Disclaimer: Harry Potter is not mine! Fiuhh...I'm tired of this
CHAPTER VI : Latihan Dimulai
"KOOVERTA MAXIMIUS"
Rangkaian benang-benang berwarna emas menyelubungi Harry untuk melindunginya dari berbagai serangan yang akan dilakukan oleh Remus Lupin.
"FIILIPENDO…EXPELLIARMUS…TARANTALLEGRA…"
Remus memulai rangkaian serangannya dengan mantra-mantra yang sederhana dan semuanya lenyap begitu mereka menyentuh mantra pelindung yang digunakan Harry.
Puas akan hal tersebut, Remus mulai menggunakan mantra-mantra yang lebih kuat…
"FOTIA POLI…ELECTA MAXIMUS…AKERN…"
Serangkaian api, kilat, dan cahaya putih peremuk tulang keluar dari tongkatnya Remus dan mengarah kepada Harry.
Kesemua mantra tersebut juga lenyap begitu saja dihisap oleh mantra pelindung kooverta yang baru saja dipelajarinya pagi itu dari Remus di ruangan keluarga Mrs. Figg. Ruangan tersebut telah disulap agar membesar tiga kali lipat dari luasnya yang semula dan dilengkapi peralatan seperti yang digunakan oleh D.A(Dumbledore's Army).
Remus Lupin melanjutkan serangannya selama beberapa menit sampai Harry tidak kuat lagi untuk menahan mantra pelindungnya yang mengakibatkan dia harus tiarap menghindari kutukan lemparan batu yang mengarah kepadanya.
"Bagus sekali Harry, kau bisa menahan mantra tersebut selama itu, ini jelas rekor baru untuk penyihir seusiamu."
"Huff…mantra pelindung itu membuatku lelah sekali." Harry berkata sambil menyeka keringat di dahinya.
"Tentu saja…mantra kooverta memang membutuhkan kekuatan sihir yang besar untuk dikeluarkan. Mantra ini bahkan tidak diajarkan untuk level N.E.W.T karena levelnya memang terlalu tinggi."
Remus tampak bangga atas hasil yang dicapai Harry.
"Sekarang kita istirahat dulu Harry, sudah waktunya makan siang."
"Akhirnya." Harry lega mendengar ini.
Mereka makan siang dengan makanan yang telah disiapkan oleh Mrs. Figg
"Oh iya Moony, apa saja kegiatan Voldemort saat ini, kelihatannya keadaan tenang-tenang saja ketika kita ke Diagon Alley?"
Remus merasa heran dengan pertanyaan Harry. "Apa kau tidak membaca Daily Prophet akhir-akhir ini?"
Harry menggelengkan kepalanya dan menjelaskan bahwa dia sudah tidak berlangganan Daily Prophet lagi karena isi dari koran tersebut tahun lalu yang menyudutkan dirinya.
"Intinya saat ini Voldemort masih belum aktif secara penuh karena cukup banyak anak buah utamanya yang tertangkap dalam kejadian di Departemen Misteri."
"Tetapi ada beberapa kabar mengenai hilangnya penyihir-penyihir di luar Inggris. Tampaknya dia berusaha merekrut anggota-anggota baru, dan yang menolak tidak akan diberi ampun."
"Kalau begitu apa yang dilakukan oleh order atau kementrian sihir sekarang?"
"Maaf Harry, tetapi mengingat kau bukan anggota order, aku tidak bisa memberitahumu mengenai apa saja kegiatan yang dilakukan order."
Remus tidak menyadari rasa kesal yang terpancar di wajah Harry ketika mengatakan ini karena dia terus berbicara.
"Sementara itu, kementrian sihir melakukan penyelidikan kepada anggota-anggotanya dengan melakukan tes veritaserum setiap minggunya. Karena ternyata ada beberapa anggota terhormat kementrian sihir yang merupakan seorang death eater seperti Lucius Malfoy."
"Apa ada lagi yang diketahui pengkhianatannya?"
"Tidak ada, karena sepertinya mereka tahu bahwa tidak mungkin mengelabui ramuan Veritaserum sehingga minggu lalu ada sekitar selusin anggota kementrian yang menghilang. Salah satu diantaranya adalah Sean Avery."
Harry tentu saja tahu tentang Avery. Dia merupakan salah satu death eater yang hadir di malam kebangkitan Voldemort dan merupakan salah satu anggota lingkaran dalam death eater selain Malfoy, Nott, dan suami-istri Lestrange.
