Heroes Must Have Two Side
Naruto : Masashi Kishimoto
Boku No Hero Academy : Kohei Horikoshi
.etc
Summary :
Bagaimana kalau seorang pahlawan menjadi dalang dari sebuah kelompok kejahatan.
Kejahatan tidak akan pernah bisa hilang, namun kejahatan dapat di kendalikan.
dan itulah yang dilakukannya dari pada menangkap mereka,
dia malah memperkerjakaan mereka dalam sebuah bisnis yang sebenarnya tidak baik, namun ini lebih baik dibading mengancam masyarakat.
"Kaachan! Hentikan apakah kau tidak lihat dia sudah terluka," ujar seorang anak berambut hijau dengan perasaan sedikit takut dan gementar pada anak berambut pirang yang kini berjalan mendekatinya.
"Hah! Memangnya kenapa, apakah kau ingin menjadi pahlawan di sini Deku!" balas sosok 'Kaachan', tersebut tiba-tiba ketika dia menepuk-nepuk tangan mucul sebuah ledakan kecil.
Boom!
"Lebih, baik kau menyingkir sebelum akanku jadikan samsak tinju!"
Mendengar hal itu, anak berambut hijau tersebut menjadi semakin ketakutan, namun ia tidak boleh lari...ia harus berani untuk dapat melindungi yang lain. Seperti sosok idolanya, All Might sang simbol perdamaian.
"Baiklah kalau itu keputusanmu! Terima ini Deku!"
Sebuah pukulan mengarah ke wajah dari anak dipanggil 'Deku'...
Punch!
Anak yang kini menutup matanya karena takut, tidak merasakan rasa sakit dari pukulan anak berambut pirang. 'Deku' memberanikan diri untuk membuka kedua matanya, dan rasa terkejut memenuhi dirinya.
Di hadapannya kini, sosok 'Kaachan' ini terbaring dan tengah memegangi rasa sakit yang berada di bagian pipinya sementara sosok yang melakukan itu adalah anak yang lebih tinggi dari mereka semua. Berambut pirang dengan dua bola mata berwarna biru samudra serta sebuah kalung berlian berada di lehernya.
'Deku', tidak semua anak-anak yang berada di situ mengetahui siapa sosok ini dia adalah kakak kelas mereka yaitu Namikaze Naruto, sosok yang dijuluki sebagai 'Si Dewa Penghancur'.
"Na..Naruto-Senpai."
Naruto tidak mengeluarkan sepatah kata pun, ia hanya menatap dengan tajam pada sosok anak berambut sama dengannya yang kini tengah berdiri sambil memegangi bagian pipinya.
"KA..KAU!"
Anak yang dipanggil 'Kaachan', kini sangat murka dan marah namun ia tidak tahu harus berbuat apa karena yang menghajarnya sendiri adalah sosok yang bisa dikatakan sangat kuat disekolahnya. 'Si Dewa Penghancur' bukanlah sebuah julukan mengada-ngada karena ia mendapatkannya setelah menghancurkan para anak-anak smp.
Sesuatu yang bisa dikatakan mustahil karena seorang anak sd kelas 6, berhasil menghancurkan para siswa smp yang jauh berada di atas, namun faktanya sosok di depannya benar-benar berhasil menghancurkan para anak-anak smp.
Ketika matanya menatap mata biru samudranya, entah kenapa sekarang malah ia mulai takut. Tatapan tajam dan dingin tanpa perasaan, ia seperti melihat sosok lain dari bola mata tersebut sosok besar berwarna biru dengan mata merah menyala.
"Hah..Hah..Hah!"
Bruk
'Kaachan', Ambruk ia tidak kuat, keringat dingin muncul di seluruh tubuhnya. Sementara itu para teman-teman komplotannya mendekati.
"Katsuki..Oi, Katsuki!"
"Ki..Kita harus lari, sekarang!"
