Heroes Must Have Two Side
Naruto : Masashi Kishimoto
Boku No Hero Academy : Kohei Horikoshi
.etc
Summary :
Bagaimana kalau seorang pahlawan menjadi dalang dari sebuah kelompok kejahatan.
Kejahatan tidak akan pernah bisa hilang, namun kejahatan dapat di kendalikan.
Dan itulah yang dilakukannya dari pada menangkap mereka,dia malah memperkerjakaan mereka dalam sebuah bisnis yang sebenarnya tidak baik, namun ini lebih baik dibading mengancam masyarakat.
Sebelumnya
"Hahah..besok sosok idola, simbol perdamaian itu akan mati!"
Terlihat seseorang remaja dengan pakaian serba hitam dan kumpulan tangan memegangi seluruh tubuhnya termasuk wajahnya, tersenyum gembira.
Di tempat tersebut juga terdapat dua sosok lain yaitu sosok seperti burung dengan tubuh berotot dan otak terlihat, dan satu lagi berpakaian rapi dengan mata kuning yang menyala.
"Kau akan mati, All Might!"
Tanpa mereka sadari seseorang tengah mendengarkan percakapan mereka yaitu sebuah semut.
'Aku harus memberitahu, Izu-Aniki!'
Heroes Must Have Two Side
Kilas balik
"Ha!"
Wush!
Punch!
Grab!
Di sebuah ruangan terlihat dua sosok tengah melakukan sparing, Izuku Midoriya dan Namikaze Naruto. Serangan dari remaja berambut hijau itu berhasil ditahan oleh Naruto.
Namun Izuku tidak berhenti di situ, dirinya lalu mengayunkan kakinya dan sasarannya adalah kepala dari pada kakak kelasnya itu.
Wush!
Dengan sigap remaja berambut pirang menghindari serangan tersebut dan di saat itulah ia kemudian melakukan serangan balik dengan langsung mengarahkan kakinya ke arah kaki adik kelasnya tersebut.
Thud!
"Eh."
Kini Midoriya kehilangan keseimbangan dan melayang, dan saat itulah ia melihat sosok bermarga Namikaze itu langsung menaikkan kakinya ke atas, Axe Kick salah satu teknik dalam bela diri Taekwondo.
"Ha!"
Wush!
Dam!
"Ough!"
Tanpa bela kasih, perut dari pada Izuku Midoriya dihantam dengan sangat keras menggunakan serangan kaki tersebut.
Doom!
"Hah..."
"Ugh!"
"Kita istirahat dulu, Izuku," Ujar Naruto.
"H...Hai!"
Setelah itu Naruto lalu membantu Izuku untuk berdiri dan memapah ke sisi dari arena latihan.
"Terima kasih, senpai."
"Hm."
Saat keduanya tengah menenangkan diri, seorang perempuan dengan rambut panjang hitam dan menggunakan pita berwarna oren sebagai pengikat rambut, datang sambil membawa sebuah nampan yang terdapat dua buah cangkir dan sebuah teko.
Sosok perempuan ini adalah Himejima Akeno, dan bisa dibilang ia adalah salah satu dari 'tunangan' kakak kelas pirangnya itu, iya itu benar Namikaze memiliki tiga tunangan, pertama kali mengetahui hal tentu sosok remaja berambut hijau ini tentu saja terkejut.
Namun setelah diberitahu kalau ternyata, terdapat sebuah wasiat dari kakek Naruto kalau ternyata sosok remaja pirang tersebut sudah di tunangkan dengan 3 perempuan yang adalah cucu dari pada teman-teman kakeknya tersebut.
Awalnya tentu saja, mereka berempat menolak akan hal itu karena merasa pertunangan ini merebut kebebasan mereka. Tetapi karena ini adalah permintaan terakhir dari kakek Naruto, maka mereka terpaksa untuk menerimanya.
Sejak saat itu kehidupan keempatnya berubah, mereka hanya akan pura-pura harmonis ketika di depan keluarga dan saudara sementara jika tidak ada, maka keempatnya akan bertengkar seperti kucing dan anjing.
