Next Phase of War

-0-

Aku bermimpi sesuatu yang aneh, mimpi itu entah kenapa sangat terasa nyata sekali untukku.

"T..tolong aku"

"Siapapun itu... tolong aku"

Aku melihat sosok manusia iblis terduduk di ruang singgasana dengan Isak tangis yang cukup keras untuk telingaku.

"Kamu... tolonglah kami! Tolong hentikan ini semua!"

Sosok seorang gadis dengan rambut merah scarlet itu menarikku, memohon kepadaku untuk hal yang aku tak ketahui, apa dan kenapa aku bisa disini.

"Ah!?"

Ia membelak ketika sebuah suara gema terdengar layaknya guntur yang menyambar ke bumi.

Ia pun tergelatak dengan luka di tubuhnya.

"Hick...hick... t...tolong..."

Matanya itu menatapku dengan keputusasaan, ia tetap memohon kepadaku namun aku masih tidak mengerti apapun yang terjadi disini.

"..."

Hingga pertanyaan ku pun terjawab sepenuhnya tentang apa yang terjadi padanya dan kenapa ini bisa terjadi pada duniaku.

-0-

"Hah!?"

Aku tersentak ketika sesuatu menyentuh bahuku.

"Fufu... Apa tidurmu nyenyak, Issei-san?"

Rias Greymory, ia adalah pewaris keluarga Greymory dan sekarang ia tersenyum dengan lembut kearahku yang baru saja terbangun sesaat setelah tertidur di kereta yang membawa kami ke alam neraka tempat para iblis hidup.

"Bisa dibilang, aku ga bisa tidur sama sekali"

Jawabnya dengan nada datar saat melihat ke jendela dimana hal yang ia lihat adalah semacam kegelapan dimana mereka seolah-olah melintasi galaksi di film yang pernah ia tonton sewaktu di akademi Marinir.

"Fufu..."

Rias terkikik kecil melihat tatapan Issei yang seolah-olah tak memperdulikan apapun.

Namun untuk Issei sendiri, pikirannya justru melayang ke entah kemana dimana ia tak bisa berhenti memikirkan tentang mimpi itu.

Rating Games, sebuah permainan dimana pawan dari sebuah kelompok iblis yang di pimpin yang bertanding akan saling berhadapan dengan pawan lawan dan di penghujung pertandingan, setiap pemimpin kelompok akan berhadapan dengan sisa pawan yang bertahan.

'Metode eliminasi, ya? cukup mudah di mengerti'

Pikir Issei sambil menatap jendela kereta ini.

Saat ia berpikir tentang suasana neraka yang ia sangka seperti yang ia pernah baca di buku religi maupun buku fiksi, ia tak menduga kalau pemandangan yang ia lihat persis seperti di buku itu namun sedikit berbeda.

"Ini mungkin pengalaman pertama kalinya anda disini, bukan begitu Issei-san"

Ucap Rias sambil tersenyum kearahnya, Issei sendiri menatap ke suasana langit yang berwarna kemerahan, tanah yang tandus tanpa pepohonan serta rumah yang bisa di hitung dengan jari namun memiliki bentuk bagaikan mansion orang-orang kaya di dunia, membuatnya sedikit keheranan.

"Ini sedikit berbeda dengan apa yang ku pikirkan, Greymory-san"

"Fufu~ begitulah"

Mereka mulai berjalan kearah sebuah mansion di kejauhan dimana Rias sebagai penunjuk arah ke mereka.

"Makhluk disini agak aneh ya, Gremory-san"

"Kukuku... Kau yang tidak pernah kesini jelas tak tahu apapun, Hyoudo"

Gadis kecil itu tertawa kecil dengan nada yang arogan kearahnya, Issei tak terlalu memperdulikan sikapnya yang begitu sambil melanjutkan sesi melihat-lihat sekitarnya yang masih terasa agak aneh di matanya.

'Jadi ini neraka yang mereka sebut-sebut itu'

Mulanya ia berpikir kalau disini akan ada sebuah tempat penyiksaan untuk para pendosa yang telah meninggal namun dari apa yang ia lihat, tempat ini tak cocok untuk disebut sebagai neraka, mungkin lebih tepat kalau disebut sebagai dunia bawah para iblis.

"Selamat datang, Nona Rias"

Seorang Maid datang menyambut mereka sesaat setelah sampai di depan sebuah mansion besar.

"Umu... Terima kasih telah menyambutku, Grayfia-san"

Maid yang menyambut mereka mulai membukakan pintu dan menuntun mereka masuk kedalam, untuk Issei sendiri, ia entah kenapa merasa agak aneh.

'Kenapa maid ini justru mengenakan pakaian yang tidak seperti maid yang ku tahu?'

Maid pada umumnya seharusnya mengenakan pakaian panjang, bukan pakaian seperti rok yang pendek dan baju lengan pendek, seakan mengisyaratkan kalau dia berusaha menggoda seseorang tertentu dengan pakaian begini.

"Kalian pasti lelah di perjalanan tadi kan? Bagaimana kalau saya buatkan teh untuk kalian?"

Maid itu setelah menunjukkan ruangan untuk mereka tempati, mulai memberikan jamuan yang terbilang cukup sopan seakan ia sedang mengunjungi rumah bangsawan.

"Oh! Kalau begitu, maaf merepotkan, Grayfia-san!"

Rias dengan cukup semangat menerima tawaran Grayfia itu, Grayfia mulai kembali ke dapur dimana ia menyiapkan minuman untuk mereka, dan untuk mereka,

"Baiklah, mari kita berkumpul di ruang utama, hari ini kita harus menyusun strategi!"

Rias entah kenapa terlihat sangat bersemangat hari ini, mungkin dia sangat percaya kalau mereka bisa memenangkan pertandingan ini? Walau untuk Issei sendiri, ia masih meragukan hal itu.

Masalahnya bukan mengenai mereka tidak bisa mengalahkan Riser di pertandingan ini, melainkan tentang stabilitas dan posibilitas amukan dari keluarga Phenex jika penerus keluarga mereka dibuat kalah oleh keluarga yang sejak dulu dianggap tak lebih sebagai anak buah keluarga Phenex.

