Disclaimer :The amazing Harry Potter is not mine. Fiuhh…I'm getting tired of this.
CHAPTER XIV : QUIDDITCH TRYOUT DAN APPARATION
"Hai Harry."
Harry tiba di luar pintu kantor Madame Hooch.
"Cho? Kau kapten Ravenclaw?" Ucap Harry ketika melihat Cho.
Cho mengangguk. "Aku juga kaget ketika Professor Flitwick menyerahkan lencana kapten kepadaku. Terutama setelah penampilanku yang buruk sekali tahun lalu."
"Kau ada banyak pikiran waktu itu Cho."
"Tapi tetap saja, kurasa satu-satunya alasan aku dipilih menjadi kapten adalah karena tinggal aku saja anggota tim yang sudah berada di tim lebih dari satu tahun." Cho merendah.
"Kau bicara apa? Kau salah satu penerbang terbaik yang pernah kulihat. Jangan terlalu memandang rendah dirimu Cho."
"Kau terlalu baik Harry. Ayo kita masuk, kurasa yang lain sudah tiba." Cho mengajak.
Mereka berdua memasuki kantor Madame Hooch dan Harry melihat di dalamnya sudah ada kapten dari Slytherin dan Hufflepuff, yaitu Draco Malfoy dan Zacharias Smith.
"Potter? Kau kapten Gryffindor? Ternyata popularitasmu juga telah membutakan kepala asramamu untuk memilih seseorang yang bodoh sepertimu untuk jadi kapten." Ejek Malfoy.
"Dan berapa Galleon yang kauberikan pada Professor Snape untuk memilih musang sepertimu menjadi kapten? Atau karena dia hanya kasihan saja mengingat ayahmu yang kini sedang membusuk di Azkaban?" Balas Harry.
Wajah Draco merah semerah rambut Weasley. Tetapi sebelum dia sempat membalas, Madame Hooch melerai mereka.
"Sudah..sudah. Kalian berkumpul di sini untuk membicarakan tugas kalian sebagai kapten bukannya untuk bertengkar!"
Harry dan Malfoy akhirnya diam untuk mendengarkan Madame Hooch.
"Nah, karena kalian semua adalah kapten yang baru, maka aku akan menjelaskan beberapa peraturan dasar. Menjadi kapten adalah sebuah keistimewaan. Tingkah laku kalian akan menentukan apakah tim kalian layak untuk mengikuti kejuaraan Quidditch tahun ini. Apabila kalian bertingkah laku buruk, tim kalian bisa didiskualifikasi dari kejuaraan ini. Karena itu kalian harus menjaga sikap kalian selama menjadi kapten. Dan itu artinya, tidak boleh ada perselisihan antara sesama kapten! Mengerti!"
Keempat kapten mengangguk dengan berat hati, terutama Harry dan Malfoy.
"Sekarang, hal pertama yang harus kalian lakukan sebagai kapten adalah memilih anggota tim. Dan ini kalian lakukan dengan mengadakan Tryout. Potter, karena timmu memiliki anggota tetap paling sedikit, maka kau akan kuberikan kesempatan pertama untuk mengadakan Tryout. Dari daftar yang kuterima dari Professor McGonagall, kau juga harus mengadakan Tryout untuk kedua beatermu karena beliau merasa Beater yang sebelumnya kurang memuaskan. Kau kuberi waktu besok sore dan lusa. " Madame Hooch memandang Harry.
"Baiklah Madame Hooch." Harry menjawab.
Madame Hooch kemudian memberikan jadwal Tryout kepada tim asrama yang lain.
"Dan ini adalah jadwal pertandingan kalian." Madame Hooch memberikan setiap kapten masing-masing satu lembar perkamen.
Harry melihat jadwal yang diberikan Madame Hooch dan melihat,
I. - Gryffindor vs Hufflepuff : 15 November,
- Slytherin vs Ravenclaw : 22 November
II. - Hufflepuff vs Ravenclaw : 21 Februari,
- Slytherin vs Gryffindor : 28 Februari
III. - Hufflepuf vs Slyherin : 3 Mei,
- Ravenclaw vs Gryffindor : 10 Mei
"Supaya tidak repot, bagaimana kalau kalian mengundurkan diri saja dari turnamen dan mengakui Slytherin pemenangnya." Draco Malfoy mengatakan ini kepada kapten yang lainnya di luar kantor Madame Hooch.
"Kenapa kau begitu yakin Malfoy? Seingatku kau tidak pernah berhasil mengalahkanku." Harry membalas. Cho dan Zacharias juga terlihat tidak senang atas ucapan Malfoy.
"Tentu saja aku bisa sangat yakin. Asal kau tahu saja ya Potter, dalam kejuaraan tahun ini, seluruh anggota tim Slytherin akan menggunakan FIREBOLT!"
