Disclaimer: Harry Potter is belong to J.K Rowling

CHAPTER II : Remaja Terkaya

"Bangun"! duk duk duk, "bangun,sarapan". Suara bibi petunia membangunkan Harry. Waktu menunjukkan sekitar jam 8 pagi ketika dia bangkit dari tempat tidurnya.

Sebelum turun sarapan, Harry memutuskan untuk mandi terlebih dahulu.

Setelah sarapan dengan beberapa roti panggang, telur, dan jus, dia kembali ke kamarnya dan terpana ketika melihat burung phoenix milik Dumbledore, Fawkes, sedang melayan-layang di kamarnya. "Hallo Fawkes" kata harry pelan. Setelah menyadari kehadiran Harry, dia lalu menjatuhkan surat ke telapak tangan Harry. "Surat dari Dumbledore?" Harry bertanya. Fawkes mengeluarkan siulan-siulan kecil dan mengangguk-ngangguk. Harry lalu membaca sebuah pesan singkat dari kepala sekolahnya

Harry

Ada beberapa hal penting yang ingin aku bicarakan denganmu. Mohon temui aku di rumah Arabbella pagi ini jam 9.

AB

'Kira-kira apa yang dumbledore ingin bicarakan dengan aku?' pikir Harry. Apabila mengingat Dumbledore, maka Harry selalu teringat mengenai perbuatannya di Kantor kepala sekolah Hogwarts Juni lalu.

Dia yang begitu marah dengan Dumbledore menghancurkan barang-barang di kantornya. Walaupun Dumbledore kelihatan sama sekali tidak keberatan dengan perbuatannya, harry masih merasa malu untuk menemui Dombledore karena emosinya yang kekanak-kanakan waktu itu.

Harry tiba tepat waktu di rumah Mrs. Figg untuk pertemuannya dengan Dumbledore. Dia mengetuk pintu rumah dan disambut dengan senyum ramah dari tetangganya yang baru tahun lalu harry mengetahui bahwa Mrs Figg tahu mengenai dunia sihir mengingat dia seorang squib.

"Hallo Harry, silakan masuk, Dumbledore juga baru saja tiba. Dia sekarang sedang duduk dia ruang tamu."

Selama musim panas, hampir tiap hari Harry berkunjung ke rumah Mrs.Figg untuk minum teh dan berbincang-bincang mengenai dunia sihir. Mrs. Figg ternyata banyak mengetahui tentang sihir dan Harry merasa sangat nyaman setiap kali dia ke rumahnya.

Ketika Harry memasuki ruang tamu, dia melihat salah satu penyihir paling kuat di dunia itu sedang duduk sambil membaca beberapa lembar perkamen. Harry mengeluarkan suara batuk kecil untuk menandakan kehadirannya.

Proffesor Dumbledore yang mengenakan jubah merah berlambang Gryffindor mengalihkan perhatiannya kepada murid kesayangannya yang baru memasuki ruang tamu. "Ah Harry, tepat waktu, ayo duduk."

Setelah duduk, Harry menunggu Dumbledore untuk memulai perbincangan. Tetapi Dumbledore hanya memandanginya melalui kacamata setengah bulannya dengan pandangan penuh simpati.

Karena Dumbledore tidak juga berbicara, Harrylah yang mulai berbicara, "err… Professor, apa yang ingin anda bicarakan denganku?" Tanya harry dengan perlahan.

Dumbledore akhirnya mengeluarkan sesuatu dari mulutnya, "bagaimana kabarmu nak? Kau baik-baik saja?" Harry tidak menyangka akan mendengar pertanyaan ini dari Dumbledore.

Maksud kepala sekolahnya tentu bagaimana Harry menangani rasa dukanya karena kematian Sirius. Dia tidak tahu bagaimana menjawabnya dan hanya menjawab "aku baik-baik saja".

Dumbledore kelihatannya tidak percaya akan jawabannya dan hanya tersenyum kecil."Apakah kau sudah pernah menangis semenjak kepergiannya?" Dumbledore bertanya dengan hati-hati.

Sejujurnya Harry memang belum menangisi Kematian Sirius, dia merasa kalau dia menangis maka Sirius akan benar-benar pergi, dan sebagian dari dirinya masih berharap Sirius akan kembali lagi mengingat dia hanya terlempar ke sebuah tirai kuno dan tidak ada tubuh dingin dari Sirius sebagai bukti kematiannya.

Seakan membaca pikirannya, Dumbledore berkata,"kadang-kadang ada gunanya untuk menangisi kepergian orang yang kita sayangi, dengan begitu kita akan bisa menerima kematiannya."

"Walau bagaimanapun kau ingin percaya bahwa dia bisa kembali lagi, kau harus mengerti bahwa Sirius sudah meninggal."