'Aku ragu kalau Rias bahkan menyadari hal itu'

Issei dalam diam menatap kearah mereka yang duduk di sofa sambil berbincang dengan penuh semangat tentang cara mengalahkan pawan Riser Phenex.

"Jadi itulah rencananya, Issei dan Koneko, kalian berdua akan berhadapan dengan 5 pawan kelas Pion dari Riser, lalu Kiba dan Akeno akan melawan 10 pawan kelas Knight, bagaimana?"

Mendengar "strategi" yang di buat oleh Rias dan reaksi semangat dari mereka membuat alis mata Issei berkedut

'Yup, dia ini natural airhead'

Issei tak habis pikir tentang bagaimana bisa anak ini memberikan cara untuk melawan kelompok Riser dengan metode gamblang ini..

"Ijin menginterupsi"

"Yap! Silahkan Issei-san"

Balas Rias sesaat setelah Issei angkat sebelah tangannya.

"Pertama, aku ingin memastikan, apa lawan yang akan kami hadapi itu berarti berjumlah 15 orang, bukan begitu?"

"Ya!"

"Dan, kau ingin aku dan Koneko adalah baris pertama menghadapi lima kelompok pertama yang kita sendiri tak tahu kemampuan lawan bagaimana?"

"Ya!"

'hah... dia ini...'

"Apa kau punya saran yang lebih baik selain rencana Rias, Hyoudo?"

Koneko dengan cara bicaranya yang sama mulai menatap kearahnya dengan tatapan seakan mengejek.

"Pertama-tama ijinkan aku memberikan saran"

Rias dan tim mulai menatap kearahnya dengan serius walau sejujurnya ia ingin sekali berkomentar tentang ekspresi wajah penuh semangat dari Rias, entah kenapa anak itu belakang ini terlihat, terlalu riang dan carefree?

"Begini rencana ku, kita saat ini tidak terlalu memahami tentang seberapa kemampuan maupun potensi lawan yang akan kita hadapi dimana kita sangat jelas kalah telak mengenai jumlah dan kekuatan secara keseluruhan"

"Hah!? Apa kau bilang kami ini lemah! Hyoudo!"

"Tunggu dulu, jangan potong aku"

Bantahan Koneko langsung di patahkan Issei yang belum selesai berbicara.

"Pertama-tama, sangat tidak di perlukan untuk menghadapi lawan sekaliber mereka dengan formasi ini. Solusi dariku, Aku akan menjadi petarung tunggal menghadapi lawan kelas Knight mereka"

"""""Hah!?"""""

Mereka berempat langsung tersentak kaget dengan usulan Issei

"Hei! Apa kau serius!? Jangan bercanda!"

"Iya, apa anda mau bercanda, Issei-san!?"

"Hyoudo-san, ada baiknya kau tidak terlalu optimis tentang hal itu" balas Kiba dengan melipat tangannya di dada

"M...mm..." Angguk Akeno tak menjawab usulan Issei itu

Reaksi mereka sangatlah wajar karena apa yang Issei katakan ini sangat jelas sekali kalau ini adalah upaya bunuh diri.

"Aku serius, dengar, jika apa yang Rias Greymory, jelaskan padaku jika knight adalah pawan terkuat, maka sudah sewajarnya kita harus mengetahui lawan terkuat itu seperti apa, dan karena kita di posisi di untungkan dimana pihak Phenex memberikan kita kebebasan melawan pawan milik Riser, maka cara yang paling masuk akal adalah, aku akan melawan 2 pawan kelas Knight sekaligus untuk mengetahui cara bertarung dan kekuatan mereka secara keseluruhan, dan Koneko akan melawan tiga pawan kelas Pion sekaligus, sisanya aku bisa percayakan pada kalian berdua. Dan kalaupun aku kalah awal pertandingan, setidaknya kalian memiliki informasi tentang cara dan bagaimana mengalahkan pawan milik Riser"

"Apa yang membuatmu yakin, Issei-san?"

Rias nampaknya mulai ragu tentang mereka yang bisa menang di pertandingan ini. Issei sendiri mulai sedikit senang akan Rias yang nampaknya sadar tentang batasan mereka.

"Hah... sejujurnya aku sendiri meragukan hal itu, ('Dan kalau pun kami terpojok, aku ragu sedikit paksaan akan merubah hasil yang signifikan untuk tim ini') tapi, setidaknya aku yakin ini pasti berhasil"

Ucap Issei berusaha sebaik mungkin menjaga moral mereka.

"Pertama-tama kita harus lebih mempertimbangkan soal ..."

Issei dan tim Rias Greymory mulai mendengarkan apa yang Issei jelaskan mengenai situasi mereka dan setidaknya cara untuk memperbesar peluang kemenangan mereka.

Namun tak peduli seberapa optimisnya rencana yang ia susun, bagi Rias dan teman-temannya rencana Issei masih terdengar sangat tak masuk akal karena ia tetap akan berhadapan dengan dua kelas Knight sekaligus yang sangat jelas ditentang oleh Rias dan Akeno.

Butuh beberapa penjelasan logis lagi ke Rias dan Akeno tentang bagaimana cara ini sangatlah memungkinkan untuk peluang kemenangan mereka.

Dan juga, tak mungkin untuk Issei bisa menjelaskan pada tim Rias tentang intelijen yang ia ketahui sebelumnya mengenai kemampuan pawan Riser Phenex jauh hari sebelum mereka sampai disini.

Issei bukanlah orang yang bodoh untuk berkorban hanya demi ketenaran semata, ia sangat tahu kemampuan lawan yang akan ia hadapi, Karlamine atau begitulah namanya di eja serta satu orang lagi yang namanya agak sulit untuk disebut karena ia tak terbiasa menggunakan bahasa Jepang.

Mereka berdua memiliki tingkat berpedang yang sangat efektif namun teknik berpedang keduanya sangat mudah di lawan jika Issei tetap menjaga jarak dengan keduanya.