"APA!"
Mulut Zacharias dan Cho terbuka lebar karena kaget. Sementara itu Harry hanya menyeringai.
"Jadi itu cara yang kaugunakan untuk mendapatkan lencana kapten? Kau benar-benar tidak kreatif, Malfoy. Di tahun kedua, kau membelikan seluruh tim Nimbus 2001 supaya kau masuk tim. Dan kini kau membelikan mereka semua Firebolt supaya kau menjadi kapten! Kau benar-benar rendah." Harry berkata.
"Itu tidak adil!" Zacharias Smith mengeluh.
"Tidak ada aturan yang menyebutkan seseorang tidak boleh menyumbang sapu kepada sebuah tim, Smith!" Malfoy menyeringai lebar.
"Itu... benar." Cho berkata.
"Sampai jumpa dalam pertandingan." Malfoy meninggalkan mereka.
"Aku tidak percaya apa yang dilakukan orang itu!" Zacharias masih marah.
"Jangan khawatir Zach, kita hanya harus membuktikan bahwa Quidditch tidak hanya tergantung dari uang, tetapi tergantung dari bakat dan kerja keras kita." Harry menenangkan Smith.
"Mudah bagimu untuk berkata itu, kau sudah punya Firebolt." Zacharias berargumen.
"Benar, tetapi anggota timku yang lain tidak punya." Ucap Harry lagi.
Akhirnya Zacharias meninggalkan Harry dan Cho berdua masih dengan gerutuannya.
"Dia ada benarnya juga Harry. Tim kami tidak akan tahan melawan tim yang seluruhnya menggunakan Firebolt. Mungkin kita bisa protes kepada Professor Dumbledore." Cho berkata.
"Percuma saja Cho. Malfoy tentunya telah memperhitungkan hal ini sebelum dia menghabiskan 7700 Galleon."
"7700 Galleon? itu harga untuk 7 buah Firebolt?" Cho bertanya.
Harry mengangguk. "Baiklah Cho, selamat malam." Harry mulai melangkahkan kakinya.
"Tunggu, Harry." Cho menahan Harry. "Apa kau mau berjalan-jalan di sekitar danau? Kita bisa...ngobrol."
Kalau cahaya di sekitar koridor lebih terang, Harry akan dapat melihat sedikit rona merah muncul di wajah Cho.
Harry tersenyum. Dia memutuskan untuk mempermainkan Cho. "Maaf Cho, aku sudah ada janji dengan Blaise Zabini untuk bertemu di menara astronomy."
"Zabini? Menara Astronomy?" Nada cemburu terdengar dari Cho, menara astronomy selama ini dikenal sebagai tempat untuk bermesraan.
"Iya. Memangnya kenapa?" Senyum Harry makin lebar.
"Tidak...tidak apa-apa...memang bukan urusanku kau bertemu dengan siapa..." Cho menundukkan kepalanya.
Harry tidak tahan lagi. "Hahahahaha..."
"Kenapa kau tertawa?" Cho tampak agak tersinggung.
"Aku hanya bercanda Cho... aku tidak ada janji dengan Blaise. Tetapi aku ada janji dengan Professor Dumbledore."
Cho tampak agak lega. "Professor Dumbledore yang mana?"
"Yang aneh. Tunggu dulu...dua-duanya aneh. Maksudku yang lebih tua."
Cho mengikik. "Yah, mereka berdua memang unik. Tapi itu yang menarik dari mereka."
"Oooh, apakah pria idaman miss Chang adalah yang mempunyai sifat unik? Aku tidak punya kesempatan kalau begitu." Goda Harry.
"Oh, diam kau. Ngomong-ngomong ada perlu apa kau bertemu dengannya? Kalau kau tidak keberatan aku bertanya."
Harry mengangkat bahunya. "Hanya pelajaran tambahan di Pertahanan Terhadap Ilmu Hitam."
Cho merasa heran. "Kurasa kau tidak butuh lagi pelajaran tambahan dalam subjek itu. Kudengar kau memecahkan rekor O.W.L dalam subjek PTIH. Dan duelmu dengan kau-tahu-siapa juga telah membuktikan hal itu."
"Orang dalam posisiku butuh sebanyak mungkin latihan." Harry menjawab. "Oh, ya aku harus cepat-cepat pergi. Kalau aku terlambat, bisa-bisa dia akan memotong angka lagi dari...Ravenclaw."
Cho mengikik lagi. "Baiklah Harry. Dan asal kau tahu saja...menurutku kau juga cukup unik."
Cho membalikkan badannya dan meninggalkan Harry untuk memikirkan apa yang baru saja dikatakannya.
