Disclaimer : Eiji punyaku.. kakaka.. jyodan desuyoo:D
Author's notes :
Thanks a lot buat tifa n N3ea yng udah nge-review.. :D mungkin aku bakal upload cerita laen lagi soon.. please wait, okeh! ;D
Tifa, jangan keseringan sambit gw pake sendal jepit dunks.. ;D ;D
Part 1 : The Golden Pair
Sementara kebanyakan orang memilih bermain di dekat pantai, Ooishi lebih memilih berjalan-jalan saja. Besok baru ia akan ikut bermain bersama yang lainnya. Selama perjalanannya, Oishi melihat bermacam-macam hal. Ada seorang ibu yang sedang menggendong anaknya, sekelompok anak yang sedang berlari-larian, kakek dan nenek yang duduk di pinggir pantai, dan masih banyak lagi.
'Hhh… akhirnya tiba juga saat liburan… Memang kami perlu rekreasi bersama sekali-kali. Bila setiap hari memikirkan tenis..tenis..dan tenis.. rasanya lelah juga. Sibuk berlatih untuk pertandingan ini, pertandingan itu. Hmm… kimochiiii!'
Setelah beberapa lama, hampir seluruh penginapan sudah dikelilingi Ooishi. Sekarang ia berniat melihat daerah perumahan di sekitar situ. Saat akan keluar daerah penginapan, ia bertemu dengan Nishikado dan beberapa anggota klub tenis kelas 2.
"Ooishi-senpai! Mau ke mana?" tanya Nishikado.
"Oh, kalian.. Aku mau melihat-lihat daerah perumahan dekat sini sebentar," jawab Ooishi.
Sudah hampir setengah jam Ooishi berjalan-jalan di daerah perumahan itu. Sekarang sudah hampir jam 5 sore. Suasana khas kehidupan keluarga nelayan amat terasa di sana. Orang-orang di sana bekerja dengan giat. Ada yang sedang mengurus ikan hasil tangkapan, ada yang sedang menjemur ikan asin, ada yang sedang memperbaiki jala, dan lain-lain. Ternyata, agak jauh dari pantai, ada sebuah lapangan. Ketika sedang melewati lapangan, Ooishi melihat anak kecil yang sedang diperas uangnya oleh sekitar 5 remaja yang kira-kira pelajar SLTP. Ooishi yang paling benci kekerasan, segera berlari mendekati mereka.
"Hei! Apa yang kalian lakukan pada anak kecil itu!"
Remaja-remaja itu segera menengok ke arah Ooishi. Anak kecil yang mereka ganggu menangis tersedu-sedu.
"Siapa kamu hah! Mau cari mati ya!" teriak seorang remaja yang dipanggil bos oleh yang lainnya.
Ooishi tidak mempedulikan perkataan orang itu dan berlari mendekati anak kecil tadi.
"Kamu tidak apa-apa? Ayo cepat pergi! Cepat pergi sebelum mereka mengganggumu lagi" kata Ooishi pada anak itu.
Anak kecil itu pun berlari keluar lapangan dengan terisak-isak.
"Kurang ajar! Kau membuat kami kehilangan uang saku tambahan! Teman-teman! Cepat hajar dia!"
Seketika, Ooishi merasa tak punya harapan. Ia sama sekali tidak mampu berkelahi karena ia paling benci dengan perkelahian. Ooishi pasrah pada nasib…
Sudah setengah jam lebih Eiji berkeliling sembari berlari kecil di seluruh penginapan, tapi ia tak juga menemukan Ooishi.
"Mou… Ooishi… Doko ni iru 'n da!" Eiji putus asa.
Tiba-tiba ia disapa oleh seseorang.
"Yo Kikumaru-senpai! Sedang jalan-jalan?" ternyata Nishikado.
"Huh? Nishikado, kamu liat Ooishi nggak? Aku sedang mencarinya…" jawab Eiji.
"Oh? Baru saja aku bertemu dengannya. Ia bilang mau berjalan-jalan di daerah perumahan sekitar sini," jawab Nishikado.
"Hui… dengan suara lucu Ok, arigatou gozaimasu!"
