Disclaimer : Harry Potter is mine! hihihi...kidding.

CHAPTER XII : NYANYIAN HALF BLOOD PRINCE

"Ayo Potter, semua orang sudah menunggumu." Suara Professor McGonagall terdengar dari luar kamar Harry.

"Semua orang? Semua orang siapa?" Harry masih sibuk mengganti pakaiannya dengan seragam Hogwarts yang dibawa oleh kepala asramanya.

"Sebelum ke Hogwarts, kita akan ke markas order terlebih dahulu. Ada pertemuan order yang harus kita hadiri."

"Oh, karena itukah anda menjemputku pagi-pagi sekali?"

"Benar, hari ini proses belajar mengajar di Hogwarts sudah kembali lagi. Karena itu pertemuan order kali ini agak lebih pagi."

"Apakah semua anggota akan hadir?" Harry bertanya lagi dari balik pintu.

"Semua anggota order yang berdomisili di Inggris Raya sepertinya akan hadir semua."

"Oh...apakah order memiliki anggota penyihir asing?"

"Tentu saja...Charlie Weasley berhasil merekrut sejumlah penyihir asing sepanjang tahun lalu."

Pintu kamar dimana Harry tidur malam itu terbuka.

"Baiklah, dengan apa kita ke sana?" Harry keluar dari kamarnya.

"Dengan bubuk Floo. Kita akan menggunakan perapian di Lobby utama." Professor McGonagall langsung melangkahkan kakinya dengan cepat.

Sepanjang jalan menuju Lobby, seperti biasanya Harry mendapat pandangan dari sejumlah orang yang berada di St.Mungos, baik itu dari para penyembuh atau dari para pengunjung.

Harry melangkahkan kakinya ke perapian setelah menggenggam sejumlah bubuk Floo dan mengucapkan "Grimmauld Place no 12."

Dia jatuh terjerembab ke lantai dapur rumah yang kini dimiliki oleh Remus Lupin ketika dia tiba.

'Sial.' Umpat Harry dalam hati, 'aku bisa selamat berkali-kali melawan Voldemort, tetapi aku masih belum bisa menggunakan bubuk Floo dengan benar. Mungkin aku harus bertanya ke seseorang mengenai hal ini.'

Harry diangkat dari kondisinya yang tersungkur di lantai oleh sebuah tangan yang kuat dan tangan tersebut menariknya dalam pelukan.

"Jangan pernah lakukan hal itu lagi Harry! Melawan Voldemort dalam duel! Aku sangat khawatir padamu."

Harry tersenyum dan dia membalas pelukan dari Remus. "Maaf karena telah membuatmu khawatir Remus. Tapi aku tidak bisa berjanji untuk tidak melakukannya lagi."

"Harry sobat,senang sekali...

"Melihat kau tidak apa-apa."

"Berani sekali kau...

"Berbuat bodoh seperti itu...

"Tanpa mengajak-ajak kami."

"Halo Fred,George...Kalian anggota order juga kurasa?" Harry melihat si kembar Weasley menghampirinya setelah melepaskan pelukan Remus.

"Sudah saatnya otak kami..."

"Yang brillian ini digunakan..."

"Untuk kebaikan dunia..."

"Walaupun mum keberatan..."

"Kita..."

"Sudah-sudah, kalian membuatku pusing saja bicara bergantian seperti itu. Apa kalian tidak bisa bicara seperti orang normal?" Harry memotong mereka.

"Tapi ini trademark..."

"Kami Harry. Siapapun yang..."

"Mencoba meniru, harus membayar denda..."

"Karena kami telah mematenkan..."

"Sudah cukup kalian! Rapat akan segera dimulai. Harry sayang, senang sekali kau tidak apa-apa."

Mrs.Weasley lalu membawa Harry ke meja makan yang sudah diperbesar dua kali lipat karena banyak sekali anggota order yang hadir.

