B A B 6

Lyra memetik jamur merah berbintik putih itu dengan hati-hati. Walaupun nampak cantik, seperti rumah kurcaci dalam dongeng anak-anak Muggle, namun Amanita muscaria amat beracun. Tersentuh sedikit, dan wuss … melayanglah nyawamu. Banyak Muggle juga tahu hal itu. Itu sebabnya Lyra tidak akan berani menyentuhnya tanpa sarung tangan. Dan ia menyimpannya dalam stoples bertutup, juga dengan ekstra hati-hati.

Tapi jamur ini bila digunakan dengan tepat, bersama bahan yang tepat, bisa menjadi penyembuh yang ampuh. Madam Pomfrey telah meninggalkan catatan tentang apa saja bahan yang harus dilengkapi dari lemari obatnya.

Sudah cukup, pikirnya senang. Saatnya untuk kembali ke rumahsakit. Siapapun tidak akan suka berada di tepian Hutan Terlarang tengah malam begini, tetapi jamur ini tidak bisa dibiakkan begitu saja di rumahkaca Madam Sprout. Dan waktu yang paling tepat untuk memetiknya memang tengah malam begini, jadi, … ya apa boleh buat.

Lyra memandang sekelilingnya. Tidak bisa dipercaya, akhirnya ia kembali ke Hogwarts, meski hanya untuk setahun. Surat Dumbledore datang ketika ia masih di Meksiko, tetapi ia berhasil menyimpannya sebagai kejutan untuk anak-anak. Lyra senang melihat raut muka mereka saat Dumbledore mengumumkan namanya di Aula Besar malam kemarin.

Yah, di sinilah ia kini berada, di tempat dulu ia merasa sangat senang. Di tempat ia mulai menyukai Ramuan, sesuatu yang menentukan jalan hidupnya kini. Yang membawanya ke Cina, bertemu dengan .. Lyra mengeluh. Setelah sekian lama, dan sekian jauh jaraknya, tidak bisa dipercaya ia belum bisa melupakannya.

Lamunan Lyra terputus oleh suara berkeresak di semak-semak. Seperti ada orang di sana. Hati-hati Lyra mendekat, tangannya menyiapkan tongkatnya. Sesosok tubuh berjalan sempoyongan, keluar dari Hutan Terlarang, dan terjatuh tepat di hadapannya.

Lyra mendekat. Sosok itu tertelungkup di tanah, masih mencoba bangkit, namun gagal. Hati-hati Lyra menyentuhnya, membantunya untuk berdiri. Saat sosok itu berbalik, Lyra memperhatikan bahwa ia memakai jubah bertudung. Dan topeng yang sudah nyaris lepas. Perlahan dan hati-hati Lyra melepasnya.

Profesor Snape.

Sedang apa … Lyra segera tersadar. Pertemuan para Pelahap Maut tentu saja. Dan ia terluka, mungkin Kau-Tahu-Siapa telah …

Cepat-cepat Lyra mengirim stoples jamurnya ke rumahsakit dengan mantra. Ia akan mengurus yang ini dulu.

"Profesor Snape," Lyra mencoba menguji kesadarannya, "anda perlu ke rumahsakit …,"

Snape mengangkat tangannya lemah, mencoba menyampaikan penolakannya.

"Baiklah. Ruang bawah tanah anda, kukira," Lyra hati-hati berusaha memapahnya.

Lorong yang dingin dan gelap. Lyra sudah hampir lupa rasanya dulu pernah berada di kelas ini. Dengan satu Alohomora dibukanya pintu yang tebal dan berat itu. Pintu di ujung ruangan itu tentulah menuju kamar pribadi Snape, ia belum pernah sebelumnya. Tapi ia mendekatinya juga, dan membukanya dengan Alohomora sekali lagi.

Sementara itu nampaknya Snape sudah benar-benar tidak sadarkan diri. Susah payah Lyra membaringkannya di tempat tidurnya. Membuka jubahnya. Menyelimutinya. Badannya begitu dingin. Diraihnya tangannya lalu diperiksa nadinya. Syaraf, gumamnya, tentu Cruciatus …

Dan hanya Cruciatus level sangat tinggi, tentu saja, yang bisa membuat seorang Profesor Snape begini …

Lyra cepat memutuskan yang harus dikerjakannya. Hati-hati ditopangnya punggung Snape sehingga berada dalam posisi duduk. Dibukanya kemejanya. Lalu ia mulai menelusuri titik-titik meridian syaraf, semua yang ada di punggung, di dada, di lengan, belakang kepala. Semua yang ia ingat. Jemarinya terus beraksi semampu yang ia bisa.

Hampir satu jam ketika dirasanya Snape mulai sadar dan bereaksi.

"Jika anda merasa ingin memuntahkan sesuatu," tongkat Lyra bergerak di udara menyihir sebuah baskom dan menyodorkan, tepat saatnya Snape memuntahkan sesuatu seperti darah kental kehitaman.

Lyra membaringkannya kembali, membersihkan bekas darah di wajahnya, dan menyelimutinya. Diperiksanya sekali lagi nadinya, lalu menghela napas puas.

"Anda sebaiknya tidur sekarang. Apakah akan saya bawakan Ramuan Penidur Tanpa Mimpi ? Atau, ah .. saya rasa Anda memiliki persediaan sendiri ?"

Snape menggeleng, "tidak perlu,"

"Saya tinggalkan Anda kalau begitu. Jika Anda membutuhkan sesuatu … ,"

"Tidak,"

"Baiklah," Lyra berjalan menuju pintu, ketika Snape memanggilnya.

"Miss Fern,"

Lyra berbalik.