"Tirai kuno di Departemen Misteri itu sampai sekitar tahun 1500 digunakan sebagai alat eksekusi. Sudah banyak penyihir-penyihir handal yang mencoba mengungkap misteri di balik 'Tirai Eksekusi' itu, dan banyak pula yang bereksperimen dengan memasuki tirai tersebut, dan tidak ada yang kembali. Akhirnya disimpulkan bahwa tirai itu merupakan gerbang menuju dunia kematian, dan aku percaya dengan kesimpulan itu."

"Aku percaya kalau orang yang kehilangan nyawanya dengan memasuki tirai sama sekali tidak mengalami penderitaan dan mereka meninggal dengan tenang. Aku juga percaya bahwa Sirius sekarang berada di tempat yang lebih baik bersama-sama dengan kedua orangtuamu dan memulai petualangan yang baru."

Semua perkataan Dumbledore mulai meresapi diri Harry dan tanpa disangka-sangka dia mulai menangis. Dia menangis tersedu-sedu sampai dia tidak menyadari kalau Dumbledore sudah meninggalkan kursinya dan mulai memeluknya sebagaimana seorang kakek memeluk cucunya.

"Semua salahku, kalau saja aku tidak begitu bodoh terpedaya oleh Voldemort, kalau saja aku datang terlebih dahulu ke Professor Snape, aku lupa kalau dia juga anggota order, kalau saja… . Harry menumpahkan semua penyesalannya masih dipelukan Dumbledore dengan berderai air mata.

Harry akan terus menyalahkan dirinya seandainya Dumbledore tidak menghentikannya dan berkata, "Harry, kita semua harus hidup dengan konsekuensi atas perbuatan kita. Kau tidak perlu merasa bersalah atas perbuatanmu. Kau melakukan apa yang kau kira benar dan itu sudah cukup. Kita tidak bisa memprediksikan hasil dari perbuatan kita dan kita tidak bisa selalu menyelamatkan semua orang. Yang penting adalah kita melakukan semua yang kita bisa dan apabila hasilnya tidak seperti yang kita harapkan, kita harus menerimanya karena banyak sekali hal-hal yang kita tidak ketahui di dunia dan kita hanya manusia. Itulah salah satu keistimewaan dari manusia, kita berbuat salah dan kita mengambil pelajaran dari kesalahan kita."

"Kau dan aku sama-sama manusia Harry, seperti yang kukatakan sebelumnya, aku juga tidak luput dari kesalahan yang mengakibatkan kematian ayah baptismu. Dan yang bisa aku janjikan adalah aku tidak akan mengulangi kesalahan tahun lalu dan akan membimbingmu dalam mencapai takdirmu".

Harry sudah mulai pulih dari kesedihannya dan mulai memikirkan perkataan Dumbledore mengenai takdirnya, yang dimaksud Dumbledore tentunya mengenai ramalan tentang takdirnya untuk melawan Voldemort.

"Kenapa semua hal ini selalu terjadi kepadaku? Aku tidak pernah menginginkan kehidupan ini. Kenapa aku tidak pernah bisa hidup normal seperti remaja pada umumnya yang bisa bersenang-senang tanpa harus mengkhawatirkan beban dunia di pundakku. Dan aku tidak yakin kalau aku punya kemampuan untuk mengalahkan Voldemort".

"Beberapa dari kita memang kadang-kadang tidak punya pilihan mengenai kehidupan kita. Dan percayalah padaku kalau aku sangat mengerti mengenai apa yang kau alami".

"Apa maksud anda?" Tanya Harry.

"Sewaktu aku baru saja memasuki jajaran staff pengajar di Hogwarts, aku ditakdirkan untuk mengalahkan penyihir hitam Grindelwald, karena itu aku mengatakan bahwa aku mengerti mengenai apa yang sedang kamu alami saat ini, walaupun umur saya pada waktu itu memang tidak semuda dirimu saat ini."

Harry terpana mendengar pernyataan dari Dumbledore, dia tidak begitu mengetahui tentang Dumbledore mengalahkan Grindelwald kecuali dari yang dia baca dari kartu Chocolate Frog yang mengatakan bahwa Dumbledore mengalahkannya pada tahun 1945.

"Bagaimana caranya anda mengalahkan Grindelwald, sir?" Harry bertanya kepada professornya.

"Aku baru bisa mengalahkan Grindelwald ketika umurku sudah melebihi 100 tahun, sebelumnya aku sudah sering melawannya tetapi baru bisa membunuhnya ketika pertempuran di Black Forest di Jerman" Dumbledore menjelaskan dengan tawa kecil seakan-akan mengingat kenangan indah ketika masih muda.

