CHAPTER XVI: MIMPI PERTAMA

"Bangun Harry! Ayo! Ini kunjungan pertama kita ke Hogsmeade untuk tahun ini." Suara Ron terdengar menyakitkan di telinga Harry yang masih ingin melanjutkan tidurnya.

"Uhh…ini masih pagi sekali, Ron. Berikan aku waktu beberapa jam lagi untuk tidur."

"Ini sudah jam sembilan lebih Harry."

"J-jam sembilan?" Harry tidak mempercayai pendengarannya.

"Benar, jam sembilan. Ayo cepat cuci mukamu. Aku sudah bilang pada Hermione agar menunggu kita di aula besar sebelum pergi.

"Kita?"

"Kau dan aku. Kau pergi ke Hogsmeade denganku dan Hermione kan?" Ron menatap Harry dari pantulan di cermin karena kini dia sedang memeriksa penampilannya.

"Oh, aku belum bilang ya? Hari ini aku harus ke Kementrian Sihir menghadiri perkenalan para calon Menteri Sihir." Ucap Harry sambil menguap.

"APA!" Ron langsung membalikkan badannya.

Harry kaget atas reaksi Ron. "Ron, tenang. Aku minta maaf kalau aku lupa memberitahumu."

"Bukan itu maksudku. Jadi aku harus berdua saja dengan Hermione ke Hogsmeade?"

"Memang kenapa kalau kau harus pergi ke Hogsmeade berdua saja dengan dia? Ini kan bukan yang pertama kalinya. Ingat waktu tahun ketiga?"

"Memang, tapi kan…" Ron menundukkan kepalanya. "Sekarang kan berbeda. Sekarang…."

"Sekarang berbeda karena kini kau menyukainya lebih dari sekedar teman?" Harry bertanya.

Rona merah di pipi Ron memberikan jawaban yang dibutuhkan Harry.

Harry menghampiri Ron dan menepuk bahu sahabatnya. "Ayolah Ron. Ini kesempatanmu untuk menyatakan perasaanmu kepadanya."

"A-apa? Ti-tidak mungkin. Apa yang harus kukatakan padanya? Gila kau Harry."

Harry tertawa kecil. "Aku gila? Mungkin saja. Tetapi aku tetap berpikiran ini saat yang sempurna untukmu."

"Kenapa?" Ron menatap sahabatnya dengan tajam.

"Ya, kini kau punya alasan untuk pergi berdua saja dengannya ke Hogsmeade tanpa harus malu-malu mengajaknya. Aku kan tidak ada."

"T-tapi apa yang harus kulakukan?" Wajah Ron tampak memelas.

"Wah, kalau soal romance, lebih baik jangan tanya kepadaku. Seperti yang kau tahu, kehidupan cintaku tidaklah terlalu berwarna. Mungkin sebaiknya kau bertanya pada adikmu."

"Bertanya pada Ginny? Kau memang gila Harry. Ginny dekat sekali dengan Hermione. Kalau dia tahu aku menyukai Hermione. Dia pasti akan langsung memberitahu Hermione." Ron sepertinya berpendapat ide itu sama buruknya dengan apabila menantang Voldemort dalam duel.

"Aku akan terkejut sekali kalau misalnya Ginny tidak mengetahui soal perasaanmu kepada Hermione, Ron."

"Menurutmu dia tahu?"

Harry mengangkat bahunya. "Mungkin."

"Tapi tetap saja. Aku tidak bisa meminta saran dari adikku soal cinta. Harusnya kebalikannya. Aku punya harga diri, Harry. Tidak banyak, tapi tetap punya." Ucap Ron sambil membusungkan dadanya.

"Ya, sudah. Terserahmu saja. Aku harus segera siap-siap. Acaranya dimulai jam sepuluh." Harry mulai bergerak menuju kamar mandi.

"Tunggu Harry! Aku masih membutuhkan bantuanmu." Ron menahan Harry dengan memegang tangannya.

"Kan sudah kubilang aku tidak terlalu ahli dalam hal ini." Ucap Harry kesal.

"Ya, tapi kan setidaknya kau pernah mencium seorang gadis. Ayo bantu aku sebisamu. Pleaseeee."

"Grrr….baiklah. Coba kupikirkan……" Harry meletakkan tangannya di dagunya.

Ron tampak tidak sabaran menunggu jawaban dari Harry. Dia terus menerus berjingkat-jingkat.

