CHAPTER V : WAR DECLARATION
Chang's residence, 1996
Seorang gadis muda berumur 17 tahun terbangun dari tidurnya yang lelap. Gadis ini bangun dengan semangat karena hari ini adalah waktunya untuk kembali bersekolah. Dan itu artinya dia bisa kembali bertemu dengan pacarnya, Harry Potter. Mereka terakhir bertemu tiga hari yang lalu di Diagon Alley. Di sanalah hubungan mereka diresmikan.
Dengan langkah ringan Cho Chang menuruni tangga rumahnya menuju ruang makan untuk sarapan bersama keluarganya. Ketika memasuki ruang makan, Cho mendapati ibu, ayah, dan adik perempuannya memasang muka muram.
"Pagi." Sapanya. Tetapi melihat ekspresi wajah keluarganya, dia harus bertanya, "kenapa kalian? Apa Sun kembali membakar pancakenya?" Cho tertawa kecil. Moodnya sedang terlalu bagus pagi ini, tetapi ketiga keluarganya tidak memberikan reaksi apa-apa. Dan ini semakin membuat Cho penasaran.
"Oke, ada apa ini? Kenapa tampang kalian semua cemberut begitu?" Cho kemudian melihat ibunya sedang memegang Koran Daily Pophet dengan tangan yang gemetar.
Mrs.Chang tidak tahu harus berkata apa. Baru tiga hari yang lalu pada malam hari ketika Cho baru pulang dari Diagon Alley, dia melihat anaknya begitu kegirangan ketika memberitahu ibunya bahwa kini dia adalah kekasih dari laki-laki pujaannya.
"Apa ada sesuatu yang terjadi? Ada di koran?" Cho langsung menyambar Daily Prophet dari tangan ibunya sebelum sempat dicegah.
Ketika membaca headline dari koran yang ada di tangannya, Cho langsung merasa jantungnya berhenti berdetak dan dia merasa sulit bernapas. 'Tidak, ini tidak mungkin. Tidak….Harry….' Cho kehilangan kekuatannya dan terjatuh pingsan.
Mr.Chang langsung menolong Cho dan dia bersama dengan istrinya membawa putri sulung mereka ke kamarnya.
Sementara itu, putri mereka yang satu lagi, Sun Chang, mengambil koran Daily Prophet yang tadi dijatuhkan kakaknya. Dia belum sempat membacanya. Dia hanya tahu judul utamanya yang berbunyi,
THE BOY WHO LIVED TEWAS DI TANGAN PANGERAN KEGELAPAN
Asrama Ravenclaw, Hogwarts, 1976
Harry Parker keluar dari kamar asrama pria bersama dengan teman sekamarnya, Kingsley Shacklebolt dan Frank Longbottom. Mereka bertemu dengan Lily Evans dan Alice Prewett dan mereka berlima pergi bersama-sama untuk sarapan di aula besar.
Ketika berjalan di koridor Hogwarts, banyak anak-anak Hogwarts yang menoleh ke arah Harry. Dia sempat mendengarkan bisikan-bisikan segerombolan gadis yang memakai emblem Gryffindor ketika dia melewati mereka.
"Dia anak baru itu ya?"
"Aduh, dia ganteng sekaliiii….."
"Kau sudah perhatikan badannya? Atletis sekali…."
"Beruntung sekali si Evans, dia sudah ada James Potter yang mengejar-ngejarnya, kini dia dekat sekali dengan anak baru itu…"
Harry sudah terbiasa jadi bahan gosipan orang. Tapi benarkah dia ganteng dan atletis? Dia baru tahu hal itu. Memang latihannya selama musim panas sudah sedikit membentuk tubuhnya, tapi kalau ganteng dia tidak tahu.
Mereka akhirnya sampai di aula besar dan bisikan-bisikan para gadis Hogwarts masih bisa didengarnya.
"Wahhh, dia ganteng sekali…."
"Sayang sekali dia tidak masuk ke Hufflepuff…"
"Menurutmu kalau kita ajak dia mau duduk di sini…..?"
Ketika duduk, Kingsley berbisik di telinganya. "Aku menyesal menjadikanmu temanku Harry, gara-gara kau kini persaingan merebut gadis-gadis jadi lebih susah."
