Disclaimer : I don't own the Harry Potter universe. All credits goes to the lovely J.K Rowling.(kayaknya lebih keren kalo pake bhs Inggris).
CHAPTER X :PERTEMPURAN DI KING'S CROSS BAGIAN I
Peron 9 3/4 ramai seperti biasanya dengan murid-murid Hogwarts yang akan memulai tahun ajaran baru di sekolah sihir kesayangan mereka
Dari rombongannya, Harry Potter tiba paling akhir setelah melawati penghalang menuju peron. Rombongannya selain terdiri dari yang akan bersekolah, juga beranggotakan Mrs dan Mr Weasley, Remus Lupin, Mad-eye Moody, Nymphadora Tonks, Emmiline Vance.
"Ayo cepat, keretanya sebentar lagi akan berangkat." Ucap Mrs.Weasley.
Ron, Hermione, dan Ginny mulai menaiki kereta. Tetapi ketika Harry hendak naik, Moody menahannya.
"Sebentar Potter, ada yang ingin kuberikan kepadamu." Geram Moody.
"Kalian duluan saja carikan kompartemen yang kosong untuk kita." Harry berkata kepada teman-temannya yang penasaran kenapa Moody menahannya.
Harry mengikuti Moody yang tampaknya ingin mencari tempat yang tenang untuk memberikan apapun itu yang akan diberikan kepada Harry. Lupin juga menyusul di belakang Harry.
Moody membawa mereka cukup jauh sehingga Lupin berkata, "Kurasa ini sudah cukup jauh Mad-eye, Harry nanti akan ketinggalan keretanya."
Akhirnya Moody berhenti di sekitar ujung dari peron yang belum pernah Harry lihat. Di sini terdapat semacam ruang tunggu untuk kereta karena terdapat beberapa kedai minuman dan makanan beserta tempat duduk yang cukup banyak.
"Baiklah, kurasa di sini aman." Moody berkata sambil melihat ke sekelilingnya.
"Oke, apa yang mau kau berikan Alastor?" Harry sudah terbiasa memanggil Moody begitu.
"Aku mau memberikan ini kepadamu Harry."
Moody memasukkan tangan ke sakunya dan mengeluarkan sebuah cincin emas dengan jamrud hijau cerah di tengahnya dan menjulurkannya kearah Harry.
"Alastor, apa kau melamarku? Usiaku baru 16 tahun, tunggulah beberapa tahun lagi." Harry tersenyum nakal.
Lupin meledak dalam tawa yang keras sehingga mengundang perhatian dari orang-orang sekitar. Sementara itu Mad-eye hanya menggeram.
"Itu Potter, adalah tanda bahwa kau kini adalah anggota resmi Order of The Phoenix."
"Aku anggota order?" Harry bertanya keheranan. "Aku tidak pernah bilang kalau aku ingin menjadi anggota order."
"Ehm.." Remus berbicara "Sebenarnya kau pernah menyatakan keinginannmu Harry tahun lalu ketika kau pertama kali datang ke Grimmauld Place."
"Ya, tapi itu tahun lalu, aku bahkan tidak yakin apakah aku ingin masuk order lagi, lagipula bukankah umurku belum cukup?"
"Dumbledore berpendapat kau sudah mempunyai keahlian yang cukup untuk layak menjadi anggota order. Lagipula walaupun kau jadi anggota, bukan berarti kami akan mengirimmu dalam suatu misi, kau masih bersekolah Harry." Remus menjelaskan
"Kalau begitu untuk apa aku menjadi anggota Order kalau aku tidak diberikan peran apa-apa?" Harry bertanya kesal.
Moody yang menjawab. "Seperti yang Lupin bilang, kami tidak mengirimmu dalam misi karena kau masih bersekolah. Tetapi kau tetap bisa mengikuti semua pertemuan order dan memberikan saran-saran kalau kau mau. Dumbledore sudah bersumpah dia tidak akan menempatkanmu lagi dalam posisi serba tidak tahu."
Hening sejenak.
"Bagaimana Potter, kau setuju untuk bergabung?" Moody bertanya.
Harry mengangguk. "Baiklah. Berikan cincinnya."
Remus dan Moody tampak lega dengan keputusan Harry.
