Author's notes :

makasih banget atas review2nya!

Busyet dah.. abis disambit sendal jepit, sekarang diancam nggak idup! ;D ;D

sbenernya aku nggak merencanakan fanfic ini sebagai fanfic shonen-ai, tp sepertinya keliatan ada hints2nya gtu ya? Haha.. maa, ii ka:D

Part Two : At Least, Please Smile For Us…

Keesokan harinya, suasana sudah kembali ceria seperti sedia kala. Eiji, meskipun masih penuh plester dan balutan di sana sini, tapi tetap hiperaktif seperti biasa. Pagi-pagi, para anggota Seigaku tennis club minus Eiji, melakukan serangkaian latihan. Lari pagi, latihan-latihan tenis, dll. Dalam hal ini, Eiji bersyukur karena ia tidak perlu melakukan semua latihan berat itu, melainkan hanya duduk2 saja di pinggir pantai sambil nyengir memberi semangat pada teman2 dan kouhei2-nya.

Sore harinya, mereka mengadakan pertandingan tenis. Sementara menunggu gilirannya, Fuji yang memiliki hobi fotografi, mengambil bermacam-macam foto pemandangan pantai yang indah. Selain itu, ia juga memfoto teman2nya yang sedang bertanding ataupun yang melakukan aktivitas lain.

" Ooishi… aku mau main… aku mau main…" Eiji merengek-rengek pada Ooishi yang melarangnya bermain tenis.

" Tidak bisa Eiji! Kau masih lemas, penuh luka lagi! Mana bisa main dengan keadaan seperti itu!" Ooishi berkeras melarangnya.

Karena Eiji terus2an memaksa, akhirnya jadilah pertandingan Inui-Kaidou vs Ooishi-Eiji. Ketika masing2 pihak sudah keren2 memasang kuda2nya, Inui pun memulai serve. Namun, ketika Eiji bergerak hendak membalas serve itu, badannya kaku dan bola Inui tepat nemplok di hidungnya, lalu Eiji pun terjatuh ke belakang dengan hidung memerah. Ooishi sebetulnya merasa kasihan dengan remaja berambut jigrak itu, tapi salahnya juga sih, tetap memaksa bermain… Akhirnya Eiji batal bermain dan diganti Momo. Dengan tampang ketekuk-tekuk alias cembetut, Eiji duduk di sebelah Fuji dan menonton pertandingan itu. Fuji tersenyum melihat tingkah laku teman masa kecilnya itu, yang kini di hidungnya menempel sebuah plester putih melintang.

" Na, Fuji! Apa senyum-senyum!" Eiji pura-pura marah.

" iee…" jawab Fuji sambil tetap tersenyum-senyum.

Pertandingan berlangsung dengan seru. Selama itu juga anggota klub tenis lainnya berteriak-teriak memberi semangat. Mereka semua terlihat seperti sebuah keluarga besar yang sedang bergembira bersama. Fuji yang sambil menonton pertandingan, tetap melakukan kegiatan foto2nya, tanpa sengaja mengarahkan lensa kameranya ke arah Tezuka. Tezuka tetap terlihat seperti dirinya yang biasa, ia tidak ikut aktif dan bergembira bersama. Fuji menurunkan kamera lalu memandang Tezuka sejenak dengan wajah khawatir. Eiji yang melihat Fuji terdiam bertanya,

" Doushita Fuji?"

" Um! I..Iya.. nandemo nai…" jawab Fuji.

Beberapa waktu kemudian pertandingan tadi selesai, dimenangkan oleh Inui-Kaidou.

" Gomen, Ooishi-senpai. Aku tidak bermain bagus…" kata Momo dengan agak menyesal.

" Sudahlah, tidak apa-apa. Ini kan pertama kalinya kau bermain doubles denganku.. Aku juga bermain buruk hari ini…" tanggap Ooishi. "Inui, Kaidou, kalian sudah semakin kompak ya…"

" Ah, tidak juga. Lagipula, kalau kami bermain melawan Golden Pair, kami masih kalah jauh. Aku akan menyusun data2 tentang itu," jawab Inui sementara Kaidou diam saja.

Eiji berlari dengan agak terseret-seret menghampiri Ooishi sambil melemparkan handuk untuk sahabatnya itu.

" Ooishi no baka! Apa-apaan bermain seperti itu heh! Seperti bukan Ooishi aja!"

" Sankyuu.. sambil menangkap handuk yang dilempar Eiji Memangnya apa yang aneh pada permainanku?"

" Ahhh! Baka, baka, baka! Memangnya kamu kira aku ini siapa! Orang dari luar yang baru beberapa kali melihat permainanmu! Aku mengenal permainanmu Ooishi! Aku kan partnermu! Ooishi no baka!" semprot Eiji dengan agak kesal.

" Sa, nee… " jawab Ooishi terkesan cuek namun wajahnya seakan-akan mengatakan sesuatu, tapi Eiji tidak melihat hal itu.

