B A B 5

Dear Sirius,

Bagaimana kabarmu ? Aku harap baik-baik saja.

Kami sudah tiba dengan selamat di Hogwarts. Apakah aku sudah menyebutnya dalam surat terdahulu, bahwa Ron dan Hermione terpilih menjadi Prefek ? Hermione sangat menikmatinya, sedang Ron, yah, kurasa ia akan menikmatinya juga nanti.

Snape merangkap menjadi guru Pertahanan terhadap Ilmu Hitam. Dumbledore mengumumkannya semalam. Terus terang, kami semua tetap mengharapkan Profesor, emm maaf, Mr Lupin (bagiku ia tetap Profesor Lupin, meski tidak mengajar lagi) yang memegang kelas ini.

Sepupu ibunya Hermione, yang pernah kuceritakan dulu saat kami berlibur di keluarga Granger, Miss Lyra Fern, ternyata adalah Matron yang baru. Madam Pomfrey cuti setahun karena harus merawat ibunya yang sakit, begitu kata Dumbledore. Tapi kami belum sempat bicara dengannya, karena tadi malam ia langsung kembali ke rumahsakit, sedang Ron dan Hermione sibuk mengurus anak-anak baru.

Selain itu tidak ada kabar baru. Kami baik-baik saja, dan aku akan segera memulai kelas hari ini.

Salam untuk Mr Lupin, dari kami semua.

Harry

"Bawa pada Sirius, ya," Harry mengikat surat itu pada kaki Hedwig, yang terbang memutar dulu seolah meyakinkan tuannya, lalu segera melesat pergi.

"Sudah," katanya pada kedua sahabatnya. Mereka lalu meninggalkan kandang burung hantu.

"Kita tidak bisa ke rumah sakit dulu menyapa Lyra," keluh Hermione, "bisa telat kita,"

"Kukira Lyra akan mengerti,' sahut Ron, "kita ke sana sesegera kita bisa,"

Bergegas mereka menuju Aula Besar untuk makan pagi. Memasuki Aula, sebelum mendekati meja Gryffindor, mendadak muncul sosok yang sangat dikenal di depan Harry. Snape !

"Mr Potter, aku ingin bicara denganmu, di kantorku, seusai pelajaran sore nanti," secepat munculnya secepat itu pula Snape menjauh, melangkah menuju Meja Tinggi bergabung dengan para guru di sana.

Hermione dan Ron cuma bisa melongo. Harry tak berkata sepatah katapun, hingga mereka tiba di meja Gryffindor. Fred dan George segera membombardirnya dengan pertanyaan.

"Ada apa ? Snape bicara apa padamu ? Kau sudah berbuat kesalahan apa ? Berapa poin yang dia ambil kali ini ?" Harry sampai hampir tak dapat bernapas.

"Tidak ada poin. Ia ingin bicara denganku seusai jam pelajaran sore ini. Itu saja,"

"Itu saja ? Harry, kalau Snape yang ingin berbicara, tidak mungkin hanya sekedar 'itu saja'," George mengejar, tapi Harry menggeleng. Ia tidak bisa menjawab apa-apa, karena ia sendiripun bingung, mau apa Snape ?

Menatap ke arah Meja Tinggi, ahli Ramuan itu sedang menatap ke arah meja asramanya. Mendadak Harry merasa diingatkan lagi akan mimpi-mimpinya di awal libur musim panas lalu. Apakah yang akan dibicarakan Snape ? Akankah ada hubungannya dengan mimpi-mimpinya ? Harry tidak bisa mengetahui jawabannya hingga nanti sore.

Dengan pikiran tak menentu, Harry mengikuti saja kedua sahabatnya dan kawan-kawan yang lain memasuki kelas pertama mereka tahun ini, Transfigurasi.

Benar seperti kata Fred, begitu masuk, McGonagall langsung mengucapkan, "Kelas lima. Tahun ini kalian akan mengikuti ujian OWL. Ordinary Wizarding Level bla bla bla," persis kata demi kata seperti yang diucapkan Fred. Tetapi Harry sama sekali tidak dapat berkonsentrasi. Pikirannya melayang pada apa yang mungkin akan dikatakan Snape nanti sore …

Usai pelajaran kelas sore, Harry turun ke ruang bawah tanah, menelusuri lorong yang gelap dan dingin, menuju kantor Snape. Dengan tidak yakin diketuknya pintu tiga kali.

