BAB 2

Diagon Alley. Mereka sudah berada di sini sekitar satu jam. Kali ini anak-anak hanya diantar Mrs Weasley karena Mr Weasley tidak bisa meninggalkan pekerjaannya. Mula-mula ke Gringotts tentu saja, Harry dan Mrs Weasley mengambil uang, sedang Fred dan George membuka rekening baru.

"Kami kan harus punya rekening sendiri," kilah mereka bak pengusaha profesional. Hanya Harry yang tahu berapa banyak yang mereka simpan. Kalau Mrs Weasley tahu …. entahlah.

Mereka berpisah menuju masing-masing tujuan, dengan catatan, bertemu lagi di kedai eskrim Florean Fortescue dua jam kemudian. Maka Harry dan Ron memasuki Flourish & Blotts membeli buku-buku, ke Peralatan Quidditch Berkualitas untuk mengagumi sapu-sapu dan asesorisnya, dan rasanya sudah segala arah mereka tuju, ketika Ron tertarik pada kerumunan kecil orang di persimpangan Diagon Alley dan Knockturn Alley.

"Ada apa ya ?" gumamnya.

Mereka ikut berkerumun. Ron yang cukup jangkung segera saja dapat melihat apa yang terjadi. Seorang laki-laki berdiri di belakang meja kecil, yang di atasnya terdapat tiga kulit kerang, menggeser-gesernya, dan meminta orang untuk menebak kulit kerang mana yang ada isinya. Untuk menebak, orang harus membayar dua knuts, dan yang benar tebakannya diberi sesuatu dari kotak kecil di sampingnya yang penuh dengan bungkusan-bungkusan kecil.

"Tipuan Muggle," gumam Harry dan menggamit Ron menjauh. Tapi Ron tetap bertahan.

"Oh, ayolah, kita mencoba. Kan cuma dua knut, lagipula kelihatannya mudah,"

"Kau tidak pernah akan tahu. Muggle saja mudah membuat ini menjadi semacam tipuan. Kau tidak akan pernah menemukan kulit kerang yang benar. Apalagi di sini, tentu penuh sihir. Mungkin bahkan sihir hitam" Harry mengingatkan, mereka berada dekat Knockturn Alley.

Tepat saat itu seorang anak kecil berhasil menebak dengan benar. Pria itu memberinya permen loli besar berwarna-warni, yang tertawa terkekeh-kekeh begitu dihisap. Anak itu turut pula tertawa.

"Ayolah, Harry, iseng saja, lihat anak sekecil itupun bisa menebak dengan mudah,"

"Tetapi siapa tahu hadiahnya adalah benda sihir berbahaya," Harry teringat pengalaman Ginny dengan buku harian Riddle.

"Kau mulai terdengar seperti seorang Prefek bagiku," Ron merengut.

Harry tertawa, dan akhirnya mereka turut main juga. Harry menebak, tetapi ingatannya payah, dan yang ditunjuknya adalah kulit kerang kosong. Ron memperhatikan dengan seksama ketika orang itu menggeser-geser kulit kerangnya. Pandangannya persis seperti kalau ia sedang berkonsentrasi main catur. Ketika pria itu berhenti menggeser kulit kerangnya, Ron menunjuk kulit kerang yang di tengah dengan yakin, dan ternyata benar…

Pria itu memberikan sebuah bungkusan pipih kecil sekitar tujuh senti. Ron mengucapkan terima kasih dan berjalan menjauh sambil membuka bungkusan itu.

Isinya ternyata adalah sebuah peluit dari logam, langsing berkilat. Ron mencoba meniupnya tapi tidak terdengar bunyi apa-apa.

"Peluit apaan, sih," keluhnya sambil hendak membuangnya. Harry mencegahnya,

"Di dunia Muggle kami mengenal peluit anjing. Peluit itu bila ditiup tidak akan menghasilkan bunyi yang terdengar oleh manusia, tetapi akan terdengar oleh anjing. Mungkin ini semacam peluit anjing .."