"Ah…aku tahu." Ucap Harry dengan menepukkan tangannya.

"Bagaimana, Harry?" Ron tampak sangat memohon.

"Err….ketika kau berjalan bersama dia. Cobalah untuk… menggandeng tangannya."

"Hanya itu?"

"Itu memang hal yang sederhana, tapi mampukah kau melakukannya?" Tantang Harry.

Ron mengaru-garuk belakang kepalanya. "Err….sepertinya….ah…terlalu sulit Harry. Aku tidak begitu saja menggandeng tangannya. Bagaimana kalau dia langsung menarik tangannya?"

"Kau tidak akan pernah tahu kecuali mencobanya, kan?"

Ron tampak masih ragu-ragu.

"Ayolah, Ron. Bukankah ciri khas asrama Gryffindor adalah keberanian? Coba saja saran dariku. Kalau dia menarik kembali tangannya. Berarti kurasa sudah jelas bagaimana perasaan dia kepadamu."

Harry meninggalkan Ron untuk merenungkan apa yang baru saja dikatakan Harry.

,………………………..

"Benarkah kau tidak akan ke Hogsmeade hari ini, Harry?" Tanya Hermione ketika Harry sedang sarapan dengan terburu-buru di aula besar.

"Benhuar….hahku adhha uruhsan hi Lonhon." Ucap Harry dengan mulut penuh.

"Ahh….Baiklah. Aku harus segera pergi." Harry telah meyelesaikan sarapannya. "Selamat bersenang-senang di Hogsmeade ya, kalian."

Ketika Harry mulai melangkahkan kakinya, dia berbalik. "Oh, iya Ron. Semoga berhasil." Harry mengedipkan sebelah matanya dan langsung cepat-cepat pergi. Samar-samar dia mendengar Hermione bertanya kepada Ron tentang apa yang dimaksud oleh Harry.

,………………………..

Harry terjerembab jatuh di pintu masuk menuju atrium Kementrian sihir. Dia datang dengan menggunakan Portkey bersama-sama dengan Remus Lupin. Harry melihat Remus tampaknya mampu mendarat dengan lancar.

Remus tertawa kecil. "Kau tahu, Harry. Para anggota order sering membicarakan tentang bagaimana bisa Harry Potter yang hebat selalu terjerembab setiap kali kau menggunakan Portkey. Mereka bertanya-tanya apa tidak ada yang pernah mengajarimu bagaimana caranya mendarat dengan baik ketika menggunakan Portkey."

"Ada cara tertentu dalam menggunakan Portkey? Kenapa tidak pernah ada yang memberitahuku?" Ucap Harry dengan kesal.

"Tentu saja ada Harry. Ayo kau sudah ditunggu."

Ketika Harry baru saja memasuki Atrium, dia disambut oleh seorang 'teman baik.'

"Ah, Harry. Aku senang sekali kau datang hari ini. Tentunya dukunganmu akan memperlancar pemilihanku." Cornelius Fudge memasang senyum yang lebar dan tampak dibuat-buat. Sang Menteri didampingi oleh tiga orang yang memakai seragam auror. 'Kemana Percy dan Umbridge?'

Harry berpikir sejenak. 'Bagaimana mungkin dia bisa berharap aku akan mendukungnya setelah apa yang dia perbuat tahun lalu?'

"Maaf, Pak Menteri. Aku justru datang ke sini untuk memastikan anda tidak terpilih lagi."

Senyum di wajah Fudge langsung menghilang dan diganti dengan tampang murka.

"Kau benar-benar tidak tahu terima kasih, Potter. Setelah apa yang kulakukan padamu untuk mencabut larangan sihir di bawah umur untuk dirimu."

"Sikap baikmu itu tidak cukup untuk membalas perbuatanmu tahun lalu. Kalau kau mengakui kembalinya Voldemort tahun lalu, maka Voldemort tidak akan sekuat sekarang dan banyak nyawa yang akan terselamatkan. Bagaimana bisa aku mendukung orang yang tidak kompeten sepertimu untuk menjadi Menteri lagi. Sudah waktunya kau turun, Fudge."

Harry berbicara cukup keras sehingga banyak orang yang menoleh dan melihat perbincangan antara Harry dan Fudge. Ketika Fudge baru akan membalas, suara Dumbledore menghentikannya.

