disclaimer : this story is based on characters and situations created and owned by JK Rowling, thanks.

—sorry for the typos—

Harry tersenyum saat seorang peri rumah menyambut nya dengan ramah, walaupun ekspresi yang terpampang dari raut wajah peri itu tampak tidak bersahabat.

Kreacher, makhluk bertelinga runcing itu mempersilahkan sang tuan untuk masuk, membuat Harry segera membalas sambutan peri itu dengan tepukan kecil yang ia berikan di bahu Kreacher. Harry senang, meski sedikit, sifat kasar Kreacher semakin lama semakin berkurang.

"Apakah semua baik-baik saja saat aku pergi, Kreacher?"

Harry mengedarkan pandangan nya ke seluruh bangunan besar itu, Grimmauld. Sudah tiga tahun lebih selepas perang dengan kegelapan berlangsung, Harry menempati rumah peninggalan keluarga Black itu, tempat di mana sebelum nya sang ayah baptis, Sirius Black, menjadikan bangunan itu sebagai tempat tinggal nya, kemudian di wariskan nya kepada Harry untuk menjaga bangunan turun temurun keluarga Black tersebut.

"Semua nya baik-baik saja, Master. Bagaimana dengan pekerjaan anda?"

Harry tersenyum untuk kesekian kali nya, menjadi Auror itu tidak mudah, suatu tantangan besar bagi Harry untuk melakukan pekerjaan yang bahkan sama sekali tidak pernah terpikirkan oleh nya untuk mengemban tanggung jawab profesi tersebut.

"Semua nya berjalan lancar, Kreacher," Harry lebih memilih untuk berkata seada nya, ia tidak ingin Kreacher merasa cemas dengan segala masalah mengenai pekerjaan nya.

"Baiklah jika begitu, Master. Silakan anda beristirahat, dan saya akan menyiapkan makan malam," Ucap Kreacher sedikit menunduk sopan.

"Terimakasih, Kreacher. Aku akan membersihkan diri terlebih dahulu," Harry tersenyum, beralih menatap kearah anak tangga, yang mengarah langsung pada ruang kamar tidur nya, "Apakah dia ada di kamar?"

Kreacher mengangguk pelan, seraya mengikuti arah pandang sang tuan, "Benar, Master. Dia sedang beristirahat dikamar, selagi menunggu kepulangan anda tadi," Harry mengangguk, raut nya melembut.

"Baiklah, jika kau telah selesai menyiapkan makan malam, tolong panggil aku," Kreacher mengangguk patuh.

Dengan begitu Harry beranjak, menaiki satu persatu anak tangga yang menuju langsung tepat ke arah ruang istirahat nya. Harry terdiam beberapa saat di depan pintu kayu ruangan itu, menatap lurus pintu kokoh tersebut dengan senyum yang mengembang di sudut-sudut bibir.

Tak lama Harry bergerak pelan, memutar tuas pintu tanpa berniat menimbulkan suara.

Senyum di bibir Harry semakin melebar saat manik emerald itu menangkap sebuah sosok bersurai putih tengah tertidur dengan seluruh tubuh yang terbungkus oleh selimut bulu, membuat nya terlihat menggemaskan.

Harry secara perlahan menutup kembali pintu kayu itu seperti semula, lalu melepaskan jubah auror dari tubuh nya, menggantungkan seragam tersebut pada sebuah gantungan yang dikhususkan untuk pakaian itu. Hanya menyisakan sebuah kemeja putih yang digulung se siku sebagai pakaian yang membalut tubuh nya.

Kemudian Harry melangkah dengan tenang, menatapi sosok berkulit pucat yang kini telah terpampang nyata di hadapan nya, ia bisa mendapati sosok itu tengah tertidur dengan posisi memunggungi nya.

Harry menduduki sebuah kursi yang berjarak tidak jauh dari tempat tidur yang tengah ditempati oleh sosok itu, kemudian sebuah senyuman kembali tercetak di bibir Harry, ia sudah tidak bisa mengira-ngira berapa banyak senyuman yang telah ia tampak kan saat ia melihat sosok itu selama ini.

