Amano Kureha

Disclaimer : Norn9 dimiliki oleh Otomate

.

Trigger Warning : hal-hal berbau depresi, suicidal thinking


Chapter 1 : Si beban keluarga

.

Tahun 2022. Tahun dimana pandemi mulai mereda dan orang-orang mulai menantikan aktivitas-aktivitas untuk bisa berjalan kembali normal. Namun ketika bekerja dari rumah, menikmati entertainment secara online, serta online shopping menjadi sebuah kebiasaan selama 2 tahun terakhir, apalah kita untuk menamakan sesuatu sebagai normal. Normal itu kehidupan yang seperti apa?

Menyibukkan diriku dengan prokrastinasi ketika seharusnya aku mengerjakan skripsi benar-benar membuatku merasa bersalah. Tetapi aku mual dan aku tidak tahu apa yang harus kulakukan.

Pelarian yang menjadi tempatku berlabuh adalah youtube, game dan anime. Heheh. Maaf. Aku seharusnya tidak boleh tertawa. Duh, dasar beban keluarga.

Otome game mencuri perhatianku belakangan ini. Saat kuingat-ingat, pertama kali aku menyentuh otome game adalah ketika aku SMA. Otome game di HP yang bisa dimainkan secara gratis. Asalkan sabar, tentunya. Lalu aku mencari game-game serupa yang lain—terimakasih kepada teman sebangkuku yang siap sedia mendengarkan dan teracuni sehingga akhirnya ikut terjerumus—dan akhirnya masuk ke dalam lubang kelinci otome game. Sepertinya sulit untuk keluar sekarang. Mungkin bisa keluar kalau burn out? Ya, tapi bukan sekarang.

Sepertinya dulu aku bisa-bisa saja menyeimbangkan waktu antara bermain dan belajar, tetapi kenapa sekarang rasanya sulit sekali. Apa karena pengerjaan skripsi menuntut kedisiplinan diri? Plus tidak ada teman juga untuk mengerjakan skripsi bersama (karena pandemi, aku jadi menghindari untuk keluar rumah).

Whoops, pertanyaanku sudah kujawab sendiri.

Aku sedang tinggal di rumah kakak, yang sudah berkeluarga, yang juga sedang memiliki balita. Hal ini membuat peraturan tentang prokes di rumah cukup ketat. Hindari kerumunan, selalu pakai masker ketika keluar rumah, langsung mandi begitu pulang dari luar, dan lain-lain.

Tidak bisa protes juga, karena memang itu hal benar yang harus dilakukan, meskipun agak mengekang dan sedikit ribet. Toh buat kesehatan keluarga juga. Dan... aku numpang juga di rumah kakak.

Bukan. Ini seharusnya hal normal. Aku saja yang malas.

Melihat kembali ke layar laptop yang cahayanya mulai meredup, aku menggeser mouse supaya laptopnya kembali menyala. Microsoft word yang berisi penelitian skripsiku yang belum jadi (baru bab 1, astaga naga), menyapa nurani ku. Sudah beberapa kali laptop ini hampir masuk ke mode sleep karena terlalu lama ditinggal. Aku nyalakan, aku buka laporan skripsi, lalu kutaruh begitu saja. Aku beralih bengong, membuka sosial media, atau browsing otome game yang bisa dimainkan di laptop (bajakan, maaf).

Kali ini, aku membuka youtube di HP. Playthrough otome game PSVITA yang tidak kumiliki konsolnya. Sudah lama aku naksir dengan game ini. Sejak melihat adaptasi animenya, aku mencari otome game yang dimaksud. Bahagia karena sudah ada lokalisasi bahasa inggrisnya, dan sedih karena game tersebut hanya ada di konsol yang tidak kumiliki.

Berangan-angan ingin membeli konsol game sendiri. Mungkin akan lama. Skripsiku juga belum selesai. Harus bekerja. Pintu nuraniku terketuk kembali. Skripsi yang belum selesai. Ah, aku mual.

Menyandarkan diri ke kursi, aku memejamkan mata. Ah. Dasar beban keluarga. Seharusnya kau sudah lulus dari tahun lalu. Ah, aku sudah melakukan apa saja dengan hidupku? Difasilitasi dengan baik untuk mengerjakan skripsi—AC, kamar sendiri, wifi—bahkan kakakku tidak mendapatkan kemewahan seperti itu ketika Ia berkuliah dulu. Skripsiku tidak jalan-jalan. Wajar kakak sering marah. Aku juga marah dengan diriku sendiri.