"Terima kasih,"

"Sama-sama. Selamat malam, Profesor,"

Lyra lalu menutup pintu dan meninggalkan ruang bawah tanah itu.

Snape bangun pagi-pagi dengan perasaan aneh. Ringan dan hangat. Tidak biasanya ia merasa seperti ini. Apalagi setelah melewatkan malam dengan Cruciatus.

Kemudian baru ia teringat. Matron baru itu ..

Ia mengeluh, bangkit menuju kamar mandi, menyegarkan diri.

Ia harus melaporkan pertemuan semalam pada Kepala Sekolah.

Lyra sedang menaruh teko teh di atas api ketika pintunya yang sudah terbuka diketuk.

"Profesor Snape. Masuklah. Ada sesuatu yang bisa saya bantu ?"

"Aku ingin mengucapkan terima kasih, … semalam … ,"

Lyra menggeleng, "itu sudah kewajiban saya, Profesor,"

Snape mengangguk, "dan aku juga berterimakasih karena kau tidak bertanya apa-apa,"

"Saya kira seseorang yang sedang mengalami efek Cruciatus tidak dalam kondisi untuk menjawab pertanyaan apapun, Profesor,"

Peluit di teko teh berbunyi.

"Teh ginseng, Profesor ? Saya jamin, anda boleh cek sendiri, tidak ada ramuan apapun di dalamnya,"

Sebuah senyum kecil mencapai mata Snape.

"Nampaknya aku tidak dalam kondisi untuk menolak ?"

Pertanyan yang tidak memerlukan jawaban.

Lyra meletakkan cangkir teh di atas meja, menyingkirkan tumpukan kertas di atasnya ke sisi lain.

"Ilmu pengobatan Cina kurasa ?" Snape memandang tulisan yang tidak dimengertinya.

Lyra mengangguk.

"Dan tadi malam ?"

"Itu juga," angguk Lyra lagi, "salah satu bagiannya. Tusuk jari,"

"Dan mengapa ?"

"Anda seorang ahli Ramuan, Profesor. Sudah pasti anda memiliki ramuan sendiri untuk mengatasi efek Cruciatus ini. Saya tidak mengetahui pada level mana ramuan anda. Saya khawatir bila menggunakan ramuan saya, … , akan terlalu rendah levelnya,"

Snape mengangguk, "Bisa dimengerti. Jadi, karenanya kaugunakan pengobatan Muggle ?'

"Ya. Karena sihirnya sudah ditarik, yang tinggal hanya efeknya saja. Maka kurasa pengobatan Muggle pun bisa mengatasinya,"

"Cukup masuk akal," Snape menghirup tehnya, "kulihat kau cukup menguasai pengobatan ini,"

"Tiga tahun saya di Cina, Sir. Tetapi masih terlalu banyak yang belum saya ketahui,"

"Kalau begitu, mengapa kau meninggalkan Cina ?"

Lyra menggeleng. Sesuatu muncul di matanya, sesuatu yang ingin disembunyikannya, "Saya tidak tahu. Ingin mencari sesuatu yang baru, mungkin,"

"Karena itu kau meneliti di hutan Amazon, jadi perawat pribadi penyihir pemilik tambang berlian di Afrika Selatan. Menelusuri sungai Gangga di India. Dan terakhir mencari manfaat kaktus di Meksiko. Menarik sekali,"

"Anda membaca CV saya, Profesor," Lyra kelihatannya terkejut.

"Mengapa tidak ? Kukira seorang ahli Ramuan harus mengetahui riwayat Matron dengan siapa ia akan bekerjasama, bukan ?"

"Dan seorang matron tidak perlu mengetahui riwayat ahli Ramuan dengannya ia akan bekerja sama ?" Lyra terkejut sendiri dengan pertanyaannya ini.

Snape mengerutkan keningnya. Matanya yang hitam dingin nampak semakin dingin.

"Maaf, saya tidak bermaksud … ,"

"Tidak apa-apa. Kukira tidak ada orang yang tertarik. Mereka semua sudah mengetahuinya sendiri bukan ?"

"Dugaan. Hanya dugaan, Sir. Stereotype. Prasangka. Tidak ada yang lebih tahu selain anda sendiri. Dan tidak ada yang berhak ingin tahu jika anda tidak menginginkannya,"

Snape meletakkan cangkirnya, "Terimakasih tehnya, Miss Fern. Aku harus masuk kelas," ia bangkit dan melangkah keluar.

"Selamat pagi, Miss Fern,"

"Selamat pagi, Professor,"

Dan seorang Matron tidak perlu mengetahui riwayat ahli Ramuan dengannya ia akan bekerja sama ?

Sebenarnya, riwayat seperti apa yang aku punya, keluh Snape, sambil berjalan menuju ruang bawah tanah, untuk mempersiapkan kelasnya.

A winter's day

In a deep and dark December

I am alone

Gazing from my window to the streets below

On a freshly fallen silent shroud of snow

I am a rock

I am an island

I've built walls

A fortress deep and mighty

That none may penetrate

I have no need of friendship, friendship causes pain

It's laughter and it's loving I disdain

I am a rock

I am an island

Don't talk of love

But I've heard the words before

It's sleeping in my memory

I won't disturb the slumber of feelings that have died

If I never loved I never would have cried

I am a rock

I am an island

I have my books

And my potions to protect me

(aslinya 'my poetry to protect me')

I am shielded in my armor

Hiding in my room, safe within my tomb

I touch no one and no one touches me

I am a rock

I am an island

And a rock feels no pain

And an island never cries

(I Am A Rock - Simon & Garfunkel)

Thanks to dragonladykhushrenada from SlytherinsSeverusSnape for telling me this song