Selama sisa makan siang, Remus memberitahu Harry mengenai akan diadakannya pemilihan Kementrian Sihir yang baru dalam waktu dua minggu. Kandidat pengganti Fudge yang baru ada dua, yaitu Amelia Bones dan Amos Diggory. Dan kemungkinan besar Amos Diggory akan memenangkannya mengingat belum pernah ada kementrian sihir seorang wanita, alasan lain adalah banyak pihak orang yang merasa simpati kepadanya karena anaknya terbunuh oleh Voldemort sekitar setahun yang lalu.
"Baiklah Harry, kurasa istirahatnya sudah cukup. Sekarang mari kita lanjutkan."
Harry mengangguk dan mengeluarkan tongkatnya. Dia masih menggunakan tongkatnya yang lama karena menurut Dumbledore, tongkatnya yang baru masih terlalu temperamental dan tidak bisa diduga untuk Harry yang kekuatan sihirnya belum berkembang sepenuhnya.
Harry menghabiskan waktu sampai malam mencoba menyempurnakan mantra pembius berganda yang bisa membuat pingsan beberapa orang dalam sekali serangan. Ketika latihan berakhir, mantra pembius Harry bisa mengeluarkan serangan ke sebelas arah dalam waktu yang bersamaan.
"Baiklah Harry, sekian dulu untuk hari ini. Dan harus kubilang, kau lebih baik dari yang kukira."
Harry tersenyum ketika mendengar ini dan duduk di salah satu kursi.
Remus bergerak ke ujung ruangan dan mengambil sebuah buku dari tasnya.
Dia menghampiri Harry dengan buku di tangannya. "Harry, seperti yang kau tahu, semua benda tak bergerak milik keluarga Black jatuh ke tanganku."
Harry mengangguk dan merasa heran kenapa Remus mengungkit hal ini.
"Ketika aku menjelajahi koleksi buku keluarga Black, saya menemukan buku kuno ini yang tentunya akan menarik perhatianmu."
Dia memberikan buku yang dimaksud ke tangan Harry.
Buku tersebut berwarna hitam sehitam- hitamnya dan di sampulnya terdapat gambar kepala ular. Dan anehnya, buku itu tidak bisa dibuka walau bagaimanapun Harry mencoba sekuat tenaga membuka sampulnya.
"Apa kau yakin ini buku, Moony?" Dia bertanya dengan ekspresi bertanya-tanya.
"Awalnya aku juga ragu kalau ini buku, tetapi kemudian aku menunjukkan buku ini kepada Dumbledore dan dia mengatakan bahwa buku ini merupakan buku yang ditulis dalam bahasa parseltongue. Sehingga hanya seorang parselmouth yang bisa membuka dan membaca buku ini. Karena itu aku memberikan ini kepadamu."
Harry tidak tahu apakah dia harus merasa senang atau merasa jijik menerima buku yang tentunya ditulis oleh seorang penyihir hitam.
Melihat ekspresi di wajah muridnya, Remus mencoba menjelaskan alasan kenapa Harry harus menerima buku ini.
"Ayolah Harry, ini hanyalah sebuah buku. Hanya karena parseltounge sering diidentikkan dengan penyihir hitam, bukan berarti buku ini juga jahat. Semua tergantung kepada manusia yang menggunakannya."
"Siapa yang membuat buku ini? Apakah Salazar Slytherin?" Harry bertanya
"Aku tidak tahu Harry, begitu juga dengan Dumbledore. Mungkin ada keterangan di dalamnya begitu kau buka nantinya."
"Tetapi bagaimana aku membukanya?"
"Itu juga aku tidak tahu, kau harus mencari tahunya seorang diri. Mungkin kau harus berbicara Parseltounge ke buku itu seperti ketika kau membuka Ruangan Rahasia di tahun keduamu." Remus menjawab.
"Baiklah, aku akan mencobanya nanti. Aku tidak merasa nyaman apabila harus berbicara parseltounge di hadapan orang lain."
Remus merasa puas dan tak lama setelah itu Harry kembali ke rumah nomor 4 ditemani Remus sebagai tindakan pengamanan.
"Kemana saja kau? Makan malam hampir selesai!" Bibi Petunia mengatakan ini ketika dia melihat Harry memasuki ruang makan.
"Kan sudah kubilang Bibi Petunia, mulai sekarang sepanjang minggu aku akan berkunjung ke rumah Mrs. Figg untuk berlatih si… sesuatu." Dia tahu betapa paman dan bibinya sangat takut mengenai apapun yang berbau sihir. Dan dia tidak ingin membuat bibinya marah terutama setelah mengetahui alasan kenapa dia sangat membenci sihir.
