Disclaimer : Harry Potter is not mine. To bad huh?
CHAPTER IX : KEMBALI KE GRIMMAULD PLACE
Harry tersungkur di tanah ketika dia tiba di depan pintu masuk rumah keluarga Black.
"Kenapa kita tidak langsung berada di dalam rumah saja?" Harry bertanya kepada Tonks yang sedang mengetuk pintu.
"Portkey tidak bisa digunakan untuk menuju tempat yang sedang dalam pengaruh mantra Fidelius Harry, seharusnya kau tahu akan hal itu." Tonks menjawab dengan tidak sabar, dia tampaknya masih kesal dengan perbuatan Harry yang pergi begitu saja dari rumahnya tanpa memberitahukan order dan juga pergi sendirian ke Diagon Alley.
Pintu dibuka dan Harry langsung ditarik oleh orang yang membuka pintu tersebut kedalam pelukan yang menyesakkan nafas.
:"Oh, Harry sayang, kau membuat kami khawatir, seharusnya kau tidak kabur begitu saja dari rumah paman dan bibimu, bagaimana kalau kau tertangkap oleh para Death Eater."
"Sudah Molly, nanti kau bisa membunuhnya, biarkan Harry bernafas." Suara lembut Arthur Weasley terdengar oleh Harry yang masih dalam pelukan keras Mrs.Weasley.
Molly akhirnya melepaskan Harry dan Harry berjabat tangan dengan Mr.Weasley.
"Apa kabarmu nak."
"Aku baik-baik saja Mr.Weasley. Dengar, aku minta maaf apabila perbuatanku membuat kalian panik, aku tidak bermaksud, aku hanya..."
"Sudahlah Harry, yang penting kau baik-baik saja. Untung Tonks cepat menemukanmu." Mr.Weasley meletakkan tangan di pundaknya dan tersenyum.
"Barang-barangmu sudah ada di kamarmu Harry, Remus baru saja datang membawa barang-barangmu, tetapi dia sudah pergi lagi karena ada urusan order." Mrs Weasley menjelaskan.
"Kamarku?"
"Benar, kau akan menggunakan salah satu kamar utama rumah ini, kamar yang biasa dipakai oleh Sirius tahun lalu."
Mood Harry langsung berubah setelah nama Sirius disebutkan. Harry kini berada di rumah milik Sirius, tetapi kini tidak akan terdengar lagi suara riang Sirius, tidak akan lagi terdengar Sirius menyanyikan lagu-lagu natal. Semua itu karena kebodohan Harry, dan sifatnya yang selalu ingin menyelamatkan orang, tetapi dia tidak bisa menyelamatkan ayah baptisnya sendiri.
Ketiga penyihir di hadapannya tampak menyadari kegundahan hati Harry.
"Dengar Harry, semua itu bukan salahmu.Sirius tentunya tidak ingin kau tenggelam dalam rasa kesedihan dan melupakan untuk hidup. Hidup dan songsonglah hari esok Harry. Lakukanlah untuk Sirius dan kedua orangtuamu."
Harry hanya tersenyum lemah mendengar nasehat dari Mrs. Weasley.
"Oh iya, mana lukisan Mrs.Black." Harry melihat dinding tempat dimana biasanya terletak lukisan dari ibunya Sirius kini tampak bersih dari bersih, baik dari lukisan maupun dari kotoran. Dinding tersebut malah tampak masih baru.
"Oh itu." Mr.Weasley tertawa kecil
"Remus memutuskan karena kita tidak bisa melepaskan lukisan itu dari tembok, maka temboknyalah yang harus lepas."
"Maksudnya?" Harry bertanya.
"Remus merobohkan tembok itu dan memasangnya dengan yang baru. Sedangkan lukisannya telah aku bakar dengan senang hati." Mrs.Weasley menjelaskan.
"Oh, lalu bagaimana dengan Kreacher?"
"Tentang Kreacher Harry, sebaiknya kau tidak bercerita kepada Hermione tentang kejadian yang sebenarnya." Tonks mengatakan ini hampir dengan bisikan.
"Kenapa memangnya?"
"Ketika Hermione datang ke sini, kami mengatakan kepadanya kalau Kreacher mati karena usianya yang memang sudah tua." Tonks mengatakan.
"Sedangkan yang sebenarnya.?"