"Masuk,"

Harry membuka pintu yang berat itu lalu masuk. Ia pernah dua kali berada dalam ruangan remang-remang ini, dua-duanya dengan kesalahannya, dan kemarahan Snape.

"Duduk, Potter," Snape bangkit dari kursi dibalik meja kerjanya. Seperti biasa perapian gelap dan dingin. Mata Harry harus membiasakan diri dengan keremangan ini sesaat sebelum bisa melihat dengan baik. Harry duduk, sementara Snape terus berdiri, berjalan mendekatinya.

"Seperti yang telah kau ketahui, Kepala Sekolah menunjukku untuk memegang dua mata pelajaran sekaligus," Harry masih menebak-nebak ke arah mana pembicaraan Snape ini, ketika Snape kemudian melanjutkan.

"Kau juga mengetahui dengan pasti situasi kita saat ini. Kau tahu apa yang sedang kita hadapi. Meski sejauh ini, hingga hari ini, sejauh yang aku ketahui, belum ada tanda-tanda dia akan melancarkan gerakan apapun,"

Tidak perlu bertanya 'dia' siapa. Harry mulai mengerti arahnya.

"Aku tidak ingin --aku sendiri, dan kita semua-- membuang energi yang tidak perlu untuk mengurusi hal-hal yang remeh. Yanng mengundangku untuk memotong angka asramamu, maupun memberimu detensi," Snape mendekatkan wajahnya ke wajah Harry, dan menekankan kata demi kata kalimat berikutnya, "Aku ingin, Mr Potter, agar kau lebih serius mempersiapkan pelajaranmu,"

Harry melihat kesungguhan di kedua mata hitam itu, dan seolah terhipnotis ia mengangguk, "Baik, Sir," sahutnya pelan, namun rupanya sudah cukup untuk Snape.

Ia menarik kepalanya dari hadapan Harry, melangkah dan berdiri menghadap perapian dengan tangan terlipat.

Sesaat hening. Harry mengira Snape telah selesai. Ia menimbang-nimbang akankah ia berdiri saja dari kursinya, ketika Snape mulai berbicara lagi.

"Malam itu, setelah Turnamen, aku menghadap dia,"

Hening lagi. Harry tidak tahu mengapa Snape mengatakan ini padanya.

"Apa yang dilakukannya terhadap Anda …," tanpa sadar sudah keluar dari mulutnya sebelum ia dapat menahan diri. Snape masih tetap diam.

"Maaf, saya tidak bermaksud …," Snape mengangkat tangannya, menyuruhnya diam.

"Cruciatus, tentu saja,"

Harry menatapnya ngeri.

"Saat itu ia mengatakan, yang telah meninggalkannya untuk selamanya, dia akan dibunuh,"

Snape mengangguk.

"Tetapi bukan itu intinya," Snape berbalik kini menatapnya.

"Aku melihat Wormtail, .. Pettigrew," Snape terdiam lagi.

Harry menunggu.

"Meskipun di antara kami terdapat perbedaan yang besar, --aku dan Black--, … aku tahu .. Black tidak bersalah. Aku ingin kau tahu ini," Snape menatapnya lekat-lekat. Harry dapat melihat dengan jelas kini kelelahan yang terpancar dari matanya.

Harry merasakan betapa sulitnya Snape mengungkapkan hal ini. Sebenarnya untuk apa Snape repot-repot mengatakan ini pada Harry ? Tetapi ia mengatakannya juga… Ada perasaan yang aneh merasuki dada Harry, sesuatu yang hangat.

"Terimakasih, Sir. Saya sangat menghargai itu," hanya itu yang dapat keluar dari mulutnya.

Snape mengangguk.

"Kau boleh kembali. Bila tidak berkeberatan, panggilkan Mr Longbottom untukku," melihat keheranan di mata Harry, Snape melanjutkan, "dan kau boleh katakan padanya agar jangan takut. Aku tidak akan menggigitnya," sekilas Harry melihat senyum kecil mencapai matanya.

"Baik Sir. Selamat sore,"

"Selamat sore,"

Anak-anak ramai menyerbunya bahkan saat ia baru membuka pigura lukisan si Nyonya Gemuk.