Ketika Harry tiba di kantor Aberforth, dia melihat mantan penjaga bar itu sedang berdiri di luar kantornya. Tampaknya dia sedang menunggu Harry.
"Ayo Harris, ikuti aku." Abe mulai berjalan.
"Kita akan pergi ke mana Professor?" Harry bertanya.
"Kau kan ingin belajar berapparate. Bagaimana kau bisa belajar beraapparate kalau kita masih di Hogwarts? Dan panggil saja aku Abe kalau diluar kelas." Ucap Abe dengan tidak sabar.
"Kita akan latihan di mana kalau begitu?"
"Ada sebuah tempat yang cocok untuk latihan beraapaarate tepat di luar Hogsmeade."
Tempat yang dimasud Aberforth ternyata adalah sebuah lapangan yang berada di dekat Shrieking Shack. Melihat Shrieking Shack, Harry teringat kembali dengan pertemuannya yang pertama kali dengan Sirius dan mengetahui bahwa dia tidak bersalah.
"Baiklah. Ada tiga hal yang dibutuhkan untuk berapparate. Yang pertama tentu saja adalah tongkat sihirmu. Kau hanya harus memegang tongkatmu tanpa mengayunkannya. Yang kedua adalah konsentrasi yang tinggi supaya kau tidak terbelah. Dan yang ketiga adalah sebuah mantra yang cukup panjang. Mantra ini hanya perlu diucapkan dalam hati. Ini mantranya, oxosso exterebro umram jubo korewa dublhiemo. Hafalkan!" Aberforth mulai melatih Harry.
Butuh waktu satu menit bagi Harry untuk menghapalkan mantra itu.
"Sekarang, mari kita coba. Keluarkan tongkatmu!" Abe menginstruksikan.
Harry melakukan apa yang disuruh.
"Lafalkan mantra yang tadi kuajarkan. Sambil melakukannya kau harus membayangkan dirimu berada di sebelah pohon yang di sana itu." Aberforth menunjuk ke arah pohon oak yang berada sekitar 30 meter dari tempat mereka berdiri.
"Apakah harus kuucapkan dengan keras, atau dalam hati?" Harry bertanya.
"Untuk awalnya, ucapkan saja dengan keras."
"Oxosso exterebro umram jubo korwa dublhiemo." Harry membayangkan dirinya berada di sebelah pohon yang dimaksud Abe.
Lalu setelah itu pandangannya mulai kabur dan dia hanya melihat kabut di hadapannya. Tetapi dalam sekejap, pandangannya berganti menjadi sebuah cabang pohon. 'Aku berhasil!' Teriak Harry dalam hati. Tetapi lalu dia merasa agak kedinginan ketika semilir angin menyentuh tubuhnya. "Apa?"
"HARRING! KAU LUPA BAJUMU!" Abe berteriak.
Ternyata kaos yang dikenakan Harry tidak ikut berpindah. Untung saja celana jeansnya tidak begitu.
"Bagus sekali untuk percobaan pertama." Ucap Aberforth sambil memberikan Harry kaosnya. "Sekarang, cobalah beraapparate ke kaki bukit itu."
Kaki bukit yang dimaksud Abe berjarak sekitar setengah kilometer. Ketika Harry mencobanya, dia berhasil pindah dengan seluruh pakaiannya.
"Abe...apakah kita bisa berapparate dengan membawa orang lain? Aku pernah melihat Voldemort melakukannya dengan Bellatrix Lestrange di Kementian Sihir." Harry bertanya setelah Abe menyusul Harry dengan beraapparate.
"Hal itu mungkin untuk dilakukan. Tetapi akan sangat menyakitkan bagi orang yang dibawanya. Dan kita tidak bisa beraapparate di Kementrian Sihir, Harrold."
"Tidak bisa? Tetapi aku melihat sendiri Professor Dumbledore dan Voldemort saling berapparate ketika mereka duel."
"Itu bukan apparate yang mereka lakukan. itu namanya teleporting." Aberforth menjawab.
"Teleporting? Aku tidak pernah mendengarnya."
"Tentu saja kau tidak pernah mendengarnya. Penyihir yang bisa melakukannya di dunia ini bisa kuhitung dengan satu jari. Aku sendiri tidak bisa melakukannya."
"Jadi dengan teleporting, kita bisa berpindah tempat di tempat yang tidak memungkinkan untuk berapparate?" Harry bertanya, merasa tertarik dengan teleporting ini.
Abe mengangguk. "Benar, tetapi teleporting tidak bisa membawa kita jauh. Setahuku Brian hanya bisa berteleport sejauh dua ratus meter."
Harry lalu teringat duel pedang antara dia dengan Voldemort. Harry ingat ketika Voldemort tiba-tiba menghilang dan berada di belakangnya padahal Voldemort sudah mengaktifkan anti apparasi di King's Cross.