"Ya, baiklah aku simpan. Mungkin akan berguna bila kita bertemu makhluk semacam Fluffy," akhirnya Ron menyimpannya di balik jubahnya.

Mereka berkumpul lagi di kedai eskrim, ketika di mereka menyadari bahwa dari perempatan Knockturn Alley tadi kini berkerumun lebih banyak orang, yang mulai terlihat panik dan berseru-seru menunjuk ke arah Knockturn Alley.

"Ada apa sih ?" Fred dan George penasaran. Tetapi Mrs Weasley melarang mereka mendekat ke sana, dan mereka hanya bisa menunggu. Tidak begitu lama kerumunan itu bubar, dan Ron bertanya pada seorang penyihir yang baru saja dari sana.

"Ada naga," kata penyihir itu, mukanya masih memancarkan ketakutan, "di tanah kosong di ujung Knockturn. Ia mendengus-dengus dan menyemburkan apinya, untung saja di tanah kosong, sehingga tidak ada bangunan yang terbakar. Entah darimana datangnya, ia seolah muncul begitu saja. Apa kau tahu naga bisa ber-Apparate ?" tanyanya tanpa menunggu jawaban, kemudian lanjutnya "Untung ada beberapa petugas Kementrian di sini, segera saja mereka mengirim balik naga itu ke tempatnya," masih terengah-engah penyihir itu berlalu dari hadapan mereka.

Mereka semua terpana. Mrs Weasley sampai pucat wajahnya, sepucat Ginny. Ron menyenggol Harry dan berbisik ketakutan, "Harry, mungkinkah, .. mungkinkah tadi itu …" Ron menelan ludah sebelum bisa mengucapkan, "peluit naga?"

Kembali ke The Burrow, hanya naga itu yang menjadi buah pembicaraan mereka. Fred dan George menyesali Mum yang melarang mereka melihat. Peristiwa seru dan jarang terjadi, kata mereka, yang lalu diingatkan oleh ibunya bahwa tahun lalu di Hogwarts kan mereka sudah melihat naga.

"Ya, tetapi yang ini lain, kan, Mum," George menukas, "yang ini liar dan langsung dari alam, sedangkan yang kemarin di Hogwarts itu sudah dikendalikan oleh beberapa penyihir, termasuk Charlie,"

"Sudahlah, nanti kalau kalian lulus dan sudah bisa mencari uang sendiri, pergilah kalian berlibur ke tempat kakakmu itu dan lihatlah naga sepuas hati," sahut Mrs Weasley, dan itu berarti 'tak ada lagi yang bicara soal naga'.

Mrs Weasley lalu mengulurkan sebuah bungkusan pada Ron, "Ini jubah barumu, Ron," Ron menerimanya dan terpana. Tidak biasanya ibunya membelikan jubah yang benar-benar baru, biasanya ibunya membelikan yang bekas pakai.

"Mum, tapi ..,"

"Pakailah, itu hadiahmu terpilih sebagai Prefek," Mrs Weasley kemudian beralih pada jubah pesta Ginny, tahun ini ia kelas empat dan harus membawa jubah pesta.

Fred dan George mendekati Ron dan memberikan bungkusan pula, nyaris secara diam-diam. "Dan ini hadiah kami karena kau terpilih sebagai Prefek," Fred mengedip pada Harry. Ron yang curiga dengan airmuka si kembar membuka bungkusan dengan hati-hati, dan ia terpana melihat jubah pesta coklat keemasan di dalamnya.

"Fred, George !" Ron tidak mampu berkata-kata. Fred memberi isyarat agar tidak menarik perhatian Mrs Weasley, dan Ron hanya bisa berkata lirih "terima kasih," Kedua kembar itu mengangguk.