"Apa maksudmu?"
"Oh, jangan pura-pura bodoh. Kau lihat sendiri bagaimana mereka memandangmu, kurasa mereka tidak akan menolak apabila kau meminta mereka untuk 'menghabiskan waktu' denganmu di salah satu ruangan kebersihan. Benar tidak Frank?" Kingsley menyeringai.
"Benar sekali, asalkan jangan lakukan itu pada salah satu gadis Ravenclaw." Ucapnya sambil melirik ke salah satu gadis Ravenclaw yang duduk di dekatnya.
"Yang kau maksud dengan gadis Ravenclaw itu Alice kan?" Goda Kingsley.
"Oh, diam kau."
"Aku heran kenapa sampai sekarang kalian tidak mengatakan bahwa kalian saling menyukai."
"Kingsley!" Peringat Frank.
"Bagaimana menurutmu Harry? Apa mereka cocok bersama-sama?"
"Jujur saja aku tidak tahu. Aku baru saja mengenal mereka, Kingsley." Jawab Harry.
"Seharusnya kau lebih sering melihat mereka. Frank dan Alice sering sekali bertengkar seperti sepasang suami-istri."
"KINGSLEY!"
Harry tersenyum. Frank dan Alice sangat mengingatkan dia kepada Ron dan Hermione.
Ron dan Hermione. Ingatan akan kedua sahabatnya membuat buruk mood Harry. 'Apa aku bisa bertemu dengan mereka lagi?'
"Harry. Kau baik-baik saja?" Tanya Frank yang duduk di hadapannya.
"Apa? Oh,iya. Aku baik-baik saja?" Harry berbohong.
Dia lalu meminum seteguk penuh jus labu untuk menenangkan dirinya. Tetapi efek yang didapatkan tidak seperti yang dia harapkan. Jus labu yang dia minum ini sangat berbeda. Rasanya seperti dia memasukkan api ke dalam mulutnya dan rasanya sangat membakar. Ketika cairan itu sampai ke tenggorokannya, dia merasa ada lonjakan dalam dirinya dan Harry mulai menyemburkan api dari mulutnya. Api tersebut menyerang ke arah Frank yang duduk di hadapannya dan membakar seragam Frank.
Terdengar ledakan tawa dari meja Gryffindor. "Ha-ha-ha-ha-ha-ha-ha……"
Harry membalikkan badannya dan melihat para anggota Marauder minus Remus dan sebagian anak-anak Gryffindor tertawa terbahak-bahak dan menunjuk-nunjuk Harry.
"POTTER! APA YANG TELAH KAU LAKUKAN!" Teriakan ini berasal dari Lily yang berada di sebelah Harry.
Harry melihat Frank sedang kelabakan karena seragamnya sedang kebakaran. "Api…api….tolong…." Dengan segera Harry mengeluarkan tongkatnya dan mengeluarkan air dari tongkatnya untuk memadamkan api. Dia melakukan ini walaupun dengan masih terbatuk-batuk.
"Fiuhh…thanks Harry." Ucap Frank dengan lega.
"POTTER! KATAKAN, APA YANG KAU LAKUKAN PADA HARRY!" Lily berteriak lagi kepada James.
Ketika pulih dari tawanya, James berkata, "Oh ayolah, bunga lily-ku. Apa yang membuatmu berpikir aku ada sangkut pautnya dengan apa yang terjadi pada Parker?"
Proffesor McGonagall mendekati James. "Mr.Potter. Detensi untukmu dan dua puluh angka dari…" Tetapi James memotongnya.
"Tapi Professor, seharusnya bukan aku yang terkena hukuman. Kalau ada yang harus terkena hukuman, maka orangnya yang si Parker." Protes James sambil berdiri.
"APA!" Tidak diragukan lagi teriakan siapa itu.
"Apa maksudmu Potter? Kenapa Mr.Parker yang harus terkena hukuman. " Tanya McGonagall.