"Dou itashimashite, Kikumaru-senpai…"
Eiji pergi ke daerah perumahan sembari berlari kecil.
"Heeh… ano Ooishi… Berjalan sampai sejauh ini…" gumam Eiji sambil ngos-ngosan.
Eiji berlari terus sambil menengok berkeliling. Tiba-tiba ia ditabrak oleh seorang anak kecil yang sedang berlari sambil menangis. Eiji kaget. Anak itu terus berlari menjauhi Eiji tanpa berkat sepatah kata pun.
'Kenapa sih anak itu?' pikir Eiji.
Ketika akan mulai berjalan lagi, Eiji tiba-tiba melihat Ooishi di sebuah lapangan dan nyaris dipukuli. Eiji terkejut dan berlari ke dalam lapangan dan menghentikan gerakan tangan seorang remaja yang akan memukul Ooishi. Wajahnya telah berubah menjadi wajah yang amat serius.
"Eiji!" teriak Ooishi dengan kaget.
"Oh… rupanya temannya datang! Kalian sama-sama bosan hidup ya! Baiklah, akan kami kabulkan keinginan kalian untuk mati! Kita mulai dari kau! menunjuk Eiji " kata si remaja tadi.
Dua remaja memegangi lengan Eiji, si bos dan 2 temannya yang lain mulai memukuli Eiji sampai akhirnya Eiji muntah darah dan luka-luka. kok gw tega yah bikin fanfic kayak gini! . Ooishi tidak bisa menghentikan orang-orang itu memukuli Eiji. Keadaan Eiji makin parah. Akhirnya setelah beberapa lama terus menerus memukuli Eiji, si bos dan 2 temannya kecapean juga karena badan mereka memang tambun, jadi cepet capek. 2 orang lainnya tetap memegangi lengan Eiji. Eiji sendiri kelihatannya sudah tak bertenaga, kepalanya tertunduk. Ooishi cemas setengah mati, tapi tidak berani menghalangi mereka ataupun mencari bantuan karena ia khawatir orang-orang itu akan melakukan hal yang lebih kejam lagi pada Eiji.
Setelah berhenti beberapa menit, si bos mengangkat dagu Eiji sambil berkata,
"Bagaimana? Sudah menyerah!"
Dengan suara serak dan terputus-putus Eiji berkata,
"Ze…tta..i… yada…"
"Heh! Berani ya! Sudah sekarat masih berani lagi! Rasakan akibatnya!"
si Bos sudah bersiap melayangkan pukulan lagi. Tapi, terdengar Eiji berkata dengan pelan,
"Kiku…maru… BEAM! sambil melompat dan menginjak kaki kedua orang yang memegangi lengannya dengan kuat "
2 orang itu berteriak kesakitan sambil melompat-lompat serta memegangi kaki mereka dan melepas pegangan mereka pada lengan Eiji.
"Hehe!" Eiji nyengir sebentar lalu bermuka serius lagi.
Si Bos dan 2 temannya yang lain kaget dan mulai menyerang Eiji. Dan Eiji pun mulai memperlihatkan "skill"-nya dalam ber-akurobatikku. Ia melompat sana ,melompat sini nggak tau punya kekuatan dari mana padahal udah babak belur , mengelak, dan akhirnya justru orang-orang itu yang saling bertabrakkan dan jatuh ke tanah, pingsan. Termasuk 2 orang yang kakinya diinjak Eiji.
Setelah semuanya jatuh ke tanah, Eiji mendekati Ooishi dengan tertatih-tatih sambil tersenyum.
"Daijoubu ka, Ooishi!" tanya Eiji dengan suara lemah.
"E..i..ji.." Ooishi tak mampu berkata-kata melihat Eiji.
"Juu…den… kire…chi..tta…" kata Eiji lagi dengan putus-putus, lalu ia jatuh pingsan di pelukan Ooishi.
"Eiji… gomen… aku tidak dapat melakukan apapun..Gomen…"
Hari telah gelap, suasana sepi. Ooishi menggendong Eiji di punggungnya lalu berjalan menuju penginapan mereka.