Tetapi lama-kelamaan, dan juga setelah melewati berbagai kejadian. Perasaan saling suka mulai muncul, dan akhirnya secara perlahan mereka mulai akrab dan mulai saling mencintai.
Sruuu!
Drop!
Drop!
"Ini tehnya, Naru, dan juga Izuku-kun."
"Terima kasih, Akeno-senpai."
"Hm, terima kasih, Miko cantikku~."
Akeno yang mendengar panggilan manja untuk dirinya dari mulut calon suaminya tersebut, langsung saja dia mencubit bagian samping perut remaja pirang tersebut.
"Auch! Aduh! Duh!"
"Naru, bukankah kita sudah sepakat kalau panggilan itu hanya digunakan ketika waktu 'Pribadi' saja, dan bukan di depan orang lain~," ujar Akeno.
"Aduh! T...Tapi, di sini hanya ada Izuku, dan dia juga mengenal kita, Auch!"
Cubitan Akeno semakin kencang, dan membuat remaja pirang ini semakin meringis kesakitan. Sementara sosok bermarga Midoriya, hanya bisa terheran-heran melihat tingkah laku mereka.
'Ugh! Itu pasti akan membekas, Naruto-senpai...kenapa kau cari mati sih.'
"Auch!, I...Iya, aku minta maaf!"
Setelah mendengarnya, Akeno menghentikan cubitannya. Sementara Naruto mengusap-usap bagian yang dicubit tadi, dan terlihat bagian samping perutnya memerah.
"Itu sakit!"
"Hmp, itu akibatnya kalau kau mengubar hal-hal 'Pribadi' kita di depan orang lain."
"Tapi, Izuku kenal kita."
'Jangan bawa-bawa aku ke dalam masalah hubungan kalian, Naruto-senpai.'
"Aku tidak peduli, mau dia teman atau saudara hal-hal itu tidak boleh diungkit Naru, Hmp!"
Izuku yang melihat itu semakin tidak terheran-heran, lebih baik dia menikmati minuman teh yang disajikan namun sebelum itu ia menatap kepada Naruto.
Naruto yang melihat itu hanya menaikkan kedua alisnya dengan dibarengi oleh sebuah senyuman. Dirinya tahu kalau jika perempuan berambut hitam ini sudah bertingkah seperti ini maka ia hanya perlu 'Memanjakannya'.
"Baik aku salah, dan sebagai tanda minta maafku bagaimana kalau besok atau lusa kita pergi ke festival kembang api yang sedang diselenggarakan di kuil, Akeno."
Akeno melirik kearah Naruto dan terlihat sosok tersebut tengah tersenyum, perempuan bermata ungu ini menghela napas sejenak, sebelum akhirnya dia sedikit ikut tersenyum.
"Baiklah, terkadang senyumanmu itu selalu dapat membuatku luluh, Ara~Ara~," ujar Akeno.
Entah kenapa ketika sosok Akeno, menggunakan kata-kata khasnya itu tubuh Izuku selalu bergetar seperti telepon berdering. Seolah itu bukan sebuah nada baik melainkan nada bahaya.
'Dan kata-kata khas itu, masih membuatku takut Akeno-senpai.'
Setelah itu, sosok Naruto mengambil cangkir yang telah disediakan oleh Akeno, dan lalu meminum teh yang berada di cangkir tersebut.
"Izuku, kau tadi terlalu nekat, serangan yang kau lancarkan memang bisa melupuhkan lawan namun itu hanya belaku pada lawan yang tidak punya pengalaman bertarung."
Sosok remaja berambut hijau tersebut terdiam dan mendengarkan nasihat dari kakak kelasnya tersebut, yang dikatakan Naruto memang benar. Sosok bermarga Midoriya ini mengambil keputusan dengan risiko besar.
"Hai, senpai."
Izuku lalu memegangi bagian perut yang terkena serangan, dan terlihat bagian tersebut dilapisi oleh semacam pelindung. Namun meskipun begitu dia tetap merasakan rasa sakit dari serangan tendangan.
'Jika aku tidak memakai ini, bisa saja tulang rusukku patah atau paling parah bagian hati pecah, Naruto-senpai dia memang pantas disebut sebagai 'Si Dewa Penghancur'.