"Remus sebagai pemilik baru rumah ini memerintahkan Kreacher untuk datang ke kamar kerjanya pada waktu bulan purnama." Tonks mengatakan ini dengan lebih pelan lagi tetapi Harry mendengarkan dengan jelas.
"Dan Dumbledore setuju dengan ini?" Harry mau tidak mau merasa sedikit senang karena Kreacher kini sudah mati.
"Dumbledore pura-pura tuli ketika kami merencanakan ini." Tonks menjawab.
"Baguslah kalau begitu." Harry tersenyum lebar.
"Baiklah Harry. Ron, Hermione dan Ginny sekarang tampaknya sedang berada di atas. Sebaiknya kau menemui mereka."
"Baiklah Mrs.Weasley."
Harry berpisah dengan mereka bertiga dan mulai memasuki bagian dalam dari rumah. Ketika dia menyusuri rumah keluarga Black tersebut, rasa bersalah dan rasa rindu berkecamuk di hatinya. Harry kira dia sudah melupakan semua rasa bersalah dan rasa sedih ketika dia berbicara dengan Dumbledore pada awal liburan, tetapi kini tampaknya perasaan bersalah tersebut muncul lagi setelah dia berada di tempat ini.
Menaiki tangga menuju lantai dua sepertinya merupakan perjalanan terpanjang dan terberat dalam hidupnya, setiap langkah anak tangga mengingatkannya pada suara Sirius yang sering bergaung ke seluruh penjuru rumah, tetapi kini dia tidak dapat mendengarkannya lagi.
Ketika dia berdiri di depan pintu kamar yang dipakai oleh Hermione dan Ginny tahun lalu untuk tidur, dia merasa bahwa dia tidak siap untuk bertemu teman-temannya. Suara mereka yang sedang berbincang-bincang di balik pintu terdengar samar-samar.
"Apa yang akan kukatakan pada mereka?' Harry bertanya dalam hati, 'Maaf teman-teman karena telah membawa kalian ke Departemen Misteri untuk usaha yang sia-sia dan menyebabkan kalian terluka.'
'Tetapi kau tidak mengajak mereka turut serta, merekalah yang memaksa ikut.' Suara kecil di hatinya membuat Harry tambah bingung.
Harry memutuskan untuk tidak dulu bertemu dengan teman-temannya dan dia mulai melangkahkan kakinya untuk menuju ke kamarnya.
Baru beberapa langkah dia berjalan, Harry mendengarkan suara pintu terbuka. Ketika dia membalikkan badannya, suara melengking langsung terdengar "HARRY."
Dia kembali ditarik untuk yang kedua kainya hari itu kedalam pelukan keras yang membuatnya sulit untuk bernafas. Dia secara samar-samar melihat rambut lebat menggelitik dagunya. 'Sejak kapan aku setinggi ini?'
"Harry! Oh Harry! Kau di sini! Aku merindukanmu! Apa kabarmu? Apa terjadi sesuatu padamu? Mrs.Weasley mengatakan sesuatu tentang kau pergi dari rumah bibimu pagi ini! Kau baik-baik saja? Wow kau sudah berubah! mana kacamatamu? Bagaimana hasil OWLmu? Aku dapat 14 OWL! Bagaimana dengan..."
'Oh, ini pasti Hermione.'
"Ayolah Hermione." Suara Ron terdengar samar-samar. "Kau hampir seburuk ibuku. Biarkan dia bernafas."
"Maaf." Hermione tersenyum cerah ketika dia melepaskan Harry.
Belum sempat Harry pulih dari rasa terkejutnya, dia kembali dipeluk oleh seorang gadis kecil berambut merah.
Ginny memeluknya. Harry terkejut karena Ginny belum pernah memeluknya.
"Apa kabarmu?" Ginny berkata setelah melepaskan Harry.
"Aku baik-baik saja." Dia tersenyum.
"Kau tidak keberatan kalau aku tidak memelukmu kan teman?" Goda Ron.
"Oh ayolah, satu pelukan saja." Harry membalas.
Ron menggenggam tangan Harry dan mereka berpelukan sebagai tanda persaudaraan.
"Terima kasih karena sudah menangkap tikus bajingan itu Ron." Harry mengatakan ini di telinga Ron ketika mereka berpelukan.
"Tidak masalah, saudaraku." Ron tersenyum.
"Ayo masuk Harry, kau pasti lelah setelah perjalanan jauh." Hermione berkata.
"Tidak juga, aku menggunakan portk..."