Vernon dan Petunia tidak melanjutkan pembicaraan ini karena Harry juga telah memberi tahu mereka bahwa sekarang dia sudah bisa menggunakan sihir secara bebas di luar sekolah. Hal ini semakin membuat mereka menahan diri untuk tidak memarahi Harry karena takut keponakannya akan merubah mereka menjadi kodok.
Yang paling terasa perubahan sifatnya tentu saja Dudley yang tampak sangat ketakutan setiap kali dia melihat Harry. Dudley tentunya semakin takut terhadap sihir semenjak dia diserang Dementor tahun lalu.
Harry kembali ke kamarnya setelah makan malam yang tenang dengan Keluarga Dursley. Waktu menunjukkan pukul 7.30 malam dan dia memutuskan untuk kembali mengunjungi koper istimewanya.
Pertama dia memasuki ruangan penyimpanan untuk menaruh buku yang baru saja diterimanya. Kemudian dia pergi menuju tempat peristirahatan untuk mandi. Kamar mandi di ruangan tersebut bahkan lebih mewah daripada kamar mandi yang terdapat di ruangan Prefect Hogwarts dan dia selalu mandi di sana semenjak dia kembali dari Diagon Alley.
Setelah mandi, dia memasuki ruangan latihan untuk mencoba kembali skill yang baru dipelajarinya dari Remus hari itu selama beberapa saat. Sebenarnya selama beberapa hari ini dia sudah melakukan latihan sendiri di ruangan itu. Dia terutama berlatih mantra-mantra yang ada di bukunya Merlin.
Buku hasil karya Merlin terdiri dari dua bagian. Bagian yang pertama berisi tentang bagaimana caranya membuat mantra, sedangkan yang kedua berisikan ribuan mantra yang diciptakan oleh si penyihir terhebat sepanjang masa.
Karena belum punya ide tentang mantra apa yang ingin dia buat, Harry mengkonsentrasikan dirinya mempelajari mantra-mantra yang ada di buku tersebut.
Hal yang paling dia sukai dari buku tersebut adalah apabila dia menyentuh tulisan dari suatu mantra, maka akan muncul semacam proyeksi hologram dari buku tersebut berbentukkan seorang penyihir tua yang mencontohkan bagaimana cara yang benar untuk melakukan mantra yang dimaksud.
Harry berkesimpulan bahwa proyeksi hologram dari buku itu adalah Merlin sendiri. Perawakan Merlin benar-benar mengingatkan Harry akan Dumbledore. Tubuhnya kurus tinggi, dengan jenggot abu-abu yang panjang, hanya saja Merlin tidak memakai kacamata tentunya.
Setelah menghabiskan waktu sekitar satu jam dengan buku barunya, Harry menaiki tempat tidur di ruangan keempat kopernya dan tidur dengan damai.
Latihan dengan Tonks keesokan harinya merupakan pengalaman menarik untuk Harry.
Pertama-tama Tonks menanyainya apakah Harry pernah merubah bagian dari wajahnya secara tidak sengaja. Harry lalu teringat kejadian sewaktu bibi petunia mencukur rambutnya sampai hampir botak, tetapi keesokan harinya rambutnya kembali seperti semula.
Dengan ini Tonks berkesimpulan bahwa Harry memiliki sedikit kemampuan Metamorphogus untuk merubah beberapa bagian dari tubuhnya seperti rambut, kuku, hidung, mata, dan juga bentuk bibirnya.
Walaupun dia tidak bisa merubah bentuk wajahnya secara total seperti Tonks, Tonks memberitahunya bahwa kemampuan yang Harry miliki sudah cukup untuk dia tidak dikenali oleh orang lain tanpa bantuan ramuan.
"Baiklah Harry, karena kau sudah memiliki lensa kontak yang bisa merubah warna matamu, kau tidak perlu berlatih untuk merubah matamu." Harry mengangguk.
"Hari ini kita akan mencoba untuk memanjangkan rambutmu dan mengembalikannya ke bentuk semula." Tonks melanjutkan.
Memanjangkan rambut ternyata tidak semudah yang Harry kira karena dibutuhkan konsentrasi yang tinggi sampai membuatnya sakit kepala. Dia menghabiskan waktu sampai setengah waktu dari latihan sampai dapat memanjangkan rambutnya hingga sebahu dan memendekkannya kembali seperti semula.