Selesai membereskan belanjaan mereka hari itu, Mrs Weasley memberi tahu agar membereskan pula apa yang akan dibawa untuk menginap di kediaman Granger akhir pekan. Ini membuat mereka bersemangat sekali. Bayangkan, menginap di tempat Muggle. Harry yang selama ini hidup bersama Muggle juga turut bergairah. Ia belum pernah menginap di tempat Muggle lain sebelumnya. Ia tidak begitu banyak berhubungan dengan Muggle yang baik hati dan ramah.

Jumat pagi di akhir bulan Juli. Mrs Weasley sudah menyiapkan buahtangannya, berbagai jenis pie. Ia menegecek segala sesuatunya, dan tak henti-hentinya mengingatkan Fred dan George agar tidak melakukan 'ini dan itu'.

"Oh, ayolah, Mum, kami sudah begini besar, masa' kau tak percaya pada kami," Fred memasang wajah sakit hati tak dipercaya. Mrs Weasley tersenyum juga.

"Dan sampaikan salamku untuk Mrs Granger. Ingat jangan melakukan sihir, Jangan mengotori .."

"Molly, anak-anak tidak akan berbuat yang macam-macam. Lagipula ini hanya sebuah akhir pekan, biarlah anak-anak bersenang-senang," Mr Weasley menengahi istrinya.

"Tentu saja, Arthur, dan hati-hati kau sendiri juga jangan sampai …" Mrs Weasley tak sempat menyelesaikan kalimatnya karena suaminya keburu memeluk dan mengecupnya, "Ayo, anak-anak, ucapkan selamat tinggal pada Mum,"

Mr Weasley menjumput bubuk Floo dan menebarkan di perapian, "Kau dulu Harry,"

Harry melangkah masuk ke api yang menjulang kehijauan, "The Granger's," dan saat berikutnya ia telah berada di ruang tamu keluarga Granger. Hermione telah menunggunya di sana, "Harry !" pekiknya riang, nyaris memeluknya, kalau saja tidak segera hadir Ron, dan berturut-turut keluarga Weasley yang lain dari dalam perapian itu.

Keluarga Granger sangat menyenangkan. Mr Granger tampan, dan periang, memang cocok sebagai dokter gigi, terutama dokter gigi anak. Harry membayangkan ia membujuk anak yang menangis karena ketakutan disuruh membuka mulutnya. Mrs Granger, sedikit banyak mirip Hermione, cerewet, tetapi keibuan. Tipe Mrs Weasley-lah. Harry merasa tak keberatan diomeli olehnya.

Segera saja Mr Weasley sudah menjelajah seisi rumah. Mr Granger tampaknya sudah dipersiapkan oleh Hermione, karena ia dengan sabar menunjukkan ini-itu, bagaimana cara bekerjanya, dengan apa dihidupkannya. Harry bisa melihat betapa bergairahnya wajah Mr Weasley ketika melihat remote control TV, dan mencoba mengoperasikannya.

"Sihir Muggle," gumamnya takjub, "aku kagum dengan apa yang diproduksi oleh Muggle untuk membuat hidup mereka lebih mudah,"

Hermione nampak menahan tawa, namun Mrs Granger segera menyuruhnya menunjukkan kamar tempat kawan-kawannya akan tidur nanti malam.

Rumah keluarga Granger sedikit lebih besar dari keluarga Dursley, dan Harry langsung saja merasa tempat ini jauh lebih menyenangkan. Kamar mereka di lantai dua, Ginny tidur dengan Hermione tentunya, dan keempat anak laki-laki tidur di kamar kosong satunya.

"Katamu, ada saudara sepupu ibumu yang akan menemani kita," tanya Ron ketika mereka telah turun lagi.

"Memang," Mrs Granger yang menjawab, "harusnya ia sudah di sini. Agak terlambat sedikit, pengaruh dari pesawat-pesawat ini mungkin," Mereka agak keheranan atas jawaban Mrs Granger, dan Harry baru menyadari bahwa rumah ini dekat dengan bandar udara.