"Kalau begitu anda sekarang beru …".Tetapi sebelum Harry selesai bertanya, Dumbledore langsung menjawab" Tahun ini aku menginjak 156 tahun" .

"Alas, lihat waktunya, dan kita belum sampai ke tujuan dari pertemuan kita". Dumbledore bangkit dari sofa di mana Harry duduk dan kembali ke tempat duduknya yang semula dan menyerahkan dua lembar perkamen yang tadi dia baca ke Harry.

"Harry, para anggota order of phoenix selalu menyiapkan surat wasiat untuk berjaga-jaga kalau terjadi apa-apa dengan mereka, Sirius juga melakukannya. Walaupun dia merupakan buronan Kementrian, tetapi kementrian tidak mempunyai kuasa sama sekali terhadap Gringgots."

Dumbledore melanjutkan, "Seperti yang kau lihat di lembar pertama, Sirius mewariskan 70 persen dari uangnya kepadamu, sedangkan sisanya dia wariskan kepada Remus Lupin beserta seluruh properti keluarga Black, termasuk rumah di Grimmauld Place no 12. Sekarang kau hanya perlu menandatangani perkamen itu dan uangnya akan segera ditransfer ke lemari besimu di Gringgots".

Setelah selesai mendengar penjelasan dari Dumbledore, Harry hanya terdiam. Dia merasa tidak patut mendapatkan warisan dari Sirius mengingat Sirius mati karena dia.

Dumbledore tampak menyadari kegalauan Hati Harry, maka dia berkata, "Harry, apabila kau tidak menerima warisan ini maka uang Sirius akan jatuh kepada kerabat terdekatnya, yaitu Narcissa Malfoy dan Bellatrix Lestrange. Dan aku yakin kau tidak ingin kekayaan Sirius digunakan untuk mendanai rencana-rencana jahat Voldemort".

Setelah mendengar penjelasan yang masuk akal itu, Harry akhirnya membubuhkan tanda tangannya di perkamen tersebut dan menyerahkannya kembali ke Dumbledore.

Setelah puas atas keputusan harry, Dumbledore memberitahu berapa jumlah tepatnya dari 70 persen itu. "Harry, uang yang akan ditransfer ke lemari besimu tepatnya berjumlah 9.675.393 Galleon, 765 Sickles, dan 72 knut".

Mulut Harry terbuka lebar mendengar jumlah uang yang kini dia miliki. Dia tahu bahwa keluarga Black merupakan keluarga yang kaya, tetapi dia tidak menyangka mereka sekaya itu.

Mata Dumbledore tampak berkedip-kedip pertanda dia senang melihat reaksi dari Harry.

"Dan sekarang, kita lanjutkan ke perkamen kedua yang sekarang kau pegang", Dumbledore melanjutkan perbincangan mereka.

"Perkamen yang sedang kau pegang itu merupakan surat ijin yang harus kau serahkan kepada Gringgots supaya kau punya akses ke lemari besi keluarga Potter.

"Keluargaku punya lemari besi yang lain? Aku kira hanya lemari besi nomor 745 saja peninggalan dari orangtuaku" Harry keheranan.

"Tidak Harry, lemari besi yang selama ini kau gunakan hanya uang untuk keperluanmu semasa sekolah. Orangtuamu sebelum pergi ke tempat persembunyian mereka mempercayakan dua benda kepadaku."

"Yang pertama adalah jubah gaib yang harus aku berikan kepadamu ketika kau mulai bersekolah di Hogwarts. Sedangkan yang kedua adalah surat akses ke lemari besi keluarga Potter yang diinstruksikan oleh orangtuamu agar aku memberikannya kepadamu setelah kau berusia 16 tahun. Aku tahu ini agak lebih cepat dari jadwal, tapi aku ingin kau mendapatkannya sebelum memulai latihanmu".

"Latihanku sir"? Harry bertanya kepada kepala sekolahnya.

"Iya Harry, latihanmu. Setelah kau mendengar tentang isi dari Ramalan tentunya kau ingin mempersiapkan diri bukan"?

Harry hanya mengangguk menjawab pertanyaan dari Dumbledore. Dumbledore tersenyum melihat reaksi Harry dan melanjutkan penjelasannya. "Aku telah meminta beberapa anggota dari Order untuk meluangkan waktu mereka untuk melatihmu dan mereka telah setuju."

"Bahkan aku telah membuat jadwal latihanmu yang akan berlangsung setiap hari sepanjang musim panas. Kalau kau ingin melihat, ini dia jadwalnya".

