B A B 10
Lyra masih terjaga di tengah malam itu. Ia masih menerjemahkan ilmu pengobatan Cina, satu yang diminta Hermione. Anak kakak sepupunya itu, ia tersenyum sendiri, cerminan dirinya dulu saat sekolah di sini. Haus ilmu pengetahuan, selalu ingin siap manakala masuk kelas, kalau bisa selangkah lebih maju dari gurunya sendiri.
Ia sudah akan memutuskan untuk menyudahi pekerjaannya dan pergi tidur, ketika terdengar suara ketukan di pintu rumahsakit. Ketukan lemah.
"Siapa gerangan malam-malam begini," pikirnya, siswa mana lagi yang berani berbuat macam-macam. Ia memutar kunci dan membuka pintunya.
Profesor Snape.
Lagi.
Kali ini rupanya ia bersedia mencari pertolongan, dengan mendatanginya ke rumahsakit.
Cepat Lyra membawanya ke bilik terdekat. Ia sudah tahu apa yang harus dilakukannya. Tak urung ia tercekat juga. Kerusakan syaraf yang ditimbulkan lebih banyak daripada yang lalu. Dosis Cruciatus yang lebih tinggi, batin Lyra prihatin, membayangkan kesakitan yang dirasakan saat kutukan itu dilancarkan.
Menit-menit berlalu. Perlahan dirasanya Snape mulai bergerak. Seperti kali yang lalu ia memuntahkan juga cairan kental merah kehitaman, kali ini lebih banyak. Lyra bergidik. Orang lain mungkin sudah mati, dengan kondisi seperti ini. Atau gila, seperti suami istri Longbottom yang ditemuinya saat praktek di St Mungo dulu.
Cekatan dan tanpa suara sebagaimana seharusnya seorang perawat profesional, Lyra membersihkan pasiennya, menyelimutinya. Ia sudah akan meninggalkannya, Snape pasti butuh tidur, ketika terdengar Snape memanggil.
Langkah Lyra terhenti.
"Profesor ?" ia berbalik, menghampiri.
"Tampaknya ini akan menjadi kebiasaan, eh ?" suaranya lemah tapi masih bisa menyindir. Menyindir dirinya sendiri, pikir Lyra getir.
"Profesor, Anda butuh istirahat. Tidurlah. Atau Anda perlu sesuatu ?"
Snape menggeleng.
"Apakah .. apakah kau ada sesuatu yang harus dikerjakan ?"
"Tidak, mengapa ?"
"Bersediakah, .. menemaniku di sini ?"
Lyra duduk di kursi di samping tempat tidur dengan heran. Seorang Profesor Snape memintanya untuk menemani ?
"Aku tidak terbiasa dengan lingkungan seperti ini," Snape mencoba tersenyum getir, "kekanak-kanakan sekali, bukan ?"
"Tidak juga, " Lyra mencoba untuk tidak terlihat salah tingkah, "apa yang Anda inginkan untuk saya lakukan, Profesor ?"
"Apa sajalah. Duduk di situ saja juga tidak apa-apa,"
"Kemarikan tangan anda," Lyra meraih tangan kiri Snape, yang segera diprotes.
"Apa yang kau lakukan ?"
"Mencoba membuat Anda santai. Nampaknya Anda terlalu tegang, akan sukar tidur. Tidak baik bagi kesehatan," Lyra mencari titik-titik tertentu di pergelangan tangan Snape.
"Liver Anda nampaknya tidak dalam kondisi yang baik, Profesor," gumam Lyra, "Anda tidak begitu suka beristirahat rupanya,"
"Bekerja menjauhkanku dari masalah, atau memikirkan masalah," lirih seolah berujar pada dirinya sendiri.
"Tetapi tidak menyelesaikan masalah, bukan ?" Lyra kaget sendiri akan pernyataannya, "maaf, bukan maksud saya .."
"Kau betul. Aku hanya lari dari masalah," keluhnya. Seperti hendak melanjutkan, tetapi kata-katanya terhenti.
Lyra tidak bicara lagi. Ia meneruskan mencari titik nadi di pergelangan satunya.
"Bagaimana kau bisa mengetahui kondisi seseorang hanya dengan memeriksa nadinya ?"
"Ada tiga titik di tiap pergelangan tangan," Lyra menunjukkan, "dan ada dua macam perabaan untuk tiap titik tadi. Seluruhnya ada duabelas macam perabaan nadi," Lyra memberi contoh, "titik yang ini, misalnya, dengan perabaan dangkal menunjukkan keadaan paru-paru, dengan perabaan dalam menggambarkan kondisi usus besar,"
"Paru-paru Anda juga tidak dalam kondisi prima," Lyra melanjutkan.
"Kau tidak bisa mengharapkan kondisi paru-paru sempurna dari seseorang yang bekerja di ruang bawah tanah merebus ramuan, lebih dari duabelas jam sehari, bukan ?"
Pertanyaan yang tidak memerlukan jawaban.
"Lalu, bagaimana caramu memutuskan pengobatan apa yang diperlukan ?"
"Kepercayaan Cina mengenal adanya keseimbangan dua prinsip, Yin dan Yang. Tidak ada sesuatu yang mutlak Yin maupun mutlak Yang. Selain itu, dikenal pula lima unsur energi, yang biasa dikenal sebagai Wu Hsing, yaitu unsur kayu, api, tanah, logam, dan api. Kelimanya saling menghidupi, tapi juga saling memusnahkan. Kayu menghidupkan api, api memperkuat tanah, tanah memperkuat logam, logam memperkuat air, dan air memperkuat kayu. Sebaliknya kayu juga memusnahkan tanah, yang memusnahkan air, yang memusnahkan api, yang memusnahkan logam, yang memusnahkan kayu."