"Heathrow salah satu dari dua bandara London," Mrs Granger menjelaskan, "dan boleh dibilang lalu lintas pesawatnya cukup sibuk,"

"Tapi apa hubungannya dengan keterlambatan sepupu, em … Lyra, Mum," Hermione juga bingung.

"Karena lalu lintas pesawat membuatku agak sulit ber-Apparate dengan tepat," sebuah suara muncul dari pintu belakang. Mrs Granger segera menghambur dan memeluk sosok yang baru datang tadi.

"Lyra, sayangku, sudah bertahun-tahun .. coba aku lihat dulu dirimu sejenak, tidak .. tidak … tidak ada yang berubah, kau tetap seperti Lyra kecilku dulu," Mrs Granger nyerocos terus. Wanita yang baru datang itu, hampir serupa dengan Hermione dan Mrs Granger, hanya saja kulitnya lebih coklat. Masih muda, nampaknya belum 30 tahun.

Mrs Granger akhirnya menyadari, kalau semua memperhatikannya. "Aduh maaf, aku sampai lupa diri begini. Habis sudah lama sekali kami tidak bertemu," wanita itu nyengir memandang berkeliling. Anak-anak langsung saja menyukainya.

"Ini Lyra Fern, adik sepupuku. Ibuku dan ibunya kakak beradik," dan Mrs Granger nampak menahan napas seolah hendak menyampaikan sesuatu yang merupakan kejutan besar, … dan memang benar …

"dan dia juga lulusan Hogwarts, anak-anak," jelasnya dengan gembira. Anak-anak langsung terpana, terutama Hermione.

"Mum, kau tak pernah memberitahuku bahwa ada penyihir lain dalam keluarga kita," protesnya.

"Ia sudah di Hogwarts waktu kau lahir, nak," jelas Mrs Granger, "lalu setelah itu ia banyak keluar negeri. Aku tidak bisa banyak bercerita, kan," katanya lalu memperkenalkannya pada semua "Lyra Fern. Kau mesti memanggilnya bibi Lyra, Herm," tapi segera wanita itu memotongnya,

"Tidak, sepupu, biar mereka memanggilku Lyra saja," Lyra menjabat tangan anak-anak dengan ramah, dimulai dengan Harry, "kau pasti anak James dan Lily, terlihat jelas kemiripannya .."

"Anda kenal ayah dan ibuku ?"

"Tidak begitu. Mereka sudah kelas tujuh saat aku masuk. Aku hanya mengenal mereka sekilas. Dan kalian … mestinya adik-adiknya William," mata Lyra menyapu keempat Weasley.

"Kau kenal Bill ?" kali ini Ron yang bertanya.

"Aku kelas enam saat ia masuk. Setahun setelah kejatuhan Kau-Tahu-Siapa," Lyra berkata lirih, "meskipun aku tidak seasrama dengan mereka, " sambungnya.

"Kau di asrama mana ?"

"Ravenclaw. Aku sangat suka belajar. Kutu buku kata orang. Dan Topi Seleksi hanya butuh sedetik untuk menempatkanku di sana," Lyra seperti setengah melamun, "Saat-saat yang sangat menyenangkan. Kuharap aku bisa berada di sana lagi segera,"

Terdengar Mrs Granger memanggil mereka dari ruang makan. Ia telah menyediakan berbagai makanan kecil, belum lagi pie kiriman Mrs Weasley. Dan kopi untuk orang dewasa. Softdrink untuk anak-anak. Dengan pemanis buatan tentu saja.

Mr Weasley tampaknya sudah cukup puas menginspeksi seluruh isi rumah, dan Mr Granger menggiringnya ke ruang makan.

"Paling tidak Anda mesti minum kopi bersama kami, Mr Weasley," sapa Mrs Granger ramah, "o,ya ini sepupuku Lyra Fern, dia yang akan mengawasi anak-anak selama mereka di sini,"

Lyra mengulurkan tangan yang disambut Mr Weasley dengan ramah, "tunggu, rasanya aku pernah bertemu denganmu, .. mmm, di St Mungo bukan ?"

