B A B 2
Harry tersentak. Ia bergegas menerobos masuk gedung, langsung menuju kamar kerja Hermione. Pintunya terbuka, dan di sana didapatinya Ron sedang kebingungan melihat Hermione tertelungkup di lantai.
Di sampingnya sebuah kuali masih mengepulkan asap tipis, tapi cukup menyesakkan. Kuali itu sudah tak berisi cairan lagi, melainkan berlapis kerak gosong kehitaman. Seperti ada yang meledakkan isinya.
Cepat Harry membantu Ron membalikkan tubuh Hermione. Dingin terasa di rabaan Harry, dan bibirnya pun nampak membiru. Jantung Harry seakan berhenti berdetak, dan nampaknya Ron pun sama terkesima-nya, sebab dia tak mampu berbuat apa-apa.
Namun Harry cepat tersadar, meraba nadinya, dan menghela napas lega. Masih ada. Meskipun denyutnya lemah. Sangat lemah, nyaris tak teraba.
"St Mungo ?" Harry minta kepastian Ron.
"Apapun, asal ia terselamatkan," Ron mengangkatnya dalam sekali gerak. Harry membuka pintu untuknya.
"Ke mana Mr Buttersworth, penjaga malam itu, kalau sedang diperlukan begini," gerutunya. Seakan menjawab gerutuannya, sedetik kemudian terdengar langkah-langkah kaki berlari mendekati mereka.
"Miss Granger, oh, .. Mr Potter, Mr Weasley, kenapa Miss Granger ?"
"Itulah yang kami ingin tahu, Buttersworth. Kami menemukannya sudah dalam keadaan begini," Harry tak sabar ingin segera membawa sahabatnya ke St Mungo.
"Aku tidak dengar apa-apa, sungguh .." penjaga tua itu nampak salah tingkah.
"Buttersworth, jika kau mencurigai sesuatu, kirim burung hantu beri tahu kami, OK ? Kami akan ke St Mungo sekarang,"
Penjaga tua itu manggut-manggut seperti boneka lepas pernya. Harry dan Ron tidak membuang waktu lagi, bergegas mereka berDissaparate dari situ.
Suasana serba putih melingkupi mereka. Jika ada Muggle yang tersesat di sini, mereka akan mengira berada di rumahsakit biasa. Tidak ada tanda-tanda bahwa ini Rumahsakit untuk Luka dan Penyakit Sihir. Kecuali, ya kecuali kalau kau melongok ke ruang penyimpanan dan peramuan obatnya. Bukan botol-botol zat kimia seperti yang ada di rumahsakit Muggle, tetapi jajaran kuali yang menggelegak berbagai warna dan bau yang amit-amit .. deh. Belum lagi rak-rak tempat penyimpanan bahan ramuan-ramuan itu, penuh stoples berisi makhluk dan tumbuhan entah apa namanya.
Tapi Harry dan Ron sama sekali tidak punya minat ke sana. Perhatian mereka hanya tertuju pada Hermione. Seorang tenaga medis-sihir sedang memeriksanya dengan seksama.
"Kalian menemukannya sudah begini ?" tanyanya minta kepastian.
"Betul," Ron menjawab tak sabar. Rasanya lama sekali petugas itu memeriksa. Ron jadi merindukan Madam Pomfrey, dia memang cerewet tapi piawai dalam bidangnya. Atau .. Lyra .. ya, kenapa tidak tanya Lyra saja ?
"Hmm," petugas itu kelihatan agak kebingungan, "kami belum pernah melihat yang seperti ini,"
"Ma'am," tanya Ron hati-hati, "bisakah kita periksa ke Laboratorium Riset saja ? Lyra, emm, maksudku Mrs Snape mungkin bisa menganalisanya,"
Petugas itu mengangguk, "Kami akan mengirim burung hantu padanya sesegera mungkin. Apakah kami bisa mendapat sampel ramuan yang sedang dikerjakannya ?"
Ron tersentak, "Kenapa bisa sampai lupa ! Tentu saja sampelnya harus diperiksa,"
"Biar aku ambil," Harry menawarkan diri, "kau jaga saja dia di sini,"
Harry berDissaparate, dan dalam hitungan menit ia telah kembali berApparate membawa sampel ramuan -tepatnya sampel kerak kuali yang telah gosong itu.