Harry menopang kepala nya menggunakan telapak tangan, mengingat kembali masa-masa dimana diri nya bertemu dengan sosok itu. Ia tidak mengingat dengan pasti bagaimana diri nya bisa jatuh sedalam itu dengan sosok tersebut.

Takdir yang awal nya seperti ingin memisahkan kedua nya, berakhir dengan mempertemukan kedua nya atas dasar perasaan cinta. Harry tidak pernah membayangkan semua itu akan terjadi, perasaan untuk ingin selalu memiliki nya, menjaga nya, menyayangi nya.

Mengingat bagaimana selama ini, hubungan antara ia dan diri nya tidak bisa dibilang terlalu baik. Kerap kali tercipta permusuhan dan dinding perselisihan antara kedua nya, walaupun permusuhan itu tidak terlalu berpengaruh untuk keselamatan nya.

Tetapi, Harry tentu saja pernah merasa kesal dengan tingkah nakal sosok itu dulu. Sangat dulu sekali, sebelum Harry menyadari, bahwa diri nya salah menilai orang itu.

Harry bisa mengingat dengan jelas bagaimana sosok itu berlari meninggalkan kubu pengikut pangeran kegelapan hanya untuk memihak kepada nya, berlari kearah nya, membawakan tongkat Harry yang sempat terenggut untuk membantu Harry agar ia dapat mengalahkan penjahat bengis itu.

Dan disaat itu pula Harry tersadar, bahwa sosok itu sama sekali tak pernah menginginkan kematian Harry, walaupun selama ini mereka terlihat selalu saling membenci.

Dan disinilah Harry saat ini, terjatuh dihadapan sosok yang saat ini tengah tertidur meringkuk di atas tempat tidur nya, ia tak pernah mempercayai bahwa diri nya bisa meluluhkan dinding es yang tertanam dalam hati sosok itu, dan membuat nya jatuh dalam pelukan Harry.

Bahkan, sahabat-sahabat Harry, Ron dan Hermione pun, tak pernah menyangka, sahabat nya berhasil meruntuhkan tembok permusuhan antara diri nya dan juga sosok itu, dan malah menjadi kan nya orang yang ingin Harry jaga sepanjang hidup.

Harry bangkit saat pikiran nya telah kembali ke saat ini, ia berjalan dengan tenang, menuju sisi lain dari tempat tidur yang tak terisi, kemudian membaringkan tubuh nya tepat disebelah sosok bersurai blonde tersebut.

Tangan Harry terangkat, memeluk pinggang ramping sosok itu dari belakang, sedikit menggerakan tubuh untuk lebih dekat dengan sosok dihadapan nya, kemudian Harry mendekatkan bibir pada tengkuk lelaki itu, mencium nya secara lembut, menghirup aroma apel hijau khas sosok tersebut dalam-dalam, merasakan wangi buah itu menyeruak memenuhi relung nya.

Ini adalah aroma yang akan selama nya menjadi favorit Harry.

Harry mempererat rengkuhan nya pada pinggang sosok itu, memeluk nya secara posesif, seakan-akan sosok itu dapat meninggalkan nya kapan saja, jika Harry mengendurkan pelukan itu barang sejenak.

"Dear," bisik Harry pelan tepat di telinga sang lawan, kemudian ia kembali mendaratkan ciuman di tengkuk sosok tersebut. Ia merindukan nya.

Harry tersenyum puas saat merasakan ada pergerakan yang ditimbulkan oleh sosok itu, ia memasang raut lembut saat secara tiba-tiba sosok itu membalikan posisi nya menjadi berhadapan langsung dengan Harry.

Dan Harry berhasil dibuat terpana untuk kesekian kali nya saat manik emerald itu bertemu pandang dengan manik kelabu teduh sosok di hadapan nya. Draco Malfoy, sosok itu, ia adalah satu satu nya orang yang berhasil menghilangkan kewarasan Harry hanya dengan menatap kedua manik kelabu itu.