Setelah mendengar itu sosok Katsuki ini berdiri dan berjalan meninggalkan tempat tersebut begitu juga dengan komplotannya. Kini di tempat tersebut hanya tersisa anak berambut hijau yang terdiam tak bergerak.
"Bocah brokoli, siapa namamu ?," tanya Naruto.
"I...Izuku, Izuku Midoriya."
"Izuku, ya...apakah kau mau menjadi kuat."
'Ha?'
Izuku, tengah berusaha mencerna apa yang diaktakan oleh kakak kelasnya tersebut. Menjadi kuat, tentu saja siapa pun mau menjadi kuat apalagi jika ia ingin menjadi seorang pahlawan.
"I..Iya!"
"Kalau begitu ikut aku."
Heroes Must Have Two Side
"Jadi menurutmu, bagaimana Naruto-Senpai."
Sudah hampir lima tahun berlalu, kini sosok Izuku Midoriya sudah memasuki sekolah nomor 1 untuk menjadi seorang pahlawan dan tidak hanya itu ia juga dipercayai sebagai seorang yang memegang kekuatan besar yang berasal dari pahlawan nomor 1 simbol perdamaian, All Might. Kekuatan yang disebut sebagai One For All.
Selama sepuluh bulan terakhir dia dilatih langsung oleh sang pahlawan nomor satu, yang bertujuan agar tubuhnya dapat beradaptasi dengan One For All. Namun faktanya ketika All Might melihat kondisi tubuh dari pada penerusnya itu membuatnya terkejut.
Kilas balik
Saat ini di pantai dari Takoba Municipal, di tengah kerumunan barang bekas dan sampah yang berserakan di situ. Dua sosok yaitu pahlawan nomor satu yaitu All Might, dan sosok anak berambut hijau yang kini sudah tubuh menjadi remaja yaitu Izuku Midoriya tengah berbincang.
"Young Midoriya, sebelum aku mewariskan kekuatan ini padamu hal pertama yang harus dilakukan adalah melatih tubuhmu," ucap All Might
"Melatih tubuhku ?"
"Itu benar, kekuatan One For All bukanlah kekuatan biasa, ini adalah kekuatan yang menampung kekuatan pendahulu bahkan jauh sebelum diriku artinya tubuh harus siap untuk menampung kekuatan besar ini karena jika tidak kedua kaki bisa hancur!"
Mendengar itu sosok Izuku hanya bisa membayangkan dengan ngeri bagaimana kekuatan besar itu secara tiba-tiba masuk ke tubuhnya dan langsung menghancurkan tubuhnya.
"Kenapa kau tidak bilang dari awal! All Might!"
"Soal itu...aku lupa."
Izuku hanya dapat menundukkan kepalanya, ia tidak menyangka kalau sosok pahlawan nomor satu dapat melupakan dampak bahaya dari kekuatan besar ini.
"Hahahah! Tenang Young Midoriya, karena mulai ini kau akan melatih tubuh mu, dan sepertinya daerah ini sangat cocok untuk dijadikan sebagai area latihan."
"Hai!"
Setalah mendengar itu, Izuku melepaskan bajunya, dan ketika melihat bentuk tubuh dari Izuku. Pahlawan nomor satu hanya bisa melongok terkejut karena, bentuk tubuhnya yang benar-benar berbeda dari perkiraannya yang mana dia pikir remaja berambut hijau itu bertubuh biasa.
Namun nyatanya pemuda berumur 15 tahun itu, bertubuh lumayan kekar dan berisi, ia juga terkejut dengan luka-luka yang berada di bagian-bagian tubuh pada daerah tertentu.
"Y..Young Midoriya, tubuhmu."
Izuku yang melihat tatapan terkejut All Might hanya tersenyum.
"Ah, maaf All Might, bahkan sebelum bertemu dengan mu, aku sudah berlatih keras."