Sisa waktu dari latihan digunakan untuk merubah gaya rambutnya yang berantakan menjadi lurus dan rapih. Dia berhasil melakukannya walaupun rambutnya tidak selurus rambut Draco Malfoy.
Esoknya yaitu hari rabu, seperti yang telah dijadwalkan adalah waktu untuk berlatih Occlumency dengan kepala sekolahnya.
Selama satu jam pertama Dumbledore menjelaskan teori dasar dari Occlumency. Tidak seperti Snape yang langsung melakukan Legilimens kepada Harry tanpa memberitahu bagaimana caranya untuk menangkal, Dumbledore memberitahunya bahwa rahasia dari Occlumency adalah kemauan yang kuat. Orang yang ingin menguasai Occlumency dengan baik harus mempunyai keinginan yang kuat untuk menyingkirkan penetrasi terhadap pikirannya.
Tetapi itu saja tidak cukup, Harry harus mengamankan ingatan-ingatannya yang berharga dengan mengklasifikasikan ingatannya kedalam berbagai lapisan. Lapisan-lapisan awal harus berisikan ingatan-ingatan kecil seperti apa yang dia makan sewaktu sarapan atau pasta gigi apa yang dia gunakan. Sedangkan ingatan-ingatan penting harus dia simpan di lapisan akhir.
Hal ini penting untuk dilakukan karena apabila ada yang merapalkan legilimens kepadanya, ingatan yang akan didapatkan si pengguna legilimens adalah ingatan-ingatan yang tidak berarti sampai akhirnya Harry dapat menangkalnya.
Cara untuk melakukan ini adalah dengan melakukan meditasi. Harry duduk bersila di lantai dan melemaskan badannya. Dia mengambil napas panjang dan mencoba untuk mengosongkan pikirannya. Dia mencoba untuk tidak memikirkan apapun tetapi dia tidak dapat menahannya. Segera saja ingatannya dari semenjak dia masih kecil mengalir deras dalam pikirannya.
Harry tidak tahu sudah berapa lama dia duduk di sana menyaksikan semua ingatannya. Tetapi tidak lama kemudian semuanya menjadi kosong, dia tidak merasakan apa-apa sama sekali, dia bahkan tidak tahu apakah dia masih hidup atau tidak.
Harry terus berada dalam kehampaan ini selama beberapa saat sampai dia menemukan sebuah pintu. 'Pintu apa itu?' untuk pertama kalinya sejak dia menemukan kehampaan Harry memiliki kesadaran. Tetapi akhirnya dia tahu pintu apa itu, itu adalah pintu untuk pikirannya!
Setelah dia menemukan pintu tersebut, latihan menjadi semakin mudah. Melalui pintu tersebut Harry mampu mengorganisir ingatannya kepada lapisan-lapisan yang dia inginkan. Dia juga dapat memasukkan informasi palsu ke dalam pikirannya untuk jaga-jaga apabila ada yang berhasil menembus seluruh lapisannya.
Menjelang akhir latihan, Harry berhasil menciptakan tiga lapisan, dan Professor Dumbledore memberitahunya bahwa Harry paling tidak membutuhkan sembilan lapisan untuk dianggap berhasil dalam Occlumency.
Dia benar karena ketika pertamakali Dumbledore merapalkan Legilimens kepada Harry, ingatan yang Harry simpan di lapisan terakhir yaitu isi dari Ramalan dan bayangan Sirius ketika dia jatuh ke tirai kuno dapat Dumbledore tembus dalam waktu yang singkat.
Mereka terus berlatih dengan tiga lapisan tersebut sampai latihan berakhir.
"Bagus Harry, kau dapat menghambat penetrasiku untuk beberapa saat, itu pencapaian yang cukup bagus."
"Tetapi anda masih dapat menembus lapisan terakhirku professor." Harry mengeluh. "Dan aku tidak berhasil untuk menangkal anda dari pikiranku."
"Ini baru latihan pertama kita Harry, kau harus sabar dan terus berlatih untuk menciptakan lebih banyak lapisan. Karena semakin banyak lapisan yang kau punya, akan semakin mudah untuk memblok legilimens." Dumbledore menjelaskan dengan kedipan di matanya.
"Berapa lapis yang anda punya sir?" Harry bertanya.
"Saya punya delapan belas lapisan." Dumbledore menjawab dengan tenang.