Dalam hitungan kasarnya, Harry menduga ada sedikitnya lima puluh orang yang hadir di pertemuan.Ada banyak wajah yang belum pernah Harry lihat. Dan ketika mereka melihat ke arah Harry, kebanyakan dari mereka tersenyum kepadanya atau hanya mengangguk.

"Ah...Harry, mari sini, aku sudah menyiapkan tempat duduk untukmu." Dumbledore menunjuk ke kursi di sebelahnya.

Harry duduk di sebelah kanan Dumbledore, sedangkan di sebelah kirinya duduk Professor Snape.

"Kau sudah baik-baik saja kuharap. Permen jeruk?" Dumbledore menawarkan.

"Boleh juga." Harry menerima permen dari tangan Dumbledore dan memasukkannya ke mulutnya.

"Hmmm...lumayan. Walaupun aku lebih menyukai permen rasa blueberry...ini cobalah."

Harry mengeluarkan sebuah permen dari kantongnya dan memberikannya kepada Dumbledore.

"Alas, ini enak juga. Tetapi aku lebih memilih permen yang ada rasa asam-asamnya." Dumbledore memberikan komentarnya.

"Aku mengerti. Hei...apa kau tahu Tom Riddle menyukai Popcorn? Aku mengetahuinya dari berbagai macam mimpi yang kualami tahun lalu. Ternyata setiap kali ada pertemuan Death Eater, selalu ada semangkok popcorn di sebelahnya." Harry berkata.

"Aku tahu." Dumbledore berkata dengan ceria. "Tetapi setiap kali aku mengirimi sekantung popcorn pada ulang tahunnya, dia kesal. Dan Fawkes sudah menolak untuk mengantarkannya lagi karena dia mengeluh tentang Tom selalu melontarkan kutukan pembunuh setiap kali dia datang ke markasnya, baru tahun lalu dia..."

"Ehmm, kurasa rapatnya harus segera dimulai Dumbledore." McGonaggall tampak kesal. Sedangkan yang lainnya hanya tersenyum atas sikap unik Harry dan Dumbledore.

"Oh, iya. Tapi sebelum kita mulai, mari kita mengangkat gelas kita untuk anggota keluarga kita yang telah meninggalkan kita karena dengan gagah berani melawan kekuatan hitam kemarin di Azkaban. Mari kita mengangkat gelas kita untuk Nymphadora Tonks!"

Semua anggota mengangkat gelas mereka dan menyebutkan nama Tonks.

"Baiklah, pertama-tama aku ingin mengenalkan anggota kita yang baru, Mr.Harry Potter. Dumbledore mulai bertepuk tangan yang segera diikuti oleh anggota lainnya walaupun tidak semuanya.

Sesuai dugaan, Harry melihat Professor 'kesayangannya', yaitu Professor Snape tidak ikut bertepuk tangan dan hanya memandangnya dengan dingin seperti biasanya. Sedangkan orang lain yang juga tidak bertepuk tangan adalah Mrs.Weasley. Hal ini aneh sekali, dan Harry melihat Mrs.Weasley tampak menahan dirinya untuk mengajukan semacam protes.

Setelah tepuk tangan selesai, Mrs.Weasley sepertinya tidak bisa menahan dirinya lagi dan mulai menyatakan keberatannya.

"Aku harus protes Albus, Harry masih terlalu muda untuk hal ini. Lebih baik tunggu sampai dia cukup umur terlebih dahulu." Protes Mrs.Weasley.

Harry tidak bisa mempercayai apa yang baru didengarnya. Dia tahu Mrs.Weasley hanya khawatir kepadanya. Tetapi tetap saja, dia merasa bahwa dia telah lebih memberikan bukti yang lebih dari cukup bahwa dia mampu. Dan Mrs.Weasley bukanlah ibunya atau walinya, sehingga dia tidak punya kuasa atas Harry.

"Aku juga harus setuju dengan Weasley dalam hal ini, Dumbledore." Harry mengeluh dalam hati karena suara ini keluar dari Snape. Apapun yang akan keluar dari mulutnya tentu saja tidak akan menguntungkan Harry.

