CHAPTER II : HECTIC MEETING

Molly Weasley P.O.V

Dapur di Grimmauld Place belum pernah seramai ini, seluruh anggota order hadir di sana untuk pertemuan membahas dua serangan Death Eater di Diagon Alley dan Azkaban.

Beberapa dari mereka baru mengetahui bahwa dua serangan tersebut hanya untuk pengalih perhatian karena tujuan utama dari serangan itu adalah Harry Potter.

Terutama mereka yang berada di Diagon Alley mengetahui bahwa serangan itu hanya serangan palsu karena tidak berapa lama setelah terlihat sebuah cahaya putih dari kejauhan, para Death Eater langsung pergi berapparate.

Molly Weasley berjalan mondar-mandir di dapur rumah keluarga Black yang kini merupakan rumahnya Harry karena Sirius telah mewariskannya kepada anak baptisnya.

Suaminya belum kembali bersama Dumbledore dari mengecek keadaan Harry di rumah paman dan bibinya. Molly yang pada saat serangan tengah berada di Diagon Alley bersama dengan kedua anak kembarnya di toko milik mereka tengah mengkhawatirkan keadaan Harry yang sudah dia anggap seperti anaknya sendiri.

Dia hanya mengetahui bahwa sesuatu telah terjadi kepada Harry karena beberapa saat setelah para Death Eater pergi, Dumbledore langsung berapparate dan suaminya memberitahunya bahwa Dumbledore akan pergi ke tempat Harry.

Molly lalu menyuruh suaminya, Arthur untuk menyusul Dumbledore karena dia harus merawat anaknya George yang terluka di bagian kepala karena ikut dalam pertempuran melawan Death eater.

Kemudian Albus Dumbledore berjalan masuk ke tempat pertemuan dengan langkah yang berat, dibelakangnya berdiri Remus Lupin dan Arthur Weasley, keduanya bermuka muram. Sedangkan Dumbledore tampak lebih tua dari sebelumnya dan tidak ada lagi kedipan di matanya.

"ALBUS! APA YANG TERJADI! BAGAIMANA DENGAN HARRY?"

Teriakan Molly Weasley terdengar sampai penjuru rumah dan tidak meleset dari kuping Ron Weasley dan Hermione Granger yang juga berada di rumah tersebut sejak pertengahan musim panas.

Dumbledore mengangkat tangannya dan menyuruh seluruh anggota Order untuk duduk agar pertemuan bisa dimulai. Dengan segan Molly akhirnya duduk di salah satu kursi di sebelah suaminya.

Ketika seluruh anggota telah duduk, tiba-tiba pintu dapur terbuka dengan keras lalu terlihat Ron dan Hermione masuk ke dapur dengan tergesa-gesa, dibelakang mereka juga menyusul Ginny Weasley.

"Ada apa dengan Harry? Apa dia baik-baik saja?" Ron berkata dengan terburu-buru karena mengkhawatirkan sahabatnya.

"Apa yang kalian lakukan di sini? Ini pertemuan khusus anggota Order! Ayo keluar kalian masih belum cukup umur…!

Molly berusaha agar anak-anaknya tidak mendengar apa yang terjadi kepada Harry karena dari ekspresi muka Dumbledore dan suaminya, dia sudah memperkirakan yang terburuk telah terjadi kepada 'anaknya' yang ke 8.

Tetapi Dumbledore menahan Molly Weasley dari mengusir ketiga remaja tersebut dari dapur.

"Tidak apa-apa Molly, mereka berhak tahu apa yang terjadi pada Harry."

Dumbledore lalu dengan perlahan mengayunkan tongkatnya dan tiga buah kursi muncul di hadapan mereka, "Silakan duduk."

Setelah ketiga Gryffindor duduk di kursi, seluruh perhatian kini tertuju kepada Dumbledore yang tampak sangat lelah sekali seperti dia baru saja bangun dari koma yang panjang.

Para anggota order yang telah lama mengenal Dumbledore, seperti Mad-eye Moody tidak pernah melihat Dumbledore seperti ini. Mereka tidak pernah melihat Dumbledore terlihat begitu…hancur.

Dumbledore terlihat seperti orang yang telah kehilangan hasrat untuk hidup dan seluruh harapan telah hilang dari bumi ini.

Dumbledore akhirnya berkata dengan suara yang berat, "Saya akan langsung mengatakannya."

Hermione tampak begitu tegang mendengar kata-kata Dumbledore dan tangannya meremas tangan Ron dengan keras karena sama seperti Mrs. Weasley, dia juga telah membayangkan yang terburuk telah terjadi kepada salah satu sahabatnya, dan bayangannya terwujud bagaikan mimpi buruk setelah Dumbledore mengatakan kata-kata berikutnya dengan susah payah seperti orang sekarat yang hendak mengucapkan kata-kata terakhirnya.

"Harry sudah tewas."