"Sekarang coba kembali ke tempat semula dengan mengucapkan mantra tersebut dalam hati." Abe melanjutkan pelajarannya.
Harry terus berlatih selama kira-kira satu jam beraapparate di sekitar Hogsmeade.
"Baiklah, aku rasa cukup untuk hari ini. Minggu depan kita akan berlatih berapparate ke tempat yang lebih jauh. Mungkin kita akan mencoba berapparate ke Diagon Alley atau ke markas order." Aberforth menyudahi latihan.
"Abe...kenapa aku tidak mendengar adanya bunyi crack ketika aku beraaparate." Harry bertanya ketika mereka mulai berjalan kembali ke kastil.
"Itu karena memang tidak ada bunyi tersebut." Abe menjawab singkat.
"Tapi kenapa? Setiap kulihat seorang penyihir yang beraapparate, selalu ada bunyi crack."
"Bunyi yang ditimbulkan oleh seseorang yang beraapparate adalah hasil dari bertubrukannya kekuatan sihir orang yang berapparate dengan udara sekitarnya. Semakin kuat orang tersebut kekuatan sihirnya, maka semakin pelan bunyi yang keluar. Apa yang kaudengar tadi ketika aku beraaparate?"
"Oh...terdengar suara plop pelan ketika kau beraapparate. Dan apa yang terdengar ketika aku berapparate?"
"Aku tidak mendengar apa-apa." Abe menjawab.
"Benarkah? Berarti itu artinya..." Harry tidak melanjutkan.
"Benar...tetapi jangan jadi sombong karenanya. Masih banyak yang harus kau pelajari."
Mereka berjalan tanpa mengucapkan sepatah katapun.
"Oh, iya. Bagaimana dengan kementrian sihir? Setahuku aku tidak mendapat ijin untuk beraapparate." Harry bertanya.
"Brian sedang mengusahakannya. Tetapi sepertinya kau akan mendapatkan ijinmu setelah Menteri Sihir yang baru terpilih."
"Harry! Dari mana saja kau?" Hermione dan Ron tampaknya sedang menunggu Harry di ruang rekreasi Gryffindor yang sudah sepi.
"Oh, hai. Kalian sengaja menungguku?"
"Iya. Kukira pertemuan antar kapten Quidditch seharusnya sebentar, ini sudah hampir dua jam, Harry." Hermione berkata.
"Aku ada latihan dengan Abe." Harry duduk bergabung dengan sahabatnya.
"Latihan dengan Abe? Siapa itu Abe?" Ron bertanya.
"Professor Aberforth tentu saja." Harry menguap. "Oh, iya Ron. Kita harus mengadakan Tryout besok sore untuk tim kita. Kau dan Katie harus hadir dalam tryout tersebut."
"Mungkin kau sebaiknya memasang pengumuman Harry." Hermione menganjurkan.
"Baiklah, boleh kupinjam pena bulumu? Dan selembar perkamen?" Harry melihat Hermione sedang menulis sebuah surat. Kelihatannya surat untuk Viktor Krum.
Dengan cepat Harry menulis pengumuman di selembar perkamen. Setelah selesai, dia memperlihatkannya kepada Ron. "Bagaimana menurutmu?"
PENGUMUMAN TRYOUT QUIDDITCH
Bagi para murid-murid Gryffindor tahun kedua dan diatasnya, yang memiliki bakat dan minat dalam permainan Quidditch,
ditunggu kehadirannya di lapangan Quidditch pada tanggal 4 september untuk mengikuti tryout. Tryout akan dimulai pukul
4 sore. Berikut posisi yang dicari dalam tryout :
- 2 Chaser tetap
-1 Chaser cadangan
-2 Beater tetap
-1 Beater cadangan
-1 Keeper cadangan
-1 seeker cadangan
Bagi kalian yang tidak memiliki sapu, akan memakai sapu sekolah. Apabila terpilih, maka akan dibelikan sapu yang layak.
N/A: Khusus untuk posisi keeper dan seeker cadangan. Tryout-nya akan dilakukan tanggal 5 september pada waktu yang sama.
Terima kasih,
Harry James Potter, Kapten Quidditch Gryffindor.
"Bukankah Ginny seharusnya menjadi Chaser? Kenapa kita masih butuh dua Chaser tetap?" Tanya Ron setelah melihat pengumumannya.
"Ginny tetap harus mengikuti Tryout Ron. Kemampuannya belum terbukti sebagai Chaser." Jawab Harry.
"Dan kenapa kita juga harus mengadakan tryout untuk beater? Kita kan sudah punya Kirk dan Slope" Ron bertanya lagi.
"McGonagall merasa kurang puas dengan mereka, jadinya kita harus mencari beater yang lain."