Tetapi Hermione dan Ginny sudah menariknya ke dalam kamar dan menyuruhnya duduk di kursi tanpa mempedulikan protes Harry.
"Kau harus banyak beristirahat Harry. Setelah latihan yang kau lakukan pasti kau sangat lelah."
"Sudah kukatakan aku menggunakan Portkey menuju ke sini dan hari ini tidak ada lati..."
Tetapi Hermione memotongnya kembali.
"Biar kami saja yang berbicara Harry, kau duduk saja dengan tenang di situ."
Harry melihat kepada ketiga temannya dan melihat ekspresi wajah mereka yang serius, bahkan Ron yang yang biasanya acuh tak acuh juga bertampang serius kali ini. Harry lalu menyadari keadaannya.
"Apakah ini suatu interogasi?" Harry bertanya dan takut akan jawaban mereka.
"Kurang lebih begitu." Hermione mengatakan dengan ringan.
Ron, Hermione, dan Ginny kini mengelilingi Harry yang sedang duduk di kursi kayu. Hermione tepat berada di hadapannya, Ron di sebelah kanannnya. Sedangkan Ginny di sisi satunya lagi.
"Baiklah, apa yang ingin kalian ketahui. Apakah kalian ingin mengetahui tentang apa saja yang kupelajari selama liburan?" Harry menyadari dia tidak bisa lolos dari keadaan ini.
"Tidak" Mereka bertiga mengatakan dengan berbarengan
"Apa yang ingin kalian ketahui kalau begitu?"
"Kau pasti tahu Harry." Kali ini Ron yang berkata.
"Aku tidak tahu, sungguh."
"Selama masa kami tinggal di sini, kami selalu berusaha menguping apabila ada pertemuan order." Hermione berkata.
"Lalu?"
"Sekitar tiga minggu yang lalu, kami sempat mendengarkan sesuatu yang menarik sebelum ketahuan oleh Mrs.Weasley."
"Apa yang mena..."
"Diam dan dengarkan." Hermione memotongnya dengan cepat.
"Kami mendengarkan Professor Dumbledore berkata kepada anggota order bahwa dia telah memberitahumu isi dari ramalan yang pecah pada waktu insiden di Departemen Misteri."
"Oh itu." Mereka mengangguk. Harry seharusnya tahu kalau mereka ingin tahu tentang isi dari ramalan tersebut. Professor Dumbledore pernah mengatakan kepadanya bahwa hanya Harry dan Dumbledore yang mengetahui isi sepenuhnya dari ramalan. Para anggota Order yang utama juga hanya mengetahui isi yang telah diketahui oleh Voldemort dan pengikutnya, yaitu bagian awal dari ramalan tersebut.
"Kalian ingin tahu apa isi dari ramalan tersebut?" Harry bertanya pelan
"Tentu saja Harry, kami temanmu. Kami ingin membantumu melewati semua ini." Ron berkata.
Pikiran Harry berkecamuk, haruskah dia memberitahu mereka? Dumbledore mengatakan kepadanya bahwa hak Harry-lah apabila dia ingin mengatakan isi dari ramalan tersebut kepada orang lain. Tetapi dia juga mengingatkan kepadanya bahwa siapapun yang mengetahuinya akan berada dalam bahaya yang amat besar. Karena tentunya mereka akan menjadi incaran Voldemort. Apalagi apabila orang tersebut tidak menguasai Occlumency, isi ramalan dapat dengan mudah dikorek oleh Voldemort.
Harry telah memutuskan.
"Kalian benar-benar ingin tahu?" Harry memelankan suaranya.
Ron, Hemione, dan Ginny membungkukkan badan mereka sambil menganggukkan kepalanya.
"Sungguhkah?"
Wajah mereka bertiga semakin dekat dengan wajah Harry karena mereka terus membungkukkan badan mereka karena tidak ingin melewatkan satu katapun yang akan keluar dari mulut Harry.
Tetapi yang dilakukan oleh Harry berikutnya bukanlah seperti yang mereka harapkan. Bahkan perbuatan Harry merupakan hal yang sangat tidak sesuai dengan karakternya dan membuat mereka bertiga terkejut setengah mati.
Harry memegang belakang kepala Hermione dan MENCIUMNYA di bibir dengan keras dan cepat lalu mengatakan
"Apa yang membuatmu berpikir aku akan memberitahu kalian?"
Harry langsung bangkit dari tempat duduknya dan bergerak menuju pintu kamar. Kedua Weasley dan Hermione Granger masih terlalu terkejut untuk menghentikan Harry.