"Harry, silakan ikuti aku." Dumbledore mengangguk pelan ke arah Fudge setelah dia membawa Harry.

"Kau memang ahli mendapatkan perhatian, Harry. Tetapi walaupun ucapanmu ada benarnya. Kurasa kurang pantas kau ucapkan di hadapan orang banyak."

"Dia patut mendapatkannya. Dia pikir hanya karena dia menandatangani beberapa berkas tentang sihir di bawah umur, dia bisa mendapatkan respek dariku lagi?"

Dumbledore menghela napas panjang. "Terserah kau saja, Harry."

Dengan segera Harry dan Dumbledore duduk di barisan kelompok yang mendukung Madame Bones dalam pemilihan. Sementara itu Lupin duduk di bagian para pengunjung biasa.

"Oh, iya Professor. Kenapa tadi Umbridge tidak bersama Fudge?" Harry bertanya.

"Dolores Umbridge dikirim ke Azkaban selama dua tahun karena penggunaan barang sihir illegal 'Blood Quill' kepada beberapa murid. Dia dijatuhi hukuman itu seminggu setelah sekolah berakhir."

"Hanya dua tahun! Bagaimana dengan perbuatannya mengirimkan dua dementor tahun lalu untuk menyerangku dan Dudley!" Emosi Harry memuncak lagi.

"Ah, ya. Miss Granger memang telah memberitahu kami tentang itu. Tetapi sayangnya kami tidak dapat menemukan bukti dia pernah mengirimkan kedua Dementor itu karena semua Dementor kini sudah berada di bawah naungan Voldemort."

"Kenapa tidak digunakan Veritaserum?"

"Penggunaan Veritaserum sangat ketat peraturannya. Dan Cornelius saat itu sangat berdeterminasi agar miss Umbridge tidak diberikan Veritaserum." Ucap Dumbledore dengan pahit.

"Kenapa aku tidak dimintai bantuan dalam pengadilannya kalau begitu? Aku akan senang sekali melihat Umbitch itu diseret keluar dari ruang pengadilan."

"Jaga bahasamu, Harry. Dan kami tidak mengikutsertakanmu karena kondisimu pada saat itu masih belum memungkinkan."

Maksud Dumbledore tentunya Harry yang masih berduka karena kematian Sirius.

Tak berapa lama acara pun dimulai. Pada awalnya seorang juru bicara naik ke atas mimbar dan berbicara dengan nada yang membosankan tentang acara yang akan berlangsung. Kemudian disusul dengan seseorang yang tampaknya orang penting, berbicara dan memberitahu tentang peraturan-peraturan dalam pemilihan Menteri sihir kali ini.

Pembicara kedua ini lebih membosankan daripada yang pertama. Tanpa sadar Harry mulai menguap. Fakta bahwa semalam Harry bangun sampai larut malam karena dia sibuk berlatih di kopernya ditambah juga betapa membosankannya pidato yang didengarnya, membuat kelopak mata Harry tertutup.

Harry menyadari dirinya berada di sebuah ruangan besar dengan sejumlah orang yang mengenakan topeng berlutut di hadapannya.

"Bella…" Ucap Harry/Voldemort dengan mendesis.

Salah satu orang yang bertopeng maju mendekat. "Tuanku"? Suara penyihir wanita pembunuh Sirius keluar dari topengnya.

"Apakah para Dementor sudah sampai tujuan?" Tanya Voldemort.

"Menurut laporan terakhir. Mereka telah berada dalam posisi dan beberapa saat lagi akan menyerang." Jawab Bellatrix Lestrange.

"Bagus sekali. Para murid-murid konyol itu segera akan menyadari bahwa tidak ada lagi tempat yang aman. Tidak juga Hogsmeade."

Suara yang tidak manusiawi Voldemort langsung keluar dan membuat para Death Eaternya bergidik ketakutan.

Harry terlonjak bangun dan langsung berdiri. Napasnya memburu.

"Harry, ada apa? Kau tertidur?" Tanya Dumbledore.

Harry menoleh ke arah Dumbledore. "Sir! Dementor akan menyerang Hogsmeade. Kita harus segera ke sana!"

Dumbledore tampaknya tidak perlu diberitahu dua kali. Dia langsung berdiri dan menarik Harry keluar dari ruangan sambil memberikan instruksi. "Harry! Kau dan Remus pergi duluan ke Hogsmeade! Kau sudah bisa berapparate kalau tidak salah."