Moody memasangkan cincin tersebut ke jari manis Harry dan cincin itu menyesuaikan ukurannya dengan ukuran jari Harry.
"Ini bukan hanya sekedar cincin Harry. Cincin ini juga bisa digunakan untuk berkomunikasi dengan anggota order yang lain. Tekan saja jamrud itu dan sebutkan kau ingin berbicara dengan siapa. Dengan nama sandi tentu saja." Remus berkata.
"Benar, nama sandimu adalah The Prophecy Boy. Sedangkan nama sandiku The Lonely Wolf." Ucap Remus.
"Dan apa kata sandimu Alastor?" tanya Harry.
"Eye of Newt." Jawab Moody singkat.
"Kalau Dumbledore?"
"Roast Chicken."
"Roast Chicken?" Harry menyipitkan matanya.
"Jangan tanya Harry."
"Baiklah, bagaimana dengan Tonks, apa..."
"Sudah Harry, nanti aku beri kamu daftarnya. Bagaimana kalau kau coba terlebih dahulu. Tekan jamrudnya dan dekatkan mulutmu ke cincin sambil berkata 'The Prophecy Boy ingin berbicara dengan The Lonely Wolf '." Remus menjelaskan dengan cepat karena khawatir keretanya akan segera berangkat.
Harry menekankan jempol kirinya ke cincinnya dan berkata, "The Prophecy Boy ingin berbicara dengan The Lonely Wolf."
Dengan segera mereka berbicara melalui cincin tersebut. Kemudian Remus juga mencobanya dengan menghubungi Harry.
"Baiklah Harry. Apabila order mengadakan pertemuan, cincinmu akan bergetar dan jamrudnya berubah menjadi putih. Kau harus menekan jamrud itu untuk menandakan kau akan hadir utnuk pertemuan tersebut. Bila tidak, kau cukup mengucapkan kata sandimu untuk menandakan kau tidak akan ikut pertemuan. Sedangkan apabila jamrud itu berubah menjadi merah, itu menandakan keadaan darurat dan semua anggota harus datang ke markas."
Harry mengangguk tanda dia mengaerti. Tetapi masih ada yang mengganjal di pikirannya.
"Bagaimana aku harus secepat mungkin menuju ke markas? Aku tidak bisa berapparate."
"Tenang Potter, Aberforth nanti akan mengajarimu berapparate di sekolah. Tetapi tidak ada yang boleh tahu apa yang kau lakukan, jadi bilang saja pada teman-temanmu kau berlatih pertahanan ilmu hitam tambahan dengannya." Moody berkata.
"Apakah dia guru PTIH yang baru?."
"Iya." Jawab Moody
Harry bersiap-siap untuk kembali ke kereta ketika suara ledakan yang dashyat terdengar dari ujung peron yang satu lagi.
DUUAARRRRR
Suara ledakan itu sangat dashyat sehingga semua orang menundukkan badannya. Harry yakin para muggle di luar peron 9 3/4 juga pasti mendengar suara tersebut.
"Ada apa ini?" Harry bertanya kepada kedua temannya. Dia melihat Remus dan Moody sudah mengeluarkan tongkat mereka.
"Aku tidak tahu Harry, lebih baik kau segera..."
Tetapi suara Remus langsung tenggelam oleh suara dingin menyeramkan yang bergema ke seluruh peron.
"SELAMAT SIANG SEMUA, NAMAKU LORD VOLDEMORT, DAN AKU AKAN MENGAMBIL ALIH TEMPAT INI UNTUK SEMENTARA WAKTU."
Suasana langsung bergemuruh. Teriakan panik yang memekakkan telinga keluar di sana sini setelah nama Voldemort disebutkan. Banyak yang berlari ke arah Harry berdiri sekarang untuk menjauh sejauh mungkin dari Voldemort. Banyak juga yang berusaha untuk berapparate tetapi tampaknya gagal dan mereka semakin panik
"KALIAN AKAN MENEMUKAN BAHWA TIDAK ADA JALAN UNTUK KELUAR DARI SINI. ANTI APPARASI SUDAH DIAKTIFKAN, BEGITU JUGA DENGAN ANTI PORTKEY." Voldemort berkata lagi dengan suara yang dikeraskan dengan mantra sonorus.
