Disclaimer : Harry Potter is the property of J.K Rowling, Bloomsbury, Scholastic, and Warner Bros. It's not mine obviously.

CHAPTER VIII : NAMAKU HARRY JAMES POTTER

Dua bulan telah lewat semenjak Harry pertama kali mendapatkan latihannya yang pertama dari para anggota Order. Dan lusa dia akan kembali ke Hogwarts, tetapi sebelumnya dia akan menginap dua malam di Grimmauld Place no 12.

Kemarin merupakan latihannya yang terakhir bersama dengan Aberforth Dumbledore. Dan dari delapan kali pertemuan, penyihir yang sepuluh tahun lebih tua dari Albus Dumbledore itu tidak pernah sekalipun menyebut nama Harry dengan benar. Nama terakhir yang digunakan oleh Abe adalah Harring. Harry harus menahan dirinya sekuat tenaga untuk tidak meneriakkan 'AKU BUKAN SEEKOR IKAN, DAN NAMAKU HARRY!'

Selain dari itu, latihan yang dijalani Harry berjalan dengan lancar. Harry terutama menyukai sesi duel dengan sang Auror legendaries, Mad-eye Moody. Pada sesi terakhir, Harry berhasil bertahan dalam duel dengan Moody selama setengah jam sampai akhirnya pensiunan Auror itu memutuskan untuk mengakhiri duel dengan hasil draw.

Latihan dengan Tonks tidak sebegitu menyenangkan seperti yang dia kira. Karena selain mengajarkan penyamaran, sepupu dari Sirius itu juga melatih Harry dalam subjek yang paling dia benci yaitu Ramuan.

Pelajaran Ramuan dengan Tonks memang tidak sesulit dengan Snape, tetapi Harry yakin bahwa dia tidak akan menjadi seorang ahli ramuan dalam waktu dekat ini. Ternyata memang ada beberapa hal yang tidak bisa dilakukan oleh The-Boy-Who-Just-Won't-Die ini.

Kepala asramanya, Professor Mcgonagall, mengajarkan Harry bagaimana caranya menggunakan Transfigurasi dalam Duel. Harry diajarkan bagaimana caranya mentransfigurasi benda mati menjadi berbagai macam binatang yang bisa diperintahkannya untuk menyerang lawan.

Selain itu, Mcgonagall juga mencoba melatih Harry untuk menjadi seorang animagus. Tetapi setelah beberapa kali percobaan, Harry tampaknya tidak mempunyai 'inner animal' yang dibutuhkan untuk menjadi seorang Animagus.

Salah satu auror paling penting di kementrian saat ini, Kingsley Shacklebolt mengajarkan Harry dalam judo dan seni berpedang.

Memegang pedang mengingatkan Harry pada waktu dia membunuh basilisk di tahun keduanya. Dia sangat menikmati belajar menggunakan pedang karena seperti yang Kingsley katakan, Harry memiliki bakat alami dalam ilmu pedang.

Occlumency dengan Dumbledore barangkali merupakan sesi latihan yang paling sukses. Harry berkembang sangat pesat dalam menciptakan lapisan dalam pikirannya sehingga kini dia memiliki lima belas lapis ingatan dan dia juga tidak mengalami kesulitan yang berarti untuk mengusir penetrasi Dumbledore dari pikirannya.

"LEBIH BANYAK DARI SNAPE"!

Harry berteriak di depan Dumbledore setelah berhasil melakukannya.

Karena keberhasilannya dalam Occlumency, Dumbledore melanjutkan bimbingannya dengan mengajarkan Legilimency.

Legilimency menurut Dumbledore dikategorikan sebagai 'GREY MAGIC' oleh kementrian sihir. Hal ini dilakukan karena Legilimency dapat berbahaya apabila digunakan dengan tidak bertanggung jawab.