Mendengar itu All Might hanya terdiam, sekarang dikepalanya ada sebuah pertanyaan bagaimana bisa luka-luka itu ada, apakah Young Midoriya melakukan latihan gila atau dia bertarung dengan seseorang.
"Dan luka-luka itu ?"
Izuku hanya terdiam, jarinya lalu menyentuh salah satu luka pada bagian perutnya.
"Ini hanya hal kecil yang sering terjadi ketika sparing dengan Senpai."
Senpai, siapa sebenarnya sosok yang dipanggil 'Senpai' oleh Young Midoriya.
"Dan siapa sosok 'Senpai' itu ?"
Mendengarnya Izuku lalu menatap ke langit, untuk beberapa saat sebelum kemudian menatap kembali ke pahlawan nomor satu.
"Kau mungkin mengenalnya juga All Might, sekarang ia sudah kelas 3 di akademi U.A dan namanya adalah Namikaze, Namikaze Naruto-Senpai."
Ught!
Tiba-tiba All Might memuntahkan darah dan tubuhnya mengecil, benar sekali inilah wujud sesungguhnya sekarang pahlawan nomor 1 dan ini sangat rahasia hanya beberapa orang yang mengetahui hal ini.
"All Might!"
All Might membeku, ketika ia mendengar siapa nama dari sosok yang dipanggil Senpai, Namikaze Naruto atau kode nama pahlawannya adalah 'Obelisk The Tormentor". Sosok yang dianggap oleh banyak pahlawan, sebagai calon yang akan menggantikan posisi dari pada dirinya, sebagai pahlawan nomor satu di masa depan.
Remaja berambut pirang dengan mata berambut biru samudra itu adalah sosok yang sangat kuat bahkan terlampau kuat, dia adalah sosok yang berhasil menorehkan rekor melewati ujian untuk mendapatkan lisensi sebagai pahlawan dengan mengalahkan 3 pahlawan peringkat sepuluh besar.
Endeavor, Miruko, Hawk. Berhasil ia kalahkan oleh satu teknik yang dinamakan 'God Hand Crusher' sebuah teknik yang sangat sulit dijelaskan bagaimana prosesnya namun hasil dari serangan tersebut adalah arena tempat ujian tersebut setengahnya hancur...
Kini sosok murid kelas 3 tersebut mengembang posisi sebagai presiden dari dewan siswa dan siswi U.A...
Mengetahui hal itu, ia tidak tahu harus berkata apa lagi namun di satu sisi ia tidak menyangka sosok seperti Young Namikaze mau melatih Young Midoriya dan sepertinya ia harus berterima kasih akan hal itu karena dengan ini maka latihan akan sedikit mudah.
"Ugh, Young Midoriya! Tidak usah khawatir! Sekarang mari kita lanjutkan latihan ini!"
"H..Hai!"
Kembali ke masa sekarang
"Kita bertemu ketika istirahat pertama, di kantin"
"Hai, Senpai."
Setelah mengatakan hal tersebut, Naruto menutup panggilannya dan Izuku kini melanjutkan perjalanan menuju kelasnya.
"Deku-kun!"
Langkah Izuku terhenti setelah seorang perempuan berambut cokelat menyahutnya, dia adalah Urakaka Ochako salah satu dari temannya.
"Ah, Urakaka-san."
"Hah, di depan banyak sekali wartawan jadi sangat sulit untuk masuk kesini."
"Iya, untungnya tadi sudah ada Aizawa-sensei dan Mic-sensei."
Remaja berambut hijau ini sudah tidak heran kenapa di depan gerbang masuk akademi nomor satu pahlawan di jepang ini, terdapat banyak wartawan menunggu dari pagi. Isu mengenai All Might mengajar di mari sudah beredar luas, jadi mereka datang kemari hanya untuk mencari tahu atau mengonfirmasi tentang isu tersebut namun sepertinya ada hal lain selain mencari tahu benar atau tidak isu tersebut.
"Ne, Deku-kun ?"