"TETAPI TIDAK ADA ALASAN UNTUK PANIK ASALKAN KALIAN MEMBERIKAN APA YANG KUINGINKAN... AKU MENGINGINKAN..."
Suasana langsung sunyi senyap ketika mereka menunggu kata-kata berikutnya keluar dari mulut Voldemort.
"...HARRY POTTER."
Harry sudah menduga inilah yang diinginkan Voldemort. Lalu entah apa yang telah merasukinya, Harry megeluarkan tongkatnya dan mulai berjalan melalui kerumunan orang-orang menuju arah Voldemort.
"Harry, apa yang kau lakukan!" Sebuah tangan menahan Harry di pundaknya, tetapi Harry tidak mempedulikannyadan menyingkirkan tangan itu.
"HARRY!" Remus meninggikan suaranya. Orang di sekitar situ kemudian mengetahui bahwa Harry Potter sedang berada di dekat mereka dan mereka yang melihatnya langsung memberikan jalan kepada The-Boy-Who-Lived.
"Lepaskan aku Mad-eye! Aku tidak akan membiarkan Harry berhadapan dengan dia sendirian.!" Moody tampak menahan Remus untuk mengejar Harry.
"Harry harus melakukan apa yang harus dia lakukan Lupin. Dan kita sebagai anggota order harus melakukan tugas kita, yaitu memastikan keselamatan orang-orang di sini dan memanggil bantuan."
"Tidak bisa, hanya dia yang kupunya sekarang setelah Sirius, tidak mungkin aku membiarkan..."
"Harry harus melakukan ini sendirian Lupin, ada alasan kenapa Harry memiliki bekas luka di dahinya itu."
Suara argumen Remus dan Moody sudah tidak kedengaran lagi oleh Harry yang kini telah berada cukup jauh dari mereka. Orang-orang memberikan jalan kepada Harry dan melihat remaja berusia 16 tahun itu tampak melangkah gagah tanpa rasa takut sama sekali menuju penyihir paling kuat dan paling jahat di dunia saat ini.
Tetapi di dalam diri Harry batinnya berkecamuk. Di satu sisi dia sangat ketakutan. Tetapi di sisi lain dia ingin menunjukkan kepada dunia bahwa Voldemort juga manusia dan dia bisa dilawan asalkan kita tidak takut lebih dulu kepadanya.
Harry tahu dia sangat tidak sebanding dengan Voldemort. Tetapi dia harus berbuat sesuatu karena apabila dia tidak muncul, Voldemort akan mulai membunuhi orang-orang di sekitar peron, dan banyak diantara mereka adalah murid Hogwarts yang belum sempat naik ke kereta.
Harry berpikir dia harus mengulur waktu sampai bala bantuan dari Dumbledore dan Kementrian tiba.
Dia akhirnya tiba di akhir kerumunan. Harry melihat sekitar 20 meter dihadapannya berdiri seorang penyihir dengan wajah seperti ular dengan sedikitnya selusin Death Eater berdiri di belakangnya. Di sebelahnya terlihat sumber dari ledakan sebelumnya. Lokomotif Hogwarts Express hancur lebur karena ulah Voldemort. 'Mudah-mudahan masinisnya sedang tidak ada di sana' Harry berharap cemas.
"Ah Harry, sangat Gryffindor sekali kau berhadapan denganku seorang diri. Kemana para penjagamu?" Voldemort menyeringai lebar dan tampaknya dia telah melepaskan pengaruh mantra sonorus.
"Apa yang kau inginkan TOM?" Harry menekankan suaranya pada Tom.
"Beraninya kau memanggilku dengan nama itu!" Seringai di wajah Voldemort menghilang. Getar ketakutan dari orang-orang dibelakang Harry tidak disadarinya.
"Aku harus memanggilmu apa kalau begitu?...Riddle?" Harry mencoba untuk bersikap setenang mungkin menghadapi penyihir yang telah membunuh kedua orang tuanya itu, tetapi di dalam hatinya dia sangat ketakutan.
"Namaku LORD VOLDEMORT. Kau sebaiknya ingat itu." Walaupun tanpa mantra sonorus, suara Voldemort masih bergema ke seluruh tempat.
"Maaf, aku tidak pernah memanggil orang dengan nama palsunya." Harry memaksakan utnuk tersenyum.