Hanya Draco Malfoy yang bisa membuat Harry memberikan segala atensi nya hanya untuk melihat sebuah senyuman di bibir mantan penghuni Slytherin itu, dan Hanya Draco Malfoy yang dapat membuat dunia Harry seakan berhenti berputar hanya dengan menatap wajah nya seperti sekarang ini. Semua tentang Draco, adalah kelemahan Harry.

"Potter, kau sudah pulang?"

Hati Harry terasa menghangat saat kedua telinga nya menangkap suara lembut lelaki di hadapan nya. Membuat tangan Harry sontak terangkat untuk mengusap lembut pipi Draco. Membawa nya pada kenyaman yang tidak bisa diberikan oleh siapapun kecuali Harry seorang.

"Apa kau baik-baik saja beberapa hari ini?"

Draco menggangguk, sebenarnya semenjak kepergian Harry beberapa hari yang lalu untuk menunaikan tugas pekerjaan nya, Draco selalu saja kesulitan untuk tidur. Pasal nya, setiap malam, Harry akan selalu menemani nya dan memeluk nya erat sampai Draco jatuh tertidur.

Dan dengan begitu, semua mimpi buruk yang kerap kali menghantui tidur nyenyak Draco perlahan menghilang, tergantikan dengan banyak nya mimpi indah yang selalu menghiasi tidur lelap nya. Namun, beberapa hari ini, ia tidak merasakan semua itu, membuat sesuatu terasa kurang di hidup nya.

"Bagaimana pekerjaan mu? apa semua nya telah beres?"

Harry diberi tugas untuk mengintai beberapa orang yang terlibat dengan jajaran para penghianat dunia sihir beberapa waktu lalu, dan untung nya Harry beserta Ron dengan cepat mengumpulkan segala bukti yang nanti nya akan mereka ajukan kepada pengadilan tinggi dunia sihir.

"Semua nya baik-baik saja, aku hanya merasa kosong beberapa hari ini."

Draco mengangkat sebelah alis nya, "Kenapa, Potter?"

"Karena aku tidak dapat melihat senyum mu."

Draco mendengus, seraya memukul pelan dada Harry, walaupun ia bertingkah seperti itu, tetapi rona merah tidak dapat ia sembunyikan dari kedua pipi pucat nya, membuat Harry tertawa kecil merasa gemas dengan tingkah sang lawan bicara.

"Tetapi aku sungguh-sungguh, aku merindukan mu, Draco," Pandangan Harry melembut, ia mengusap pelan pucuk kepala Draco.

"Aku juga. Eh, tidak—sedikit, sangat sedikit," Balas Draco dengan agak salah tingkah.

Harry tetawa, ia menggeleng, menyadari sifat penuh gengsi Draco belum juga hilang. Pangeran Slytherin itu akan senantiasa menjaga image nya, dan itu adalah salah satu hal yang membuat Harry selalu berkeinginan untuk memiliki Draco dengan segala sifat rumit nya.

"Baiklah sedikit, aku percaya."

Kemudian kedua nya tertawa, menciptakan atmosfer hangat yang terjalin antara kedua nya. Hingga suatu ketika Harry terdiam, emerald nya menatap serius kearah Draco, membuat lelaki bermanik kelabu itu terlihat bingung.

"Ada apa, Potter?" Draco tampak bingung, ia menepuk pelan pundak Harry.

Harry tetap terdiam, ia tidak bisa melepaskan atensi nya dari manik kelabu itu, diri nya seperti ingin menyelami kedua iris itu lebih dalam, hingga diri nya tak memiliki jalan keluar untuk pergi meninggalkan kilauan itu.

"Jangan pernah menyerah padaku, Draco. Aku mohon, kau boleh beristirahat jika kau lelah dengan segala sikap ku, tapi jangan pernah berpikir untuk pergi dari sisi ku."

Draco merasa kedua tangan nya digenggam sebegitu erat oleh sosok dihadapan nya, membuat hati nya mau tak mau merasakan sebuah kehangatan juga perasaan bahagia yang benar-benar tidak dapat ia gambarkan.

Draco tidak pernah diperlakukan sebegitu berharga nya selama ini oleh seseorang, Harry lah orang pertama yang menatap nya sebagai sebuah berlian, yang mana tidak ada siapapun yang boleh menyentuh berlian itu.