Hari sudah petang. Saat itu pemandangan sunset di situ luar biasa indahnya. Sementara orang-orang masih sibuk dengan Inui, Kaidou, Ooishi, dan Momo (yang saat ini sedang beradu mulut dengan Ryoma yang mengejeknya), Tezuka bangkit dari tempat duduknya dan berjalan menjauhi keramaian. Fuji sepertinya menyadari hal itu dan berjalan mengikuti Tezuka dari belakang. Fuji melihat Tezuka berjalan terus sampai akhirnya tiba di tepi pantai di mana suara2 gelak tawa dari lapangan tenis tidak terdengar lagi. Ia memandang ke arah laut dengan pandangan menerawang. Ia sepertinya tidak menyadari keberadaan Fuji. Setelah beberapa saat, Fuji menegurnya.

" Doushita Tezuka? Ada yang kau pikirkan?"

Tezuka terlihat agak terkejut dan membalikkan tubuhnya dan menengok ke arah Fuji. Namun ia diam saja. Lalu kembali memandang laut lepas. Suasana hening selama beberapa waktu.

" Fuji…" tiba-tiba Tezuka berkata memecah kesunyian.

" Hmm?"

Hening sesaat…

" Aku… iri pada kalian semua…"

Fuji terkejut mendengar perkataan itu. Namun ia segera menanggapi.

" Kenapa kau berkata seperti itu? Seperti bukan Tezuka saja… Apa yang kau iri-kan dari kami?"

" Kalian semua bisa tertawa dengan lepas. Bisa merasakan kebahagiaan. Tapi, hal itu terasa asing bagiku. Aku tidak dapat menikmatinya seperti kalian…"

Fuji berjalan mendekati Tezuka dan berdiri di sebelahnya.

" Kau tidak dapat merasakan kebahagiaan? Pikiran macam apa itu Tezuka! Jadi kau tidak merasa gembira berada di antara kami semua? Kalau begitu, mengapa kau mengusulkan liburan ini?"

" sou jyanai.. Aku hanya merasa bila tidak ada aku pun, tidak akan ada pengaruhnya buat kalian…"

" Tezuka! Kenapa kau sampai punya pikiran seperti itu! Dengar aku, memang kau seorang yang pendiam dan bukan tipe ceria seperti Eiji atau Momo, tapi kau tetaplah bagian dari keluarga besar Seigaku tennis club. Apalagi kau adalah Seigaku no buchou, pemimpin kami. Jadi, jangan pernah berpikir kalau kami tidak membutuhkanmu…"

" Sou da ne, Tezuka!" tiba-tiba terdengar suara Eiji. Tezuka dan Fuji berbalik ke arah datangnya suara itu. Di belakang mereka sudah berdiri Eiji dan Ooishi.

" Tezuka, apa kau tahu apa yang membuat kami semua bisa bergembira? Itu karena kami merasa nyaman berada dalam sebuah keluarga besar, yaitu keluarga besar Seigaku Tennis Club, lengkap tanpa kekurangan satu orang pun."

" Karena semua lengkap dan sehat, kita bisa bergembira. Kemarin, ketika Eiji kembali dalam keadaan pingsan dan luka-luka, apakah kita dapat bergembira? Tidak kan? Semuanya menjadi khawatir. Begitu pula saat Momo tidak masuk 3 hari dulu. Semuanya merasa cemas . Begitu pula, jika kita kehilangan siapa pun juga. Semua tidak bisa lagi bergembira. Kau mengerti?" kata Ooishi.

" Kau sudah dengar perkataan mereka, Tezuka? Apa sekarang kau tahu, betapa pentingnya kehadiranmu di tengah-tengah kami? Bagaimana pun, Tezuka adalah Tezuka. Kami menyayangi dan membutuhkan Tezuka yang apa adanya seperti sekarang ini, bukan seorang yang berpura-pura…" kata Fuji sambil tersenyum.

Tezuka terdiam mendengar perkataan teman-temannya itu. Ia baru menyadari kalau keberadaan siapa pun, baik yang pendiam, yang ceria, bahkan yang menyebalkan sekalipun, sangat penting bagi semua anggota Seigaku Tennis Club. Mereka semua satu keluarga, keluarga saling membutuhkan satu sama lain.

" Aa.." jawab Tezuka.

" Tapi Tezuka, paling tidak, kau bisa tersenyum pada kami 'kan? Tidak usah pada semuanya. Pada kami bertiga saja. Kita kan sudah bersahabat sejak lama. Apa kau mau melakukannya Tezuka?" tanya Fuji.

Tezuka terdiam, sementara ketiga temannya itu memandangnya penuh harap. Akhirnya… Akhirnya… Akhirnya! (apaan sih!) Tezuka menggerakkan wajahnya dengan agak kikuk dan akhirnya (lagi!) terukir sebuah senyuman di bibirnya. (Hoorayy! Hip Hip HooRrAaYy! Bagi yang suka ama Tezuka, bayangkanlah seperti apa senyum 'the man with the iron mask' itu… hihihi…)

Eiji bertepuk tangan.

