Disclaimer:
Naruto: Masashi Kishimoto
Gugure! Kokkure-san: Midori Endo
.
.
.
Pairing: (belum diketahui)
Genre: mystery, supranatural, comedy, romance, dan action
Rating: M
Setting: Alternate Universe (AU)
.
.
.
Fic request for Mamang_Njul
.
.
.
Planetarium
By Hikasya
.
.
.
Chapter 1. Bertemu lagi
.
.
.
Tiba-tiba, muncul beberapa orang yang menghadang Uzumaki Naruto di tengah jalan sunyi. Naruto yang baru saja pulang dari sekolah karena mendapatkan pelajaran tambahan dari walilkelas, membelalakkan mata. Langkahnya terhenti, berjarak beberapa meter dari orang-orang asing itu, di tengah selimut cahaya dari lampu jalanan.
"Hei, siapa kalian?" tanya Naruto dengan badan bergetar. Memandang orang-orang yang sedang menundukkan kepala.
"Apa kau yang bernama Uzumaki Naruto?" jawab salah satu orang-orang berpakaian kimono dan yukata.
"Ya. Ba-bagaimana kalian bisa tahu?"
"Sudah kuduga. Ayo, kita serang dia!"
Pemimpin kelompok misterius itu segera mengeluarkan kekuatan andalan dan bahkan ada yang menggunakan katana. Mereka berlari, melompat, dan berlari melesat menuju Naruto. Semburan api, energi sihir, dan katana terayun, melebur menjadi satu. Hanya teriakan Naruto yang bergema di jalanan sepi.
"Aaah, siapa saja, tolong aku!" Naruto memejamkan mata, tanpa sadar memercikkan aura kemerahan ke seluruh badannya. "Kokkuri-san!"
Tiba-tiba, cahaya kemerahan menyelimuti tempat menegangkan itu. Cahaya yang berasal dari tubuh Naruto. Cahaya itu berkumpul menjadi bola api menyerupai matahari, berubah cepat menjadi sosok gadis berambut putih yang berdiri di depan Naruto. Di kedua sisi tubuhnya yang terbalut kimono putih terusan dengan sabuk kain biru terlilit di pinggangnya membentuk pita di belakangnya. Ada dua bola api bercahaya merah yang melayang di dua sisi badannya.
Gadis berambut putih menggunakan satu tangannya untuk memunculkan roda api yang sangat besar, berfungsi sebagai tameng. Semua serangan dari musuh, bertabrakan dengan roda api itu. Meledak hebat menimbulkan cahaya yang cukup menyilaukan mata.
Gadis itu juga meningkatkan intensitas kekuatannya, sehingga mendorong roda api untuk menghantam orang-orang yang mengganggu Naruto. Roda api mendadak membesar selebar jalan. Menyilaukan mata dan menerjang beberapa orang yang menyerang tadi. Mereka terbakar, bahkan ada yang berteriak karena kesakitan, akhirnya menjadi abu yang diterbangkan dersik.
Sunyi. Pertarungan singkat itu membuat Naruto tersentak. Naruto yang sempat jatuh terduduk, melindungi kepalanya yang tertunduk dengan kedua tangan terlipat di belakang kepalanya, mendengarkan suara lembut yang menyapanya.
"Hei, kau sudah aman sekarang," kata gadis yang melindungi Naruto barusan.
Naruto menengadah, mendapati gadis berambut putih yang tersenyum. "Ka-kau?"
"Kita bertemu lagi."
"Kokkuri-san?"
"Ya. Aku Kokkuri-san, teman masa kecilmu dulu."
Gadis yang dipanggil Kokkuri, mengangguk cepat. Dia berlutut, mengulurkan tangannya ke arah Naruto. Naruto cepat menangkap tangannya. Dia berdiri dengan dibantu Kokkuri.
"Kau sudah besar, ya, Naruto?" tanya Kokkuri memperhatikan Naruto dari atas sampai bawah. Dari bawah ke atas. Kemudian Kokkuri tersenyum lagi dengan kemerahan di dua pipinya. "Kupikir kau masih anak kecil yang menggemaskan. Tapi, sekarang, kau menjadi laki-laki dewasa yang cukup tampan."
"Ya. Umurku sudah masuk delapan belas tahun. Sebentar lagi aku mau lulus sekolah. Lalu, aku bukan anak kecil lagi," jawab Naruto tersenyum, sempat memungut tasnya yang sempat terjatuh.
"Oh. Terakhir, kita bertemu saat kau pindah rumah, 'kan?"
"Ya. Kau selalu muncul untuk menemaniku bermain. Tapi, setelah itu, kenapa kau tidak muncul lagi?"
"Karena kau sudah memiliki teman baru selain aku."
Kokkuri menatap Naruto dengan wajah dingin. Alisnya menukik. Naruto terperanjat, matanya membesar. Menyadari kesalahannya itu.
"Oh iya, maaf, aku tidak pernah memanggilmu sejak aku mendapatkan teman bermain yang baru sejak aku pindah rumah," ungkap Naruto berwajah kusut.
"Sekarang kau memanggilku lagi, 'kan?" tanya Kokkuri berwajah datar.