Izuku kembali tersadar dari alam pikirnya, menatap para perempuan di sampingnya yang seperti ingin berbicara sesuatu.
"Ada apa Urakaka-san."
"Eh, apakah nanti ketika istirahat kita dapat satu meja."
Urakaka, sedikit menundukkan kepalanya, mendengar apa yang disampaikan oleh perempuan penyuka mochi tersebut, Izuku hanya tersenyum.
"Maaf, Urakaka-san, sepertinya itu harus kutolak karena aku punya janji dengan seorang saat istirahat."
Mendengar hal itu Urakaka hanya terdiam tapi kemudian remaja berambut hijau ini menepuk pundak darinya.
"Tapi kalau besok mungkin bisa, dan aku janji," ujar Izuku sambil tersenyum.
Urakaka Ochako sosok perempuan berambut cokelat ini, entah kenapa tiba-tiba wajahnya memerah ketika melihat senyuman dari remaja yang menyelamatkannya saat ujian masuk akademi U.A ini.
Swing!
Swing!
Perempuan berambut cokelat langsung menggelengkan kepala, dan itu membuat Izuku harus heran.
"A..A, Ah sebentar lagi bel pertama akan berbunyi Deku-kun! Cepat kita ke kelas!"
Wush!
Izuku yang melihat itu hanya bisa melongo kebingungan, dengan tingkah laku teman satu kelasnya tersebut.
Heroes Must Have Two Side
"Midoriya-kun!"
Seorang pemuda berambut biru tua dan menggunakan kacamata menghampiri sosok Izuku, sementara sosok dari pada remaja berambut hijau ini terlihat tengah ingin segara pergi dari kelasnya karena sebuah keperluan.
"Iida-kun, eh ada apa?"
"Apakah kau mau ke kantin, kalau begitu kita pergi bersama-sama."
Izuku yang mendengar itu memberikan tanda dengan tangannya seolah menolak.
"Maaf, Iida-kun aku memang akan ke kantin namun ada janji pertemuan dengan seorang yang harus kutepati."
Setelah mengatakan dan menundukkan kepala, Izuku berjalan pergi meninggalkan kelas dengan sedikit tergesa-gesa. Sementara sosok Urakaka yang melihat itu sedikit terdiam, entah kenapa di dalam lubuk hatinya ada sesuatu menganjal.
"K.A.U, C.E.M.B.U.R.U. Ya, Ochako."
Tiba-tiba seorang berbisik dan mengatakan sesuatu yang membuat wajah perempuan berambut cokelat ini memerah.
"M...Mina!?"
Sosok yang berbisik itu adalah perempuan berambut merah muda, dengan bola mata kuning yaitu Mina Ashido teman sekelas dari Ochako.
"Heheh, apakah kau tidak suka kalau ksatria berkudamu sudah memiliki orang lain," ujar Mina.
Perempuan berambut cokelat yang mendengar ucapan dari temannya tersebut hanya bisa bertingkah aneh untuk menyembunyikan perasaannya.
"A...Apa maksudmu, aku tidak cemburu dan lagi pula bukan hak ku mencampuri urusan pribadi dari pada Deku-kun."
Mendengar hal itu teman berambut merah mudanya hanya terkekeh mendengar tanggapan yang diberikan.
"Namun aku juga sedikit penasaran dengan siapa yang akan di temui oleh, Midoriya."
Ochako hanya terdiam, dari kata-katanya apakah teman dengan kekuatan Acid ini juga memiliki perasaan pada Izuku Midoriya.
Jika begini maka.
'Sainganku bertambah!'
Ke Midoriya.
Izuku Midoriya kini tengah menuju tempat pertemuan, dirinya kini berada di kantin akademi U.A. Ia lalu menatap sekeliling hingga akhirnya dia menemukan sosok yang ingin ditemuinya.
Namikaze Naruto, sosok dua tahun lebih tua dari Izuku tengah duduk dekat dengan jendela. Remaja berambut hijau ini kemudian berjalan ke sana.