Selama ini dalam pertarungan, Naruto lebih banyak menggunakan ilmu bela diri dibandingkan menggunakan Quirk atau kekuatannya, dan itu ada alasannya kenapa dia tidak memakainya kecuali keadaan mendesak.
Karena kekuatan dari Namikaze Naruto masuk ke dalam kategori kelas pemusnah.
Remaja berambut hijau mendengar cerita saat kakak kelas pirangnya itu mengikuti ujian lisensi pahlawan angkatannya, dia menjadi sosok pertama yang membuat rekor sebagai orang yang berhasil melewati ujian dengan cepat dan bahkan mengalahkan 3 pahlawan peringkat sepuluh besar.
'Bahkan sampai sekarang aku masih tidak percaya, kalau Endeavor, Miruko, dan Hawk. Dikalahkan oleh senpai.'
Nama dari kekuatan itu adalah, 'The Obelisk'. Sebuah kekuatan di mana Naruto memanggil sosok raksasa biru menyeramkan dengan mata merah, yang bisa dengan mudah melenyapkan segala sesuatu.
"Jadikan ini pelajaran, untuk ke depannya, Izuku."
Izuku menganggukkan kepala, sebagai jawab dari ucapan Naruto.
"Nah, Akeno bisa kau obati bagian sakit Izuku,"
Remaja bermata hijau tersebut, langsung mengeluarkan ekspresi ketakutan ketika mendengar kata-kata yang keluar dari mulut kakak kelasnya itu. Dengan terbata-bata ia lalu melihat kepada Akeno yang kini tengah tersenyum dengan kedua mata tertutup.
"Fufufu, tentu saja bisa Naru, ayo kesini Izuku-kun."
Saat ini entah kenapa dia ingin lari dari tempat ini.
"Ayo ke Onee-chan, Izuku-kun."
"AH! Naruto-senpai! Tolong!"
Kilas balik selesai
Dreet...Dreet
Click!
"Ada apa, Kumo ?"
"Izu-Aniki, aku baru saja mendapatkan informasi mengenai siapa sosok yang penggerak para penjahat tersebut."
Izuku yang kini tengah duduk, langsung mendengarkan serius.
"Dia bernama, Shigaraki Tomura, usia sekitar 17-19 tahun, nanti akanku kirimkan sketsa wajahnya. Informasi mengenai orang ini tidak bisa ditemukan sama sekali."
"Apa kau yakin, sudah mengecek ke semua jaringan kita."
"Iya aku sudah melakukannya bahkan dua kali, agar tidak ada kesalahan dan memang nyatanya mereka hanya mengetahui nama sosok ini, selain itu mereka tidak tahu."
"Bisa kau kirimkan sketsa wajahnya, ke emailku," ujar Izuku.
"Tentu saja, Izu-Aniki."
Izuku lalu segera menuju laptop yang berada di sisinya kemudian, membuka sebuah email baru masuk dan sekarang terlihat sketsa wajah dari sosok penggerak para penjahat kelas teri tersebut.
Saat pertama kali lihat, yang ada dikepalanya tentang orang ini adalah aneh, gila, dan ke anak-anakan. Dengan tampilan berambut biru muda dan wajah yang tertutup oleh sebuah tangan, sosok ini benar-benar asing.
"Dia benar-benar aneh, apakah saking wajahnya jelek ia harus menutupnya dengan tangan manekin."
"Prff..."
"Aku serius," ujar Izuku.
"Entah, tapi Izu-Aniki, berdasarkan pengintaian kemarin di markasnya, tujuannya mengumpulkan para penjahat kelas 2-4 adalah untuk membunuh All Might,"
Setelah mendengarnya bukan rasa kaget yang didapatkan namun keheranan yang menyelimutinya, tentu saja ia keheranan karena membunuh All Might, itu mungkin bisa apalagi kondisi sosok idolanya itu sekarang semakin memburuk setelah One For All diberikan padanya.
Namun tetap saja, lawanmu adalah pahlawan peringkat satu yang mana ia sudah punya banyak pengalaman, tapi sosok badut ini berencana membunuh simbol perdamaian itu dengan bermodal pasukan penjahat kelas 2-4 dan nekat ? .