"Anak yang tidak kompeten ini hanya akan membawa bencana untuk Order of The Phoenix..."

Sebelum Snape menyelesaikan kalimatnya, Remus bangkit dari tempat duduknya sambil mengeluarkan tongkatnya. tetapi Harry menahannya.

"Oh ya? Asal kau tahu saja ya Snape, anak tidak kompeten ini berhasil menahan mantan bosmu dari membunuhi semua orang di King's Cross sampai bosmu yang baru datang. Aku bisa menduga ada dimana kau saat itu, bersembunyi di bawah tanahmu seperti biasa yang..." Harry membalas hinaan Snape sebelum dipotong oleh Dumbledore.

"Cukup Harry, jaga emosimu. Dan Severus, jaga sikapmu. Harry sudah resmi menjadi anggota Order of The Phoenix dan tidak bisa diperdebatkan lagi." Terdapat nada finalitas pada suara Dumbledore.

Dumbledore melihat ke arah Molly Weasley dan Severus Snape secara bergantian. Karena salah satu dari mereka tidak ada yang protes lagi, Dumbledore melanjutkan rapatnya.

"Seperti yang kalian tahu, Voldemort dan Death Eaternya menyerang di dua tempat. Dan jatuh korban di kedua belah pihak." Dumbledore mengatakan bagian akhir dari kalimatnya dengan berat hati.

"Tetapi hal pertama yang akan kita bahas adalah kejadian setelah itu semua. Yaitu topi seleksi."

"Ada apa dengan topi seleksi?" Tanpa sadar Harry mengatakan ini dengan keras.

Dumbledore hanya tersenyum dan melanjutkan.

"Bagi semua yang hadir di acara seleksi semalam tentunya sudah tahu. Tetapi karena sebagian besar dari kalian belum tahu, maka aku akan menunjukkannya."

Dumbledore mengeluarkan sesuatu dari bawah meja dan meletakkannya di meja. Sebuah pensieve.

Dia lalu menempelkan tongkatnya ke pelipisnya untuk memasukkan pikirannya ke dalam pensieve.

Bagi siapa saja yang berada di dekat pensieve tersebut akan dapat melihat bayangan topi seleksi yang muncul di dalam pensieve.

Kemudian terdengarlah nyanyian paling aneh yang pernah Harry dengar, lebih aneh dari lagu-lagu topi seleksi sebelumnya.

Half Blood Prince, Half Blood Prince

Show yourself, show your courage

Accept your destiny, accept your fate

The Chosen One cannot do this alone

The Chosen One need your help

Half Blood Prince, Half Blood Prince

It's your time to rise above

"Huh? Apa maksudnya?" Harry bertanya karena anggota yang lain tidak ada yang bertanya.

"Pertanyaan yang bagus Harry. Siapa sebenarnya 'Half Blood Prince ini'?" Dumbledore membelai-belai jenggotnya tanda dia berpikir.

"Maaf Dumbledore, kurasa bukan hanya 'Half Blood Prince' saja yang perlu kita ketahui, tetapi juga siapa 'The Chosen one' ini(yang terpilih)?" Suara Kingsley Shacklebolt terdengar dari ujung meja dan banyak yang mengangguk setuju atas perkataan Kingsley.

"Tidak Kingsley, tampaknya sudah jelas siapa yang terpilih yang dimaksud topi seleksi." Dumbledore berkata dengan tenang.

"Siapa kalau begitu?" Pertanyaan ini datang dari beberapa orang.

"Tentu saja yang dimaksud adalah Mr.Harry Potter kita sendiri." Dumbledore memandang Harry.

Semua mata kini tertuju kepada Harry.

"Apakah ini ada hubungannya dengan ramalan yang kita jaga tahun lalu? Kau tidak pernah mengatakan kepada kita apa isi dari ramalan tersebut Albus." Remus Lupin berkata tajam.

"Aku tidak memberitahu kalian tentang itu karena merupakan hak Harry-lah untuk memberitahunya. Yang mengetahui isi lengkap dari ramalan tersebut hanya aku, Harry, dan...Sirius." Dumbledore mengatakan ini dengan susah payah.