Ketika rumah sedang kosong begini, pikiranku jadi kemana-mana. Kakakku, suami, dan anaknya sedang pergi ke rumah mertua. Aku menolak ikut. Ingin mengerjakan skripsi, alasanku. Ah, alasan, alasan saja.

Bodoh.

Tidak bisa apa-apa.

Tidak berguna.

Mati saja.

!

Aku tersentak. Melihat sekeliling, gelap. Ini sudah jam berapa? Aku meraih kacamata di meja, lalu membuka HP.

Jam 7 malam. Ah, aku ketiduran.

Aku melihat chat dari kakak, dia bilang akan menginap di rumah mertua. Baiklah, rumah untuk diriku sendiri malam ini.

Sunyi.

Entah itu hal yang baik atau buruk.

Aku lapar. Sepertinya aku melewatkan makan siang. Mungkin aku akan jalan-jalan keluar sebentar, cari makan. Lalu mandi sore (atau malam?) nanti.

Atau aku pesan online saja, ya? Ah, tidak. Aku ingin mendinginkan kepalaku.

Aku beranjak ke kamar mandi untuk mencuci muka.

Aku kenapa, sih?

Memasang earphone, masker, memakai jaket. Aku mengunci pintu rumah dan berjalan keluar.

Tuk.

Suara sendal yang menyentuh aspal menyapaku. Hawanya dingin. Aku merapatkan jaket yang kukenakan.

Enak.

Aku suka perasaan seperti ini. Jalan-jalan santai tidak jelas. Melihat lampu jalan. Mendengarkan musik. Musik wibu. Aku tertawa kecil.

Ah. Aku ingin segera pindah ke tempatku sendiri. Kerja, dan jajan dengan uangku sendiri. Membelikan adik bayi kakakku topi yang lucu dengan uangku sendiri...

Dadaku sakit. Aku mual.

Aku menampar pipiku pelan, kemudian memusatkan pandanganku pada jajaran penjaja makanan di seberang jalan. Syukurlah mereka masih buka. Ketika masa pandemi seperti ini, penjual makanan biasanya tidak buka sampai terlalu malam.

Yah, tetapi pandemi juga sudah mau berakhir sih.

Surat edaran kampusku sudah mengatakan kalau perkuliahan akan dilaksanakan kembali secara normal. Hal ini berarti sidang-sidang skripsi juga sudah diadakan secara offline, tidak bisa dilakukan secara online lagi. Kampusku beda kota dengan rumah yang sedang kutinggali sekarang. Karena saat itu kuliah berganti online, akan lebih murah kalau aku tinggal di rumah kakak daripada ngekost. Hemat uang kost, makan, dan keperluan lainnya.

Percuma juga. Tidak ada progress selama aku tinggal di rumah kakak. Menunda-nunda terus. Mual itu hanya alasan saja, kan? Kalau aku kembali ngekost, nanti biaya kuliahnya bagaimana. Keperluan? Makan?

Keluargaku sempat susah. Tetapi kakakku berhasil mengangkat keluarga kami menjadi lebih 'normal'. Bukan hal mudah. Pasti. Lalu, kenapa? Kenapa aku tidak berguna begini sih. Masa' aku meminta uang lagi ke kakak untuk kost, biaya keperluan, dan lain-lain?

Aku tidak yakin aku bisa menyelesaikan skripsi jika aku mengerjakannya sambil bekerja. Shoot. Di sini pekerjaanku hanya mengerjakan skripsi dan progressnya tidak ada.

.

Ah.

.

Dadaku sakit.

.

Aku mual.

.

Silau sekali.

.

Ah.

Ada mobil.


Author's note:

Driver isekai dateeng wkwk.

Selamat datang di fanfic multi chapter yang lain, yang entah kapan akan di update.

Cerita ini self insert kehidupanku garis keras. Cerita ini buat pelepasanku aja, jadi aku nggak mau kasih deadline atau ekspektasi khusus.

Plotnya masih belum jelas. LOL. Aku ingin membiarkan plotnya mengalir. Sampai jauh.. entah bakal selesai atau nggak ini cerita. Sama aja kayak cerita multi chapku yang satunya belum dilanjut. /tepuk jidat

Sudah ada deng. Bayang-bayang ceritanya. Akhir ceritanya yang belum tahu mau dibawa kemana.

.

Masih baca sampai sini? Wah, terimakasih banyak ya sudah membaca! :D