"Tetapi aku belum bisa berapparate sejauh itu. Dan lagi aku belum mempunyai ijinnya."

"Jangan khawatir, dengarkan saja apa kata Remus dan kau akan baik-baik saja. Kau juga tidak harus mengkhawatirkan tentang ijin tersebut. Ini masalah darurat."

Remus mengikuti mereka berdua keluar karena penasaran ada apa dengan Harry dan Dumbledore. "Harry! Ada apa?"

"Remus! Kau dan Harry harus segera berapparate ke Hogsmeade. Aku harus segera mengorganisir order dan juga memberitahu ketua Auror." Perintah Dumbledore sebelum dia melangkah pergi.

"Harry! Apa….?" Ucapannya dipotong Harry.

"Dementor akan segera menyerang Hogsmeade, Remus. Nah, sekarang katakan padaku bagaimana caranya berapparate ke sana!"

"Dementor? Bagaimana kau tahu? Apa kau mengalami mimpi tentang Voldemort lagi? Bagaimana kau yakin itu bukan penglihatan yang palsu.?"

"Sulit menjelaskannya. Yang jelas Dumbledore mengatakan padaku kalau aku sudah mahir dalam Occlumency, Voldemort tidak akan mampu lagi mengirimkan penglihatan palsu. Ayo, percayalah padaku." Harry sudah tidak sabaran.

Remus tampak masih ragu tetapi mau tak mau dia harus mempercayai Harry dan Dumbledore dalam hal ini.

"Baiklah, di sebelah sana ada titik apparasi. Ayo." Ajak Remus.

Mereka kemudian sampai di semacam bilik yang bertandakan 'APPARATION POINT.'

Harry berdiri di bilik tersebut dan menerima instruksi dari Remus.

"Harry. Konsentrasilah untuk membayangkan tempat yang akan kau tuju. Karena Hogsmeade juga terdapat anti apparasi, sebaiknya kau ber-apparrate ke tempat di mana biasanya kau berlatih apparasi."

"Bagaimana kalau aku terbelah? Aku belum pernah ber-apparate ke tempat sejauh itu." Tanya Harry khawatir.

Remus meletakkan tangannya di pundak Harry. "Tenang saja, dari yang kudengar dari Aberforth, kau sangat berbakatl dalam berapparate. Hanya saja kau harus menyingkirkan keraguanmu dan berkonsentrasi tinggi."

Harry melakukan apa yang disuruh dan mulai berkosentrasi membayangkan dia berada di depan Shriecking Shack. Bayangan bangunan tua tersebut mulai muncul di pikirannya dan dia melafalkan mantranya dalam hati.

Harry kini berada di batas luar dari desa Hogsmeade. Segera setelah Harry tiba, Remus menyusul dengan tongkatnya teracung.

"Sepertinya Hogsmeade tenang-tenang saja." Ucap Harry melihat keadaan desa di depannya.

"Dementor tidak membuat orang berteriak, Harry. Keadaan yang tenang ini justru sangat mencurigakan. Ayo, kita bergerak."

Mereka berdua kini memasuki Hogsmeade. Baru beberapa langkah mereka masuk, beberapa tubuh terbaring sudah terlihat oleh mereka.

"Jenggot Merlin! kita terlambat!" Seru Remus sambil menghampiri korban terdekat. Yang dilihat olehnya adalah seorang wanita muda yang masih bernapas dan matanya terbuka. Tetapi tatapannya kosong dan sama sekali tidak ada tanda kehidupan dari wanita itu.

"Yang ini sudah menjadi korban ciuman Dementor!" Nada panik terdengar dari Lupin.

Ada sekitar setengah lusin orang yang tergeletak di hadapan mereka. Sekilas tampaknya mereka semua sudah tidak punya harapan lagi. Tetapi Harry mendengar ada erangan dari dua orang.

"Moony, mereka berdua masih hidup. Coba kau periksa mereka, aku akan duluan menghajar Dementor-dementor terkutuk itu." Harry mulai berlari.

"Harry, tunggu. Jangan pergi sendirian!" Tetapi Harry tidak mempedulikan omongan Lupin dan terus berlari memasuki Hogsmeade. Teriakan peringatan Remus lambat laun menghilang.

Harry kini telah sampai di depan Hog's Head. Tetapi terdapat tanda bahwa bar tersebut tutup. Tentunya karena kini Aberforth berada di Hogwarts.