"Sirius tahu tentang ramalan itu?" Harry bertanya.

"Benar Harry, aku memberitahunya karena dia adalah walimu pada saat itu. Dan itu juga merupakan salah satu alasan kenapa aku tidak ingin dia keluar dari rumah ini. Voldemort mempunyai cara-cara untuk 'mengeluarkan' isi ramalan itu dari kepalanya kalau Sirius tertangkap.

"Jadi, apa kau akan memberitahu kami apa isi dari ramalan tersebut kali ini?" McGonagall bertanya.

Dumbledore memandang Harry. Harry mengangguk.

"Baiklah, Aku akan memberitahu kalian bagian yang sudah diketahui oleh Voldemort." Dumbledore berkata.

Para anggota order tampak sudah cukup puas akan hal ini.

Dumbledore kemudian melafalkan bagian awal dari ramalan yang dibuat oleh Sybil Trelawney.

"YANG MEMILIKI KEKUATAN UNTUK MENAKLUKKAN PANGERAN KEGELAPAN SUDAH DEKAT... DILAHIRKAN KEPADA MEREKA YANG TELAH TIGA KALI MENANTANGNYA, DILAHIRKAN BERSAMAAN DENGAN MATINYA BULAN KETUJUH..."

Keadaan menjadi sunyi senyap setelah Dumbledore melafalkan bagian awal dari ramalan.

"Apa yang membuatmu yakin bahwa yang dimaksud ramalan itu adalah Harry, Dumbledore?" Seorang penyihir wanita yang Harry kenal sebagai Amelia Bones, bibi dari Susan Bones, memecahkan kesunyian.

"Isi selanjutnya dari ramalan yang membuatku yakin seratus persen bahwa Harry-lah yang dimaksud." Dumbledore menjawab dengan tegas.

"Kurasa sudah cukup mengenai hal itu, yang harus kita bahas adalah bagaimana kita harus mengetahui identitas dari Half Blood Prince itu."

"Apakah kita memang harus menganggap serius topi tua itu?" Fred berkata. Atau George? entahlah.

"Topi sihir merupakan salah satu benda sihir tertua yang pernah ada. Aku sendiri tidak tahu seluruh kemampuan topi seleksi itu. Dan aku yakin para pendiri Hogwarts tidak membiarkan Topi itu menyanyikan sesuatu yang tidak berarti di hadapan seluruh penghuni Hogwarts." Dumbledore menjawab.

"Apa anda sudah mencoba berbicara kepada topi seleksi, Professor?" Harry bertanya.

Dumbledore tersenyum ramah, "Sudah Harry. Tetapi setelah nyanyian keduanya, topi seleksi tampaknya menolak untuk berbicara dengan siapapun. Dia tampaknya memutuskan untuk pensiun."

"Nyanyian kedua? Topi seleksi pensiun? Apa maksudnya?" Harry tambah bingung.

Dumbledore kemudian melakukan hal yang sama seperti sebelumnya dan nyanyian topi seleksi kembali terdengar.

Every year I sort all the young ones

Every year I divide all of you

Every year I place the brave one in Gryffindor

Every year I place the clever one in Ravenclaw

Every year I place the loyal one in Hufflepuff

Every year I place the cunning one in Slyhterin

But not this year

I have warned you last year

That you must unite

Or else you will crumble

This year I will not sort

This year I will not divide you

This year you must unite

Semua anggota yang tidak berada di Hogwarts semalam tidak percaya atas apa yang baru mereka dengar.

"Yang benar saja, Topi seleksi tidak pernah menolak untuk melakukan seleksi sebelumnya." Seorang penyihir pria yang belum Harry kenal berkata.

"Memang benar, semenjak jaman pendiri Hogwarts, topi seleksi memang tidak pernah menolak untuk menyeleksi sebelumnya. Bahkan ketika jaman kekuasaan Voldemort yang pertama juga tidak." McGonagall berkata.