" Kau melakukannya Tezuka! Kau melakukannya! Yatta!" teriak Eiji.

Fuji dan Ooishi tersenyum. Setelah beberapa saat Fuji berkata,

" Ah! Sebentar lagi waktunya makan malam. Ayo kita kembali…"

Mereka berempat pun kembali ke tempat semua anggota berkumpul untuk makan malam bersama.

Sebelum tidur, Ooishi dan Eiji berjalan-jalan di tepi pantai. Ombak berdebur dengan kencang, namun langit terang karena sinar bulan memancar dengan kuat serta ditambah cahaya bintang-bintang yang bertaburan di malam hari. Lalu mereka berhenti di sebuah tempat yang agak menjorok ke laut, tempat untuk para wisatawan memancing dan bersandar pada pembatas besi yang ada di sekeliling tempat itu.

" Ne, Eiji.."

" Nani?"

" Apa kau tahu kenapa aku bermain kacau tadi?"

" eh?"

" Aku baru menyadari betapa sulitnya bermain dengan orang lain. Aku sudah terbiasa denganmu. Dengan segala tingkah laku dan kebiasaanmu. Walaupun Momo bermain cukup bagus, tapi tetap saja terasa lain…"

Eiji agak terharu mendengar perkataan Ooishi itu namun ia segera teringat akan sesuatu.

" Jadi kau sudah tahu? Sekarang coba pikirkan, bagaimana perasaanku saat kita harus melawan Hyotei, sudah ditunggu-tunggu kau tidak muncul juga, yang kudapat hanyalah berita kalau kau tidak bisa main. Dan sekali lagi, ini Hyotei! Hyotei, Ooishi! Bukan pertandingan persahabatan seperti tadi."

" Gomen ne Eiji. Itu kan kecelakaan…"

" Wakattemasuyo! Tapi… apa kau tahu Ooishi… bagaimana putus asanya aku, bagaimana frustasinya aku karena tidak dapat membalas pukulan mereka, dan bagaimana aku membayangkan kalau impian kita, menjadi nomor 1 di tingkat nasional, hancur begitu saja!" tanya Eiji dengan nada sedih tapi terkesan tajam.

Ooishi baru mengetahui bagaimana perasaan Eiji ketika itu. Ia tahu, kejadian mendadak itu akan sulit bagi Eiji, tapi ia tidak pernah berpikir kalau pikiran Eiji akan sampai ke impian mereka.

" Hontou ni gomenasai, Eiji…"

" Ah.. sudahlah.. Tapi Ooishi, sekarang kau mengakui kalau kau memang membutuhkan sahabatmu yang cool dan imut ini kan!" Eiji sudah kembali lagi ke dirinya yang biasa.

" Apa-apaan itu!"

" Ooishi no baka! Baka, baka, baka!"

" Urusai!"

" Hihihi…"

Di bagian lain…

Tezuka dan Fuji sedang ngobrol di beranda cottage mereka. Ngobrol tentang banyaaaakkk hal. Mulai dari sekolah, klub tenis, para anggota, pertandingan, sampai…

" Fuji, kau tidak jadi mengajak adikmu?"

" tersenyum seperti biasa Tumben kamu peduli Tezuka… "

" …"

" Saa, naa… dia bilang mau latihan dengan klub tenisnya."

" Hubungan kalian sudah membaik kan?"

" Yaah.. sejak kejadian di sports club waktu itu dan bertambah baik setelah kita bertanding melawan Hyotei…"

" Yokatta naa…"

" sankyuu… ne, Tezuka, kamu sebetulnya punya hati yang baik dan kepedulian yang tinggi pada kami semua, hanya saja, kamu tidak mau memperlihatkannya…"

" …"

" Tapi, aku sungguh senang melihatmu tersenyum tadi Tezuka…"

" … malu "

" Apakah kamu mau tersenyum sekali lagi untukku?"

Fuji bertanya sambil memandang lurus ke arah Tezuka. Tezuka rada kaget n ragu2.

" nanda! Buat apa?" kata Tezuka sambil memalingkan muka karena malu.

" nggak ada alasan khusus. Hanya, aku ingin melihat senyummu sekali lagi. Dou?"

Dengan background pantai yang gelap n langit yang bertaburan bintang, Tezuka tersenyum untuk kedua kalinya hari itu…

Malam semakin larut. Hari itu, semua anggota Seigaku tennis club tidur dengan tenang.

Eee! Tenang! Benarkah begitu! Heheheh… kita liat aja nanti! ­­­­­­¬¬ hohohohohoho!


To be continued..

kejadian di sports club yang aku maksud di atas nggak ada di cerita asli, baik di manga maupun animenya. Cerita lengkap "kejadian di sports club" itu ada di fanfic-ku yang laen. Yaitu fanfic "My Beloved Aniki…" yang didedikasikan untuk Fuji Shuusuke n Fuji Yuuta. Fanfic ini memang belum aku upload di hehe.. tapi. Mungkin akan ku-upload klo lagi rajin.. heheh..