"Kualinya sampai mengering begini ?" petugas yang menerima tak habis mengerti.
"Emm, kami boleh menunggu di sini ?" tanya Ron yang nampaknya sudah lelah dengan segala remeh-temeh prosedur ini dan ingin segera mengetahui hasilnya.
"Tentu saja. Anda boleh menunggu di sini sampai Mrs Snape datang, biasanya beliau datang pagi-pagi,"
"Oh, jam berapakah sekarang ?" Ron melihat arlojinya, jam 4 subuh. Waktu berlalu tak terasa.
"Bagaimanapun kita perlu istirahat sejenak," Harry menyandarkan kepalanya pada sandaran kursi dan mencoba untuk memejamkan mata. Ron mengikuti, meskipun sebentar-sebentar ia terjaga memeriksa keadaan Hermione. Meskipun ia tahu tak ada yang dapat ia perbuat saat ini.
"Kenapa bisa seperti ini ?" Lyra bertanya seolah pada dirinya sendiri sambil terus memeriksa Hermione.
"Kami tidak tahu. Jam 8 saat berpisah, ia masih baik-baik saja. Ia bilang ada ramuan yang harus diaduk dan ditambah bahan-bahannya jam 10, makanya ia kembali ke kantor. Ia menjanjikan jam 11 sudah selesai, dan memintaku menjemputnya," Ron menjawab dari balik tirai.
"Dia bilang ramuan apa ?"
"Tidak. Hanya, katanya bukan urusan dinas. Tapi proyek pribadi,"
"Hmm," Lyra selesai memeriksa dan keluar dari bilik, "keadaannya stabil. Tetapi ia kehilangan kesadaran. Dan tidak bisa terus dibiarkan begini," ia memandang pada wajah Ron yang cemas, "aku akan menganalisa sampel yang kau bawa. Pulanglah dulu. Istirahat, atau cari makanan. Nanti kalau sudah ada hasilnya, akan kukabari,"
"Tapi ..,"
"Di sinipun kau tidak bisa berbuat apa-apa bukan ?"
Ron terpaksa mengakui. Tetapi Harry harus menggamitnya dulu baru ia mau meninggalkan sisi pembaringan Hermione.
Hari sudah menjelang sore ketika Harry kembali ke kamar Hermione di St Mungo. Ron sudah sedari tadi kembali ke sana, sedang terpekur duduk di sisi pembaringan menggenggam tangan Hermione.
"Ada perubahan ?"
Ron menggeleng, "Lyra belum selesai menganalisa. Rupanya dia menemui kesulitan," Ron menggeser kursinya agar Harry bisa menempatkan kursinya sendiri di sampingnya.
"Kau sendiri ?"
"Aku ke kantor tadi, mengerjakan tugas rutin, dan memintakan ijin untukmu. Bos setuju, dan ia bahkan memerintahkan agar kasus ini diusut,"
"Oya ? Satuan tugas siapa ?"
"Tim Elite 105," Harry nyengir. 105 itu nama tim mereka berdua, partner as always.
Ron terpaksa nyengir juga, "Kau pakai pengaruh apa sehingga Bos mau menugaskannya pada kita ?"
"Tak pakai apa-apa," Harry berahasia, "Cuma sedikit pasang wajah memelas,"
"Aku tak percaya kau bisa pasang wajah memelas," Ron melengos.
"Sudahlah, pokoknya, sementara kau diam saja di sini, aku sudah mengumpulkan sedikit barang bukti," Ron tertarik dan memperhatikan barang-barang yang dikeluarkan Harry dari ranselnya.
"Menurut Buttersworth, sehari sebelumnya Hermione menerima sebuah paket tanpa nama pengirim. Tak jelas burung apa yang mengirimkannya, karena pagi-pagi benar sebelum semua orang datang, paket itu sudah ada di depan pintu Puslitbang dengan nama Hermione Granger di atasnya," Harry mengeluarkan setumpukan kertas, yang rupanya terdiri dari bekas kertas pembungkus, dan kardusnya.