Harry akan selalu memuliakan Draco, tidak memberikan kesempatan untuk pemilik surai blonde itu meneteskan air mata kesedihan saat bersama nya. Harry akan selalu berusaha menjaga nya, memberikan seluruh kebahagiaan dalam hidup nya, dan tidak pernah berpikir untuk menghentikan semua nya.

Harry memberikan Draco segala bentuk cinta nya, dimulai dari anak itu yang selalu menjaga nya setelah kedua orang tua Draco dipenjara dalam penjara Azkaban, menjaga diri nya dari banyak orang yang menuding Draco sebagai seorang penghianat, membawa kembali secerca harapan untuk kehidupan Draco.

Dan hingga saat ini, bahkan sampai lelaki pemilik luka berbentuk petir itu tengah sibuk dengan dunia kerja nya, ia tetap saja tak lupa untuk selalu berada di sisi Draco.

Draco bahkan merasa bingung dengan pertanyaan Harry sebelum nya, yang meminta nya untuk tidak menyerah kepada lelaki itu. Bagaimana bisa? bukan kah seharusnya jika ada yang menyerah, orang itu adalah Harry sendiri, mengingat bagaimana selama ini Harry harus selalu meladeni sifat keras kepala seorang Malfoy? Lalu, kenapa Harry meminta nya untuk tidak menyerah?

"Bukankan seharus nya kau yang jangan menyerah padaku, Potter. Mengingat selama ini, sifat buruk ku selalu menyulitkan mu?"

Harry menggeleng, ia tersenyum tulus, "Aku tidak pernah keberatan dengan semua itu, Dear. Yang aku tahu hanyalah, aku mencintaimu dengan segenap sifat baik dan buruk mu. Aku memiliki kekurangan, dan kau melengkapi nya, begitu pula sebalik nya."

"Tetapi bukankah sulit mencintai orang seperti ku?" Draco menyatukan kedua alis nya, sangat mengharapkan jawaban dari Harry.

"Kenapa aku harus merasa kesulitan, jika setiap bersamamu aku merasa diri ku kembali utuh. Kau adalah bagian dari diriku, yang akan selalu aku butuhkan," Harry mengecup pelan punggung tangan Draco, membuat lelaki bersurai blonde itu terdiam terpaku.

"Dan suatu kebanggaan bisa memeluk mu seperti ini, dan mengatakan bahwa kau adalah milik ku."

Harry memandang lurus kearah Draco, manik kelabu itu terlihat penuh dengan rasa bahagia hingga membuat nya tampak sedikit berkaca-kaca. Jari-jari ramping lelaki itu terangkat, menyelipkan nya pada surai hitam Harry, merasakan kelembutan surai itu menyentuh kulit nya.

"Terimakasih, Potter. Untuk tidak pernah berhenti mencintai ku. Aku sangat mencintai mu, hingga aku tidak pernah berpikir untuk menyudahi semua itu."

Harry tersenyum, diri nya merasa sangat bahagia, jarang sekali Harry mendengar pengakuan seperti itu dari mulut Draco. Ia tidak pernah menduga, sebuah pengungkapan kecil seperti ini mampu membuat nya berhenti untuk memikirkan segala beban nya.

"Aku juga mencintai mu, Draco. Sangat."

Draco tersenyum, pandangan nya sedikit mengabur, ia merasa hidup nya sudah lengkap saat ini. Harry melengkapi segala nya. Ia tidak butuh apapun lagi, selain Harry yang selalu berada di sisi nya.

Kedua iris itu kembali beradu pandang selama beberapa saat, membuat masing-masing kedua nya terdiam mencoba untuk menyelami pikiran satu sama lain. Hingga Draco yang lebih dulu menyudahi aktivitas itu dengan tangan kanan nya yang menarik pelan tengkuk Harry, menyatukan bibir kedua nya secara perlahan.

Harry kembali memeluk erat pinggang Draco saat merasakan lelaki itu saat ini tengah mencoba mengawali tautan di antara kedua nya, walaupun Harry dapat merasakan Draco yang masih terkesan bergerak dengan kaku, tetapi ia tetap menghargai usaha Draco untuk memulai nya lebih dulu, membuat Harry tersenyum di sela sela aktivitas mereka.