"Ada apa Harry ?"

"Apa yang ingin dia bicarakan Harry ?"

"Apa lagi kesalahanmu saat ini Harry ?"

"Berapa poin yang dia ambil ?"

Harry hanya bisa menggeleng, "Tidak, dia tidak memotong poin satupun. Dia cuma menyuruh aku lebih serius, itu saja,"

"Itu saja ?"

"Tidak satupun dipotong ?"

"Kalian ini bagaimana sih," Hermione menengahi, "kalau Snape berbuat macam-macam, kalian ribut. Sekarang dia tidak berbuat apa-apa, dan kalian ribut juga. Ayolah, dewasalah sedikit .."

"Yah, kami kan cuma sedikit heran, boleh kan ?'

"Sejujurnya aku sendiri juga heran. Ia bahkan juga ingin berbicara denganmu Neville, sekarang,"

Neville bagai mau pingsan, "Aku ?"

"Ya. Dan dia juga mengatakan agar jangan takut, karena ia tidak akan menggigitmu,"

"Dia bilang begitu ?"

Harry mengangguk, mencoba tersenyum.

Diiringi tatapan prihatin dari beberapa belas pasang mata, Neville membuka lukisan si Nyonya Gemuk dan perlahan melangkah keluar.

Harry capet menggamit Ron dan Hermione. Ketiganya menuju meja di sudut dan duduk di situ, menunduk, agar pembicaraan tak terdengar yang lain.

"Ron, Hermione," Harry berbisik, "Snape mengatakan, malam itu saat menemui Voldemort," Ron berjengit mendengar nama ini, "dia mengatakan melihat Wormtail. Dan Snape mengatakan padaku, saat itu dia tahu kalau Sirius tak bersalah,"

"Harry, apa dia …?"

Harry menggeleng, "entahlah. Aku bahkan tak yakin dia benar-benar Snape,"

"Apa maksudmu ?" Ron bersuara agak keras sehingga Hermione terpaksa men-sshh-kannya.

"Sikapnya seperti itu. Dan, untuk apa dia membuat pengakuan seperti itu ?" Harry menerawang. "Selama ini kita tahu dia begitu benci padaku. Sekarang, untuk apa repot-repot memanggilku hanya untuk menyuruhku lebih serius belajar, dan mengakui Sirius tak bersalah ?"

Bahkan Hermione-pun tak dapat menjawab pertanyaan ini.

Perjalanan Neville seakan tidak pernah mencapai tujuan. Rasanya lamaa sekali ia berjalan, dan akhirnya ia tiba di depan pintu yang sangat ditakutinya itu. Kalau menuruti kata hatinya, ingin ia berbalik dan kembali saja ke asrama. Tapi dikuat-kuatkannya hatinya, aku seorang Gryffindor, katanya berulang-ulang sebelum akhirnya ia mengetuk pintu itu.

"Masuk,"

Gemetar Neville memegang tombol pintu, dan membukanya. Ia belum pernah masuk ke kantor Snape, dan keremangan di dalamnya hanya menambah rasa takut saja.

"Mr Longbottom, duduklah,"

Pucat pasi Neville duduk, dipaksanya mulutnya membuka dan bersuara, "Anda .. memanggil saya, Profesor ?"

Snape mengangguk, dan duduk juga di hadapannya, "Aku rasa Mr Potter telah menyampaikan bahwa aku tidak akan menggigitmu ?"

Neville mengangguk, gemetar.

Snape tersenyum tipis sebelum melanjutkan, "Aku rasa Mr Potter juga telah menceritakan padamu apa yang kuminta darinya,"

Neville hanya bisa mengangguk lagi.

"Aku ingin hal yang sama darimu, Mr Longbottom," Snape mendekatkan wajahnya membuat Neville seakan hampir membeku, "aku ingin kau lebih serius mempersiapkan diri mengikuti pelajaran, Mr Longbottom. Pelajaranku. Kedua kelasku,"

"Kau boleh meminta bantuan dari Miss Granger, Longbottom, di luar kelas," Snape menekankan kata-kata terakhir ini.

"Persiapkan dirimu sebelum masuk kelas. Kau boleh mendiskusikan tugas-tugasmu dengannya. Tapi aku tidak ingin mendapatimu lagi di dalam kelas dengan bantuan Miss Granger, atau siapapun juga,"

"Apakah dapat dimengerti ?"