Belajar Legilimency menurut Harry amat jauh lebih sulit daripada Occlumency. Dibutuhkan kontak mata yang tidak terputus dengan sasaran dan juga ketenangan pikiran untuk melakukannya. Dalam merapalkan mantra legilimens juga dibutuhkan kekuatan sihir yang tidak sedikit.

Sementara itu, sesi latihannya dengan Remus Lupin lebih banyak diisi dengan perbincangan. Hal ini terjadi karena Harry dapat dengan mudah melakukan berbagai macam mantra ataupun kutukan yang diajarkan Remus sehingga banyak waktu yang tersisa. Selain karena Harry memang berbakat dalam PTIH, Harry dapat dengan lancar melakukan mantra yang diajarkan Lupin juga karena dia melakukan banyak latihan sendiri di dalam kopernya.

Harry dan Remus banyak membicarakan hal-hal yang berhubungan dengan orangtua Harry dan juga Sirius.

Dari Remus Harry mengetahui bahwa Sirius merupakan seorang auror yang sukses sebelum dia dikirim ke Azkaban. Sedangkan kedua orangtuanya merupakan seorang Unspeakable.

Remus juga memberitahunya bahwa Harry tadinya memiliki seorang Ibu Baptis bernama Madeliane Mckinnon yang merupakan sahabat dari Lily. Madeliane tewas bersama seluruh keluarga Mckinnon yang diserang oleh segerombolan Death Eater.

Kini, remaja yang baru saja berumur 16 tahun ini sedang menatap dirinya di cermin setelah dia selesai mandi. Di hadapannya tidak tampak lagi seorang bocah dengan tubuh kurus kerempeng dengan baju yang kebesaran. Sekarang yang terlihat di cermin adalah seorang pria dewasa dengan tubuh kekar tetapi tidak terlalu kekar yang diselimuti oleh baju yang amat layak pakai, dia juga sudah memperoleh tinggi yang proporsional. Latihan yang telah dia lakukan selama dua bulan ini beserta lari pagi yang rutin dia lakukan ternyata sudah terlihat hasilnya.

'Damn I look good'. Dia memuji dirinya sendiri.

Harry tersadar dari perasaan kekagumannya oleh ketukan dari arah jendela yang dibuat oleh seekor burung hantu abu-abu.

Burung hantu ini tiap pagi mengantarkan koran Daily Prophet kepada Harry yang sudah mulai berlangganan lagi. Dia mulai membaca Headline koran itu yang akan membuat perasaannya senang dan sedih secara bersamaan sepanjang hari.

PETER PETTIGREW TERTANGKAP HIDUP-HIDUP

SIRIUS BLACK TERBUKTI TAK BERSALAH

Oleh: Rita Sketeer

Setelah berita kembalinya dia-yang-namanya-tak-boleh-disebut beberapa bulan yang lalu, kalangan sihir Inggris Raya kembali dikejutkan oleh sebuah fakta yang baru terungkap kebenarannya.

Sirius Orion Black yang selama ini dipercaya sebagai tangan kanan Pangeran Kegelapan, mengarahkan Pangeran Kegelapan ke tempat persembunyian James dan Lily Potter, dan juga dianggap bertanggung jawab atas kematian tiga belas Muggle, ternyata tidak bersalah sama sekali.

Penyihir yang dianggap sudah mati bersama-sama ketiga belas Muggle, Peter Augustus Pettigrew-lah yang bertanggung jawab atas semua itu. Dia mengakui semuanya dihadapan Wizengamot dalam pengaruh Veritaserum. Dia mengakui bahwa dia adalah mata-mata untuk Pangeran Kegelapan selama setahun sebelum kematian suami istri Potter. Dia juga mengakui bahwa dialah yang memberitahu tempat persembunyianl James dan Lily Potter kepada Pangeran Kegelapan dan dia jugalah yang membunuh para muggle tersebut.

Pettigrew memalsukan kematiannya dengan cara memotong salah satu jarinya setelah membunuh para muggle itu dan berubah menjadi tikus. Hal inilah yang membuat Sirius Black, yang mencoba untuk menangkap Pettigrew, terjebak dan dia langsung dikirim ke penjara Azkaban tanpa sidang.