"Satu lagi, kenapa kita butuh begitu banyak cadangan?"
"Aku tidak mau apa yang terjadi pada tahun pertamaku terjadi lagi. Ketika itu aku masih terbaring di rumah sakit gara-gara petualangan kita mencari batu bertuah sehingga tim kita tidak punya lagi seeker yang kompeten. Kita harus sangat hati-hati tahun ini Ron, apalagi Slytherin tahun ini akan memakai Firebolt semuanya." Harry beralasan.
"APA?" Teriakan Ron sungguh menggelegar. "Slytherin semuanya memakai Firebolt? Bagaimana mungkin?"
"Tampaknya itu metode Malfoy agar dia dipilih menjadi kapten." Ucap Harry jijik.
"Dasar si musang sialan! Kalau ketemu dia, aku akan #$()$#!()$# ...dia."
"RON! Jaga mulutmu!" Hermione memperingatkan.
Malam itu Harry tidak bisa tidur memikirkan tentang Slytherin yang memakai Firebolt. Suara dengkuran Ron juga tidak membantunya untuk tertidur.
'Hanya ada satu cara agar turnamen tahun ini menjadi adil' Pikirnya. 'Aku harus memastikan semua tim juga menggunakan sapu yang sama.'
Harry tersenyum dalam tidurnya, dia tahu persis apa yang akan dia lakukan pertama kali besok pagi.
Keesokan paginya, Harry langsung menuju ke kandang burung hantu untuk mencari Hedwig. Dia menemukannya sedang tiduran 'sangat' dekat dengan seekor burung hantu berwarna kuning. Harry memeriksa lagi isi surat yang akan dikirimkannya ke toko Quality Quidditch Supplies di Diagon Alley.
Kepada Quality Quidditch Supplies,
Namaku Harry Potter, aku ingin memesan dua puluh buah sapu Firebolt-mu yang terbaik. Masing-masing tujuh buah harap dikirim ke ruang rekreasi asrama Ravenclaw dan Hufflepuff di Hogwarts. Sedangkan sisanya dikirim ke ruang rekreasi asrama Gryffindor.
Untuk pembayaran. Silakan tagih ke Lemari besi pribadiku nomor 745 di bank Gringgots. Dan aku harap agar semua hal ini dirahasiakan. Termasuk dalam pengiriman ke asrama-asrama tersebut di atas. Namaku tidak boleh disebutkan. Apabila ada yang menanyakan siapa yang telah mengirimi mereka, bilang saja seorang penggemar berat Quidditch yang melakukannya. Aku bersedia membayar ekstra agar namaku tidak disebut-sebut.
Dengan hormat,
Harry James Potter
"Sirius tentunya tidak keberatan uangnya digunakan untuk hal ini." Harry berkata pada dirinya sendiri. Dia segera mengikatkan perkamennya ke kaki Hedwig dan tak lama setelah itu Hedwig sudah terbang di atas hutan terlarang.
"Sedang mengirim surat rahasia?" Suara yang lembut datang dari belakang Harry.
"Blaise? Apa yang kau lakukan di sini? Apa maksudmu aku mengirim surat rahasia?" Harry melihat gadis Slytherin itu membawa semacam bungkusan.
"Well, tidak ada yang mengirim surat sepagi ini kecuali untuk mengirim surat yang rahasia. Dan aku di sini tidak untuk mengirim surat." Blaise menjawab.
"Apa yang kau lakukan di sini kalau begitu?"
"Kenapa kau begitu tertarik dengan apa yang kulakukan?" Blaise menyipitkan matanya.
"Oh, tidak. Hanya penasaran saja."
"Tenang, Potter. Aku hanya bercanda. Aku di sini untuk memberi burung hantuku makanan favoritnya. Sekarang... mana dia? Cyan?" Blaise memanggil burung hantunya.
Ternyata Cyan adalah burung hantu kuning yang tadi dekat dengan Hedwig. Harry tertawa kecil.
"Apa ada yang lucu, Potter?"
"Tidak, hanya saja tadi kulihat burung hantuku sangat dekat dengan burung hantumu."
"Oh? Seberapa dekat?" Blaise bertanya.
"Sangat dekat." Jawab Harry.
"Hmm...menarik... Burung hantumu betina?"
Harry mengangguk. "Apa yang kau berikan padanya?" Harry melihat Blaise mulai membuka bungkusan di tangannya.
"Kaki ayam. Dia sangat menyukainya. Kadang-kadang aku suka datang ke sini untuk memberi ini kepada Cyan."
"Seingatku aku tidak pernah melihatmu di tempat ini."
"Berarti mulai sekarang kau harus sering-sering datang ke sini kalau begitu." Blaise tersenyum.