Tanpa melihat ke arah mereka lagi, Harry berkata, "Aku butuh ketenangan, jangan ganggu aku untuk sementara waktu."
Harry menutup pintu meninggalkan Hermione yang wajahnya memerah karena malu akan apa yang baru saja terjadi. Ron juga mukanya memerah, tetapi pastinya bukan karena malu. Tangannya terkepal dan melemparkan pandangan yang membunuh ke arah pintu.
Kamar tidur Sirius sangatlah besar. Kamarnya didekorasi dengan warna-warna Gryffindor. Terdapat tempat tidur berukuran besar yang indah di sudut ruangan. Tepat di seberangnya terdapat perapian dan di sudut ruangan yang lain terlihat dua buah kursi beserta meja dengan satu set alat catur.
Harry Potter duduk di salah satu kursi dan merenungkan apa yang baru saja dilakukannya. 'Aku tak percaya aku baru saja mencium Hermione di bibir. Apa pendapat mereka tentangku sekarang? Biarlah mereka membenciku, yang penting mereka semua aman.'
Kamar ini benar-benar membawa kembali kenangannya atas Sirius. Walaupun dia sendiri belum pernah memasuki kamar ini, sisa-sia kehadiran Sirius sangat terasa. 'Seharusnya aku tidak kembali lagi ke sini. Tempat ini hanya akan membuatku gila'. Harry menghela napas panjang.
Maka dari itu, Harry melakukan apa yang selalu dia lakukan selama musim panas untuk mengalihkan pikirannya dari Sirius, dia membaca. Harry membuka kopernya dan mengeluarkan salah satu buku yang dia bawa dari Lemari Besi keluarganya dan belum sempat dia baca sama sekali, yaitu biography dari keempat pendiri Hogwarts.
"Semenjak era Merlin yang dipercaya sebagai penyihir terkuat sepanjang masa, barangkali tidak ada yang mampu mendekati pencapaiannya kecuali Godric Gryffindor. Jauh sebelum mendirikan sekolah sihir Hogwarts, beliau telah dikenal di seluruh penjuru dunia sebagai pahlawan.
Salah satu pencapaiannya yang luar biasa dan patut dikenang adalah ketika beliau seorang diri mampu memusnahkan setengah dari populasi vampir di seluruh dunia ketika perang antara vampir dan penyihir meledak pada sekitar tahun 850 masehi yang diakhiri dengan gencatan senjata.
Atau ketika beliau berpartisipasi dalam perang Atlantis. Pasukan perang Atlantis yang sedang dalam misi untuk menaklukkan dunia berhasil dipukul mundur oleh Godric Gryffindor hanya dalam satu serangan. Kutukan yang dilakukan Gryffindor pada waktu itu sangat menyeramkan sehingga Godric Gryffindor sendiri bersumpah tidak akan menggunakannya lagi.
Lahir dari salah satu selir Raja Romawi, Godric Gryffindor memulai petualangan sihirnya pada usia 6 tahun ketika dia..."
Setelah selesai membaca cerita mengenai Godric Gryffindor yang amat memukaunya, Harry tertidur lelap di kursi sampai dia dibangunkan oleh seorang peri rumah pada malam hari.
"Permisi Harry Potter sir."
Setelah dipanggil beberapa kali, Harry akhirnya terbangun dan melihat seorang peri rumah sedang berdiri di hadapannya dan tampak familiar.
"Winky?"
"Maaf, Harry Potter sir, apakah Harry Potter sir ingin dibawakan makan malam?" Peri rumah wanita yang tahun lalu berada dalam kondisi berantakan, kini tampaknya telah keblai seperti sedia kala.
"Apa yang kau lakukan di sini Winky?" Harry merasa heran kenapa WInky yang seharusnya berada di Hogwarts, kini malah berada di rumah ini.
"Professor Dumbledore sir menanyakan Winky apabila Winky ingin bekerja kepada Master Remus Lupin. Dan Winky menyetujuinya karena Winky sangat ingin kembali menjadi Peri rumah yang baik dan melayani suatu keluarga penyihir." Winky menjelaskan dengan suaranya yang melengking.
"Bagaimana dengan Dobby? Apakah dia juga di sini?"