Dan karena tidak ada aturan tentang batasan penggunaan senjata apapun yang di gunakan selama pertandingan, dan jaminan bahwa tidak ada satu tim pun akan menjadi korban jiwa, karena para juri akan langsung mengeluarkan salah satu tim yang nyawanya akan dalam bahaya dan di anggap kalah saat itu juga, ini akan menjadi kesempatan emas untuknya.

'Heh... klasik'

Di saat Rias dan ketiga lainnya saling tukar argumen tentang rencana Issei, Issei mulai mengambil sesuatu dari dalam tasnya.

"Kukuku... sedikit bermain sadis, tidak salah kan?"

"Eh!?"

"Itu?"

"Apa kamu serius, Hyoudo-san?"

"Hyoudo, apa kau bercanda?"

Sebuah molotov cocktail ia tunjukkan di meja.

Mereka berempat menatap kearah Issei seakan ia sedang bercanda.

"He...he... sedikit bermain kotor, sangat di perlukan loh"

"Is...Issei... kurasa kau terlalu berlebihan"

Rias mulai menatapnya dengan wajah ketakutan ketika melihat senyuman gelap dari Issei ketika membayangkan sesuatu yang menurutnya sangat tidak etis untuk di lakukan.

'Hehe... lihat saja kalian'

Pikir Issei ketika ia menoleh kearah tasnya yang berisikan perkakas untuknya.

Salah satunya seperti botol yang ia isi dengan lada hitam halus, tepung terigu dengan tingkat kemurnian 90 persen (jika kalian tahu efek debu/tepung yang di tebarkan di sebuah ruangan dan jika ada percikan api akan memicu sebuah ledakan, maka selamat anda baru saja memahami sebuah reaksi kimia) dan beberapa hal lainnya yang ia tunjukkan di meja, mereka melihat isi tas Issei itu hanya bisa terdiam.

"erhm... mungkin ini sedikit agak... keterlaluan?"

Rias mulai tersenyum kaku melihat cara kotor yang akan Issei lakukan untuk menghadapi dua pawan Riser sekaligus.

"He..he..he..."

"Issei-san, wajahmu terlihat seperti orang jahat!"

"Dasar sampah"

"Fufufu... Hyoudo-kun, kamu benar-benar (Issei Nii)" Ucap Akeno dengan nada sangat pelan di akhir kalimatnya

-0-

Tepat saat pertandingan pertama di mulai, reaksi para penonton tepat seperti reaksi Rias dan ketiga lainnya saat Issei mengajukan ide itu.

"Apa anak itu bodoh?"

Itulah salah satu dari beragam komentar yang Issei dengar dari para penonton yang ada, yah ia tak bisa menyalahkan kalau mereka akan berkata begitu, dan begitu juga reaksi kedua lawan yang akan Issei hadapi.

"Hump! Kau terlalu percaya diri, aku sangat akui nyalimu"

Ucap salah satu dari dua lawan yang akan Issei hadapi, dia adalah seorang perempuan dengan baju armor dan perban? serius?

itulah yang Issei pikirkan ketika melihat perempuan itu, dan satunya lagi, ia tak banyak bicara dan tetap terdiam.

'Ada yang aneh disini'

Pikir Issei ketika melihat nuansa di tempat ini terasa aneh, terlalu aneh pun untuk akal sehatnya.

"Urgh!"

Sebuah serangan sakit kepala mulai menyengat kepalanya, ia langsung terduduk di lantai arena pertandingan.

'Kenapa? Kenapa ini terasa aneh?'

Seakan dunia yang ia lihat mulai berubah menjadi warna abu-abu, ia tak bisa menahan sakit kepalanya lagi.

'Apa yang terjadi? Dunia apa ini?'

Seakan dunia ini luntur tepat di depan matanya, dunia aneh yang selama ini ia pertanyakan.

("Clash!")

Sebuah suara bagaikan kaca pecah berkeping-keping mulai menggema di telinganya.

'Apa ini? Dimana aku?'

Ia tiba-tiba di selimuti kegelapan, kegelapan yang seakan menelan dirinya.

"Sersan!? Sersan!? Bertahanlah!"

"Medic! Medic!"

'Huh? Suara siapa itu?'

Issei mendengar sebuah gema suara yang datang dari tempat teramat jauh.

Dunianya pun mulai memudar, ia kehilangan kesadaran sepenuhnya, namun sebelum ia jatuh kedalam jurang ketidaksadaran, satu hal langsung menjawab semua pertanyaannya tentang itu.

'Dunia fabrikasi, utopia'

'Sekarang masuk akal semuanya'

Di lain tempat

"Uh?"

"Apa ada yang membuat anda terganggu, Rias-sama"

Grayfia yang baru saja akan menuangkan teh ke gelasnya sedikit tersentak saat Rias tiba-tiba bereaksi akan sesuatu.

"T.. tidak, aku cuma melamun"

"Begitukah? Kalau begitu, saya permisi, Rias-sama"

Sesaat setelah memberikan teh hangat ke Rias, Grayfia mulai keluar dari ruangan singgasana meninggalkan Rias sendirian.

'... dia... siapa yang melakukan itu?'

Pikirnya saat sebuah lonjakan energi yang pecah berhasil membuatnya tersentak.

'Jangan bilang ada yang mengeluarkannya'

Pikir Rias sambil menatap ke gelas teh nya.

-0-

6 Desember 2042,

USS Jonathan's, Aerleigh Burke Destroyer DDG-448.

"Pak, kabut telah menghilang!"

"Pak, sistem persenjataan dan radar kembali menyala!"

"Bagus, lacak posisi kita dimana dan berikan status transmisi ke pusat"

"Dimengerti!"

Kapten Hans, mulai menatap ke arah lautan yang dimana kabut itu perlahan mulai menghilang.

Tak lama seseorang dari bay medis deck bawah datang ke anjungan kapal dengan laporan tulis tangan yang langsung ia berikan ke kapten sesaat setelah memberikan hormat padanya.

"Pak, laporan dari bay medis"

"terkonfirmasi korban yang tim pengintai temukan di pulau kecil itu adalah Sersan Satu Issei James Hyoudo!"