"Jelas sekali Professor, kalau aku tidak salah lihat, yang Parker perlihatkan tadi adalah reaksi dari orang yang meminum Fire Whisky. Dan di sekolah ini tidak diperbolehkan ada minuman keras seperti itu, apalagi meminumnya. Maka jelas sekali siapa yang harus dihukum." Jelasnya dengan sok pintar dan mendapat anggukan setuju dari beberapa anak Gryffindor. James rupanya mempunyai pengaruh yang cukup besar di asramanya.
"Yang benar saja Potter. Harry tidak mungkin dengan sengaja membawa Fire Whisky dan meminumnya di aula besar. Itu tidak masuk akal." Sanggah Lily.
"Benar juga. Lagipula cara minumnya tadi menandakan dia tidak tahu apa yang dia minum. Kalau dia tahu, Mr.Parker tentunya akan meminumnya dengan hati-hati." Ucap McGonagall.
"Kalau begitu pertanyaannya sekarang adalah siapa yang telah menukar isi gelas Parker dengan Fire Whiskey." Ucap James tampak berpikir keras.
"Tentu saja kau yang menaruhnya Potter." Tuduh Lily.
"Oh, apa kau punya bukti, Evans?" Kali ini Sirius yang berbicara membela sahabatnya.
"Tidak perlu bukti. Siapa lagi yang punya kebiasaan murahan ini selain kalian."
"Oh, Evans. Kau melukai hatiku. Aku tak percaya kau memandangku serendah itu" James berkata dan mendapat kikikan dari sejumlah gadis.
Ketika Lily hendak membalasnya lagi, McGonagall bicara. "Kepala sekolah. Bagaimana ini?" Dia memandang Dumbledore yang tampak terkesan dengan apa yang terjadi. Terlihat dari kedipan matanya yang menggila. Dia pun tampaknya tidak berniat untuk membantu menyelesaikan masalah ini.
"Kepala sekolah?" McGonagall bicara lagi dengan putus asa.
"Sudahlah Professor." Ucap Harry. Kini dia berdiri menghadap para marauder. Efek dari fire whisky tampaknya sudah hilang.
"Apa maksudmu Harry. Kau tidak bisa membiarkan begitu saja perbuatan mereka." Ucap Lily.
Harry hanya tersenyum kepada Lily dan membuat wajah Lily menjadi merah. James dengan jelas melihat hal ini.
"Siapa bilang aku akan membiarkan begitu saja perbuatan mereka?" Harry lalu mengangkat tangan kanannya dan menjentikkan jarinya. Setelah itu dia berbalik untuk kembali duduk dan menyelesaikan sarapannya.
Semua orang kebingungan dengan perbuatan Harry. Sementara itu para anggota marauder hanya tertawa melihat perbuatan tak berarti dari Harry.
"Ha-ha-ha-ha-ha…..apa gnay uak nakukal rekrap?" Wajah James langsung panik setelah dia bicara.
"Semaj? Apanek uak?" Kali ini giliran Sirus yang panik.
"Apa gnay idajret?" Pekik Wormtail.
"Ho kadit, atik aracib kilabret." Kali ini Remus yang bicara terbalik.
Bukan hanya mereka yang bicara terbalik. Tetapi semua anggota asrama Gryffindor mengalami hal yang serupa. Dan ini membuat seluruh penghuni aula besar yang bukan anak Gryffindor meledak dalam tawa. Terutama anak-anak Slytherin.
"Parker! Apa yang telah kau lakukan? Kembalikan mereka seperti semula!" Perintah McGonagall.
"Tapi Professor. Apa yang telah kulakukan? Aku tidak melakukan apa-apa." Harry memasang wajah tidak bersalah.
"Parker, kau…."
"Sudah cukup, Minerva. Dari yang kulihat, Mr.Parker hanya menjentikkan jarinya dan duduk di tempat itu. Tentu saja ada tidak mengira dia ada sangkut pautnya dengan hal ini kan?" Professor Dumbledore ternyata telah menghampiri mereka.
"Tapi kepala sekolah…." McGonagall protes.
"Kita tidak punya cukup bukti untuk mengatakan bahwa Mr.Parker-lah yang bertanggung jawab atas … eh …hal unik yang menimpa murid-murid Gryffindor ini. Begitu juga kita tidak bisa membuktikan keterlibatan Mr.Potter dan kawan-kawannya dalam menukar isi dari gelas Mr.Parker dengan fire whisky. Kita anggap saja kejadian ini sebagai sesuatu yang menghibur dan kita tidak usah menghukum mereka."