Yang berjasa dalam penangkapan Pettigrew ini adalah sahabat dari The-Boy-Who-Lived Harry Potter, yaitu Ronald Weasley. Penyihir yang tak lama lagi akan memasuki tahun keenamnya di sekolah sihir Hogwarts ini menangkap Pettigrew ketika dia baru akan pulang dari kerja paruh waktunya di toko lelucon Weasley Wizarding Whezees milik kedua kakak kembarnya.

"Peter atau Scabber, itu namanya sebelum aku tahu bahwa dia adalah seorang animagus, telah berada di keluarga kami selama lebih dari dua belas tahun. Jadinya aku sangat mengenal bagaimana rupanya dia dalam bentuk tikus." Ucap Ron Weasley.

Pettigrew diperintahkan oleh Lord-Thingy untuk memata-matai keluarga Weasley yang sangat dekat dengan Harry Potter. Ron Weasley yang mengenali Peter melakukan mantra pemanggil ACCIO TIKUS, lalu dia merapalkan mantra pembeku dan menghubungi ayahnya Arthur Weasley yang bekerja di Kementrian Sihir di Departemen Penyalahgunaan Barang-Barang Muggle.

Hanya saja semua ini datangnya terlalu terlambat bagi Sirius Black. Dari Ron Weasley juga kami mengetahui bahwa Sirius Black terbunuh pada insiden di Kementrian Sihir yang melibatkan Kau-Tahu-Siapa, sejumlah Death Eater, Harry Potter dan Albus Dumbledore beserta beberapa pengikutnya.

"Sirius tewas karena berusaha menyelamatkan Harry, anak baptisnya." Kata Ron Weasley lagi.

Hal ini mengindikasikan Kementrian Sihir telah lagi-lagi melakukan blunder yang amat fatal. Selama ini mereka telah mengejar-ngejar seorang pahlawan bukannya seorang buronan.

Berita selengkapnya:

Halaman 3,4,5 : - Wawancara lengkap dengan Ron Weasley

Kisah hidup Sirius Black dan persahabatannya dengan James Potter

Harry langsung melempar koran yang sedang dipegangnya tersebut ke tempat sampah.

'Percuma, Sirius sudah mati, pemulihan nama baik tidak akan membuatnya hidup kembali'.

Perasaan Harry terbelah dua menanggapi berita ini, di satu sisi dia merasa senang karena bajingan yang telah mengkhianati kedua orang tuanya, membunuh Cedric Diggory, membangkitkan kembali Voldemort dan juga membuat Sirius harus menderita di Azkaban selama 12 tahun akhirnya tertangkap. Tetapi dia tetap tidak merasa puas karena Sirius tidak berada di sisinya dalam mendengar berita bagus ini.

'Satu hal yang pasti, aku harus berterima kasih pada Ron' Semangatnya muncul kembali setelah teringat akan sahabatnya.

'Mungkin ada baiknya kalau aku berjalan-jalan di Diagon Alley. Aku ingin mencoba apakah semua teknik yang telah diajarkan Tonks mampu membuatku tidak dikenali orang lain. Anggota Order baru akan menjemputku nanti sore. Mungkin ini ide yang bagus.'

Setelah menetapkan pikirannya, Harry mulai berjalan menyusuri tangga ke bawah. Dia melihat Bibi Petunia sedang membereskan sisa-sisa sarapan.

Selama dua bulan ini Harry berusaha untuk bersikap ramah dan sebisa mungkin mencoba untuk berbincang-bincang dengan Petunia. Dia ingin membuktikan bahwa di dalam sikapnya yang dingin itu, Petunia memang punya sedikit rasa kasih sayang terhadap Harry. Tetapi usahanya sia-sia. Petunia selalu mengacuhkannya dan Harry juga sudah lelah untuk mencoba.