Harry agak terkejut saat Draco secara tiba-tiba melepas tautan diantara kedua nya, beralih menatap kearah Harry dengan kedua alis yang tertekuk kesal, "Kenapa kau diam saja, Potter? Aku tidak bisa melakukan ini."

Protes Draco dengan kedua pipi yang merah, diri nya telah mencoba melakukan ciuman itu lebih dulu, tetapi gerakan nya yang kaku, membuat ia frustasi, biasa nya Harry tidak bergerak seperti ini, batin Draco.

Hal itu mau tak mau membuat Harry tak bisa menahan tawa nya, ia tertawa saat mendapati raut konyol diwajah sosok yang ia sayangi, ditambah lagi dengan tatapan frustasi itu, demi Merlin! siapapun tidak akan bisa membuat Harry berpaling barang sejenak dari ekspresi menggemaskan itu.

"Baiklah baiklah, maafkan aku. Aku kira saat ini kau ingin memimpin," Draco mendengus, "Bagaimana bisa aku memimpin tuan Auror seperti mu."

Harry tersenyum seraya menggeleng, tangan kanan nya menarik pinggang Draco untuk lebih dekat kearah nya. Menyembunyikan wajah nya pada ceruk leher lelaki pucat itu, mencium tempat tersebut dengan kilas, "Kau sangat menggemaskan, Draco."

"Aku tampan, dan tidak menggemaskan," Draco membalas dengan nada tak mau kalah.

"Ya, baiklah, tuan tampan."

Merasa sudah memberi kesempatan untuk Draco bergerak sebelum nya. Saat ini Harry bergantian menarik tengkuk Draco, memperdalam tautan itu dalam pimpinan nya.

Harry bergerak secara lembut, menghisap pelan bibir bawah Draco, menjilati nya secara perlahan dengan gerakan sensual, membuat Draco merasa lemas secara tiba-tiba, hingga membuat jari-jari pucat nya mencengkram pelan bahu Harry.

Tangan Harry tentu tak melewatkan kesempatan untuk menjelajahi setiap inci tubuh Draco, ia menyentuh bahkan mengusap setiap sudut tubuh lelaki itu, membuat sang korban menggeliat disela sela ciuman itu.

Draco sedikit tercekat saat secara berani tangan Harry mengusap bagian dada nya, menjelajahi setiap pahatan di tempat itu, menimbulkan perasaan aneh yang menghinggapi perut Draco, membuat lelaki itu mendesah tertahan. Memberi kesempatan untuk Harry bergerak lebih maju.

Lidah Harry tanpa izin memasuki rongga Draco, menginvasi deretan gigi rapi milik si surai blonde. Memaksa lidah Draco beradu dengan milik nya. Kedua iris kelabu itu terpejam rapat saat merasakan lidah Harry menyapu bagian atas dinding rongga nya, menimbulkan perasaan menggelikan yang membuat nya nyaman namun terasa seperti kehilangan tenaga.

"Mmmhhh," Draco mendesah pelan saat lidah nya bergerak untuk mengimbangi permainan Harry, sementara mantan penghuni Gryffindor itu nampak nya sangat bersemangat meladeni lidah Draco, mengajak nya beradu dengan gerakan liar.

Menyebabkan cairan saliva meleleh keluar melalui sudut bibir masing-masing kedua nya. Dan saat itu pula, Harry merasa kesadaran nya telah terenggut, hanya Draco yang memenuhi pikiran nya, memaksa untuk bergerak lebih dengan mengubah posisi nya secara spontan, mengunci tubuh Draco di bawah nya.

Draco tampak terengah saat Harry melepaskan tautan itu, saat ini ia telah berada tepat di bawah tubuh Harry, diri nya dapat menyaksikan bagaimana Harry yang menatap nya dengan pandangan berkabut, membuat Draco harus menelan ludah kasar saat Harry semakin mendekatkan diri kearah nya.

"You're mine," Harry berbisik secara seductive tepat di telinga Draco, membuat sekujur tubuh nya merasa merinding.