Melihat reaksi terkejut dari Harry, Dumbledore melanjutkan, "Sedangkan seseorang yang ahli dalam Occlumency seperti Professor Snape rata-rata mempunyai dua belas lapisan, dan level inilah yang kuharapkan darimu Harry."
Harry mengangguk dan mereka menyelesaikan latihan mereka untuk hari itu.
"Jangan lupa Harry, selalu kosongkan pikiranmu dari berbagai emosi sebelum kau tidur . Walaupun saat ini kau tidak mendapat mimpi lagi dari Voldemort, tetapi untuk amannya saja dan juga agar kau lebih ahli dalam Occlumency karena selain kemauan yang kuat, dibutuhkan juga ketenangan pikiran untuk memblok legilimensi."
Harry mengangguk tetapi lalu bertanya, "Bagaimana anda tahu kalau aku tidak mendapat mimpi lagi dari Voldemort sir? Aku belum memberitahu siapa pun kalau lukaku tidak pernah sakit sepanjang musim panas ini."
"Aku sudah menduga hal itu Harry, mengingat bahwa Voldemort saat ini agak 'tertidur' dalam kegiatannya. Dia tentu tidak ingin kau mengetahui apa yang dia rencanakan saat ini sehingga dia memutuskan hubungan yang kalian punya untuk sementara waktu." Dumbledore menjelaskan.
"Boleh aku menanyakan satu hal sir?" Harry bertanya.
":Kau baru saja bertanya satu hal tetapi kau boleh bertanya lagi." Dumbledore tersenyum.
"Kenapa anda membiarkan Remus memberikan buku Parseltongue itu kepadaku, sir? Isinya tentu dipenuhi dengan sihir-sihir gelap, apa anda tidak khawatir apabila aku menjadi jahat.?"
Dumbledore menghela napasnya sebelum menjawab. "Sudah kukatakan dua bulan yang lalu bahwa aku melakukan kesalahan besar dengan tidak mempercayaimu sepanjang tahun lalu Harry dan aku bermaksud untuk membalasnya."
Dumbledore melanjutkan karena Harry tidak menimpali.
"Sedangkan mengenai isi buku tersebut aku tidak akan khawatir. Sebenarnya tidak ada yang namanya sihir putih atau sihir hitam, semuanya tergantung dari penggunanya. Bahkan mantra-mantra bersahabat yang kita gunakan sehari-hari bisa menjadi sihir hitam apabila kita menggunakannya dengan sembarangan."
"Contohnya sir?" Harry penasaran.
"Kita ambil contoh mantra pemanggil. Bagaimana apabila aku mengacungkan pisau kehadapanmu dan mengatakan accio Harry?"
"A…aku akan terlempar ke arah anda dan pisau itu akan menusukku." Harry menjawab dengan muram.
"Benar Harry, seperti yang kubilang, semua tergantung penggunanya. Kau tentu menyadari bahwa buku yang semalam kau baca tidak mengelompokkan mantra-mantranya?" Dumbledore kembali mengedipkan matanya.
"Bagaimana anda….?" Harry mengutuk dirinya sendiri karena Dumbledore tentu mengetahuinya ketika dia menembus pikirannya.
"Bagus sekali buku yang kau punya Harry, kau harus menggunakannya dengan baik." Dumbledore tersenyum dan dia tampaknya tidak mempermasalahkan Harry memiliki buku tersebut.
"Tetapi tentu saja kutukan avada kedavra dapat digolongkan sihir hitam mengingat kutukan tersebut digunakan untuk membunuh orang dan termasuk kutukan tak termaafkan." Harry mencoba kembali ke topik sebelumnya.
"Kutukan pembunuh digolongkan tak termaafkan karena selama ini yang memakainya adalah para penyihir-penyihir gelap dan menggunakannya untuk membunuh yang tidak berdosa." Dumbledore mulai menjelaskan.
"Tetapi sebenarnya avada kedavra bisa digunakan untuk kebaikan, contohnya ketika kau dan Mr Weasley berkonfrontasi dengan para Acromantula di tahun keduamu. Salah satu cara mengusir kawanan Acromantula adalah dengan membunuh salah satu dari mereka lalu mereka akan mundur, karena Acromantula adalah makhluk yang sangat penakut dan sangat hati-hati."
Harry teringat kembali petualangannya di hutan terlarang dengan Ron dan berkesimpulan bahwa Dumbledore ada benarnya.
"Bagaimana dengan kutukan cruciatus? Tentunya kutukan itu tidak dapat digunakan untuk kebaikan?"