Harry membuat dirinya tak tampak dengan jam barunya sebelum meninggalkan rumah. Dia ingin sekali-sekali tidak berada dalam pengawasan ketat anggota order. Bukannya dia tidak tahu terimakasih, tetapi kadang-kadang dia merasa seperti berada dalam tahanan rumah karena sikap Dumbledore yang overprotektif. Dan dia juga merasa sudah mampu untuk menjaga dirinya sendiri karena latihan keras yang telah dijalaninya.

'Sekarang hari senin pagi, berarti bukan Moody yang bertugas jaga'

Dia lega atas hal itu karena apabila Mad-eye yang bertugas menjaga, maka penyamarannya dapat terbongkar.

Harry menyusuri jalan Wisteria Walk sampai ke tempat di mana dia dan Dudley dulu diserang oleh dua Dementor.

"Kurasa ini sudah cukup jauh" gumamnya.

Dia menjadi tampak kembali dan mulai melakukan beberapa perubahan pada wajahnya. Dia membuat rambutnya lurus dan memanjangkannya terutama di bagian depan supaya menutupi bekas lukanya, dia juga sedikit memancungkan hidungnya serta sedikit merubah bentuk dari bibirnya, warna matanya dia rubah menjadi coklat, dan dia juga merubah warna kulitnya menjadi agak lebih gelap.

Dia mengangkat tongkatnya untuk memanggil Knight Bus yang akan membawanya ke The Leaky Cauldron.

"Selamat datang ke bus ksatria, transportasi darurat untuk para penyihir yang……"

"Ya-ya-ya…aku sudah tahu, cepat bawa aku ke Diagon Alley." Harry memotongnya.

Harry tiba di The Leaky Cauldron yang sedang ramai karena sudah masuk jam makan siang. Ketika dia masuk, tak seorang pun yang mengenalinya, orang-orang tidak melihatnya dua kali karena mereka hanya melihat seorang penyihir biasa yang menggunakan baju muggle.

'Ini hebat sekali' Harry kegirangan dalam hati.

Setelah makan siang yang cepat, Harry mulai menyusuri jalan Diagon Alley.

Harry melihat suasana Diagon Alley tidak semeriah seperti biasanya, orang-orang tampak berjalan dalam kelompok dan dia juga melihat patroli yang dilakukan oleh sejumlah auror.

'Sepertinya ini karena berita di Daily Prophet yang menyebutkan tertangkapnya mata-mata Voldemort di Diagon Alley.' Harry berkesimpulan.

Tetapi Harry tidak mengambil pusing hal itu, dia sudah merasa amat senang karena dia bisa berjalan-jalan di lingkungan sihir dengan bebas tanpa seorang pun yang melototinya atau menunjuk-nunjuk ke arahnya.

Tidak beberapa lama kemudian, dia melihat papan nama toko yang belum pernah dia lihat sebelumnya, papan nama itu bertuliskan CHANG'S REMEDY SHOP.

'Oh ini pasti toko yang dimaksud Cho'

'Hmm…mungkin aku sebaiknya masuk, siapa tahu Cho ada di dalam'

Dia memutuskan untuk masuk kedalam toko yang dimiliki oleh keluarga Chang tersebut. Harry tidak memperhatikan tanda tutup yang tergantung di gagang pintu masuk.

Ketika dia masuk, dia tidak sempat memperhatikan apa saja isi toko tersebut karena perhatiannya langsung teralihkan oleh suatu pertengkaran yang tampaknya merupakan pertengkaran antar wanita,

"KAU BARU MENGENAL HARRY TIDAK LEBIH DARI SATU JAM GREENGRASS, JANGAN PIKIR KAU LEBIH MENGENAL DIA DARIPADAKU."

"AKU MUNGKIN BARU MENGENALNYA SEBENTAR CHANG, TAPI TIDAK SEPERTI DIRIMU, AKU TIDAK MENETESKAN SEDIKITPUN AIR MATA KETIKA BERSAMA DIA."