Terdengar nada protes yang tidak jelas dari meja Gryffindor. "Tapi bagaimana dengan murid-muridku. Bagaimana cara mengembalikan mereka seperti semula?" Tanya McGonagall.
"Tenang saja. Kalau aku tidak salah lihat. Minuman mereka tampaknya telah dicampur dengan ramuan yang bernama limpezza. Mereka bisa bicara normal lagi dalam enam jam." Dumbledore melihat ke arah Harry dan mengedipkan matanya saat mengatakan ini.
"Enam jam? Bagaimana mereka bisa mengikuti pelajaran hari ini?" McGonagall panik. Tetapi Dumbledore hanya tertawa kecil dan melangkah menjauh.
"Harry? Bagaimana kau bisa melakukannya?" Tanya Kingsley ketika mereka dan serombongan anak Ravenclaw yang lainnya sedang berjalan di koridor untuk memulai kelas ramuan mereka.
"Melakukan apa?"
"Oh, ayolah. Jangan pura-pura bodoh. Aku tahu pasti kau yang melakukannya. Tapi bagaimana caranya?"
"Benar Harry. Kasih tahu kami. Yang tadi cool sekali." Ucap Frank.
"Aku setuju. Akhirnya ada juga yang bisa memberi pelajaran pada si sombong Potter." Lily berbicara dengan nada puas.
Harry diam saja. Dan ini hanya membuat yang lainnya semakin penasaran dan terus memborbardirnya dengan pertanyaan.
"Oke-oke…asalkan kalian berhenti menanyaiku." Ucap Harry.
"Pagi-pagi sekali ketika kalian berdua masih mendengkur, aku pergi ke dapur sekolah dan mengatur beberapa hal dengan para peri rumah untuk menaruh sesuatu di jus labu yang akan diberikan di meja Gryffindor."
"Jadi kau menaruh suatu ramuan di jus labu mereka yang hanya aktif apabila kau menjentikkan jarimu?" Tanya Lily.
Harry mengangguk dan semua sangat terkesima mendengar tindakan Harry.
"Dari mana kau mendapat ide itu? Apa kau sudah tahu mereka akan menjahilimu atau memang dari semula kau hendak menjahili mereka?" Tanya Frank Longbottom.
"Yah…let's just say kalau aku sudah tahu cukup banyak mengenai para Marauder sehingga membuatku siaga."
"Oh, karena apa yang aku ceritakan kemarin di kereta?" Tanya Lily.
Harry tersenyum. Dia tidak mungkin mengatakan kepada mereka kalau dia tahu hampir semuanya tentang the marauder dari Remus Lupin masa mendatang. Bahkan ide untuk membuat mereka bicara terbalik juga dia dapatkan dari buku 'The Secret to Mischief Act' yang ditulis oleh mereka.
Mereka berbelok di koridor dan langsung berhadapan dengan…kejutan….The Marauder.
James dan Sirius memandang tajam ke arah Harry. Wormtail tampak ketakutan saat melihat Harry. Sementara itu Remus hanya tersenyum kecil. Harry merasa bersalah karena Remus dan anggota Gryffindor yang lain ikut terkena efek dari siasat Harry. Tapi harus bagaimana lagi?
Mereka hanya bertatap-tatapan selama beberapa waktu sampai akhirnya Harry berbicara. "Ayolah teman-teman, mereka tampaknya belum mengembangkan tahap kedua dalam berkomunikasi. Mereka baru mencapai tahap menatap. Ayo, kita akan terlambat ke kelas kalau begini terus."
"Rekrap!" Ucap James.
"Oh, aku salah mengira. Mereka sudah sampai tahap berbicara rupanya. Hanya saja bicaranya baru sampai tahap Troll." Kata Harry dan disambut tertawaan dari para Ravenclaw.
"Ini muleb rihkareb." Ucap James lagi.
"Dan sekarang tahap orang duyung." Tawa kembali keluar.
"Ini aynitra gnarep."
"Bicara yang jelas James!" Pinta Harry.