"Dasar anak kurang ajar...CRUCIO" Dengan secepat kilat Voldemort melancarkan kutukan cruciatus ke arah Harry.
Tetapi dengan secepat kilat juga Harry merapalkan mantra pelindung yang dapat memblok mantra Cruciatus.
"ASKOK RED". Harry teriak. Pelindung yang kasat mata memblok kutukan Cruciatus dan mengirimkannya kembali ke arah Voldemort yang hanya mengayunkan tongkatnya untuk menghilangkan kutukan tersebut.
Harry menyadari dia sudah tergeser sekitar satu meter dari tempat berdirinya yang semula karena kuatnya Cruciatus yang digunakan Voldemort.
"Hmm...tampaknya kau sudah belajar beberapa trik baru Harry. Aku terkesan."
Harry tetap memasang wajah waspada, "Katakan saja apa yang kau inginkan Tom, dan segera pergi dari sini."
"Ramalan Harry, aku menginginkan isi dari ramalan." Voldemort berkata pelan.
"Ramalan?...ramalan apa?" Harry pura-pura bodoh.
"Kau tahu jelas ramalan apa yang kumaksud Potter! Sekarang katakan padaku apa isi dari ramalan tersebut atau kubunuh kau!"
Ada beberapa dari kerumunan orang di belakang Harry yang pingsan mendengar kata-kata Voldemort.
"Dan apa yang membuatmu yakin kalau kau membunuhku kau tidak akan ikut mati Tom?" Ucap Harry dengan tenang.
"Apakah itu isi dari ramalan tersebut?"
"Bukan itu maksudku Tom, aku hanya mengatakan apakah kau berani mengambil resiko untuk membunuhku tanpa tahu jelas isi dari ramalan tersebut. Lagipula kau tentu masih ingat apa yang terjadi padamu ketika pertama kali kau mencoba untuk membunuhku." Harry mencoba untuk mengulur waktu selama mungkin.
"LEGILIMENS."
Legilimensi dari Voldemort sangat kuat dan kasar. Lebih kuat dari Dumbledore dan lebih kasar dari Snape.
Dengan segera Voldemort berhasil menembus lapisan Harry yang ketuga. Ingatan-ingatan Harry tentang latihannya bersama-sama dengan anggota order mulai keluar dari pikirannya. Harry mencoba keras untuk memblok Voldemort, tetapi Voldemort terlalu kuat dan Harry juga sudah agak lelah karena mantra rumit yang baru dilakukannya untuk memblok Cruciatus.
Voldemort terus berpenetrasi sehingga dia mencapai lapisan Harry yang keenam. Ingatan tentang pembicaraan Harry dengan teman-temannya mulai keluar.
Harry tahu dia tidak akan bisa menghentikan Voldemort dengan cara biasa, karena itu dia memutuskan untuk kembali menggunakan cara yang dia lakukan ketika pertama kali dia belajar Occlumency dengan Snape.
Harry mengangkat tongkatnya "PROTEGO"
Voldemort langsung keluar dari pikirannya dan terlihat dia agak terkejut.
"Menarik... tampaknya Dumbledore telah mempersiapkanmu dengan baik Harry." Voldemort malah tersenyum setelah legilimency-nya gagal.
"Dengan kemampuan sepertimu, kau sudah pantas untuk masuk ke dalam lingkaran dalam anak buahku Harry. Bergabunglah denganku Harry, bersama-sama kita bisa menguasai dunia ini dan aku bisa memberimu kekuatan yang hanya bisa kau impikan. Tak perlu kita terus-menerus berseteru, begabunglah denganku Harry Potter." Bujuk Voldemort.
Amarah Harry langsung memuncak.
"Kau gila, untuk apa aku bergabung dengan orang yang sudah menghancurkan hidupku? Kau sudah membunuh ayah dan ibuku. Anak buah brengsekmu Bellatrix juga membunuh ayah baptisku. Lebih baik aku membusuk di neraka yang terdalam daripada bergabung denganmu TOM MARVOLLO RIDDLE!"
Tetapi Voldemort masih tetap tersenyum.
"Tetapi kau tidak punya pilihan Harry, mungkin kau telah menguasai berbagai macam mantra pelindung, tetapi tidak ada yang bisa mantra yang dapat menghalau kutukan pembunuh."
Voldemort melanjutkan setelah hening sejenak.