Harry beralih kearah leher Draco, mencium kilas bagian tubuh itu. Kemudian mengulangi nya selama beberapa kali, sebelum ia menggigit pelan leher putih tersebut dengan gigi gigi nya. Membuat Draco terlonjak kaget merasakan sensasi aneh yang menyerang tubuh nya.

Merasa tidak ada pemberontakan yang dilakukan oleh Draco, Harry dengan lebih berani mencumbu tempat itu, menghisap nya secara perlahan kemudian berubah kuat, terus berulang hingga setiap inci leher jenjang tersebut terhiasi oleh warna merah keunguan.

"Potter..."

Draco tidak dapat menahan desahan nya saat lidah Harry dengan berani menjilati setiap inci leher pucat itu dengan gerakan memutar, membuat sang empu secara refleks menoleh kesamping, membiarkan Harry bergerak lebih leluasa di tempat itu.

Merasa puas dengan hasil karya nya, Harry tersenyum dengan lembut, beralih kearah wajah Draco yang tampak telah berubah memerah sempurna, hingga menjalar ke belakang telinga. Harry kembali mendekatkan wajah nya, menyatukan kembali tautan diantara kedua nya, namun saat ini dengan gerakan yang lebih berani.

Ia menghisap kuat bibir Draco, membawa lelaki itu dalam sebuah perasaan nyaman yang bahkan Draco yakin siapapun tidak akan bisa membuat nya merasa seperti ini, kecuali Harry, "Mmmhh, Potter.."

Tangan kanan Harry dengan cekatan membuka satu persatu kancing piama hijau satin yang dikenakan oleh Draco, gerakan nya terkesan rapi hingga Draco tak menyadari bahwa bagian dada nya telah terekspos secara nyata dihadapan Harry, saat lelaki itu telah berhasil melepaskan kancing terakhir piama tersebut.

Harry kemudian melepaskan tautan diantara kedua nya, saat Draco menepuk pelan bahu nya, menandakan bahwa lelaki itu telah kehilangan banyak pasokan oksigen akibat perbuatan Harry. Draco terengah saat Harry melepaskan jalinan antara kedua bibir mereka, sebisa mungkin Draco menghirup udara bebas yang sempat tak bisa ia raih beberapa saat yang lalu.

Menyaksikan hal itu, Harry tanpa rasa bersalah, beralih ke dada pucat lelaki itu, mencium ringan bagian bagian yang ada pada tempat tersebut, sebelum kecupan ringan nya berubah menjadi sebuah jilatan, yang membuat kepala Draco spontan mendongak, merasakan tubuh nya mulai bergetar.

"Jangan gigit itu," Draco menggeleng kuat saat Harry menggigit sesuatu pada dada nya, sementara tangan nya mengusap bagian lain di tempat itu. Harry mulai menghisap, menggigit, bahkan menjilati dada Draco, membuat lelaki kelabu itu hanya bisa mendesah merasakan perasaan aneh di sekujur tubuh nya.

Tak lama, Harry berpindah, mengecup pelan bagian perut Draco hingga diri nya terhenti saat telah mencapai bagian bawah tubuh si blonde. Harry tersenyum, tangan nya terulur untuk menyentuh bagian itu secara perlahan dari balik celana piama Draco. Bak dihantam batu besar, kepala Draco terasa begitu berat, ia mencengkram kuat surai Harry saat lelaki itu mengusap milik nya.

Draco merasa bagian bawah tubuh nya terasa sesak, hanya karena sentuhan Harry, ia memejamkan mata nya rapat, kepala nya terdongak keatas saat usapan Harry berubah menjadi sebuah pijatan. Draco benar benar bisa gila, ia sangat menikmati permainan kekasih nya itu.

"Potter...aku merasa sesak," Draco menggeleng kuat saat Harry terus mempermainkan milik nya, membuat celana berbahan satin yang ia kenakan berubah menyesakkan.