Lyra mengangguk, "betul, Mr Weasley, saya setahun di sana,"

Anak-anak memandang ngeri, St Mungo ? Setahun ? Sakit apa ?

Tetapi Mr Weasley segera menjelaskan, "Bukan sebagai pasien. Akademi Keperawatan Sihir St. Mungo. Aku dengar kau lulusan terbaik tahun itu ?"

Lyra tersipu, "Ah, Mr Weasley, anda terlalu membesar-besarkan,"

Tetapi itu cukup untuk membuat anak-anak menjadi sangat tertarik pada Lyra. Mereka memberondongnya dengan berbagai pertanyaan, sehingga Mrs Granger terpaksa menengahi, "sudah, .. sudah, sekarang waktunya kue-kue ini dulu. Aku rasa Lyra pasti lelah. Setelah ini kalian bebas mau menanyainya apa saja,"

"Mum, kalian berangkat jam berapa ?" Hermione mengingatkan.

"Pesawat jam 12. Masih ada waktu, lagipula koper sudah siap,"

Dan percakapanpun beralih ke soal pesawat terbang dengan pertanyaan-pertanyaan dari Mr Weasley dan anak-anaknya.

Pukul 1 siang. Mr Weasley telah kembali. Mr dan Mrs Granger sudah berangkat. Anak-anak berkumpul di meja makan dengan hidangan yang diolah secara Muggle oleh Hermione.

"Aku tak tahu kalau kau pintar masak juga, Herm," Ron berkata dengan mulut penuh, "bisa-bisa para peri rumah merasa tersaingi,"

Hermione cemberut sejenak, tetapi susah untuk merasa kesal pada suasana yang sangat menyenangkan ini.

"Omong-omong, kau sudah tahu siapa Prefek Laki-Laki Asrama Gryffindor kita ?" tanya Harry, yang disambut dengan sikut Ron.

"Belum. Aku kirim surat pada Seamus dan Dean, tetapi mereka bilang bukan. Masa' sih Neville. Atau … jangan-jangan …" mendadak Hermione sadar kenapa Harry menanyakan itu, " Ron ..?" airmukanya sungguh keheranan membuat Fred dan George tersedak menertawakannya.

"Yah, begitulah," Ron memain-mainkan garpunya.

"Sungguh ? Ayolah Ron, kau membuat seolah-olah terpilih menjadi Prefek adalah suatu hal yang buruk," Hermione tampak antusias.

"Mereka bilang, dengan jadi Prefek, berhentilah semua kesenangan hidup," Ron melempar pandangan kepada kedua kembar yang terus cekikikan.

"Siapa bilang ? Kau bisa punya kamar sendiri kalau kau mau, kau punya kamar mandi sendiri, akses pada guru lebih mudah, dan kau juga punya hak memotong poin asrama, ingat itu Ron,"

"Tapi…,"

"Kau persis William dulu," kali ini Lyra yang menyela, "suka melanggar peraturan dan menyelinap ke sana ke mari, tapi toh aku dengar dia jadi Prefek juga,"

"Bahkan jadi Ketua Murid," Fred menambahkan.

"Betulkah ? Wah, tak kusangka ..,"

"Cukup sudah semua omong kosong tentang Prefek ini," Ron tambah sebal saja kelihatannya, "mengapa tak kalian biarkan aku menikmati hari-hari terakhirku .."

"Ya ampuun Ron, kau ini, seolah-olah menghadapi apa saja,"

Lyra yang melihat suasana menjadi tak enak cepat-cepat menengahi, "Sudahlah, selesaikan makan kalian, cepat, aku ajak kalian ke suatu tempat yang menarik,"

"Oh, ke mana ?"

"Pokoknya selesaikan dulu makan, nanti juga kalian tahu, dan janji tidak bertengkar, OK ?" nada suara Lyra seperti seorang guru TK mendamaikan muridnya yang sedang berebut permen.