"Baik, aku akan kesana sebentar lagi"

Perwira itu langsung memberikan hormat dan keluar dari anjungan kembali ke pos nya lagi

Untuk Kapten Hans sendiri, ia tak menyangka mereka akan menemukan seseorang disana.

'Laporan dari tim, mereka sesaat setelah sampai di pulau itu, mereka menemukan sebuah kapsul aneh yang dimana mereka melihat sosok yang di konfirmasi hilang saat operasi di Tokyo'

'Pertanyaannya, bagaimana bisa dan apa yang terjadi disini?'

Ia merasa ada seseorang atau sesuatu yang seakan sengaja membawa mereka kemari, tapi untuk apa?

Dibalik kabut yang tersisa itu, sebuah sosok dengan sayap berwarna putih bagaikan seorang malaikat, tersenyum kearah kapal yang bergerak menjauh darinya.

'Fufu~'

-0-

GUAM, 06 Desember 2042, 13:00 waktu Pasifik.

"Begitu"

Letnan Jenderal Riser Phenex yang sedang menelpon seseorang tak berhenti berekspresi serius, di ruangan kerjanya Riser Phenex, Rossweisse tampak sedikit gelisah menunggu laporan yang akan ia berikan mengenai kapal perusak kelas Burke yang di laporkan hilang kontak dengan armada kapal induk 7, namun sebelum ia bisa memberikan laporan itu, ia harus menunggu Letnan Jenderal menyelesaikan teleponnya, dan dari ekspresi wajah Riser yang sangat serius itu, Rossweisse hanya bisa menduga kalau itu adalah berita yang sangat buruk untuk Letnan Jenderal terima.

"Baik, terima kasih, berikan status lengkapnya, Perintahkan pada mereka untuk segera menuju pangkalan, aku ingin laporan sedetil mungkin tentang hal itu"

...

"Baik"

...

Sesaat setelah Riser menutup teleponnya, Rossweisse dan Riser saling bertatapan.

"Apa ada laporan yang ingin anda sampaikan, Nona Rossweisse?"

"uhm... Pak, ini mengenai"

"Apa mengenai, status kapal yang hilang itu?"

"eh?"

Riser mulai mendesah kearah Rossweisse, "Kapal yang hilang kontak itu sudah ditemukan, dan mereka dalam keadaan utuh, mereka sudah sampai di perairan GUAM dan akan berlabuh di dermaga satu jam dari sekarang"

Ucap Riser ke Rossweisse mengisyaratkan kalau laporan itu sudah tidak di perlukan lagi, Rossweisse hanya bisa terdiam melihat ekspresi rumit dari Riser.

"Hah... jujur aku tak tahu lagi harus bilang apa. Baru saja aku di cerca oleh salah satu istri prajurit yang gugur, dan sekarang aku di kejutkan oleh hal lain. Nona Rossweisse, apa komentar yang harus saya katakan mengenai hal itu?"

"uhm... Saya tidak mengerti apa maksudnya Letnan Jenderal"

"Hah... dengar dan ku yakin kau akan senang mendengar ini"

Rossweisse memiringkan wajahnya keheranan, apa kabar yang akan membuatnya senang? Jika mengenai kenaikan pangkat, ia jujur tak terlalu memperdulikan hal itu.

"Issei James Hyoudo telah di temukan oleh kru USS Jonathan's"

Untuk sesaat waktu terasa berhenti berputar, wajah Rossweisse seakan beku akan apa yang di katakan oleh Riser.

"Jika kau berpikir yang bukan-bukan, jangan takut, anak itu masih hidup dan sekarang ia masih tak sadarkan diri di kapal itu. Heh... kau tak bisa berkata-kata ya?"

Riser menyeringai kearahnya yang terdiam beku tak bisa berkata-kata, Rossweisse pun langsung keluar dari ruangan tanpa hormat sama sekali ke Riser dan untuknya ia tak mempermasalahkan hal itu

'Terlebih setelah melihat wajah dia yang begitu... hah... aku rasa anak itu sedikit beruntung'

Riser menggelengkan kepala ketika mengingat lagi ekspresi wajah kaget dan bercampur kegembiraan dari Rossweisse sebelum berlari keluar dari ruangan.

'yah...yah...yah...'

Rossweisse sendiri ia terus berlari di sepanjang koridor menuju ke dermaga dengan wajah memerah dan detakan jantung yang tak karuan, ia berusaha secepatnya berlari menuju dermaga.

'Issei...Issei!'

-0-

Pegunungan salju Austria, Alborz.

("Disini Hotel 2-5, kami di kepung! membutuhkan aset udara sekarang juga!")

("Lima 2-7, disini Actual! Kami di pukul habis! membutuhkan bantuan segera, di 2-6-9-0-1!")

("01...01... Argh...")

Komunikasi yang saling tumpang tindih itu menggambarkan kekacauan yang sedang terjadi di area kaki pegunungan yang bisa di gambarkan sebagai kekacauan dimana-mana.

"Shit, incoming!"

"Semuanya, menyingkir!"

Teriak salah satu Marinir ketika sebuah bola api menuju kearah mereka.

(diiiiiiiiing)

gema yang nyaris membuatnya tuli mulai menyadarkannya dari apa yang barusan terjadi.

"Hah...hah..."

Sasuke Raymond Uchiha, Pangkat Letnan Dua. Ia saat ini terkapar di tanah sesaat setelah terhempas oleh ledakan yang mendarat tak jauh darinya.

"Sialan"

Umpatnya saat ia kembali kesadaran sepenuhnya.

Di sepanjang matanya memandang, para marinir yang di kepung dari segala arah oleh para iblis itu adalah hal pertama yang ia lihat setelah ia menyadari kalau ia masih hidup.

"Letnan! Kita harus mundur!"

Teriak JTAC ke Sasuke yang masih berusaha bangkit di kedua kakinya, mereka yang di sergap sesaat setelah kembali ke pos sementara membuat seluruh Marinir yang tak menduga itu, jatuh dalam kekacauan.

"Tembak bajingan itu!" Teriak salah satu marinir ketika mereka datang dari segala penjuru arah.

"Man down! Man down!"