Mengerti dengan apa yang dimaksudkan oleh Draco, kedua tangan Harry berpindah ke masing-masing sisi celana Draco, menarik nya hingga seluruh pakaian yang membalut tubuh itu terlepas tanpa sisa. Membuat tubuh Draco benar benar polos tanpa tertutup sehelai benang pun saat ini.

Harry tersenyum, melihat milik Draco yang telah menegang, dengan sedikit cairan putih yang telah melesat keluar dari ujung benda itu. Sementara Draco, ia mengalihkan wajah nya, tidak ingin menatap kearah Harry, ia benar-benar tak mampu, merasa wajah nya terbakar karena malu.

Dengan lembut, Harry mulai memijat milik Draco, membuat Draco menggelinjang dalam posisi nya, tubuh nya terasa lemas, dengan perasaan aneh yang memenuhi relung hati.

"mmmhh aaah, potterhh..." Draco meracau saat Harry semakin mempercepat gerakan nya, saat ini tangan lelaki itu dengan lihai bergerak naik turun mengusap milik Draco dengan gerakan cepat.

Draco merasa tubuh nya bergetar hebat, seakan sesuatu siap meluncur keluar dari tubuh nya, "Nghh ahhh Potter, i wanna—

"Not now, Draco," Draco mendesah frustasi saat secara tiba-tiba, Harry menghentikan pergerakan nya, lelaki itu malah menatap jahil kearah Draco, membuat Draco benar-benar kehilangan kesabaran nya.

Ia hanya ingin Harry menyelesaikan keinginan nya terlebih dahulu, tetapi dengan berani, Harry menghentikan semua itu, ketika Draco hampir sampai pada puncak nya.

"Potter, please!" Draco berucap dengan nada memohon, sementara Harry hanya merespon dengan sebuah gelengan.

"Tidak untuk saat ini, Draco."

Draco tidak sempat menanggapi perkataan Harry, karena lelaki itu lebih dulu meraih sebuah tuas laci meja nakas yang berada tidak jauh dari tempat tidur nya, mengeluarkan sebuah benda berbentuk tube yang bahkan Draco tidak ingat, ada sesuatu semacam itu pada tempat tersebut.

Di detik berikut nya, Draco merasakan kedua kaki nya telah dibuka secara paksa bersamaan dengan masuk nya sebuah cairan dingin yang memenuhi bagian belakang tubuh nya, ia melenguh saat cairan dingin itu melesat bersama dengan sebuah benda keras yang turut terdorong secara perlahan kedalam tubuh nya.

"ahhhh~"

Tubuh Draco melengkung sempurna, saat benda yang tidak lain adalah jari-jari Harry mengenai tepat di titik sensitif nya, membuat seluruh tubuh Draco merasa merinding dengan sensasi yang ditimbulkan saat jari-jari panjang Harry terus bergerak pada titik tersebut.

Nafas Harry berubah berat, saat ia mendengar desahan indah dari mulut Draco terus menyapa indra nya, ditambah lagi dengan ekspresi erotis yang terpampang jelas pada raut wajah itu, benar-benar membuat kendali nya lepas. Harry segera mengeluarkan jari-jari nya, beralih melepaskan resleting celana nya sendiri, membiarkan benda milik nya terpampang nyata tepat dihadapan Draco.

Menyebabkan lelaki pucat itu menutup wajah nya dengan satu tangan, menyembunyikan rona merah yang makin terlihat jelas di kedua pipi, saat ia melihat secara langsung bagaimana milik Harry telah menegang sempurna tepat dihadapan nya.

Dan Draco hanya bisa pasrah saat Harry meletakan sebuah bantal di bawah pinggang nya, membuat posisi bagian bawah tubuh lelaki blonde itu sedikit lebih tinggi.

Kemudian Harry memposisikan milik nya tepat di hadapan bagian belakang tubuh Draco, sejenak mengalihkan pandangan nya kearah wajah lelaki yang ia cintai itu, "Apakah tidak apa-apa?"

Draco balas menatap Harry dengan pandangan sayu, kemudian ia mengangguk pelan. Jemari nya terulur untuk mengusap pelan pipi Harry, kemudian berpindah menautkan jemari nya pada jemari Harry, "do it, Potter."