"Mungkin aku akan melakukannya. Asalkan kau ada di sini." 'Apa yang kau lakukan Potter!' Kau merayu seorang Slytherin?' Teriak Harry dalam hatinya.
"Kudengar kau terpilih menjadi kapten Gryffindor. Benarkah itu?" Blaise mengalihkan pembicaraan.
"Kau dengar itu dari Malfoy?"
Blaise mengangguk.
"Yah, aku memang terpilih jadi kapten. Tetapi aku tidak habis pikir kenapa Malfoy juga terpilih jadi kapten." Harry berkata.
"Malfoy memang sangat berpengaruh di asrama kami. Semua karena kekayaannya." Ucap Blaise dengan jijik.
"Kau bukan penggemar Malfoy kalau begitu?"
"Sama sekali tidak! Keluargaku juga tidak begitu senang dengan keluarga Malfoy. Terutama semenjak tahun lalu ketika keluarga Malfoy menawarkan perjanjian nikah antara aku dan Draco setelah kami lulus dari Hogwarts."
"Keluarga Malfoy hendak menjodohkan kau dengan Draco Malfoy!" Entah kenapa Harry menjadi sangat marah. "Tapi keluargamu menolaknya kan?"
Blaise membenarkan. "Kenapa memang? Apa kau senang aku tidak jadi dijodohkan dengan Malfoy?"
"A..apa?...Oh...tidak...tidak juga." Harry terbata-bata. Tetapi Blaise tidak mempedulikannya dan meneruskan penjelasannya mengenai perjanjian nikah tersebut.
"Keluargaku memang berdarah murni. Tetapi orangtuaku tidak percaya dengan perjanjian nikah. Mereka pikir itu sama saja seperti menjual anak mereka demi kekayaan lebih dan prestise yang kesemuanya sudah kami dapatkan."
"Kau beruntung memiliki keluarga seperti itu." Harry berkata.
Mereka berbicara selama beberapa lama sebelum Harry memutuskan untuk segera kembali ke asramanya untuk siap-siap menghadapi hari.
"Oke, Blaise. Senang bertemu denganmu lagi. Tapi aku harus pergi."
"Aku juga senang Potter. Dan jangan lupa dengan janjimu untuk sering-sering datang kemari."
"Tentu Blaise. tentu. Oke, bye."
"Bye."
Mereka berpisah. tetapi mereka tidak menyadari kalau tidak jauh dari mereka, berdiri seorang gadis asia berumur 17 tahun dengan tangan terkepal melihat mereka berdua.
Pada saat makan siang, seekor burung hantu mengantarkan surat untuk Harry.
"Su-hat ha-hi hiapaa Ha-yi?" Ron bertanya dengan mulut yang penuh.
"Ron! Telan dulu makananmu sebelum ngomong. Kurasa maksudnya surat dari siapa itu Harry?" Hermione memandang jijik kepada Ron yang makan dengan tidak beraturan.
Harry melihat segel di surat tersebut. Segel itu berlambangkan WPD. 'Surat dari mana ini'? Tanya Harry dalam hati. Dia lalu membukanya dengan hati-hati supaya kedua temannya tidak melihat.
Mr.Harry Potter yang terhormat,
Sebagai penanggung jawab keuangan keluarga Potter, pagi ini kami menerima pemberitahuan dari bank Gringgots mengenai transaksi yang anda lakukan dengan toko Quality Quidditch Supplies sebesar dua puluh dua ribu Galleon untuk pembelian dua puluh buah sapu Firebolt.
Karena ini merupakan transaksi yang cukup besar. Maka kami perlu mengkonfirmasi keabsahan transaksi ini. Anda perlu mengirimkan kembali surat ini dengan membubuhkan tanda tangan anda di tempat yang telah disediakan.
Hormat kami,
Walt, Pear, dan Davis
Penasihat Keuangan Terpercaya Semenjak 1953.
'Aku memiliki penanggung jawab keuangan'? Tanya Harry dalam hatinya. Dia memutuskan untuk menanyakan tentang hal ini kepada Professor Dumbledore nanti. Harry lalu melakukan apa yang telah diinstruksikan dan mengirimkan kembali surat itu dengan burung hantu yang sama.
"Dari siapa itu Harry?" Tanya Hermione.
"Oh, itu hanya surat dari penanggung jawab keuanganku." jawab Harry dengan ringan.
"Kau punya penanggung jawab keuangan?" Ron bertanya. Kini dengan mulut yang kosong.
"Tentu saja Harry punya penanggung jawab keuangan Ron. Semua keluarga penyihir yang kaya memilikinya." Ucap Hermione.