"Kau bisa menghindar tentu saja. Tetapi kalau kau menghindar, orang-orang dibelakang tentunya akan terkena imbasnya."
Teriakan panik kembali terdengar dari kerumunan penyihir di belakang Harry.
"Aku tak akan menghindar." Jawab Harry dengan tegas.
"Hmm...berani, sama seperti ayahmu Harry. Tetapi sayangnya kau juga akan mengalami nasib yang sama seperti dia..."
"AVADA KEDAVRA"
Kilatan cahaya hijau keluar dari tongkat Voldemort.
"EXPELLIARMUS" teriak Harry.
Lalu hal yang sama dengan yang terjadi di kuburan Tom Riddle senior terjadi lagi. Cahaya merah bertemu dengan cahaya hijau dan kedua cahaya tersebut saling berhubungan menciptakan kilatan cahaya keemasan.
Tangan Harry bergetar hebat, begitu juga dengan Voldemort. Harry tidak lagi memperhatikan sekelilingnya dan memfokuskan pandangannya kearah Voldemort.
Kini Harry dan Voldemort sudah terangkat dari tanah, sama seperti sebelumnya.
Seperti ada kesepakatan di antara mereka, Harry dan Voldemort sama-sama melepaskan hubungan tongkat mereka dan kaki mereka kembali menginjak tanah.
Suasana hening selama beberapa saat. Kemudian Voldemort menyeringai lebar.
"Ha..ha..ha.. kelihatannya kau masih memakai tongkat yang sama seperti tahun lalu. Memang seharusnya aku tahu kau akan mengandalkan tongkatmu yang memiliki inti yang sama dengan tongkatku." Voldemort terlihat seperti orangtua yang bangga kepada prestasi anaknya.
"Tetapi...tidak selamanya trik seperti itu berlaku untukku Harry."
"EXPELLIARMUS."
Kali ini rapalan mantra pelucut keluar dari mulut Voldemort. Tetapi dia tidak menggunakan tongkatnya, Voldemort mengangkat tangannya yang satu lagi dan mengarahkannya ke Harry sambil merapalkan mantra tersebut.
Harry yang sama sekali tidak menduga Voldemort akan menggunakan taktik itu tidak sempat untuk menghalau sinar merah yang datang kepadanya.
Dengan segera tongkat sihir Harry terlepas dari pegangannya dan meluncur ke arah Voldemort yang dengan tepat menangkapnya dengan tangan kirinya.
Belum sempat Harry hilang rasa terkejutnya karena kehilangan tongkatnya ke Voldemort, Harry melihat Voldemort melakukan tindakan paling tercela untuk dilakukan oleh seorang penyihir kepada penyihir lainnya, yaitu menghancurkan tongkatnya.
Harry membelalakan matanya ketika melihat tongkat sihir kesayangannya yang sudah dia pakai selama lebih dari lima tahun hancur terbakar di tangan musuh bebuyutannya.
"Ha...ha...ha...ha..." Teriakan mengerikan Voldemort benar-benar mampu membuat anak kecil menangis.
"Kau sudah tidak punya apa-apa lagi Harry...Kau tidak memiliki ibu yang bekorban untukmu...kau juga tidak memiliki tongkat sihir phoenixmu...dan yang terakhir..Dumbledore tidak bisa menyelamatkanmu kali ini...kurasa mulai besok kau akan dikenang sebagai The-Boy-Who-Die...Hua...ha...hahaha."
Harry bingung dan putus asa, apa yang harus dia lakukan?... Tetapi dia ingat dia masih memiliki satu tongkat sihir lagi tersembunyi di balik lengan kemejanya.
Harry mengayunkan tangan kanannya ke bawah dan tongkat sihirnya yang berwarna perak keluar dari balik lengan bajunya.
"Aku masih punya ini." Harry berusaha untuk tetap tegar.
Voldemort menatap tongkatnya Harry tetapi dia masih menyeringai lebar.
"Tongkat sihir yang bagus...terbuat dari mythril tampaknya kalau aku tak salah melihat. Tetapi Phoenix tidak bisa memberikan lebih dari dua bulu...jadi tongkat keduamu juga tidak bisa menyelamatkanmu Potter...tidak ada lagi efek mantra balik."
"AVADA KEDAVRA."