"Kau bercanda, Kumo."
"Ha...tidak! Izu-Aniki! Ini serius!"
"Ha, baik aku percaya...sekarang di mana letak markas mereka?," ucap Izuku.
"Hm, letaknya tidak jauh dari Kasino Paradise Moom, tapi kau harus masuk ke dalam gang kecil, lalu berjalan beberapa langkah dan kau akan menemukan sebuah bar yang cukup tertutup."
"Hm, baik apa hanya itu."
"Tidak masih ada, selain menjadi sosok penggerak si Shigaraki ini sudah memiliki dua anak buah."
"Bisa kau jelaskan ciri-cirinya, Kumo,"
"Yang satu, dia berotot dan berwajah mirip burung sepertinya dia tukang pukul kaya si Hojo, dan yang satunya lagi akanku sebut dia 'Pintu ke mana saja', karena dia punya Quirk yang bisa memindahkan seseorang dari satu tempat ke tempat lain, untuk penampilan dia seperti bartender pada umunya cuman wujudnya seperti asap."
Sosok murid kelas satu divisi pahlawan ini, menulis pada sebuah buku mengenai ciri-ciri anak buah yang dijelaskan.
"Ok, terus ?"
"Oh dan ini yang terakhir sekaligus penting Izu-Aniki, sepertinya sosok Shigaraki ini punya ambil bagian saat peristiwa tadi siang di U.A."
Mendengar itu sosok Izuku terdiam, apakah kejadian kepanikan di akademi tadi siang ada kaitannya dengan rencana yang disusun oleh si Shigaraki ini.
"Yaitu ?"
"Sepertinya, dia adalah sosok yang menghancurkan gerbang masuk dari tempatmu belajar dan sepertinya mengambil sesuatu, karena saat aku memata-matainya. Dia tahu kapan waktu yang pas untuk membunuh All Might dengan gampang yaitu saat jam pelajaran di USJ, karena saat itulah keamanan cukup rendah dan hanya ada beberapa pahlawan yang berada saat itu."
Setelah mendengar penjelasan itu, Izuku sontak melihat jadwal kelasnya dan benar saja hari ini ada jadwal untuk pergi ke USJ itu artinya.
'Penyerangnya hari ini!'
"Dan hanya itu saja yang bisa kulaporkan, Izu-Aniki," ujar Kumo.
"Baik, terima kasih Kumo, dan satu hal itu uang iuran belum di kasihkan ?"
"Eh belum, memangnya kenapa ?"
"Naruto-senpai bilang kalau iuran minggu ini tidak perlu dikasihkan, kalian bagi rata saja, dan beritahu ke si Gen dan si Son juga."
"Siap! Izu-Aniki!"
Click!
Tick! Tick!
Dret..Dret!
"Aku harap kau punya alasan bagus, untuk menelepon pukul 3 pagi, Izuku."
"Iya, Naruto-senpai"
Berapa menit kemudian...
"Jadi begitu, aku tidak menyangka kalau ada orang aneh yang punya rencana untuk membunuh pahlawan peringkat nomor 1," ujar Naruto.
"Iya, namun ini membawa kita ke sebuah spekulasi bahwasanya ada sosok Sus di akademi."
Naruto yang kini tengah berbicara ditelepon, tidak menyangka kalau kejadian kemarin siang, adalah sebuah awal dari rencana sosok bernama Shigaraki Tomura dalam membunuh All Might.
Penghancuran gerbang U.A hanya pengalih untuk membuat kepanikan sehingga para staf U.A fokus kepada hal itu, namun di sinilah awal dari teori adanya seorang penghianat dalam akademi, karena tidak mungkin sosok Shigaraki mencari jadwal kelas ke dalam Akademi. Terlalu berbahaya, maka dari pada itu mereka sudah menaruh mata-mata di sini sebagai sosok yang memberikan segala informasi U.A.
Ini buruk, U.A sudah kecolongan jika si Sus itu terus diberikan ruang maka ini akan menjadi bom waktu untuk ke depannya, ia harus secepatnya memberitahu pada kelapa sekolah Chimera itu.