"Tidak sir! Dobby memang ditawari juga oleh Professor Dumbledore. Tetapi Dobby bilang dia hanya ingin bekerja di bawah Harry Potter yang hebat dan Dobby juga mengatakan bahwa dia akan menawarkan jasanya kepada Harry Potter kalau Harry Potter nanti sudah lulus dari Hogwarts."
Harry tersenyum dan merasa tersanjung atas niat Dobby.
"Jadi, apakah sir ingin dibawakan makan malam oleh Winky? Master Lupin menyuruh Winky untuk menanyakannya kepada sir karena master berpendapat sir butuh waktu dalam kesendirian."
"Baiklah Winky." Harry memang merasa perutnya memang sudah lapar dan dia merasa segan untuk turun ke bawah atas apa yang telah dia lakukan kepada temannya.
Tak berapa lama kemudian Winky kembali dengan nampan penuh makanan yang dihabiskan dengan sekejap oleh Harry.
Setelah makan malam yang mengenyangkan, Harry melanjutkan membaca bukunya. Dia kini akan membaca cerita mengenai Salazar Slytherin.
"Nama Salazar Slytherin telah dikenal selama ratusan tahun sebagai penyihir gelap dengan obsesinya untuk membersihkan kalangan penyihir dari pengaruh Muggle yang dia sebut dengan darah lumpur.
Tetapi tidak banyak orang tahu kenapa Salazar menjadi seperti itu. Salazar mulai menjadi salah satu penyihir hitam karena tragedi yang terjadi di suatu malam yang mengubah hidupnya selamanya.
Malam itu Salazar bersama sahabatnya Godric pulang ke rumah setelah mereka menyelesaikan pembangunan kastil sekolah sihir Hogwarts. Ketika mereka sampai di rumah sederhana milik Salazar, mereka berdua mendapati kondisi rumah dalam keadaan porak poranda.
Istri dan kedua putri dari Salazar ditemukan dalam keadaan mengenaskan. Para muggle yang mengetahui ada sebuah keluarga penyihir yang tinggal di desa mereka menghancurkan rumahnya dan sebelum membunuh ketiga wanita tersebut, terlebih dahulu mereka memperkosanya dengan keji.
Sejak saat itu, Salazar yang tadinya cukup toleran terhadap penyihir yang merupakan kelahiran Muggle, berubah menjadi monster. Menurut legenda, setelah pertentangannya dengan ketiga pendiri Hogwarts yang lain, beliau mendirikan suatu ruangan rahasia di Hogwarts yang tidak diketahui oleh pendiri yang lain. Ruangan ini disebut-disebut mengandung 'horor' yang akan digunakan oleh keturunannya yang sejati untuk membersihkan Hogwarts dari darah lumpur.
Salazar Slytherin merupakan cucu pertama dari Olyvia Slytherin, seorang penguasa kerajaan sihir di Mesir. Bakat sihir Salazar baru terlihat ketika dia ... ."
Hari berikutnya, Harry masih menghabiskan waktunya di kamar. Dia merasa belum siap untuk menghadapi orang-orang yang hanya akan menyatakan simpatinya tentang Sirius dan memperlakukannya seperti anak kecil. Terutama dia tidak siap untuk bertemu teman-temannya karena khawatir atas apa reaksi mereka setelah apa yang diperbuatnya terhadap Hermione.
Selain membaca, dia juga kembali berlatih di dalam kopernya dan mencoba mengulang apa saja yang telah dia pelajari selama musim panas.
Tetapi pada keesokan harinya, mau tidak mau Harry harus turun dan bertemu semua orang karena ini merupakan saatnya untuk dia kembali ke Hogwarts.
Sewaktu dia tiba di ruang makan, Harry melihat hampir semua keluarga Weasley ada di sana kecuali Bill. Bahkan Percy ada di sana. Ketika Percy menoleh kepada Harry, dia langsung mengalihkan pandangannya terhadap telur orak-ariknya yang tampaknya sangat menarik.
Sementara itu anggota order yang ada di situ antara lain adalah Lupin, Tonks, Mad-eye Moody, dan Mundungus Fletcher yang bau tembakaunya sudah tercium oleh Harry sebelum dia memasuki ruang makan.
Setelah mengucapkan selamat pagi kepada semuanya, Harry duduk di sebelah Ron yang tidak mempedulikan bahwa sahabatnya telah duduk di sampingnya. Sedangkan Hermione hanya tersenyum kecil ketika pandangan Harry jatuh kepadanya.