"Lalu apa yang terjadi setelah itu? Bagaimana murid-murid yang baru diseleksi?" Harry bertanya.

Kedipan mata Dumbledore telah kembali, "Kami memutuskan agar mereka sendiri yang memilih asramanya. Lagipula seperti yang sudah pernah kubilang, pilihan kitalah yang menunjukkan orang seperti apa sebenarnya kita."

"Baiklah, karena tidak ada lagi yang bisa kita lakukan mengenai hal ini, kita wait and see saja dan mari kita lanjutkan ke isu berikutnya. Kecuali kalau ada yang bisa memberikan usulnya mengenai masalah ini?" Dumbledore melihat ke seluruh anggota.

Karena tidak ada yang merespons, Dumbledore melanjutkan rapat.

"Ok, sebagai mata-mata kita di pasukan Voldemort, Severus memiliki informasi baru. Silakan saja Severus."

Snape langsung berlagak penting dan menyampaikan laporannya.

"Pangeran kegelapan memberitahu para anak buahnya hanya lima menit sebelum melakukan penyerangan ke Azkaban dan King's Cross. Jadinya aku tidak bisa memberi peringatan terlebih dahulu kepada order. Tampaknya dia mencurigai ada mata-mata dalam jajaran anak buahnya."

"Memang ada." Harry menggumam kecil yang terdengar oleh Snape.

"Aku sedang menyampaikan laporan yang penting Potter! Tidak ada ruang untuk gerutuanmu. Tingkah laku kanak-kanak kaulah yang..."

"Cukup Severus. Lanjutkan laporanmu." Dumbledore menginterupsi.

Snape melempar pandangan jijik kepada Harry sebelum melanjutkan.

"Pangeran Kegelapan mengatakan bahwa sasaran utama dari serangan itu adalah Potter. Dia yakin anda sudah memberitahu Potter tentang isi dari ramalan dan dia ingin mengetahui isi lengkapnya sesegera mungkin."

Dumbledore mengangguk.

"Sementara itu serangan ke Azkaban hanya merupakan pengalih perhatian saja sehingga serangannya dilakukan beberapa menit lebih cepat dari serangan ke King's Cross. Dan dengan pasukan yang besar untuk menyerang Azkaban, diyakini hal itu akan membuat kita berpikir serangan hanya dilakukan di satu tempat."

"Siasat yang mengerikan." Dumbledore berkata, "Ada lagi Severus?"

Snape mengangguk sebelum mengatakan, "Semalam Pangeran Kegelapan mengadakan pertemuan mendadak menyangkut nyanyian yang keluar dari Topi Seleksi."

"Benarkah? Apakah kau yang memberitahunya?" Harry berkata tajam.

"Harry! Biarkan Professor Snape menyelesaikan laporannya." Dumbledore memperingatkan Harry.

"Seperti yang kubilang, Pangeran Kegelapan mengadakan pertemuan mengenai pertemuan mendadak terutama untuk membahas mengenai Half Blood Prince. Dan bukan aku yang memberitahunya, Potter!" Desis Snape.

"Jadi siapa?" Harry berkata dengan nada yang lebih lembut.

"Pangeran Kegelapan tampaknya memiliki mata-mata di kalangan murid. Tetapi dia benar-benar merahasiakan identitas mata-mata ini. Bahkan lingkaran dalam pasukannya juga tidak ada yang tahu." Snape menjawab.

"Lalu apa rencana kau-tahu-siapa mengenai masalah Half Blood Prince ini Severus?" McGonaggall bertanya pada rekan sekerjanya.

"Dia sepertinya yakin bahwa Half Blood Prince yang dimaksud berada di Hogwarts. Tetapi selebihnya aku tidak tahu apa rencananya." Snape menjawab.

"Apa maksudmu kau tidak tahu. Kau ada di sana kan!" Kali ini Lupin yang berbicara.

Snape memandang tajam kepada Lupin sebelum menjawab. "Biar kuperlihatkan kenapa aku tidak tahu."

Dia lalu mengeluarkan tongkatnya dan memasukkan ingatannya ke dalam pensieve.