"Izuku, rahasiakan ini dan tetap bertingkah biasa, kita masih belum tahu siapa Sus itu namun kemungkinan dia adalah siswa baru kelas satu dengan kata lain bisa saja salah satu dari teman sekelasmu."
Kini, sosok remaja berambut hijau ini harus berhati-hati dalam bersosialisasi dengan yang lain, dan mungkin saja ia harus mulai menandai beberapa sosok yang mencurigakan.
"Pagi ini aku akan pergi menghadap ke si Chimera itu, untuk memberitahukan masalah ini dan untuk berjaga-jaga jika memang benar mereka akan menyerang bawa beberapa orang kita dan ingat selamatkan yang memang butuh diselamatkan."
"Baik, Naruto-senpai."
Tit!
Heroes Must Have Two Side
Drop!
Drop!
"Jadi bagaimana, Namikaze-kun ?," ujar sosok seperti hewan gabungan antara tikus, anjing dan beruang kutub. Dia adalah Nezu sosok kepala sekolah dari akademi U.A, jika ada yang bertanya bagaimana bisa dia jadi kepala sekolah, maka jawabannya adalah kekuatan yaitu kepintaran.
"Ada penyusup di U.A, Chimera."
Ugh!
Nezu sedikit tersedak ketika baru meminum teh dan lalu mendengar pernyataan yang dilontarkan oleh sosok presiden dewan siswa dan siswi tersebut.
"Bagaimana kau bisa sampai kesimpulan itu, Namikaze-kun."
"Kau sudah mengenalku lama Chimera maka harusnya kau tak perlu heran, kesimpulan ini berasal dari informasi dari bawah, sekitar 5-4 hari yang lalu terdapat pergerakan para penjahat kelas 2-4 menuju Yokohama lebih tepatnya Kamino."
Nezu menaruh cangkir tehnya.
"Aku memerintahkan yang di bawah untuk terus mencari informasi mengenai siapa dalang yang mencoba merekrut mereka, baru jam 3 pagi tadi ada informasi baru masuk, sosok yang menjadi aktor utama bernama Shigaraki Tomura."
Naruto lalu mengeluarkan sebuah gambar dari sketsa Shigaraki Tomura, sketsa itu lalu diambil oleh Nezu.
"Selain itu sebelum merekrut para penjahat kelas teri ini, dia sudah punya dua anak buah yaitu tukang pukul dan pintu ke mana saja, dan kejadian kemarin adalah sebuah langkah awal dari rencananya, Chimera."
Nezu terdiam sejenak.
"Kepanikan kemarin adalah sebuah pengalihan agar dirinya bertemu dengan seseorang dari akademi ini untuk mengetahui waktu yang untuk melancarkan serangan, atau lebih tepatnya tujuan utamanya adalah untuk membunuh simbol perdamaian All Might."
Tatapan Nezu kini mulai tajam.
"Dan waktu itu adalah saat USJ, bukan."
Naruto menganggukkan kepala.
Nezu kini tengah marah dan kesal, namun meskipun begitu dirinya tetap berpikir bagaimana mengatasi ini. Hingga akhirnya dia punya satu rencana yang cukup berisiko tapi kemungkinan berhasil.
"Kita ikuti permainan mereka, namun tetap kita harus waspada jangan sampai pengkhianat ini mengetahui gerak-gerik sesungguhnya kalau kita sudah mengetahui ada pengkhianat di sini, namun soal USJ,"
"Tetap lakukan seperti seharusnya, Chimera, jika kita membatalkan maka itu akan timbul kecurigaan. Dan tenang saja rencana penyerangan nekat itu akan gagal, karena aku sudah mempersiapkan rencana."
Naruto lalu menatap ke arah jendela, rencana yang kalian susun akan gagal.
Ke Midoriya
Sosok Izuku Midoriya kini, tengah mengetik sebuah pesan kepada seseorang, namun sebelum mengirimnya ia kini menatap sekitar dirinya. Hanya dia yang baru ada dikelas itu artinya aman, sekarang ia hanya perlu mengirim dan tujuannya adalah...
"Susanoo"
Bersambung...