James lalu mengeluarkan tongkatnya. Harry siap siaga tetapi ternyata James hanya menulis di udara sama seperti yang dilakukan oleh Tom Riddle ketika di ruang rahasia.
Tulisan itu berbunyi,
INI ARTINYA PERANG
Harry mempertimbangkan dengan sejenak lalu berkata, "baiklah, perang kalau begitu."
Mereka berpisah dan Harry bersama teman-temannya masuk ke ruang bawah tanah kelas ramuan.
"Harry! Perang ini dalam hal apa? Apakah dalam hal lelucon saja atau dalam artian yang sebenarnya?" Tanya Lily ketika mereka masuk.
"Kenapa Lily, apa kau mengkhawatirkanku atau kau mengkhawatirkan James?" Tanya Harry dengan menyeringai.
"Aku mengkhawatirkan Potter? Itu tidak mungkin, aku…."
"Sudah-sudah, ambil tempat duduk masing-masing." Perintah guru ramuan mereka.
Guru ramuan di masa ini bernama Professor Silvermoon. Dia adalah seorang wanita tua dengan ubannya yang banyak dan memakai kacamata.
Dalam kelas ramuan O.W.L ini Ravenclaw bergabung dengan Slytherin. Professor Silvermoon memasangkan setiap anak Ravenclaw dengan anak Slytherin dalam mengerjakan ramuan torsibeen yang berguna dalam menyembuhkan luka akibat gigitan ular sabuka yang banyak terdapat di hutan terlarang.
Harry sempat melihat Bellatrix Black memandangnya dan hal ini kembali membuat perutnya terasa melakukan jungkir balik. 'Tidak, aku harus menghindarinya. Dia seorang pembunuh. Dia membunuh Sirius, ingat itu.' Tapi tanpa sadar Harry juga melirik ke arahnya dan melihat rambutnya yang indah terurai dengan sempurna ketika dia menggerakkan kepalanya.'Arrggggghhhh.'
Harry dipasangkan dengan Severus Snape. Harry mencoba menyapanya tetapi Snape tampaknya hanya perduli dengan ramuannya.
"Kau potong bahan-bahannya dan aku yang menakarnya oke?" Ucap Snape.
Harry akhirnya mengerti kenapa Snape bisa menjadi pengajar ramuan di masa mendatang. Dia sangat berbakat dalam membuat ramuan. Keahliannya dalam menakar jumlah tepat dari bahan yang harus dimasukkan ke dalam kuali benar-benar menakjubkan. Dan di akhir pelajaran, Professor Silvermoon menghadiahkan masing-masing sepuluh poin kepada Harry dan Snape yang paling cepat menyelesaikan ramuannya dengan sempurna. Professor Silvermoon sama sekali berbeda dengan Snape di masa mendatang. Tidak seperti Snape, dia tampaknya memperlakukan semua murid dengan adil.
'Jaman ini benar-benar menyenangkan.' Pikir Harry.
Riddle Manor, 1996
Lord Voldemort sedang mengadakan pertemuan dengan para Death Eaternya.
"Lucius." Desisnya.
"Ya tuanku." Seseorang dengan jubah death eater dan topeng perak maju sambil merayap dan mencium ujung jubah tuannya.
"Kau akan memimpin serangan ke kota Manchester. Serang di tempat yang ramai dengan muggle dan lakukan sesukamu. Sudah susah payah Lord Voldemort membebaskanmu dari Azkaban, kau jangan mengecewakanku lagi"
"Baik tuanku. Aku pasti tidak akan mengecewakanmu." Lucius Malfoy lalu mundur.
"Avery, kau memimpin serangan ke kota Birmingham. Dan Bella, kau pimpin serangan ke kota Norwich. Habisi semua muggle di sana."
"Baik tuanku." Ucap Avery dan Bellatrix bersamaan. Tak lama mereka semua berapparate pergi ke tempat tujuannya masing-masing dan hanya Lord Voldemort yang tersisa.
'Kini Potter telah mati, tidak ada lagi yang akan bisa menghentikanku. Tidak juga si tua bodoh Dumbledore. Dan tak lama lagi, aku sendiri akan menyerang … Hogwarts.'
"Hua-ha-ha-ha-ha-ha-ha-ha……….."