Dumbledore menyelipkan tangannya ke saku jubahnya lalu menarik secarik perkamen dan menyerahkannya kepada Harry. Harry Mengambil perkamen tersebut dan mulai membaca jadwalnya beserta para instrukturnya:

Senin: Pertahanan Terhadap Ilmu Hitam (Remus Lupin)

Selasa: Penyaruan, Penyamaran, dan Ramuan(Nymphadora Tonks) Rabu: Occlumency & Legilimency(Albus Dumbledore)

Kamis: Transfigurasi (Minerva McGonagall)

Jum'at: Duel Sihir(Alastor Moody)

Sabtu: Bela diri Muggle(Kingsley Shacklebolt)

Minggu: Sihir Tanpa Tongkat(Aberforth Dumbledore)

Harry takjub melihat pengorbanan para anggota order yang rela untuk melatihnya. Dia terutama tertarik dengan saudara laki-laki Dumbledore yaitu Aberforth Dumbledore yang akan mengajarinya SihirTanpa Tongkat.

"Sir, kenapa aku belajar Sihir Tanpa Tongkat dan mengapa Saudara laki-laki anda yang mengajarinya?" Harry bertanya tanpa bermaksud meragukan kemampuan Aberforth.

"Ah iya, akhirnya kakakku setuju untuk kembali ke Order. Dan aku jamin bahwa dia merupakan penyihir yang hebat, salah satu yang terhebat di dunia. Sedangkan untuk menjawab pertanyaanmu yang kedua, kau perlu belajar subjek ini karena selain akan sangat berguna ketika kau kehilangan tongkatmu, juga akan membantumu meningkatkan fokusmu dalam mengakses kekuatan sihirmu yang aku yakin sangat kuat.

Harry tampak puas dengan penjelasannya, lalu Dumbledore menjelaskan bahwa latihan akan dimulai jam 9 pagi sampai dengan jam 7 malam yang akan diadakan di rumah Mrs Figg.

Tetapi sesuatu baru disadari oleh Harry, "Professor, bagaimana Kementrian Sihir? Saya belum cukup umur untuk melakukan sihir di luar sekolah", Harry merasa kesal terhadap dirinya yang baru menyadari hal ini.

Dumbledore hanya tertawa mendengar hal ini dan menjawab, "jangan khawatir Harry, saya sudah 'membujuk' Cornelius agar memberikan ijin khusus kepadamu untuk membebaskanmu dari larangan sihir di bawah umur mengingat kondisimu yang selalu 'bermasalah' dengan hukum ini. Ini juga boleh dibilang merupakan bentuk minta maaf dari Cornelius atas perbuatannya kepadamu sepanjang tahun ini".

Harry lega mendengar hal ini tetapi kemudian dia memikirkan teman-temannya, "Bagaimana dengan Ron dan Hermione, apakah mereka juga mendapat ijin khusus ini?

"Tidak Harry" Dumbledore menjawab "Ini merupakan hukum yang sudah diterapkan selama ratusan tahun, jadi kita bisa mendapat ijin khusus untukmu saja sudah pencapaian yang luar biasa".

Hati Harry terbelah dua mendengar pernyataan ini, di satu pihak dia ingin teman-temannya juga memiliki hak istimewa yang dimilikinya, tapi di lain pihak dia tidak ingin menjerumuskan mereka ke dalam bahaya yang akan mereka alami apabila mereka ikut-ikutan dalam perang ini.

Mereka sudah cukup dalam bahaya dengan menjadi temannya, dan dia tidak ingin menambah bahaya lagi ke dalam hidup mereka.

"Oh ya Harry, kembali ke perbincangan kita mengenai lemari besi keluargamu." Dumbledore tampaknya ingin segera mengakhiri pertemuan ini.

"Besok pagi Remus dan Nymphadora akan mengantarmu ke Diagon Alley agar kau bisa mengunjungi Gringgots juga berbelanja keperluanmu untuk latihan dan sekolah." Harry mengangguk dengan semangat karena sudah lama sekali dia tidak ke Diagon Alley, terakhir kali dia ke sana adalah ketika baru memulai tahun ketiganya.

"Baiklah kalau begitu" Dumbledore beranjak dari tempat duduknya."Masih ada urusan yang harus aku selesaikan."

"Satu hal lagi , menurut pengetahuanku keluarga Potter merupakan keluarga penyihir paling makmur se-Inggris Raya. Karena itu aku mengucapkan selamat kepadamu karena sekarang kau merupakan penyihir terkaya sedaratan Inggris. Baiklah Harry, sampai jumpa Rabu depan".

Dengan itu Dumbledore beraparrate meninggalkan Harry yang pipinya merona merah karena malu atas perkataan Dumbledore yang mengatakan dirinya sekarang merupakan penyihir paling kaya di negerinya.

>>>>>>>>>>

Pliisss, review dong