Lyra merasa bagai seorang guru yang sedang memberi pelajaran di depan kelas, hanya saja muridnya … Snape …
"Lalu .."
"Dalam ilmu pengobatan, semua organ berkaitan dengan unsur ini. Limpa adalah unsur kayu, paru-paru adalah unsur api, jantung adalah unsur tanah, liver adalah unsur logam, dan ginjal adalah unsur air."
"Jika liver seseorang terganggu, berarti livernya dikuasai oleh unsur api. Dan karena api dapat dimusnahkan oleh unsur air, maka pengobatannya adalah dengan menggunakan sesuatu yang mengunakan unsur air."
"Sesederhana itu ?"
"Ya, nampaknya. Tetapi saya belajar tiga tahun penuh pun baru menguasai dasar-dasarnya saja," Lyra melanjutkan, "temperamen seseorang juga memiliki peran atas kondisi organ-organ tubuh seseorang. Kemarahan merusak energi liver, kegembiraan merusak jantung, kesedihan merusak paru-paru, kesusahan merusak limpa, ketakutan merusak ginjal,"
"Apakah kau mencoba mengatakan bahwa .. aku hidup dalam kemarahan dan kesedihan ?"
"Saya tidak mencoba mengatakan apa-apa, Profesor,"
Lyra menggigit bibir. Kebiasaannya ceplas-ceplos harus agak direm, kalau begini caranya. Dia sudah hampir lupa --berapa tahun sudah sejak ia meninggalkan Hogwarts ?-- bagaimana berhadapan dengan seorang Profesor Snape, yang begitu sensitif.
Lyra menyimpan kembali tangan Snape ke balik selimut, tidak tahu harus berkata apa lagi.
Mata Snape terpejam. Napasnya nampak mulai teratur. Lyra meredupkan lampu, lalu keluar dari bilik itu, menutup tirainya.
"Lyra .."
Tangan Lyra yang baru menutup tirai sebagian terhenti.
"Ada sesuatu yang anda inginkan, Profesor ?"
"Terima kasih .. sekali lagi .."
Lyra mengangguk, "sama-sama. Selamat malam, Profesor,"
"Selamat malam,"
Lama setelah Lyra masuk ke kamarnya, dan mencoba untuk tidur, baru disadarinya bahwa Snape tidak memanggilnya 'Miss Fern' seperti biasanya.
Ia memanggilnya 'Lyra'.
Dinihari Severus Snape terbangun. Sesaat ia bingung di mana ia berada, namun segera menyadarinya. Rumah sakit.
Snape mengutuk dirinya sendiri yang telah begitu lalai hingga memperlihatkan kelemahannya. Meminta pertolongan orang lain. Hal yang tidak akan dilakukannya, semasa masih menjadi ... benarkah ia masih menjadi seorang Pelahap Maut ?
Snape mengutuk dirinya sendiri yang telah membiarkan dirinya begitu dekat dengan seseorang. Seorang perempuan. Snape memejamkan mata, berusaha mengusir kenangan yang menghampiri. Perempuan yang pernah begitu dekat dengannya. Yang ia harapkan dekat dengannya.
"Severus, kita bersahabat baik, bukan ?"
"Tentu saja Lily, ada apa ? Ada sesuatu yang bisa kubantu ?"
"Kau bisa menyimpan rahasia ?"
Snape mengangguk
"Aku .. sangat menyukai James. Aku .. yah, bisa dibilang, … emm, mencintainya," wajah perempuan itu memerah. "Tetapi aku tidak tahu bagaimana mengungkapkannya. Aku tidak tahu apakah dia juga …"
Snape tidak tahu harus mengatakan apa.
Beberapa bulan kemudian …
"Severus, terimakasih .." Pada hari ulangtahunnya beberapa hari yang lalu, Snape menghadiahinya bros perak berbentuk naga melingkari mawar. Snape berharap dia mengerti, bahwa …
"Sama-sama .. Lily, apakah kau baik-baik saja ..?"
"Tentu. Aku bahkan sedang bahagia sekali .. kau tahu kenapa ..? James mengajakku makan malam. Kukira .. kukira .. dia akan menyatakannya malam ini …"
Tidak perlu menanyakan James akan menyatakan apa. Snape sudah dapat menebaknya. Dan itu sudah cukup baginya.
Sejak malam itu Lily dan James Potter seakan tak terpisahkan …
Snape menghela napas.
Tidak akan pernah lagi ia membiarkan siapapun dekat dengannya. Tidak akan pernah lagi ia membiarkan hatinya dilukai.
Tidak dulu.
Tidak juga sekarang.
Snape bangkit, meraih jubahnya yang tersampir di kursi di samping tempat tidurnya, dikenakannya. Lalu ia melangkah keluar dari rumahsakit. Kembali ke ruang bawah tanahnya. Ke tempatnya, yang seharusnya. Seperti biasanya.
You touched my life
With your softness in the night
My wish was your command
Until you ran out of love
Tell myself I'm free
Got the chance of livin' just for me
No need to hurry home
Now that you're gone
Knife,
Cuts like a knife
How will I ever heal
I'm so deeply wounded
Knife,
Cuts like a knife
You cut away the heart of my life
…
I've tried and tried
Blocking out the pain I feel inside
The pain of wanting you,
Wanting you
(Knife, by Rockwell)