Waktu terasa berjalan amat lamban bagi Harry. Dia sudah tidak sabar untuk berada di lapangan Quidditch. Harry ingin lihat apakah Gryffindor memiliki bakat-bakat baru dalam Quidditch. Tetapi masih ada rasa kekhawatiran pada dirinya tentang apakah dia mampu menjadi kapten yang baik sebaik dua kapten sebelumnya yang membawa Gryffindor meraih piala Quidditch.
Harry sama sekali tidak memperhatikan apa yang diajarkan oleh McGonagall pada hai terakhir kelas itu. Untungnya pada musim panas, kemampuan transfigurasi Harry sudah maju pesat sehingga meskipun dia tidak memperhatikan pelajaran, dia tidak kehilangan angka.
Akhirnya waktu yang ditunggu-tunggu datang juga. Harry tiba di lapangan bersama-sama dengan Ron. Cuaca sangat cerah, cocok untuk Quidditch.
Katie Bell telah tiba di lapangan lebih dulu daripada Harry dan Ron. Dia sedang berbicara dengan salah satu gadis tahun keempat yang datang untuk mengikuti Tryout.
Total yang datang untuk menunjukkan kebolehan mereka adalah 23 orang. Kebanyakan dari mereka adalah perempuan. Dan hampir semuanya memandang Harry dengan terpesona.
Ada beberapa orang dari tahun Harry yang mengikuti tryout, di antaranya Dean Thomas, Parvati Patil, dan Seamus Finnigan. Harry juga melihat kedua Creevey bersaudara juga ada di situ dengan memegang sapu milik sekolah. Andrew Kirke dan Jack Slope juga tampaknya ingin mencoba lagi keberuntungannya untuk menjadi beater.
"Baiklah, terima kasih kalian semua untuk datang dalam tryout ini." Harry memulai tugasnya sebagai kapten. "Kita langsung saja mulai. Buat siapa saja yang ingin menjadi chaser, buat kelompok di sana, disebelah Katie."
Dua belas anak memisahkan diri mereka dan membuat kelompok. Termasuk di antaranya adalah Ginny, Seamus, dan Dennis Creevey.
"Oke, pertama-tama kita akan melakukan test awal untuk chaser. Enam orang akan disaring dari test ini untuk maju ke test berikutnya yang akan dilakukan besok sore. Setelah itu giliran posisi beater. Enam orang juga akan dipilih untuk maju ke test kedua." Harry menjelaskan. "Ada pertanyaan?"
Collin Creevey mengangkat tangannya.
"Ya, Collin?"
"Bukankah besok adalah waktu untuk Tryout posisi seeker? Masalahnya aku berencana kalau gagal jadi beater, aku akan test lagi untuk menjadi seeker cadangan."
"Karena cukup banyak dari kalian yang hadir. Maka test kedua untuk chaser dan beater akan dilakukan besok. Tapi jangan khawatir. Test untuk seeker dan keeper cadangan akan dilakukan setelah kita mendapatkan pemain untuk posisi chaser dan beater. Ada lagi yang ingin bertanya?"
Kali ini seorang gadis berambut pirang dikepang yang namanya tidak diketahui Harry mengangkat tangannya.
"Maaf, namamu siapa?" Harry bertanya ramah dengan tersenyum.
"Li...Lindsey Herald."
"Pertanyaanmu?" Harry bertanya.
"Ke..kenapa kau membutuhkan cadangan untuk setiap posisi?" Gadis muda ini terlihat jelas gugup karena bicara dengan Harry Potter yang terkenal.
"Aku menjawab pertanyaan ini kepada Ron semalam. Aku mengatakan padanya bahwa aku ingin kejadian pada tahun pertamaku terulang lagi. Ketika itu aku berbaring di rumah sakit selama berhari-hari sehingga kita dikalahkan dengan telak karena kita tidak punya pemain cadangan yang kompeten. Tetapi tidak hanya itu saja. Dengan adanya pemain cadangan, para pemain tetap diharapkan tidak akan berleha-leha. Karena kalau permainan mereka menurun, posisi mereka bisa digantikan oleh pemain cadangan." Harry mengatakan kalimat terakhir sambil melihat ke arah Ron dan Katie.
"Tidak ada pertanyaan lagi?" Keadaan hening. "Baiklah, buat para calon chaser, naiki sapu kalian dan terbanglah!" Harry menginstruksikan.
"Ayo Katie, Ron." Harry terbang sambil mengajak rekan timnya.
Mereka semua kini sudah melayang-layang di udara.
"Pertama-tama, kita akan mengetes kemampuan terbang kalian. Dennis! Coba kau lakukan manuvermu yang terbaik." Perintah Harry.
Para calon chaser mempertontonkan kebolehan mereka di atas sapu. Beberapa di antara mereka mampu membuat gerakan yang membuat kagum Harry. Tetapi ada juga yang kesulitan hanya untuk bertahan di atas sapu. Harry heran kenapa mereka mau repot-repot ikut Tryout ini.