"Tidak banyak yang tahu Harry bahwa sebenarnya Cruciatus merupakan cara yang paling ampuh untuk melepaskan seseorang dari pengaruh kutukan Imperius." Dumbledore menjawab.
Harry terkejut mendengar informasi ini, dia tidak pernah mengira bahwa sebuah kutukan tak termaafkan bisa menjadi peluntur efek dari kutukan tak termaafkan yang lain.
Sebelum pergi, Dumbledore meminta Harry untuk mencoba membuka buku Parseltongue yang kini dimiliki oleh Harry karena Dumbledore juga penasaran siapa yang menulis buku tersebut. Dan dia juga yakin bahwa Voldemort-pun tidak memiliki buku seperti itu.
Malam itu sebelum tidur Harry mencoba membuka buku hitam Parseltongue itu dengan membayangkan ular yang ada sampul buku tersebut hidup sehingga dia bisa bicara Parseltongue.
Kata pertama yang dia coba adalah 'buka' seperti yang dia lakukan ketika membuka Ruang Rahasia. Tetapi ternyata itu tidak tepat.
Lalu dia mulai mencoba beberapa kata seperti 'darah murni', 'sihir hitam', 'Salazar Slytherin', 'darah Lumpur', dan kata-kata lain yang kira-kira berhubungan dengan kegelapan. Tetapi semua kata yang dia coba tidak ada yang berhasil.
Ketika Harry hampir menyerah, dia menyadari bahwa buku tersebut berasal dari koleksi keluarga Black. Sehingga kemungkinan password untuk membuka buku itu berhubungan dengan keluarga Black. Dan Harry teringat kata-kata yang selalu dibanggakan keluarga Black yaitu…
SELALU BERDARAH MURNIHarry mendesiskan kata-kata ini dan buku tersebut terbuka dengan kasar di tangannya sehingga mengagetkannya.
Dia mulai melihat isi dari buku tersebut dan dia mellihat bahwa tulisan yang ada di buku itu bukanlah tulisan seperti biasanya karena tulisannya berbentukkan garis-garis bergelombang berbagai bentuk. Tetapi Harry mengerti arti dari tulisan-tulisan itu.
'Ternyata Parseltongue ada juga bentuk tertulisnya, apa kira-kira saya juga bisa menulis tulisan Parseltongue?' pikirnya. Dia lalu mencoba menuliskan namanya di selembar perkamen sambil membayangkan ada ular di hadapannya. Ketika melihat hasil tulisannya, yang dia lihat adalah tanda
yang artinya namaku Harry Potter.
Di halaman pertama terdapat keterangan tentang siapa penulis dari buku tersebut. Ternyata penulisnya bukanlah Salazar Slytherin, tetapi seorang penyihir yang bernama Olivia Slytherin.
'Apa hubungan dia dengan Salazar Slytherin? Apa dia istrinya?' Harry bertanya dalam hati.
Setelah membaca lebih lanjut, Harry hanya menemukan fakta bahwa Olivia Slytherin lahir pada tahun 233. 'hmmm… menurut Prof. Mcgonaggall, Hogwarts didirikan sekitar sekitar seribu tahun yang lalu, walaupun tidak ada yang tahu persis kapan pastinya. Jadi wanita ini kemungkinan lebih tua dari Salazar Slytherin.'
Karena tidak ingin dipusingkan dengan hal itu, dia melanjutkan untuk membaca buku di hadapannya.
Buku tersebut sebagian besar berisi tentang berbagai macam mantra dan kutukan yang sudah pernah dipelajari olehnya seperti mantra pembius, mantra pelindung, bahkan ada juga berbagai macam mantra penyembuh.
'Baiklah, akan kucoba mantra pembius'. Harry melihat tulisan mantra pembius di buku tersebut dan merapalkannya sambil mengacungkankan tongkatnya yang baru.
"Mors Molum" Harry mendesiskan kata ini lalu seberkas cahaya kuning keluar dari ujung tongkatnya dan mengarah ke salah satu boneka latihan.
BOOM
Boneka yang menjadi sasarannya terlempar sampai ke ujung ruangan.
Harry menghampiri boneka malang tersebut dan melihat boneka itu telah hancur lebur.
"Wowww.." Hanya itu yang bisa dikatakannya sebelum kegelapan mulai menyelimutinya dan dia jatuh tak sadarkan diri.
>>>>>>>>>>
Credits: Damien Darkstar's for the Types of spells and creatures