Selama sarapan yang tenang itu, anggota-anggota order berbicara pelan mengenai rencana order yang tampaknya tidak terlalu penting, sementara para murid Hogwarts tidak berbicara sama sekali.
Setelah sarapan selesai, anggota order langsung meninggalkan rumah termasuk Fred dan George yang harus membuka toko mereka. kini yang masih duduk di meja makan adalah Harry, Ron, Hermione, dan Ginny. Mrs.Weasley sedang sibuk membersihkan peralatan makan di dapur.
Selama beberapa menit dalam kesunyian yang canggung, Ginny akhirnya memulai perbincangan setelah melihat kakaknya dan Hermione tampaknya tidak akan membuka mulut sama sekali.
"Baiklah Harry, kami minta maaf karena terlalu ingin ikut campur urusanmu, kau baru tiba tapi kami malah memborbardirmu dengan pertanyaan." Ginny langsung menundukkan kepalanya setelah mengatakan ini.
'Mereka yang meminta maaf?' Harry berpikir.
"Tidak apa-apa, sebagai teman yang baik kalian memang punya hak untuk khawatir terhadapku. Hanya saja kembali ke rumah ini masih terlalu menyakitkan. Aku merasa masih merasakan kehadirannya di seluruh penjuru rumah ini."
"Tapi Harry, Sirius tentunya tidak ingin kau seperti ini terus, kau tidak salah apa pun, kau..."
Harry mengangkat tangan kanannya untuk memotong Hermione, "aku tahu Hermione, setelah perbincangan Dumbledore pada awal musim panas, aku menyadari bahwa yang harus disalahkan atas kematian Sirius adalah Voldemort semata. Voldemort dan pengikutnya." Harry melihat tak satu pun dari mereka bereaksi apa-apa setelah mendengar nama Voldemort disebutkan. 'Mereka memang benar-benar telah berubah' pikirnya.
Harry melanjutkan. "Tetapi kembali ke rumah ini masih terlalu berat untukku."
"Kami mengerti Harry. Dan kau harus mengetahui bahwa kami akan selalu berada di sampingmu dalam setiap kesulitan, iya kan Ron?"
Hermione memandang Ron tajam.
Ron hanya mengeluarkan gerutuan tak jelas tanda mengiyakan tetapi pandangannya masih tidak tertuju pada Harry. 'Ada apa dengan Ron?' Harry bertanya dalam hati.
"Terima kasih teman-teman... tetapi aku tetap masih belum bisa memberitahu kalian tentang isi dari ramalan."
Kali ini dia mendapatkan perhatian Ron. "Kenapa tidak...tidak mungkin seburuk itu kan?" Ron memandang Harry dengan seksama.
"Karena" Harry mendengus "... Kalau Voldemort tahu kalian mengetahui isi dari ramalan tersebut... kalian akan menjadi incaran dia. Aku tidak ingin kalian berada dalam posisi sesulit itu. Dan kalau Voldemort telah mengetahui isi dari ramalan itu, dia tidak akan ragu untuk melakukan serangan total ke seluruh penjuru Eropa."
"Tapi..." Ron keberatan tetapi Hermione mendiamkannya.
"Tidak apa-apa Harry, kami mengerti."
Ron masih tampak masih tidak menerima tetapi Hermione tidak membiarkannya.
"Bukankah tadi kau bilang kau belum berkemas-kemas Ron? Bagaimana kalau kau membantu kakakmu untuk berkemas-kemas, Ginny."
Dengan enggan Ron dan Ginny meninggalkan ruang makan sehingga kini hanya ada Harry dan Hermione.
"Terima kasih Hermione, aku tidak yakin apakah bisa mengatasi kemarahan dari dua orang Weasley sekaligus."
"Tentu saja Harry, aku yang paling tahu tentang kemarahan Weasley setelah terjebak bersama mereka selama dua minggu di sini." Mereka berdua tertawa.
"Baiklah, aku rasa aku juga akan berkemas-kemas." Harry bangkit.
"Tunggu Harry!" Hermione menahan Harry.
"Ya?"
Hermione tampak ragu-ragu mengatakan kalimat berikutnya, "Ke..kenapa kau menciumku waktu itu."
Wajah Granger muda itu langsung memerah kembali seperti dua hari yang lalu.
Harry tertawa kecil. "Kupikir hanya itu satu-satunya cara untuk melepaskan diriku dari para penginterogasiku."
Harry mengedipkan sebelah matanya kepada Hermione sebelum dia meninggalkan ruangan.