Setelah test terbang, selanjutnya adalah test mengoper dan menerima operan. Mereka secara bergantian saling melemparkan operan dengan Katie. Ada yang begitu mantap dalam hal ini, tetapi ada juga yang malah ketakutan ketika bola Quaffle menghampiri mereka.
Test terakhir adalah test melempar ke gawang. Calon-calon Chaser masing-masing diberi kesempatan lima kali untuk mencoba memasukkan Quaffle ke gawang yang dijaga oleh Ron. Harry melihat kemampuan Ron benar-benar sudah meningkat pesat.
Ketika semua sudah selesai dan para peserta Tryout semuanya sudah mendarat, Harry berdiskusi dengan Ron dan Katie untuk menentukan siapa-siapa yang lolos.
"Bagaimana menurut kalian? Siapa yang menurut kalian yang paling pantas untuk maju ke babak berikutnya?" Harry bertanya kepada kedua rekan timnya.
"Aku memilih Ginny Weasley, Dennis Creevey, Paige Taylor, Jack Spencer, Owen McDougall, dan...Lindsey Herald." Ucap Katie.
"Dan kau, Ron?" Harry bertanya.
"Yang jelas sih, Ginny. Lalu Lindsey, Dennis, Jason Mallory,... Paige Taylor juga lumayan. Dan mungkin... Seamus, aku tak tahu. Kau kaptennya, kau sendiri dong yang memutuskan!"
"Hmm..." Harry tampak berpikir keras memikirkan nama-nama yang diajukan Ron dan Katie dan mengingat-ngingat kembali permainan mereka.
"Bagaimana kalau Ginny, Paige Taylor, Dennis, Lindsey, Jason, dan Owen? Kalian setuju?"
Mereka berdua mengangguk.
"Oke. Kami sudah memutuskan enam orang yang akan maju ke babak berikutnya besok." Harry mengumumkan. "Keenam orang tersebut adalah : Dennis Creevey, Lindsey Herald, Owen McDougall, Jason Mallory, Paige Taylor, dan Ginny Weasley."
Keenam orang yang namanya disebutkan langsung bersorak riang.
"Baiklah. Yang namanya tadi disebut, harus datang kembali besok untuk tryout kedua. Sedangkan bagi yang tidak termasuk, boleh mengikuti tryout untuk posisi yang lain, termasuk beater." Harry menyudahi pengumuman.
Sedikit sekali yang memutuskan untuk bergabung dengan anak yang lain untuk mengikuti test beater. Hanya tiga orang. Termasuk di antaranya adalah Seamus.
"TEST BERIKUTNYA ADALAH TEST BEATER! SEMUANYA...TERBANG!" Harry berteriak.
Tryout untuk beater jauh lebih sederhana daripada tryout untuk chaser. Harry mentransfigurasi beberapa batu menjadi manusia buatan dan menerbangkannya dengan mantra pengapung Wingardium leviosa.
Para peserta diharuskan memukul manusia-manusia buatan tersebut dengan bludger dari jarak yang cukup jauh. Setelah itu, tantangannya dipersulit. Harry dan Katie menggerakkan manusia-manusia buatan itu dengan cepat agar lebih sulit untuk mengenainya.
Setelah selesai, Harry kembali berdiskusi dengan kedua rekan timnya dan dicapailah kesepakatan.
"Baiklah, ini dia enam orang yang beruntung." Teriak Harry. "Jack Slope, Seamus Finnigan, Parvati Patil, Collin Creevey, Dean Thomas, dan Wesley William."
Hari sudah malam ketika Harry, Ron, dan Katie melihat para peserta Tryout meninggalkan lapangan.
"Huff, akhirnya selesai juga." Ron berkata dengan menyeka keringat di dahinya.
"Aku tidak menyangka sebanyak itu yang datang." Katie berkata.
"Bagaimana menurut kalian tentang orang-orang yang lolos untuk test besok. Apakah mereka memang layak untuk masuk tim?" Harry bertanya.
"Mereka memang masih agak hijau. Tetapi potensi sudah terlihat dari mereka." Katie berkata.
"Yah, mudah-mudahan besok kita benar-benar memilih yang tepat." Ucap Ron.
"Pastinya, tapi aku masih harus memikirkan metode test apa yang akan kita lakukan besok." Ujar Harry.
"Ah, kau pasti bisa menemukannya. Tenang saja Harry. Kau masih punya semalam untuk memikirkannya." Ucap Katie.
Mereka bertiga berjalan bersama untuk kembali ke ruang rekreasi Gryffindor sambil membicarakan gerakan-gerakan menakjubkan yang mereka lihat hari ini dari para peserta test.