"Ya. Aku merasa terancam, tiba-tiba teringat dirimu."
"Aaah, saat terdesak, baru kau mengingatku."
"Maaf, sekali lagi."
"Ya, sudahlah. Itu tidak masalah."
Kokkuri menghela napas untuk menenangkan hatinya. Rambut dan pakaiannya tiba-tiba berkibar laju karena tertiup angin dingin. Pemandangan itu membuat kening Naruto mengerut.
"Kau roh, 'kan?" tanya Naruto menunjuk wajah Kokkuri.
"Ya, memangnya kenapa?" Kokkuri bertanya balik. Mengerutkan kening.
"Itu ... kau bisa memegang tanganku."
"Tentu saja, aku punya kekuatan untuk mewujudkan diri seperti manusia."
"Oh ya, benar juga."
Naruto menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. Tertawa geli sendiri. Kokkuri bertampang datar, berkacak pinggang. Giliran dia menunjuk Naruto.
"Siapa orang-orang yang menyerangmu tadi?" tanya Kokkuri dengan alis menukik.
"Aku tidak tahu," jawab Naruto menggeleng.
"Dari auranya, mereka adalah youkai."
"Youkai? Yang benar?"
"Ya. Mereka telah mengetahui kau yang memanggilku. Karena itu, aku akan menjagamu agar tidak ada siapapun yang menyakitimu lagi."
Kokkuri memegang kedua tangan Naruto. Dia serius menatap wajah dari jarak yang sangat dekat. Senyuman indah menghiasi wajahnya. Menciptakan rona merah hinggap di kedua pipi Naruto. Entah mengapa hatinya tertawan dengan ucapan dan tingkah gadis itu.
Naruto membulatkan mata sempurna. "Oh ya, sudah jam segini, aku harus pulang!"
Kokkuri tersenyum lagi. "Aku ikut denganmu."
"Tapi, jika aku membawa gadis ke rumah, ayah dan ibuku bisa mengamuk padaku."
"Tenang saja, orang lain tidak bisa melihatku. Hanya kau, yang bisa melihatku."
"Ya, ayo!"
Naruto menyeret Kokkuri. Mereka berlari dalam desiran angin yang semakin kencang. Ternyata awan-awan Cumulonimbus telah datang untuk menyemarakkan suasana kelam malam. Bersama guntur yang memercikkan cahayanya di kaki langit, menemani perjalanan Naruto dan Kokkuri menuju rumah yang berjarak sangat jauh.
"Oh iya, nama aslimu siapa? Sejak kecil, aku selalu memanggilmu Kokkuri-san," ucap Naruto menjeling Kokkuri yang bersisian dengannya.
"Aku tidak memiliki nama asli," balas Kokkuri menggeleng cepat.
"Oh, begitu."
Kokkuri mengangguk lagi. Dia menatap Naruto yang kembali memandang ke depan. Mata emasnya melembut seiring kakinya tak berhenti berlari.
Naruto dan Kokkuri tiba di teras rumah, bertepatan hujan turun. Kokkuri memperhatikan keadaan sekelilingnya. Matanya menyipit, waspada terhadap keadaan sekitar.
"Aku pulang!" seru Naruto saat membuka pintu. Kokkuri mengekorinya dari belakang.
"Selamat datang," balas seorang wanita berambut merah panjang yang berkacak pinggang, berdiri di dekat pintu. Melotot dengan tampang seram.
"A-ada apa, Oka-san?"
"Apa kau mengikuti pelajaran tambahan dari walikelasmu?"
"Ya. Karena itu, aku pulang malam begini."
"Jangan bohong!"
"Aku tidak bohong."
Wajah Naruto memucat saat telunjuk Uzumaki Kushina melekat di keningnya. Bahkan Kokkuri ikut bertampang pucat. Bersembunyi di belakang Naruto.
"Ibumu tidak pernah berubah, ya? Kalau marah, sangat mengerikan," bisik Kokkuri ke telinga Naruto.
"Ya. Aku pernah berpikir kenapa Oto-san bisa menyukai Oka-san yang galak begini," balas Naruto dengan suara pelan.
"Apa? Kau bilang apa, Naruto? Oka-san galak begitu?" Kushina meremas kepalan tangan kirinya hingga menyebabkan bunyi bergemelatuk. Dia melayangkan tinju manisnya ke arah Naruto.
"Aaah! Ampun, Oka-san!"
Teriakan Naruto bergema nyaring seolah menggetarkan dunia. Telah terjadi penganiayaan yang membuat Kokkuri tidak sanggup melihatnya. Kokkuri menutupi wajahnya dengan kedua tangannya.
"Naruto, kasihan dirimu. Maaf, aku tidak bisa melindungimu dari siksaan ibumu," gumam Kokkuri. Matanya meredup.
.
.
.
Bersambung
.
.
.
A/N:
Cerita untuk Mamang_Njul sudah jadi. Bagaimana menurutmu tentang cerita ini?
Oke, segini aja dari saya. Sampai jumpa lagi di chapter 2. Dari Hikasya, Minggu, 15 Agustus 2021.