Sasuke langsung berdiri dan memegang senjatanya lagi, ia mulai membidik ke makhluk itu namun karena kekacauan yang terjadi di sekelilingnya membuatnya sedikit kebingungan apa yang harus ia lakukan

"Semuanya! Bentuk formasi! Pertahankan perimiter!"

Teriak salah satu kolonel ketika posisi mereka nyaris di kepung sepenuhnya.

Tembakan dan ledakan tercipta dimana-mana, para iblis kelas C yang melayang di angkasa terus menghujani posisi Marinir dengan bola api dan serangan energi yang membuat suasana langsung jatuh dalam kekacauan.

"Hmp! Manusia yang tak kenal menyerah"

Sesosok iblis yang melayang di angkasa ketika melihat manusia itu yang tak mau menyerah mulai mengeluarkan kekuatan penuhnya berusaha meratakan mereka.

"Mati kalian semua!"

"Inferno!"

Ia melepaskan api yang membara ke posisi para marinir

"Menyingkir!"

Teriak Sasuke ketika melihat api itu, mereka yang tak siap akan serangan langsung terbakar hidup-hidup oleh api itu.

"Haha...hahaha...hahaha...! Matilah kalian serangga!"

"Matilah kalian semuanya!"

Teriak sosok itu ketika melumat area itu dengan api yang membara.

"Hah...hah... kami harus mundur"

Sasuke yang beruntung bisa menghindari serangan itu, melihat sekelilingnya yang di penuhi ladang api yang membara dengan tatapan tak percaya melihat bagaimana mereka harus di pukul mundur darisini.

"Jangan bercanda"

Bentak Sasuke sambil mengangkat senjatanya lagi dan menembaki mereka yang terus memaksa ke posisi para marinir yang tersisa.

47 Marinir yang tersisa itu bertarung mati-matian mempertahankan posisi dengan aset 6 tank yang tersisa.

Melihat makhluk-makhluk itu yang terus memukul habis-habisan posisi mereka, Sasuke tetap berdiri di tempatnya menembaki makhluk itu dengan sisa peluru yang ia miliki.

"Kemari kalian, bajingan!"

Seakan ia tak memperdulikan luka yang menyengat tubuhnya, ia terus memaksa dirinya menghabisi setiap makhluk yang ada di matanya.

"Beraninya kau! Mati kau serangga!"

Sosok itu melepaskan kekuatan yang menyebabkan tanah bergetar dalam ledakan hebat.

Sasuke pun terhempas akibat ledakan itu bersama dengan sisa marinir yang bertahan di posisi mereka.

'...'

"Komander, ku rasa ini akhir kita"

Ucap Gunner ke Naruto ketika melihat makhluk itu sepenuhnya mengepung mereka.

"Ini sebuah kehormatan bisa bertarung bersama-sama dengan kalian semua" Ucapnya dengan penuh keyakinan, loader dan Gunner langsung melanjutkan tugas mereka, mereka yang siap untuk mati hanya bisa bertahan di garis terakhir ini.

Tank pun akhirnya terhempas bagaikan kertas sesaat setelah ledakan menghantam posisi mereka, posisi Marinir dan pasukan NATO pun hancur setelah di sergap oleh para iblis.

("Actual 1, disini AWACS, apa kau bisa menjawab?")

("Disini AWACS kepada Actual 1, apa kau mendengarkan ku, ganti")

Di angkasa, pesawat E3, berusaha menghubungi pasukan garis terdepan namun ia tidak mendapatkan respon apapun.

Markas NATO, 50 km dari perbatasan Austria, sesaat setelah mendapat konfirmasi dari pesawat rekonisasi, status markas pun mulai di siagakan ke keadaan darurat.

Pasukan terdepan di yakini telah hancur dan satu-satunya pasukan terdepan tersisa hanyalah markas ini.

("Disini AWACS, kepada seluruh Aset udara. Posisi utama marinir telah di pukul habis, kalian di berikan izin untuk lepas landas, misi ini sangat berbahaya tapi ku percayakan kepada kalian semua")

Markas Angkatan Udara NATO wilayah Turki, mulai terlihat puluhan pesawat F-15 dan F-18 dengan muatan JDAMS dan AMMRAM, bersiap lepas landas. Di lain tempat, Markas angkatan udara NATO di Italia mulai mempersiapkan 8 pesawat B2 "spirit" pesawat bomber dan 7 pesawat B1-B "Lancer" untuk lepas landas.

Di angkasa selat Inggris, ratusan pesawat terlihat di lepas pantai Perancis.

Mereka bersama dengan 34 pesawat B-52 "BUFF" (Big Ugly Fat Fcker) bersiap menjatuhkan bom dan meratakan seluruh area.

"Operasi Overlord"

Itulah nama yang diberikan, operasi ini di jalankan jika upaya memukul dan memaksa maju ke kastil penguasa iblis itu gagal di lakukan.

Dengan status kehancuran pasukan darat, seluruh aset udarat yang di miliki NATO di kerahkan untuk membebaskan seluruh wilayah Eropa yang berada di bawah kendali Iblis.

Di kastil tempat Rias Greymory berada, Rias menatap ke angkasa yang kembali terlihat mendung dan hujan petir pun datang tak lama setelahnya.

'Ini... kehancuran kami'

Pikirnya dengan pasrah ketika satu-satunya upaya terakhirnya untuk berdamai dengan manusia telah gagal total dan bagaimana para iblis itu masih dengan percayanya mampu mengalahkan manusia, membuatnya sedikit ketakutan akan apa yang terjadi dalam waktu dekat ini.

"Bam!"

Pintu di buka dengan paksa, saat Rias menoleh ke siapa yang membuka pintu dengan keras itu, ia melihat ke Akeno yang tampak panik.

"Ratu! Mereka disini!"

'Sudah saatnya ya?'

Pikir Rias, hujan pun datang tak lama kemudian.

"Naga besi itu lagi?"

Ucap Rias, Akeno pun mengangguk, suara gemuruh yang bising kembali terdengar namun ia sangat tahu itu bukanlah suara petir.

Tak lama getaran terasa di kastil, satu persatu getaran terasa semakin terasa kuat setiap detiknya.