Kemudian terlihatlah Voldemort yang sedang duduk di kursi kebesarannya dan di hadapannya berlutut puluhan anak buahnya, di sebelahnya melingkar ular kesayangannya, Nagini.

"Sepertinya kita harus mencari identitas asli dari Half Blood Prince ini supaya kita bisa membujuknya untuk bergabung dengan kita." Ucap Voldemort.

Voldemort lalu mengalihkan pandangannya ke sebelahnya dan mulai mendesis kepada Nagini, tidak ada yang mengerti ucapannya kecuali Harry.

"Naginiiiii..."

"Ya, tuannnn..."

"Ssssegera berangkat ke Hogwartsssss dan pantau keadaan dia ssssana...apabila ada yang mampu mendetekssssi sssessseorang yang memiliki kekuatan ssssihir yang tidak biassssa...maka itu adalah dirimu..."

"Baik tuan...aku akan langssssung berangkat."

Banyak yang bergidik ngeri mendengarkan bahasa Parseltongue Voldemort.

"Harry,...apa kau mengerti apa yang baru saja diucapkan oleh Tom?" Dumbledore menoleh kepadanya.

Harry mengangguk.

Fakta bahwa Harry Potter adalah seorang Parselmouth sudah cukup diketahui orang. Tetapi diantara para anggota order banyak yang tidak mempercayai sepenuhnya fakta itu. Tetapi kini tampaknya hal itu telah terbukti.

"Voldemort menyuruh ularnya Nagini untuk berangkat ke Hogwarts. Dia menginstruksikan Nagini untuk memantau Hogwarts.Tampaknya Nagini memiliki kemampuan untuk mendeteksi kekuatan sihir yang tidak biasa yang Voldemort yakini dimiliki oleh Half Blood Prince ini." Harry menjelaskan.

"Hmmm...begitukah? Aku harus memberitahu Hagrid agar mengawasi sekitar hutan terlarang." Dumbledore berkata.

"Oh ya, kemana Hagrid?" Harry memperhatikan teman besarnya tidak hadir di pertemuan.

"Hagrid dan Professor Flitwick ada di Hogwarts saat ini. Aku tidak bisa begitu saja meninggalkan Hogwarts tanpa ada yang mengurusnya kan?" Dumbledore menjawab pertanyaan Harry.

"Severus, apakah ada lagi yang ingin kau kau laporkan?" Dumbledore bertanya ke sebelah kirinya.

"Tidak, kepala sekolah." Snape menjawab singkat.

"Baiklah, kita lanjutkan ke masalah berikutnya, yaitu pemilihan Menteri Sihir. Amos...apakah kau yakin kau hendak mengundurkan diri dari pencalonan?" Dumbledore bertanya kepada Amos Diggory yang duduk di sebelah Madame Bones.

"Aku yakin Dumbledore. Aku tampaknya akan terlalu...emosional kalau aku menjadi Menteri Sihir dan tidak akan melakukan tugasku dengan baik." Mr.Diggory menjawab.

Harry tahu apa yang dimaksudnya. Tentunya kematian Cedric akan membuat Mr.Diggory terlalu emosional dalam menghadapi perang.

"Kalau begitu, Madame Bones-lah yang akan kita dukung. Kau siap Amelia?"

Madame Bones mengangguk. "Tentu saja aku siap Dumbledore, walaupun ada beberapa rintangan kalau aku yang maju mencalonkan diri."

"Apa saja rintangannya?" Seorang penyihir wanita dengan aksen Irlandia bertanya.

"Pertama, aku seorang wanita. Tidak pernah ada wanita yang menjadi Menteri sihir sebelumnya. Kedua, aku baru saja mendapat informasi bahwa Fudge masih bersikukuh untuk mempertahankan jabatannya sehingga di juga tetap mencalonkan dirinya. Dan Fudge memiliki cadangan dana yang kuat karena disokong oleh para keluarga-keluarga makmur seperti Malfoy, Nott, dan Avery."