"Sudah dicek, dan hasilnya, kertas-kertas ini bukan berasal dari Inggris. Mungkin dari suatu negara di Amerika Latin, belum ada kepastian negara mana," Harry mengeluarkan lagi sebuah botol bulat kecil berleher panjang berwarna perak. Botol itu bersumbat kayu, dan ada lempengan logam kecil tipis tergantung pada sumbat itu. Sepertinya itu segelnya.
"Ini nampaknya isi paket itu, karena Buttersworth tidak mengenali sebagai milik Hermione," botol itu berpindah tangan pada Ron. Ia meneliti botol itu dari atas hingga ke bawah, dan nampaknya tidak ada sesuatupun yang dikenalinya.
"Lagi-lagi sumbat kayu itu dikenali sebagai kayu khas daerah Amerika Latin, tetapi belum di .."
"belum diketahui negara mana," Ron langsung menyambar, disambut dengan anggukan Harry.
"Ada suratnya," Hary menyodorkan selembar perkamen dengan tulisan besar-besar dan jelek, atau memang sengaja dibuat jelek agar tak bisa diidentifikasi ?
Ron membacanya:
AKU INGIN TAHU SEBERAPA PINTAR ORANG KEMENTRIAN MENGIDENTIFIKASI RAMUAN INI DAN MEMBUAT PENAWARNYA. AKAN KUSEBARKAN DI SELURUH LONDON TANGGAL 23 SEPTEMBER 2002. CEPATLAH …..
Ron mengembalikan perkamen itu, tanpa bersuara sedikitpun.
Harry masih meneruskan menjelaskan, "Perkamen inipun dibuat dari kulit binatang jenis yang tidak ada di Inggris,"
"Biar kutebak, Amerika Latin ?" Ron mengulang penjelasan sebelumnya.
Harry mengangguk.
"Apa Hermione punya musuh di Amerika Latin ?"
"Aku tidak tahu. Atau, kalau surat ini benar, yang kukira hanya gertakan saja, apakah Kementrian punya musuh di Amerika Latin ?"
"Inggris pernah berperang dengan Argentina memperebutkan Falkland," Ron sok tahu.
"Itu urusan Muggle, Ron,"
"Kita tidak tahu apa ada penyihir yang ikut berperang,"
Harry membenarkan, tetapi tetap saja ia tidak bisa percaya motif ini. Ia sedang mencari-cari argumentasi untuk membantah teori Ron, ketika Lyra memasuki bilik Hermione.
"Bagaimana ?" tanya keduanya nyaris berbarengan.
"Aku tidak dapat mengidentifikasi ramuan ini. Secara garis besar, aku hanya sebatas mengenali, ini adalah ramuan ilmu Hitam,"
Harry dan Ron merasa tidak terkejut sama sekali dengan pernyataan ini.
"Lyra, Harry menemukan ini," Ron menunjukkan bukti-bukti yang dibawa Hary tadi, "apakah kau pikir bisa mengenalinya?"
Lyra mengamati semuanya, kemudian perhatiannya tertuju pada botol keperakan itu. Ia membolak-baliknya, melihatnya dalam cahaya lampu, sebelum menunjukan pada mereka apa yang menjadi pusat ketertarikannya.
"Lihatlah, pola-pola tekstur permukaan botol ini kalau dilihat dalam cahaya lampu menunjukkan apa ?"
Harry dan Ron berusaha keras untuk melihat apa yang dilihat Lyra.
"Inisial nama ? Huruf L dan apa ya .." Harry sia-sia menyipitkan matanya berusaha mengenali huruf kedua yang meliuk membingungkan. Ron pun nampak tak dapat menangkap huruf apa itu.
"Kurasa Severus tahu ini," Lyra memutuskan, "kalian ikut ? Hermione tidak akan apa-apa ditinggal sebentar di sini," sahutnya menjawab keraguan di mata Ron.
"Mm, baiklah. Di sini terus juga tidak ada yang bisa kuperbuat," Ron akhirnya setuju.
Hogwarts. Seperti apa ya, setelah mereka tinggalkan beberapa tahun lalu ?