"Naruto-senpai."
Terlihat sosok murid kelas tiga tersebut kini tengah menikmati sebuah hidangan nasi dan telur dadar, ia tidak menatap pada Izuku dan hanya melanjutkan kegiatan makannya.
"Duduk," balas Naruto.
"Hai."
Izuku hanya diam, dan melihat sosok kakak kelasnya ini makan dengan lahap, sebelum kemudian tiba-tiba seorang perempuan berambut putih dengan bagian poni depannya di kucir, berjalan ke tempat mereka sambil membawa sebuah nampan dengan dua cangkir di atasnya.
"Ini dia, Naru-kun dan Izu-chan."
Drop!
Drop!
"Terima kasih, Mira-senpai,"
Sosok yang mengatar minuman tersebut bernama Mirajane Strauss, seorang murid perempuan yang juga berada di kelas 3 akademi U.A namun divisi bisnis selain itu dia juga bekerja menjadi pelayan di kantin saat istirahat.
Mirajane mengangguk untuk membalas ucapan terima kasih dari adik kelasnya, ia kemudian berjalan pergi meninggalkan keduanya untuk melayani pelanggan lainnya.
"Jadi ?"
"Naruto-senpai, beberapa hari yang lalu ada pergerakan para penjahat secara masif di beberapa wilayah di Jepang dan menuju kota Kamino," jawab Izuku.
Naruto yang mendengar itu memberhentikan sejenak kegiatan makannya, ia lalu menatap balik remaja berambut hijau tersebut.
"Kota Kamino, bukankah itu ada di wilayah Yokohama".
Izuku yang mendengar penjelasan kemudian menatap pada sosok kakak kelasnya tersebut.
"Itu benar, dari informasi di bawah para penjahat tersebut masuk ke dalam kategori kelas 2-4 dan pastinya mereka menuju Kamino karena seseorang membutuhkan mereka namun kita belum tahu siapa sosok tersebut."
Grab!
Naruto mengambil cangkir di sampingnya, ia lalu meminum isi yang ada pada cangkir tersebut.
Drop!
"Sepertinya dalam beberapa hari ke depan akan ada kejadian menggemparkan yang terjadi, kita mungkin belum tahu siapa yang memanggil para penjahat kelas teri ini namun yang pasti sosok ini tengah menyusun sebuah kekuatan untuk suatu hal. Tapi apa ?, Izuku."
"Hai, Siap perintah."
"Perintahkah yang di bawah untuk terus mencari tahu informasi tentang siapa penggerak itu, dan jangan bermain kasar itu akan ada waktunya."
"Baik."
Setelah mengatakan itu Naruto menuruskan kegiatan makannya, dan Izuku kini menikmati minumannya yang berada pada cangkir yang disediakan.
Alert! Alert! Level 3
Izuku yang mendengar suara alarm dengan diikuti perkataan level tiga menjadi heran, dia lalu melihat sekelilingnya para murid-murid berhenti sejenak sebelum kemudian kepanikan mulai terjadi.
Run!
Kyaa!
"Semua cepat keluar!"
Run!
Banyak para murid dari berbagai jenjang berlarian menuju pintu keluar, sementara Izuku masih berada di tempat duduknya, ia kemudian menatap ke arah jendela dan terlihat tanda alarm ini diakibatkan karena para wartawan itu menerobos masuk.
"Cih..."
Remaja berambut hijau ini tidak menyangka kalau para murid sekelas U.A dapat dengan mudah panik oleh sesuatu yang belum pasti, jika hanya karena kejadian ini mereka bisa panik bagaimana saat situasi sesungguhnya terjadi.
"Naruto-senpai, sepert-"
"Duduk!"
Izuku yang mendengar nada tegas dari sosok remaja berambut pirang tersebut hanya dapat menurutinya, Naruto lalu mengambil selembar tisu dan mengelap ke mulutnya.