Saat Ooishi sampai ke penginapan, Fuji-lah yang pertama melihatnya.
"Ooishi, dari tadi kami mencarimu! tiba-tiba melihat Eiji yang pingsan Eiji! Kenapa dia!"
Setelah beberapa saat, hampir semua anggota Seigaku tennis club berkumpul mengelilingi Ooishi dan Eiji.
"Eiji jadi begini gara-gara aku… Maaf, ceritanya nanti saja. Aku mau mengobati luka Eiji."
Kata Ooishi sambil membawa Eiji ke cottage mereka dan membaringkannya di atas tempat tidur.
"Inui, tolong ambilkan kotak obat di situ. Fuji, bisakah kau ambilkan air hangat untuk membersihkan lukanya? Momo, tolong ambilkan baju ganti Eiji di lemari…Terima kasih. Kalian makan malam saja. Tidak usah menungguku," kata Ooishi. Setelah semua perlengkapan siap, semua orang keluar membiarkan Ooishi mengurus Eiji. Mereka makan malam bersama di restoran hotel dengan perasaan suram karena khawatir.
Ooishi membersihkan luka-luka di muka dan badan Eiji, mengobatinya, lalu memakaikan sahabatnya itu baju yang bersih. Perasaan Ooishi amat hancur melihat Eiji yang penuh luka di sana-sini, apalagi mengingat tadi sempat muntah darah. Tak terasa, saat itu sudah jam setengah 9 malam. Eiji masih belum sadar. Tiba-tiba terdengar ketukan pelan di pintu. Ternyata para regular members.
"Ooishi, ada apa sebenarnya? Bagaimana keadaan Kikumaru?" tanya Tezuka dengan wajah seriusnya yang biasa.
Ooishi pun menceritakan semuanya secara singkat.
"…Lukanya sudah kuobati. Tapi dia belum sadar dari tadi," jawab Ooishi.
"Itu bukan salahmu, Ooishi…Kau hanya berusaha melakukan yang benar," kata Inui.
"Ya, jangan pikirkan lagi. Percayalah pada Eiji, ia pasti baik-baik saja. Ini, kami belikan makanan untukmu. Juga ada bubur untuk Eiji kalau ia sudah sadar…" kata Fuji.
"Terima kasih…" kata Ooishi sambil tersenyum.
Waktu menunjukkan jam 10 malam. Ooishi telah selesai memakan makan malamnya dari tadi. Saat ini Ooishi sedang duduk di pinggir tempat tidur Eiji dan menunggu sahabatnya itu bangun. Ooishi sudah hampir tertidur ketika ia merasa tangan Eiji yang digenggamnya bergerak. Ooishi mengangkat kepalanya dan melihat ke arah Eiji.
Perlahan-lahan Eiji membuka matanya. Ia melihat Ooishi samar-samar karena kepalanya masih agak pusing dan pandangannya kabur.
"Oo..ishi…" Eiji berkata dengan pelan.
"Eiji! Syukurlah kau sadar juga! Masih terasa sakit?" kata Ooishi dengan penuh rasa syukur.
"Um.. sedikit.. Kau sendiri tidak apa-apa?"
Ooishi menjitak dahi Eiji dengan pelan sambil berkata,
"Kamu ini! Badan sendiri sudah babak belur masih sempat menanyakan keadaan orang lain…"
"Hehehe…"
Ooishi tersenyum melihat Eiji nyengir. Namun, wajahnya segera berubah menjadi serius.
"Eiji… gomen ne… Kamu jadi begini gara-gara aku."
"Ooishi, itu bukan salahmu. Kalau kau sekali lagi saja menyalahkan dirimu, aku marah! Sekarang ayo tersenyum, wajahmu jelek sekali kalau seperti itu!"
Ooishi tersenyum lalu pergi untuk memanaskan bubur yang dibelikan para regular members tadi, dan menyuruh Eiji makan. Setelah makan, Eiji sudah jauh lebih kuat dan kembali ceria serta hiperaktip seperti biasa. Setelah semuanya selesai, mereka pun tidur agar siap untuk mengikuti kegiatan besok...
To be continued..
Thanks for reading:D