"APA MAKSUDMU 'KETIKA BERSAMA DIA'? KAU TIDAK HANYA BERSAMA HARRY, TAPI JUGA PROFESSOR LUPIN DAN WANITA AUROR ITU…."

Keadaan tampak lepas kendali, dan karena sepertinya bahan pertengkaran mereka adalah dirinya, maka Harry memutuskan untuk melerai mereka.

"Oke..oke sudah, berhenti, jangan bertengkar, kumohon."

Cho Chang dan Daphne GreenGrass melemparkan pandangan murka kepada pria yang ikut campur urusan mereka.

Daphne yang pertama kali bicara, "Siapa kau, jangan ikut campur urusan kami, pergi sana!" sisi Slytherin dari Daphne tampak muncul ke permukaan.

"Benar, dan toko ini tutup untuk sementara waktu, apa kau tidak lihat tanda di pintu masuk!" Kali ini Cho yang berbicara dengan marah.

Dimarahi oleh kedua gadis cantik dihadapannya, Harry hanya tersenyum karena mereka berdua juga tampaknya tidak mengenali siapa dirinya.

"Well, jujur saja aku memang tidak melihat tanda tutup di pintu masuk. Tetapi aku memutuskan untuk menghentikan pertengkaran kalian karena tampaknya objek dari pertengkaran kalian adalah diriku." Harry berkata dengan senyum yang lebar.

"Apa maksudmu?" Daphne dan Cho mengatakan ini secara bersamaan.

Senyum Harry kelihatan makin lebar ketika dia menjawab

"Ijinkan aku memperkenalkan diriku."

Dia sedikit membungkukkan badannya.

"Namaku Harry James Potter, kalian mungkin pernah mendengar tentang diriku dari buku-buku semacam Sejarah Sihir Modern, Kejayaan dan Keruntuhan Sihir Hitam, dan Peristiwa-peristiwa Hebat di Dunia Sihir Abad Dua Puluh."

Cho dan Daphne tampak masih bingung atas apa yang mereka dengar sebelum akhirnya Harry kembali ke wajahnya yang semula.

Di hadapan mereka kini berdiri seorang penyihir dengan rambut hitam berantakan dan mata bermata hijau berkilau, bekas luka berbentuk kilat juga kini dapat terlihat dengan jelas.

"Holly cricket" Mereka mengatakan ini kembali dengan berbarengan.

"Harry?"

"Ya Cho"

"Kau sudah sangat berubah Harry, dan sejak kapan kau bisa mengubah penampilanmu, apakah kau seorang Metamorphogus?"

"Tidak Cho, aku hanya memiliki sedikit kemampuan Metamorphogus, tetapi kurasa itu sudah cukup untuk mengelabui kalian kan?"

Cho mengangguk dan kelihatannya dia masih mengagumi perubahan pada diri Harry, matanya memandang Harry dari atas ke bawah berulang kali.

"Nah, kalau boleh tahu, apa yang tadi kalian bicarakan? Tampaknya seru sekali."

Daphne dan Cho langsung memalingkan wajah mereka yang merona merah karena Harry mendengarkan pertengkaran mereka.

"Meskipun kau mungkin menjadi bahan pertengkaran kami, tetapi hal itu tetap bukan urusanmu. Semua ini merupakan masalah antara aku dan Chang."

Ini keduakalinya Cho setuju dengan Daphne karena dia juga mengangguk.

"Baiklah kalau kalian tidak ingin memberitahuku, terserah kalian. Oh ya, bagaimana kalau kutraktir kalian makan es krim? Tertarik?"

"Kalau aku sih mau saja, tetapi tampaknya miss Chang tidak akan bisa bergabung dengan kita karena dia harus membuka kembali toko ini."

"Tidak, tidak, aku tidak harus membuka kembali toko ini selama setengah jam lagi." Kata Cho cepat-cepat.