"Bukankah Lucius Malfoy sedang di Azkaban?" Harry bertanya.

"Memang benar Mr.Potter, berkat kau. Tetapi Narcissa Malfoy yang kini menangani keuangan keluarga Malfoy sudah menyatakan dukungannya kepada Fudge." Madame Bones menjawab ramah.

"Berapa yang kau butuhkan?" Harry bertanya mantap.

"Maaf?" Madame Bones tampak bingung.

"Kau tadi bilang kalau Fudge mendapat dukungan dari keluarga Malfoy. Dan kini kau mendapat dukungan dari keluarga Potter."

"Sebaiknya kau jangan menghambur-hamburkan uangmu seperti itu Harry." Mrs.Weasley berkata.

"Aku tidak menghambur-hamburkan uangku Mrs.Weasley, aku melakukan ini demi kebaikan dunia sihir. Jadi, berapa yang kau butuhkan?" Harry bertanya lagi.

Dumbledore -lah yang menjawab. "Harry...kita bisa membahas masalah ini secara mendetail di lain kesempatan. Yang penting apa kau yakin akan dukunganmu? Hal ini mungkin akan melibatkan kau berbicara kepada pers untuk menyatakan dukunganmu dan sebagainya. Apa kau yakin akan hal ini?"

Tanpa keraguan sedikitpun, Harry mengangguk.

"Baiklah, giliran siapa kini untuk memberikan laporannya?" Dumbledore bertanya kepada anggotanya.

Pertemuan Order berlangsung selama kurang lebih satu jam. Sejumlah anggota order melaporkan perkembangan misi mereka. Diantaranya Remus yang diberikan tugas untuk mendekati sebuah koloni Werewolf yang berada di Wales untuk bergabung dengan order.

Beberapa anggota juga melaporkan misi mereka tentang gagalnya mereka untuk mengajak bergabung sejumlah suku Vampire di Romania. Diantara suku-suku tersebut ada yang sudah menyatakan bergabung dengan Voldemort dan ada juga yang memilih untuk tetap netral.

Rapat diakhiri dengan diberikannya instruksi kepada sejumlah anggota untuk melakukan pendekatan kepada beberapa keluarga penyihir berpengaruh di luar Inggris Raya untuk menyatakan dukungannya dalam melawan Voldemort.

"Mr.Potter, ini jadwalmu pelajaranmu yang baru." Professor McGonagall menyerahkan selembar perkamen kepada Harry.

Harry melihat jadwalnya untuk hari ini.

"Hmmm...dua jam Pertahanan Terhadap Ilmu Hitam pagi ini bersama-sama dengan Ravenclaw."

"Kita sebaiknya cepat-cepat Potter, Professor Aberforth Dumbledore langsung berangkat ke Hogwarts setelah rapat tadi selesai." McGonagall mengajak Harry ke perapian.

"Harry..."

"Tunggu sebentar..."

Fred dan George membawa Harry ke pinggir supaya perkataan mereka tidak bisa didengar oleh McGonagall.

"Ada apa? Aku harus cepat kembali ke Hogwarts." Harry mengeluh.

"Kami peringatkan Harry..."

"Setelah kepergian kami..."

"Sebaiknya kau..."

"Membuat kekacauan yang berarti..."

"Di Hogwarts."

"Dan juga..."

"Kalau sampai Slytherin..."

"Memenangkan piala Quidditch..."

"Kami akan mengunjungimu..."

"Dan yakinlah itu tidak akan menjadi kunjungan yang menyenangkan." Fred menyelesaikan.

"Kau bisa mengandalkanku." Ucap Harry sambil mengacungkan jempolnya.

Harry lalu mengucapkan selamat tinggalnya kepada yang lainnya dan mendekati perapian.

"Tujuan kita adalah kantor kepala sekolah, Potter. Ucapkan 'Hogwarts, kantor kepala sekolah'." McGonagall menginstruksikan.

"Hogwarts, kantor kepala sekolah." teriak Harry sebelum dia hilang ditelan api berwarna hijau.