Harry tersenyum, menyempatkan diri untuk kembali menautkan bibir kedua nya, membawa Draco pada sebuah kenyamanan yang tidak terhingga, sebelum Harry kembali pada posisi semula. Mendorong milik nya secara perlahan kedalam tubuh Draco, kemudian dengan sekali hentakan, ia menanamkan milik nya secara penuh kedalam tubuh Draco.

"Arghh..." Draco mendesah kuat saat merasakan milik Harry yang telah mengeras, melesat masuk ke dalam tubuh nya. Walaupun Harry belum bergerak, tapi rasa sakit tetap menyelimuti bagian bawah tubuh nya.

Draco meremas kuat jemari Harry mencoba untuk mengalihkan rasa sakit itu dari pikiran nya, setetes air mata jatuh melalui kedua iris kelabu itu, tetapi Draco tetap mencoba untuk membiasakan diri nya.

Sebuah kecupan Harry layangkan pada kening Draco, menghapus jejak air mata Draco dengan jemari nya yang bebas, membuat rasa sakit itu berangsur mereda, ditambah lagi saat Harry mulai menggerakan pinggul nya, membuat segala rasa sakit berubah menjadi perasaan nikmat yang tak tertahan, ketika milik Harry berhasil menumbuk titik sensitif Draco.

"Draco..." Harry menggeram saat merasakan milik nya di pijat oleh dinding tubuh si blonde.

"Potter..."

Harry menarik sudut bibir miring, semakin memperdalam hentakan nya, membuat tubuh Draco bergerak liar karena aksi nya. Desahan-desahan nikmat tak dapat Draco tahan dari mulut nya, ia merasa seperti akal sehat nya telah pergi begitu saja saat Harry terus bergerak di dalam nya.

"call my name, Draco," Harry terus mempercepat tempo nya, sesekali mengigit daun telinga Draco dengan nakal.

"mmmhh, Harry—Harryhh~" Draco menggeleng kuat saat merasakan sesuatu siap melesat keluar dari tubuh nya, sementara Harry yang menyadari itu terus bergerak dengan tempo hentakan yang amat cepat hingga Draco hampir kehilangan kesadaran karena rasa nikmat yang terus saja menghujam nya.

"Harry, i wanna cum..." Draco mencengkram kuat jemari Harry, menyalurkan perasaan nikmat yang tak terbendung dalam diri nya.

Napas Harry pun terdengar semakin berat, ia turut memperkuat tautan jemari mereka, seraya menambah tempo hentakan di dalam tubuh Draco.

"Nggghh Harry, i'm cum—aarghhh"

Harry mulai terengah, pandangan nya berkabut, milik nya terasa sesak di dalam sana, hingga sebuah cairan berhasil melesat menembak keluar, memenuhi bagian dalam tubuh Draco, "shit..."

Dengan begitu, tubuh Harry turut melemas, ia mengeluarkan milik nya dari dalam tubuh Draco, membuat lelaki pucat itu mendesah untuk terakhir kali. Draco merasa bagian tubuh nya terasa penuh oleh cairan milik Harry, hingga cairan itu sedikit menetes keluar dari tempat nya.

Harry membaringkan tubuh nya tepat di samping Draco, kedua emerald nya terpejam tenang, merasakan sisa sisa pelepasan yang terasa sangat menggairahkan beberapa waktu yang lalu. Kemudian kedua iris Harry kembali terbuka, menoleh kesamping mendapati Draco yang tengah mencoba untuk mengatur nafas nya yang sempat kacau tak beraturan.

Harry mengusap pelan pipi Draco, membuat atensi kelabu itu menatap penuh kearah nya dengan pandangan lelah, "Aku mencintaimu, Draco Malfoy."

Draco tersenyum, hati nya menghangat, ia mengusap pelan dada bidang Harry, memeluk tubuh kekasih nya dengan erat, "Aku juga mencintaimu, Harry," Balas nya pelan.

Harry membalas senyuman itu, seraya mengecup lembut surai blonde lelaki dihadapan nya, kemudian mempertemukan dahi keduanya.

"Jika begitu, ayo menikah."

.

stay healthy guys, i love you