Diangkasa, puluhan F-15 diikuti 15 A-10A Thunderbolt yang datang dari markas NATO di Turki, dua jam setelah pasukan marinir dan NATO di kalahkan, mereka yang telah tiba di wilayah mulai membombardir kastil.

Rias hanya bisa terdiam menatap ke angkasa dimana ia setidaknya bisa melihat puluhan benda besi itu terbang dengan bebas di angkasa dimana mereka sama sekali tak mampu mengejar maupun mengalahkannya di angkasa.

'Kumohon... ampuni kami'

Ucap Rias di dalam kepalanya ketika melihat ledakan yang terus menghantam kastil ini.

Kastil yang di ambang runtuh, terus di hantam ledakan disana-sini, bom berjatuhan layaknya hujan, ledakan yang menyinari daratan layaknya petir dan kekuatan yang di tunjukkan layaknya penguasa alam, membuat para iblis di kastil itu jatuh dalam kepanikan.

-0-

GUAM 06 Desember 2042, 1600

"Whoa... tunggu nona, jangan terlalu terburu-buru"

Ucap salah satu perwira angkatan laut yang berusaha menurunkan Issei yang masih tak sadarkan diri, Rossweisse yang melihat Issei sekali lagi berusaha untuk mendekatkan dirinya dan tentu saja ia dengan cepat di cegat oleh perwira yang masih berusaha menurunkan Issei.

Rossweisse yang di ambang tangis haru ketika melihat Issei, berusaha memberontak ketika salah satu perwira berusaha mencegahnya menemui Issei.

"Menyingkir... A... aku harus melihatnya!"

"Tunggu dulu nona, dia masih harus di rawat"

"Sudah menyingkir kau!"

Bentak Rossweisse ketika para perwira itu masih berusaha menghentikannya.

Issei yang tak sadarkan diri itu memiliki mimpi yang aneh dalam tidurnya.

Mimpi yang sekali lagi ia anggap sebagai kenyataan.

"Tolong kami"

"Aku mohon padamu!"

Sosok itu terduduk di ruang singgasana, menangis di depannya dengan nada memohon.

Pertempuran melawan Ras Iblis yang telah memasuki fase baru, untuk umat manusia perang ini dianggap sebagai perang yang sangat besar untuk persatuan manusia, namun untuk ras iblis di bawah kepemimpinan Rias, ini adalah tanda kemusnahan dari kaum dan ras mereka secara keseluruhan.

Di kesedihan Rias Greymory yang meratapi nasib kaumnya, seorang sosok misterius justru tersenyum.

"Fufufu... Ini akan sangat menarik~"

-0-

Operasi Pembebasan Eropa, 6 Desember 2042, 0900 AM waktu Greenwich

Diangkasa selat Inggris, ratusan pesawat tempur tipe fighter, attack dan mukti-role mulai terlihat di cakrawala menuju ke garis pantai Perancis, di belakang ratusan pesawat tersebut setidaknya 50 pesawat bomber B-52 yang di terbangkan dari semua markas angkatan udara koalisi NATO meliputi negara Inggris, Skotlandia, serta Norwegia.

("Selamat pagi tuan-tuan, pagi ini kita akan berburu ikan, para pemancing siapkan umpan kalian, dan para pengait persiapkan jala kalian, kita akan berpesta malam ini")

Terbang di ketinggian sekitar 30 ribu kaki, pesawat-pesawat tersebut mulai membentuk formasi sesaat setelah pesawat AWACS E-3 Sentry berbelok menuju area dimana mereka akan memantau keadaan di jarak yang aman.

("Disini pengait, kami bersiap dengan buruan besar malam ini")

3 Skuadron F-35 mulai membentuk formasi dimana persenjataan AGM/Air-to-ground telah siap.

("Disini pemancing, kami siap")

1 Skuadron Wild Weasel YGBSM F-18E yang di tugaskan khusus sebagai pilot SEAD/Supression-of-Enemy-Air-Defense mulai menyiapkan instrumen di balik kokpit mereka.

("Kami siap membantu")

9 Skuadron pesawat tempur multi role yang terdiri dari Sukhoi SU-35, Sukhoi SU-30, Rafael Fighter Jet, F-16, F-18, serta beberapa gabungan dari pesawat tempur generasi 4 yang cukup usang seperti Mig-29 mulai bergabung dengan formasi.

Unit udara yang terdiri dari 120 pesawat tersebut sesaat setelah mencapai ke garis pantai Perancis, satu skuadron F-18E mulai menurunkan ketinggian berusaha menjadi umpan para Devils kelas C untuk mengejar mereka, dan saat itu pula akan di hajar oleh pesawat dua skuadron F-22 yang mengekor sekitar 50 kilometer di belakang para pesawat F-18E

("Wild Weasel disini AWACS, Waspada, kami mendeteksi sejumlah Devils kelas C muncul tiba-tiba di radar. Jarak dari kalian sekitar 7 mil, Unit Raptor, segera tuntaskan mereka")

Disaat para pilot F-18E yang terbang cukup rendah yang berperan sebagai umpan mulai bekerja, para pilot F-22 di kejauhan 24 Kilometer mulai mengatur persenjataan AIM-120 AAMRAM,

("Fox 3") Enam pesawat Raptor mulai melepaskan rudal anti-udara ke target yang telah terkunci, mereka mulai berpencar cukup jauh berusaha membuat para iblis itu tak mengetahui kalau mereka sedang di targetkan dengan rudal.

("Shit, ayo kejar aku makhluk bangsat!")

Ucap pilot F-18E ketika di kejar oleh iblis itu, ia bahkan tak menggunakan afterburner, sengaja membuat iblis ini mengejarnya dengan kecepatan standar.

("Splash one")

Konfirmasi pilot F-22 ketika rudal berhasil mengenai salah satu iblis yang mengejarnya.

Angkasa pun berubah menjadi ledakan dimana-mana seolah-olah pesta kembang api di udara

Di alam mimpi, Issei Hyoudo tak berhenti melihat sosok itu lagi dan lagi, seolah-olah sosok itu benar-benar mengharapkan agar ia menolongnya.