Harry lalu berbelok di tikungan di sebelah toko pakaian yang belum pernah dikunjungi Harry. Tetapi Harry tahu tikungan ini akan membawanya ke pusat desa Hogsmeade. Setelah dia berbelok, dia melihat apa yang ditakutinya selama ini menjadi kenyataan.

Puluhan. Tidak, ratusan Dementor kini sedang menyelimuti desa Hogsmeade yang indah. Yang dilihat Harry benarlah seperti mimpi buruk. Puluhan orang terbaring di jalanan. Harry berharap mereka hanya pingsan karena pengaruh Dementor yang menghisap kebahagiaan mereka, bukan karena terkena ciuman Dementor. Di antara orang-orang yang menjadi korban, banyak di antara mereka yang merupakan anak-anak remaja.

Pintu-pintu toko dan rumah tampak tertutup rapat, kelihatannya banyak yang mengurung diri mereka di dalam. Sedangkan yang tertinggal di luar harus berhadapan dengan Dementor. Kemudian Harry melihat pemandangan yang membuat darahnya membeku. Di depan Three Broomstick dia melihat kedua sahabatnya dan teman-temannya yang lain.

Dia melihat Neville, Seamus, Susan Bones, Ron, dan Hermione. Mereka berlima berusaha melakukan mantra Patronus, tetapi di antara mereka, hanya mantra Hermione yang berhasil menghasilkan patronus. Tetapi berang-berang perak yang dihasilkan Hermione masih terlalu kecil, sehingga tak lama kemudian berang-berang tersebut menghilang dan para Dementor semakin mendekati mereka.

"EXPECTO PATRONUM"! Teriak Harry. Tetapi hasilnya tidak sesuai harapan dia. Dari tongkatnya hanya keluar asap putih yang hanya membuat para Dementor berpaling ke arahnya dan mulai menghampiri Harry.

Perasaan dingin mulai melanda ke sekujur tubuh Harry. Dan dia samar-samar mendengar suara teriakan ibunya. 'Bagaimana mungkin aku bisa memikirkan sebuah perasaan bahagia di semua kekacauan ini?'

Sekitar selusin Dementor mendekati Harry. Lutut Harry mulai lemas. Dia mencoba mantra nya lagi, tetapi kini malah tidak keluar apapun dari tongkatnya. Tanpa disadarinya, dia sudah tersungkur ke tanah. 'Maafkan aku teman-teman, aku sudah tidak kuat lagi. Maafkan aku…Sirius.'

Wajah tampan Sirius terbayang di otaknya. Dengan sisa tenaganya, dia mengangkat tongkatnya kembali dan mencoba usaha terakhirnya, "Expecto Patronum."

Suara Harry keluar dengan pelan, tetapi keluarlah sebuah cahaya dari tongkatnya yang berbentuk seekor rusa jantan. Patronus andalannya telah kembali!

Rusa jantan yang keluar kali ini sangatlah besar. Jauh lebih besar dari sebelum-sebelumnya. Hampir dua kali lipat lebih besar dari biasanya. Kemudian rusa jantan ini mulai menerjang Dementor yang berada di dekatnya. Dalam sekejap, seluruh dementor tersebut melayang jauh ke angkasa.

Kekuatan tubuh Harry mulai kembali. "Serang mereka di sebelah sana!" Perintah Harry kepada rusanya sambil menunjuk ke arah para teman-temannya yang kini sudah bertumbangan.

Dengan tanduknya, rusa jantan Harry membebaskan para murid dari terkaman Dementor yang dibuatnya menjauh. Tetapi masih banyak dementor yang menteror Hogsmeade. Kalau Harry tidak salah, jumlah mereka sepertinya berlipat-lipat lebih banyak dibandingkan pada tahun ketiga. "Habisi mereka!" Teriak Harry kepada patronusnya.

Prongs milik Harry menyerang semua Dementor yang dihampirinya. Tetapi setelah puluhan yang berhasil disingkirkannya, patronus Harry sudah mulai mengecil, sedangkan masih banyak sekali Dementor yang harus disingkirkan.

'Aku tidak pernah mencoba ini, tetapi harus kulakukan.' Harry kembali membayangkan wajah Sirius dan merapalkan mantra Patronus lagi. "EXPECTO PATRONUM!"