"Tapi bukankah…"

Cho memotong ucapan Daphne.

"Bukankah justru kau GreenGrass yang harus cepat-cepat pulang ke rumahmu yang besar dan mewah."

Daphne dan Cho akan memulai kembali pertengkarannya kalau Harry tidak buru-buru memotongnya.

"Baiklah, mari kita pergi."

Ketika mereka bertiga keluar dari toko keluarga Chang tersebut, Harry melihat bahwa orang-orang di jalanan mulai memandanginya dan sebagian menunjuk ke arahnya.

'Sial, aku lupa menyamarkan diriku lagi' Harry mengumpat dalam hati.

"Ayo Potter, jangan pedulikan mereka, kau harus mulai terbiasa dengan semua perhatian ini terutama setelah kembalinya Pangeran Kegelapan." Daphne tiba-tiba menggandeng tangan kanan Harry dan menariknya untuk melanjutkan perjalanan.

Belum sempat pulih dari rasa terkejutnya karena dia digandeng oleh Daphne, Cho juga mulai menggandengnya, kali ini dari sebelah kiri.

"Benar Harry, kau harus menerima kenyataan bahwa kau merupakan harapan bagi masyarakat sihir seantero negeri ini dan rasa percaya dirimu juga akan memberikan kekuatan bagi mereka untuk melewati masa-masa kegelapan yang akan kita lalui karena kembalinya Vo…Voldemort."

Ini merupakan pertama kalinya Cho berani menyebut nama Voldemort. Karena entah kenapa setiap kali dia berada di dekat Harry, dia merasakan keberanian merasuki dirinya.

Perkataan Daphne dan Cho di Hogwarts itu membuat kepercayaan diri Harry tumbuh kembali dan dia bahkan tidak mempedulikan lagi sekarang dia sedang digandeng oleh dua gadis tercantik di Hogwarts.

Sepanjang perjalanan ke Florean Fortescue's Ice Cream, kaum wanita memasang pandangan iri kepada Daphne dan Cho karena mereka berdua mendapat kesempatan untuk menggandeng Harry Potter. Sementara itu para pria merasa iri kepada Harry yang dikelilingi oleh dua gadis cantik.

Setibanya di tempat makan es krim yang dituju, mereka dilayani langsung oleh Mr.Fortescue sendiri.

"Selamat datang Mr.Potter, apa kabarmu?"

"Aku baik-baik saja terima kasih."

Mr.Fortescue melihat kepada kerumunan orang-orang yang masih melihat ke arah Harry.

"Apakah anda ingin tempat duduk di dalam supaya lebih private?"

"Oh, baiklah kalau begitu."

Mereka bertiga duduk dan memesan es krim favorit mereka.

"Jadi Potter, apa yang membawamu kemari, dan kemana para bodyguardmu?"

"Tidak ada alasan khusus, aku hanya merasa perlu kabur sebentar dari pengawasan berlebihan dari Dumbledore, jadinya aku datang ke sini secara diam-diam." Jawab Harry.

"Bagaimana kau melakukannya Harry?"

"Aku punya trik tersendiri. " Harry menjawab dengan senyum yang membuat lutut Cho menjadi lemas. Untung saja dia sedang duduk.

"Kenapa kau merasa perlu untuk kabur dari para pengawasmu Harry, tentunya Dumbledore hanya ingin kau aman."

Harry menghela napas panjang. "Niat Dumbledore memang baik, tetapi setelah aku membaca Daily Prophet pagi ini, aku merasa ingin kabur dari segala realita."

"Oh iya, saya juga membaca Daily Prophet pagi ini, apakah dia benar-benar ayah baptismu?" Cho tampak prihatin ketika mengatakan ini.

Harry mengangguk pelan..

"Ceritakan pada kita tentang dia." Tanya Daphne.