'Siapa kau, dan apa yang ku lakukan disini?'

Pertanyaan itu masih tak terjawab hingga saat ini.

Sesaat setelah ia melihat ke kegelapan yang menyelimuti sekitarnya, perlahan kegelapan itu berganti menjadi sebuah cahaya yang menerangi gelap di sekitarnya.

"Akhirnya kau datang menemuiku, Manusia"

'Uh?! Naga!'

Matanya membelak ketika melihat sosok naga merah duduk di depannya dengan tatapan yang sangat mencekam, tatapannya itu berhasil membuat Issei merinding sedikit ketakutan.

"Jangan kau takut manusia, aku disini tidak berniat jahat, justru aku disini ingin berbicara langsung padamu"

"Hah?"

Issei hanya bisa terbodoh ketika melihat naga itu sedikit tersenyum di balik sisiknya yang tebal itu.

"Heh... kau sepertinya sangat terkejut melihatku, yah, kau dan ribuan Issei Hyoudo yang ku jumpai juga berekspresi sama sepertimu"

"Uh? Maaf, apa yang sebenarnya terjadi disini? Siapa kau dan apa kau ini?"

Tanya Issei secara gamblang ke sosok naga itu yang sepertinya tidak memiliki niatan jahat kearahnya, namun Issei juga masih tidak sepenuhnya percaya ke naga itu yang menurut buku mitologi yang pernah ia baca, naga adalah sosok yang sangat menakutkan.

"Hm... Bagaimana aku menjelaskannya ya? Bagaimana dengan ini"

Naga itu mulai mengangkat tangannya ke Issei yang sontak membuatnya waspada berusaha sebaiknya untuk tidak menunjukkan kalau ia sangat ketakutan melihat sosok ini.

Saat kuku jari naga itu menyentuh dahinya, Issei langsung di banjiri oleh beragam penampakan aneh dimana ribuan ingatan memaksa masuk ke dalam pikirannya.

("Ddraig Berikan aku kekuatanmu!")

("Aku adalah Issei Hyoudo! Mimpiku adalah jadi raja Harem!")

Ragam kenangan yang menyerbu pikirannya membuatnya terduduk di lantai berusaha menahan serangan sakit kepala yang mengikuti ragam kenangan itu.

'Ini semua... kenangan Issei Hyoudo?'

"Heh... apa yang kau lihat itu adalah semua kenangan Issei Hyoudo di setiap alam semesta yang kalian manusia di duniamu sebut sebagai jalur waktu alternatif"

'Ini semua?!... Mustahil'

Pikir Issei ketika berusaha untuk menahan sakit kepalanya saat kenangan itu masih tidak berhenti membanjiri pikirannya.

'Ughk!... sialan! ... sakit kepala ini...'

"Dari semua yang ku jumpai, hanya alur waktu kalian yang sangat berbeda, jujur ku bilang, aku sangat terkejut saat terbangun di alam bawah sadarmu. Hm... Haruskah ku katakan, aku terkesan?"

Ucap Naga itu dengan nada santai, Issei sendiri yang mulai membiasakan dengan sakit kepala ini, mulai berlutut sambil memegang kepalanya, lalu ia menatap ke naga itu dengan tatapan cukup tajam.

"Kau, apa sebenarnya kau ini?"

"Heh..." Naga itu tersenyum sombong kearahnya.

Ia mulai menceritakan tentang dirinya atau lebih tepatnya tentang dunia yang ia telah lewati bagaikan beragam kisah di buku novel dimana sang naga bernama Ddraig itu seolah-olah adalah seorang pembaca dari ribuan kisah yang ia lihat.

Rahasia tentang dunia Ddraig dan dunia Issei dI dunia ini yang membentuk cabang pecahan sendiri dari setiap kisah pengulangan perjalanan Issei Hyoudo di setiap alam semesta.

"Dunia kami datang dari sebuah alam dimana waktu dan ruang nampak bagaikan sebuah lembar kertas yang tak terbatas yang berisikan beragam kisah dan perjalanan sesuatu. Untuk itu, izinkan aku memperkenalkan diriku sekali lagi"

"Aku adalah Ddraig, sang penjaga alam semesta serta penjaga alam yang saling tumpang tindih"

Ucap Naga itu dengan nada yang sama namun Issei tahu jika apa yang akan di jelaskan oleh naga itu akan menjadi sebuah kisah yang tak bisa di terima oleh akal sehat manusia biasa sepertinya.

-0-

GUAM 7 Desember 2042

Pagi itu terasa sangat berbeda untuk seorang wanita tertentu yang saat ini nampak terburu-buru menyiapkan diri untuk berangkat ke suatu tempat.

"Hehe~"

Ia tampak bersenandung gembira, rambut peraknya tampak berayun-ayun di tiup angin laut dimana cuaca hari ini yang terbilang cukup cerah.

"Selamat pagi, Nona Rossweisse"

Sesaat setelah ia memasuki rumah sakit, beberapa pekerja menyambutnya dengan nada hormat. Rossweisse membalas sambutan itu dengan senyuman, hingga ia sampai di sebuah kamar dimana pasien sedang di rawat.

Namun pasien yang ada di kamar itu bukanlah orang yang ia tak kenal.

"Permisi"

Sesaat setelah ia membuka pintu ruang perawatan, ia di sambut oleh pelukan erat dari seseorang yang sangat ia rindukan.

"Rossweisse! Aku senang bisa melihatmu lagi"

Issei J. Hyoudo, ia di ambang tangis ketika memeluk erat wanita itu. Rossweisse sendiri yang terkejut akan aksi tiba-tiba dari Issei, berusaha menenangkan dirinya dari kemerahan yang mulai tampak di wajahnya.

"H...hey ... apa kamu masih sakit?"

Rossweisse menyambut balik pelukan itu sambil kembali merasakan kehangatan yang ia sangat nantikan dari Issei.

"Hick...hick... A...apa kau tahu b...bagaimana aku... aku sangat merindukanmu"

Issei tak bisa menahan dirinya, dan Rossweisse sendiri juga tak bisa menahan diri dari menangis saat keduanya kembali bersama.