Rusa jantan yang kedua keluar dari tongkat Harry dan memulai tugasnya untuk menyingkirkan Dementor. Sementara itu, rusa jantan yang pertama masih berhasil mengusir beberapa Dementor di depan toko Zonko's walaupun ukurannya kini sekarang sudah jauh lebih kecil.

"EXPECTO PATRONUM!" Harry mengeluarkan Patronusnya yang ketiga. Walaupun mantra ini berhasil, Harry langsung merasakan dirinya mengalami kelelahan yang luar biasa setelah mengeluarkan Patronus yang ketiga ini. Belum sempat dia mencerna apa yang terjadi padanya, sebuah cahaya putih datang dari belakangnya. Ketika cahaya itu melewatinya, Harry menyadari kalau cahaya itu adalah sebuah patronus yang berbentuk serigala. Patronus serigala itu menggabungkan dirinya dengan rusa jantan Harry yang ketiga untuk menyerang kumpulan Dementor yang berada di depan Honeydukes.

"Harry! kau baik-baik saja?" Remus telah muncul di samping Harry. "Harry! Apa semua rusa jantan patronus itu adalah hasilmu?" Remus bertanya setelah dia melihat tidak hanya ada satu prongs, tetapi tiga.

Terlalu lelah untuk menjawab, Harry hanya mengangguk. Anggukan ini membuat wajah Remus pucat. "Kau menghasilkan tiga patronus yang besar itu dalam waktu berdekatan dan kau masih bisa berdiri?"

"Man…mantra Patronus ternyata sangat melelahkan."

"Tentu saja. Dibutuhkan kekuatan sihir yang besar sekali untuk menghasilkan mantra Patronus, apalagi yang sebesar itu. Sebaiknya kau tidak melakukannya lagi, kalau tidak kau akan pingsan."

"Tapi Moony, masih banyak sekali Dementor yang tersisa, mereka….." Harry melihat sesuatu di angkasa.

"Ada apa, Harry?"

"Moony, menurutmu Dementor yang sekarang sedang menuju kemari, apakah mereka bala bantuan, atau mereka Dementor yang telah kuusir lalu kembali lagi?" Harry bertanya sambil menunjuk ke arah Dementor-dementor di angkasa yang sedang menuju ke arah mereka.

"Demi Merlin! Kau benar Harry. Mereka tentunya Dementor yang telah kau usir. Jumlah mereka terlalu kecil untuk sebuah bala bantuan."

"Kita celaka." Gumam Harry.

"Kita hanya harus terus bertahan sampai bala bantuan dari order dan para auror tiba, Harry. Semoga saja mereka cepat datang. EXPECTO PATRONUM!" Remus mengeluarkan Patronusnya yang kedua.

Serigala yang keluar dari tongkat Remus kini bentuknya lebih kecil dari yang pertama. Remus tampaknya sudah mulai merasakan efek yang sama dari mengeluarkan mantra Patronus.

"Moony. Aku akan melihat apakah di pinggiran desa juga ada dementor. Kau harus menolong teman-temanku di sana, bawa mereka masuk ke dalam pub." Harry mulai berjalan.

"Jangan Harry! Kau sudah terlalu banyak menggunakan mantra Patronus. Dengarkanlah aku sekali ini saja.!" Remus memegang tangan Harry untuk menahannya.

"Moony, aku akan baik-baik saja. Kita harus berpencar, kita tidak bisa berfokus hanya pada tempat ini. Dan aku belum menemukan temanku yang lain. Aku belum menemukan Cho dan Daphne! Kalau terjadi apa-apa dengan mereka, aku…." Dia tidak menyelesaikannya.

"Tapi kondisimu…..dan mengapa Daphne dan Cho? Kenapa mereka sangat penting bagimu!"

"Mereka….." Sejujurnya Harry tidak tahu apa arti mereka berdua bagi Harry. Dia hanya tahu kalau mereka berdua sangat penting bagi Harry.

Tetapi Remus melepaskan tangan Harry. "Baiklah, kau cari mereka. Dan kau bisa mempercayaiku untuk menyelamatkan temanmu di sebelah sana."

"Terima kasih, Moony." Harry mulai berjalan tetapi Remus berbicara kembali. "Kau benar-benar bisa membuat Sirius bangga, Harry. Dia juga di masa mudanya boleh dibilang seorang 'ladies man.'"

