tidak!"
"Tsundere!"
"Geez, Naruto!"
Pemuda itu tertawa keras mendengar rengekan manja dari Kushina. "Baik, baik, aku yang salah."
"Hmhp!"
...
..
.
End