"Biarkan aku yang menagani hal ini."
Setelah itu Naruto berdiri dari tempat duduknya dan kemudian menghela napas sebentar.
"SEMUA TENANG!"
Sebuah suara keras dan tegas bergelegar di seisi kantin, para murid kelas 2 dan 3 yang mendengar itu langsung diam dan tenang. Sementara para murid baru kelas 1 keheranan melihat perilaku para kakak kelas mereka.
Hingga para anak baru ini menatap pada satu sosok berdiri dengan tegas sambil menyilangkan tangan di depan dada, sosok itu berambut pirang dan bermata biru samudra.
Para kakak kelas mengetahui siapa dia, Namikaze Naruto sosok presiden dari dewan siswa-siswi di akademi U.A.
"Kalian murid akademi U.A, maka bersikaplah dewasa lihat ke jendela."
Semua murid langsung melihat ke arah jendela dan mereka melihat yang membuat mereka panik ada para wartawan yang kini tengah dihadang oleh dua guru.
"Benar-benar memalukan, ini akan menjadi catatan untuk diri kalian sendiri untuk jangan selalu panik hanya karena sebuah tanda bahaya yang belum pasti terutama kelas 2 dan 3."
Para murid kelas 2 dan 3 langsung terdiam dan tidak berani menatap ke pada sosok Naruto.
"Kalian lebih lama di sini, seharusnya kalian tahu prosedur apabila kejadian seperti tadi terjadi namun kalian malah berlari dan memberitahukan yang lain sehingga membuat semakin kacau."
"Sekarang kalian bisa kembali ke tempat kalian makan atau kegiatan kalian sendiri, dan jadikan hal tadi sebagai pelajaran terutama para anak baru."
Setelah mengatakan itu Naruto kembali duduk, sementara para murid kelas 2 dan 3 merasa malu ketika mengetahui siapa yang membuat kepanikan.
"Ano..Permisi ?!,"
Remaja berambut biru tua yaitu Iida tiba-tiba bertanya pada seorang kakak kelas yang sepertinya akan kembali ke tempat makannya.
"Iya."
"Yang tadi itu siapa ? senpai."
"Dia adalah Namikaze Naruto, presiden dewan siswa-siswi U.A dia adalah sosok yang sangat disegani serta dihormati."
Iida saat terjepit di antara kerumunan orang yang panik, dirinya dan Urakaka mengetahui kalau yang menyebabkan kepanikan adalah para wartawan, awalnya ia akan memberitahukan itu pada yang lain.
Namun sebuah suara nada tegas tiba-tiba membuat kepanikan ini langsung terhenti saat itulah sosok dengan kacamata ini melihat Naruto tidak bahkan para anak kelas satu pertama kalian melihatnya. Dan bermarga Tenya bisa merasakan sebuah tekanan besar dari kakak kelas berambut pirang tersebut.
Dia benar-benar memiliki hawa seorang pemimpin besar dan disegani hingga membuatnya bisa menenangkan semuanya dengan hanya kata-kata bahkan memberikan kritikan tajam pada anak murid kelas 2 dan 3.
"Hai, Terima kasih senpai."
"Hm."
Heroes Must Have Two Side
"Hahah..besok sosok idola, simbol perdamaian itu akan mati!"
Terlihat seseorang remaja dengan pakaian serba hitam dan kumpulan tangan memegangi seluruh tubuhnya termasuk wajahnya, tersenyum gembira.
Di tempat tersebut juga terdapat dua sosok lain yaitu sosok seperti burung dengan tubuh berotot dan otak terlihat, dan satu lagi berpakaian rapi dengan mata kuning yang menyala.
"Kau akan mati, All Might!"
Tanpa mereka sadari seseorang tengah mendengarkan percakapan mereka yaitu sebuah semut.
'Aku harus memberitahu, Izu-Aniki!'
Bersambung...