Neville mengangguk, masih gemetar sebelum suaranya keluar, "saya mengerti, Sir,"

Snape mengangguk belum puas, "Terutama dalam kelas Ramuan. Aku ingin kau berkonsentrasi untuk menguasai pelajaran ini. Dan kau mau tahu kenapa ?"

Kembali Neville mengangguk.

Snape membuka lacinya. Mengeluarkan segulung perkamen yang nampak sudah sangat tua, terkelupas di sana-sini dan berbau tak sedap.

Ia membuka gulungannya, menghamparkannya di hadapan Neville.

"Aku menemukan formula ramuan Anti-Efek Cruciatus,"

Neville merasakan napasnya tertahan.

"Kau tentunya ingin orangtuamu sembuh ?"

Lagi-lagi yang dilakukannya hanya mengangguk.

"Masalahnya adalah," Snape mengatakan ini dengan perlahan, seolah takut Neville tak dapat menangkap maknanya, "Ramuan ini hanya bisa efektif, jika dipersiapkan, diracik, diramu, direbus, diaduk, dan diberi mantra, oleh orang yang mempunyai hubungan darah dengan si korban itu sendiri, Ayah atau ibu kandung, anak kandung, kakak atau adik kandung"

Snape menatap Neville dalam-dalam sebelum melanjutkan, "Bahkan dalam bagian terakhir, akan ada beberapa tetes darah yang harus kau campurkan."

"Apakah kau pikir kau akan sanggup ?" Tatapannya menyelidik.

Neville heran sendiri bahwa dia dapat berkata dengan mantap, "Ya, Sir. Saya sanggup,"

"Bagus kalau begitu. Aku hanya akan membantu sejauh menjelaskan isi ramuan ini dan cara pembuatannya. Prakteknya, sepenuhnya ada di tanganmu. Gagal atau berhasil, itu tanggung jawabmu,"

"Sir .."

Alis Snape terangkat.

"Jika .. jika gagal, apakah konsekuensinya ?"

"Kematian,"

Neville terhenyak. Tetapi, jika ada kesempatan untuk mencoba, mengapa ia tidak mencobanya ? Lagipula ia telah terpilih untuk masuk Gryffindor, maka ia harus berani.

"Saya akan melakukannya, Sir,"

Snape mengangguk, kelihatan puas kali ini.

"Satu hal lagi, Longbottom," Snape menggulung perkamen itu, "Kepala Sekolah mengatakan, teman-temanmu tidak ada yang tahu keadaan orangtuamu,"

Neville menggeleng, "Saya tidak pernah memberitahu mereka, dan mereka tidak pernah bertanya,"

"Kalau begitu, kita bisa merahasiakan hal ini," Snape memasukkan gulungan perkamen itu ke dalam lacinya, "untuk sementara kau bisa mengatakan pada teman-temanmu bahwa kau mendapat pelajaran tambahan untuk Ramuan," Snape menutup lacinya, "hanya hingga kau siap untuk mengatakan yang sebenarnya,"

Neville mengangguk. Untuk pertama kalinya, ia menyadari dengan heran, ia tidak merasa takut lagi pada Snape. Tidak gemetar lagi.

"Kau boleh kembali, Longbottom,"

Neville berdiri, "Sir ..," sahutnya terbata-bata, "terima kasih ..,"

Snape mengangkat tangannya memotong,"Tidak perlu. Buktikan saja dengan usahamu,"

Neville mengangguk lagi, kali ini lebih mantap.

"Selamat sore, Sir,"

"Sore,"

Dan Neville meninggalkan ruang bawah tanah yang dingin itu dengan perasaan hangat di hatinya.

Sama seperti Harry, kedatangan Neville kembali di asrama disambut dengan berondongan pertanyaan. Dan keheranan.

"Dia hanya mau kau lebih serius mempersiapkan pelajaran ?"

"Dan dia memberimu jam tambahan untuk Ramuan ?"

"Dia sama sekali tidak memotong poin ?"

Neville kelihatannya sama sekali tidak berhasil meyakinkan para penanya. Tetapi ia kelihatannya tidak peduli.

"Memang begitu, mau bilang apa lagi ? Aku sekarang lapar, dan sudah saatnya makan malam. Ada yang mau makan ?"