"Hm... Iya, aku sangat tahu itu"

Balas Rossweisse dengan nada setenang mungkin.

Untuk Rossweisse ia mungkin tak bertemu dengan Issei selama beberapa hari, namun untuk Issei yang terperangkap di dunia itu, ia terjebak disana selama berbulan-bulan.

Saat Rossweisse mulai merasakan kalau Issei memeluknya agak terlalu erat, ia hanya bisa mengusap kepala Issei berusaha menenangkannya.

'Aku bersyukur bisa bertemu denganmu, Issei Hyoudo'

Untuk Issei sendiri, ia tak bisa menahan diri setelah semua informasi yang ia dapatkan dari Ddraig mengenai dunianya, atau lebih tepatnya.

Alam semesta tempat ia tinggal saat ini.

("Alam dunia mu akan hancur jika keseimbangan antara neraka dan surga saling terbentur satu dengan yang lainnya. Issei Hyoudo, aku tahu bagimu ini sangat tidak masuk akal untukmu bisa mengerti, tapi aku hanya bisa berharap padamu untuk coba pertimbangkan untuk menyelesaikan konflik antara manusia dan ras iblis, jika ras iblis sepenuhnya musnah di dunia ini, maka keseimbangan akan tergoyahkan membuat alam semesta tempatmu bernaung, dan tempatmu yang kau sebut rumah akan sirna")

("Sama halnya dengan alam semesta yang aku tunjukkan padamu di alam yang kau alami selama beberapa bulan itu, dengan hilangnya sosok Issei dunia itu maka keseimbangan dunia dimana sang tokoh utama hilang, menyebabkan kepunahan")

("Yang artinya...") Ddraig dengan sedikit muram merubah ekspresinya sedikit menyesal. ("... dunia yang pernah kau datangi itu, sepenuhnya hancur, begitu juga dengan seluruh kehidupan yang ada disana. Semuanya sirna, lenyap bagaikan tak pernah ada")

Issei kembali merinding dibuat Ddraig ketika mengingat kembali apa yang ia katakan padanya, dunia itu hancur begitupula dengan nyawa 7 miliyar manusia dan jutaan makhluk hidup yang ada di planet itu. Semuanya musnah, Rias dunia itu, Akeno dunia itu, Asia Argento dunia itu, semuanya yang ia kenal selama 78 hari disana, semuanya lenyap.

Satu-satunya cara agar dunianya tak bernasib sama seperti itu, adalah dengan membantu ras iblis dunia ini untuk segera mengakhiri perang ini.

Walau sebenarnya ada sesuatu yang sangat mengganjal pikirannya.

Yaitu

'Kenapa bisa aku terjebak di dunia itu?'

Sesaat setelah Issei cukup tenang, keduanya mulai memisahkan diri dari pelukan itu.

"Apa kau masih sakit, Issei?"

"Tidak, aku cuma sedikit terlalu senang"

"Fufu... (poke) Kau harus bisa sedikit menahan dirimu, Issei"

Goda Rossweisse sambil menekan jari telunjuknya ke pipi Issei seolah sedang menjahilinya.

"Kau tahu, sikapmu yang terkadang terlalu imut bisa berakibat buruk untuk jantungku"

"Hehe~ Begitu ya?~"

Rossweisse justru semakin menyentuh pipinya dengan jari telunjuknya, Issei sendiri tak merasa kesal dengan sikapnya yang begitu karena baginya itu sudah biasa untuk orang seperti Rossweisse.

Issei kembali ke kasurnya dengan Rossweisse duduk di sebelahnya, keduanya saling menatap sebentar sebelum keheningan sepenuhnya menyelimuti keduanya.

"..."

Rossweisse terus tersenyum kearahnya membuat Issei berusaha menahan diri dari keinginan untuk memeluknya saat ini juga.

"Ehm... Rossweisse"

"Ya?"

Rossweisse dengan senyuman menjawabnya sambil memiringkan sedikit kepalanya.

"Errr ... Apa yang ku lewatkan selama aku tidak ada?"

"hm... Aku yang selalu menunggumu disini, mungkin?"

Balas Rossweisse dengan senyuman.

"Eh... m.. maksudnya, tentang operasi yang di tugaskan padaku kemarin itu"

"hm... Tidak ada"

Balas Rossweisse dengan senyuman yang sama, Issei sendiri merasa agak aneh dengan jawaban Rossweisse yang menurutnya sangat tidak biasa itu.

"Hm... apa artinya aku akan di tugaskan lagi?"

"Hup, baiklah, sudah cukup, Issei, kau masih belum pulih sepenuhnya, bagaimana ambil cuti dulu selama sebulan penuh?"

"Eh?"

"hn~ Karena kamu mengalami luka di kepala menyebabkan kamu kesulitan untuk berpikir, maka dari itu, kamu di bebas tugaskan sampai kamu pulih sepenuhnya"

"err... Rossweisse, aku sehat kok?"

"Hn? Apa ada yang kau ingin sampaikan lagi, Sersan Issei J Hyoudo?"

"Ek!? Tidak Bu!"

"Bagus~"

Rossweisse tersenyum sekali lagi kearahnya, Issei sendiri kebingungan melihat sikapnya yang berubah tiba-tiba itu hingga Rossweisse mulai menarik lengan baju pasien rumah sakitnya.

"Issei... maafkan aku"

"?"

"Aku sebenarnya sangat takut kalau kau harus kembali lagi bertugas, membayangkan kalau kau pergi dariku tanpa ku tahu dimana dan apa yang terjadi padamu, aku tak sanggup itu..."

Rossweisse menatapnya dengan wajah sedih, Issei tahu itu, ia sangat tahu betul apa yang di rasakan Rossweisse dan apa yang membuatnya melakukan hal itu.

"... Jadi, untuk sementara, bisakah kau turuti keegoisanku?"

Issei hanya mengangguk tersenyum balik kearah Rossweisse berusaha menenangkannya, lagipula inilah alasan kenapa ia selalu mencari cara untuk pulang.

Untuk kembali bersama dengannya lagi.