"Sirius? Oh, dia seperti halnya ayahku adalah seorang 'trouble maker', bersama-sama dengan Remus dan si bajingan Pettigrew, mereka berempat membentuk grup yang dinamakan ………….."

Cukup lama juga Harry menceritakan semua yang dia ketahui tentang Sirius. Dia menceritakan segalanya, mulai dari keonaran yang dilakukan keempat Marauder ketika mereka bersekolah di Hogwarts ,konfrontasi di Shrieking Shack, mempelajari bahwa Sirius sama sekali tidak bersalah, membantu Sirius kabur dari cengkeraman Kementrian, sampai kejadian di Departemen Misteri yang dimana Sirius kehilangan nyawanya.

Entah kenapa Harry bisa begitu terbuka menceritakan segalanya kepada dua gadis yang belum begitu dia kenal. Dia bahkan tidak yakin bahwa dia mampu untuk menceritakan kepada Ron dan Hermione tentang apa yang sebenarnya terjadi ketika Sirius berduel dengan Bellatrix Lestrange.

Es krim dihadapannya sudah mulai mencair ketika dia selesai bercerita. Harry hampir tidak menyentuh es krimnya. Begitu juga dengan Cho dan Daphne. Mereka berdua begitu terpaku mendengarkan cerita Harry sehingga mereka melupakan es krim lezat yang siap disantap.

Tanpa dia sadari, setetes air mata mulai menetes keluar dari matanya. Dia menyapu air mata tersebut dan melihat ke arah Daphne dan Cho. Mereka berdua menundukkan kepalanya dan terlihat muram mendengar nasib seorang penyihir yang mungkin merupakan penyihir yang paling malang nasibnya.

"HARRY!"

Teriakan seorang wanita menyadarkan mereka bertiga dari kondisi sebelumnya dan melihat seorang wanita yang berambut biru yang tampak marah sedang berjalan dengan cepat ke arah mereka.

"Tonks? Uh-oh." Harry telah ketahuan.

"Apa yang kau pikirkan? Pergi dari rumah paman dan bibimu seperti itu! Ketika teman aurorku bilang dia melihat Harry Potter sedang berjalan-jalan di Diagon Alley aku tidak mempercayainya, tapi ternyata…!"

"Tenang Tonks, aku menggunakan penyamaran seperti yang kau ajarkan dan tidak ada yang mengenaliku." Harry bangkit dan mencoba menenangkan seorang auror yang marah,

"Tidak ada yang mengenalimu? Semua orang di Diagon Alley menggosipkan Harry Potter yang sedang digandeng dua gadis sedang berada di Diagon Alley!"

"Err..maksudku, pada awalnya tidak ada yang mengenaliku, tapi setelah bertemu mereka berdua, aku lupa untuk merubah kembali wajahku."

Tonks tiba-tiba tenang kembali dan tersenyum nakal.

"Hmm…lupa atau sengaja supaya mereka terkesan atas perubahanmu?"

"Tentu saja aku lupa, jangan sembarangan, Nymphadora."

Tonks kembali marah karena kali ini Harry memanggilnya dengan nama pertamanya.

"Oke sudah cukup, ayo aku akan membawamu ke markas sekarang, pegang ini, kita akan langsung ke sana, Remus sudah membawa semua barang-barangmu ketika dia mengecek apakah benar kau tidak ada di rumah."

Tonks menjulurkan sebuah buku tulis yang tampaknya telah dirubah menjadi sebuah portkey.

"Kata kuncinya auror forever." Dia melanjutkan

Harry mendengus dan mengatakan ,"Baiklah Tonks."

"Oke Cho, Daphne. Aku harus pergi dulu, terimakasih sudah menemaniku."

Mereka berdua tersenyum dan Cho berkata "sampai juga di sekolah Harry."

Harry meletakkan sejumlah sickles di meja untuk membayar eskrimnya dan memegang buku tulis yang sedang dipegang Tonks.

"Auror Forever."

Sebuah tarikan di belakang pusarnya membawa Harry pergi.

.