Dengan kalimat itu mereka semua berhenti bertanya. Keluar ke Aula untuk makan.

Ron, Harry, dan Hermione berjalan berendengan, cukup dekat untuk saling berbisik tanpa terdengar yang lain.

"Kalian dengar itu ?" tanya Ron, "ada apa sebenarnya dengan Snape ?"

"Hmmm," Hermione terdengar seperti biasanya, berpikir.

"Hei, mungkinkah seperti dugaanku ?" Ron tersenyum seakan ada yang baru saja menyalakan lampu di kepalanya, 'ting'. Kedua temannya menoleh.

"Kalian ingat tahun lalu, orang yang kita sangka Moody, ternyata adalah Crouch Junior. Ia minum ramuan Polijus,"

"Lalu ?"

"Mungkinkah ada seseorang yang meminum Polijus, menyamar menjadi Snape ?"

"Untuk apa, Ron ?" Hermione mencoba mementahkan teori Ron, "untuk menyenangkan Harry ?"

"Ya, lagipula siapa ?" Harry bingung, "Snape cukup tangguh, tidak mudah diserang. Selain itu, Snape tidak punya kebiasaan minum dari tempat minumnya sendiri. Ia tidak punya kebiasaan sering minum. Polijus hanya bertahan satu jam, kau ingat ?" Harry mencoba mengingatkan pengalaman mereka sendiri.

"Yah," Ron terpaksa mengakui, "yah, kau benar juga .."

"Tetapi kalau kita ingin benar-benar yakin," Hermione mencoba mengingat-ingat, "aku rasa memang ada Ramuan Anti-Polijus, hanya aku lupa di buku mana, mm, nanti aku cari … ,"

Ron bersemangat lagi. "Bayangkan Harry, siapa tahu Sirius beranimagi, lalu menyerang Snape, dan menggantikan tempatnya,"

"Pertama, Ron, Sirius dan Snape sudah mengadakan gencatan senjata. Kau sendiri yang melihat Dumbledore memaksa mereka," Harry berkeras, "Kedua, untuk tujuan apa ? Bukankah Sirius diberi tugas untuk bersama dengan Lupin dan kawan-kawan ? Ketiga, kurasa Snape terlalu kuat untuk dikontrol dengan Imperium seperti Moody. Terakhir, dan paling tidak mungkin adalah, apakah kau pikir Sirius akan sudi meminum ramuan atau cairan apapun yang berisi bagian tubuh Snape ?" kalimat terakhir ini membuat Hermione dan Ron tertawa bersamaan.

"Bisa juga kau berpikir, Harry," sindir Hermione.

"Oh, aku ketularan kau, tentu saja. Terimakasih banyak telah mengingatkanku,"

Aula Besar telah penuh anak-anak dengan perut mereka yang lapar.

Di atas, di Meja Tinggi, Snape tidak nampak.

Malam hari Snape masih di kantornya, lama setelah Potter dan Longbottom meninggalkannya. Ia masih saja berpikir, apakah tindakannya benar. Mengherankan, karena Snape biasanya selalu yakin. Ia tidak pernah mengambil tindakan apapun, tidak pernah mengatakan apapun, tanpa keyakinan. Tapi tadi …

Kata-kata Dumbledore masih terngiang-ngiang di telinganya. 'Kau harus mampu menahan emosimu, mengesampingkan perasaan pribadimu'

Sejauh ini aku sudah berhasil mengatasinya, Kepala Sekolah, gumamnya dalam hati.

Sejurus kemudian, ia merasakan sesuatu yang beberapa saat ini ditunggunya. Lengan kirinya terasa terbakar. Disingsingkannya lengan jubahnya agar yakin. Yakin benar.

Disiapkannya jubah bertudung dan topengnya. Ditulisnya sepucuk surat pendek pemberitahuan untuk Dumbledore, sebelum seekor burung hantu sekolah datang menjemput surat itu.

Lalu ia pergi. Seperti kali sebelumnya. Seperti biasanya.

Do you know where you're going to

Do you like the things that life's been showing you

Where are you going to

Do you know

Do you get what you're hoping for

When you look behind you there's no open door

What are you hoping for

Do you know

(Do you know where you're going to - Jennifer Lopez)