Harry melihat ke arah Remus dan melihat sang Werewolf mengedipkan matanya. Harry hanya tersenyum kecil dan mengacungkan jempolnya.

Harry lalu berlari kecil menuju arah Hogwarts. Dia kembali mengeluarkan patronusnya. Tetapi kali ini dia sebisa mungkin menahan tenaganya agar dia tidak kehabisan tenaga. Patronus yang keempat ini jauh lebih kecil dari yang sebelumnya. Harry menyuruh rusa jantan yang ini untuk membuka jalan baginya.

Jalan yang dia tempuh memang sudah tidak begitu banyak lagi dihuni oleh dementor. Sehingga patronusnya yang kecil tidak mengalami kesulitan untuk membuka jalan bagi Harry.

Harry terus berlari dan sepanjang perjalanan dia melihat sebagian besar orang sudah berada di dalam rumah atau toko mereka. Tidak banyak orang yang terbaring di jalan. Mungkin karena Dementor memusatkan serangannya di pusat desa.

Kemudian Harry kini tiba di dekat pintu penghubung antara Hogsmeade dan Hogwarts. Di sini dia melihat banyak sekali murid Hogwarts. Mereka terlihat berkumpul di tengah-tengah dan membentuk lingkaran. Mereka tidak bisa kembali ke Hogwarts karena pintunya dijaga oleh sekumpulan dementor.

Dementor yang berada di sini tidak hanya yang menjaga pintu penghubung, tetapi juga cukup banyak yang kini sedang menyerang para murid. Murid-murid yang lebih tua berada di bagian luar dari lingkaran untuk melindungi adik kelas mereka. Dan di antara yang berada di lingkaran luar, Harry menemukan dua orang yang sedang dia cari.

Cho dan Daphne berada di paling depan dengan tongkat teracung. Tampaknya hanya mereka beruda yang bisa mengeluarkan mantra patronus secara badaniah. Angsa perak Cho sedang menyerang dementor yang berada di dekatnya. Sedangkan Daphne berhasil mengeluarkan sebuah patronus berbentuk elang. Tetapi patronus mereka berdua masih terlalu kecil dan hanya bertahan sebentar. Tak lama patronus mereka pun menghilang.

Harry berusaha mengalihkan perhatian para Dementor. "HEI!" Dementor-dementor memang berpaling, tetapi hanya sedikit di antara mereka yang berpindah sasaran ke Harry.

Gryyfindor muda ini menyadari patronus terakhir yang dia keluarkan sudah lenyap, maka dia berusaha mengeluarkan yang lainnya. "EXPECTO PATRONUM!"

Tetapi usahanya sia-sia. Sebuah asap putih pun tidak keluar dari tongkatnya. Padahal dia yakin sudah melakukannya dengan benar. Ingatan bahagia yang dia pilih masih sama dengan sebelumnya, yaitu wajah Sirius. Tetapi kini dia tidak berhasil sama sekali, hanya rasa letih yang bukan main yang dia dapat.

'Ternyata memang kekuatan sihirku telah habis. Bagaimana ini?' Tiga dementor sudah berjarak dekat sekali dengan dia dan mulai memberikan efek dingin seperti biasanya.

'Hanya satu yang bisa kulakukan, yaitu menggunakan tenaga sihir cadanganku. Tapi bagaimana caranya? Terakhir kali kulakukan itu aku menggunakan mantra berbahasa parsel dan aku tidak sadarkan diri selama tiga hari. Itu dia, aku harus menggunakan mantra Patronus dalam bahasa Parsel.' Harry membulatkan tekadnya. Dari buku parsel yang dia baca, memang terdapat bagian mengenai mantra patronus.

Tanpa pikir-pikir panjang lagi, Harry mengacungkan tongkatnya kembali.

"Marscio Delsfrasssss" Desis Harry.

Sebuah cahaya putih yang sangat menyilaukan keluar dari tongkat mythril milik Harry. Dia tidak tahu apakah cahaya menyilaukan ini atau karena tenaga sihir cadangannya terpakai yang membuat dia terjerembab dan kehilangan kesadarannya.

>>>>>>>>

Author's Note : Sorry lama banget update-nya. Makanya, review dong. Makin banyak review yang kudapet, makin semangat aku menulisnya. Aku butuh pendapat kalian tentang siapa yang harus Harry pilih, Daphne atau Cho? Atau dua-duanya? Wow. Aku sendiri belum mutusin tuh.