Disclaimer:

Naruto by Masashi Kishimoto

Shinobi no Ittoki by Troyca and DMM Pictures

.

.

.

Sebelum masuk ke cerita. Saya ingin menjawab beberapa pertanyaan dulu.

Apakah kekuatan Naruto di-Nerf? Jawabanya Ya. Dia tidak bisa menggunakan jutsu-jutsu berat dan berskala besar. Namun seperti Kage Bunshin, Henge, Kawarimi, berjalan di tembok dan air masih bisa.

Naruto disini terlihat labil? Saya sengaja membuatnya seperti itu. Perlu diingat bahwa walaupun pemikiran Naruto sudah dewasa. Tapi tubuhnya masih remaja. Ada pengaruh hormon dan genetik dalam tubuh yang mempengaruhi kinerja emosi dan pikirannya.

Ya, saya pikir cukup untuk itu.

.

Pagi yang cerah menyelimuti Kota Tokyo. Kota metropolitan yang merupaka ibukota Jepang menjadikannya sebagai kota tersibuk di negara itu. Semua aktivitas para penduduk dimulai bahkan sebelum matahari menunjukkan sinarnya.

Beralih ke sebuah gedung tinggi di tengah-tengah kota, dimana dalam suatu ruangan ada kumpulan orang-orang bersetelan jas yang sedang mengotak-atik laptop dan seseorang yang berdiri di atas podium utama dengan tulisan besar di belakangnya bertuliskan Invetigasi Kasus Pembunuhan Minobe Kishinmaru.

"Saya akan melaporkan status penyelidikan pembunuhan pemimpin Koga, Minobe Kishinmaru. Di TKP tidak ditemukan bukti apapun, namun satu-satunya hal yang ditemukan adalah luka yang mirip dengan bentuk pisau khas Iga. Jadi, kami unit Komisi Penanganan Ninjutsu akan melakukan pemeriksaan internal kepada seseorang yang merupakan kunci dalam kasus ini . . ." Goshogawara memperlihatkan gambar orang yang dimaksud.

"Kaga Tokisada, sebagai tersangka utama"

.

.

.

"Maaf saya terlambat!" Ruangan yang bertuliskan Satgas Kasus Pembunuhan Pemimpin Koga tiba-tiba dibuka oleh seorang wanita berambut pendek hitam. "Saya Kouzuki Shione, saya mulai bertugas disini hari ini!" Lanjutnya.

"Meminta maaf itu membuang-buang waktu" ujar Goshogawara.

"Baik! Saya merasa terhormat bisa bekerja bersama Goshogawara-san, Kapten Divisi Satu sekaligus Direktur Komite Penanganan Ninjutsu," raut serta intonasi tegas ditunjukkan oleh Shione.

"Menyanjung itu juga buang-buang waktu. Aku ingin mengajakmu untuk menyelidiki Kaga Tokisada"

"Baik!"

"Tunggu dulu, dia masih pemula dan belum berpengalaman!" Salah satu anggota Satgas protes, membuat Shione menundukkan kepalanya karena merasa minder.

"Lalu, apa masalahnya?" Ujar Goshogawara santai. Anggota yang protes itu tak dapat membalas dan hanya menunduk "Maaf"

"Apa yang kau ketahui tentang Kaga Tokisada?" Tanya Goshogawara.

"Selain dijuluki Shura no Tokisada, saya tidak tahu lagi. Semuanya seolah-olah dilebih-lebihkan" balas Shione.

.

(Shura no Tokisada = Tokisada Si Setengah Dewa)

.

"Lihatlah ini" Goshogawara menampilkan sebuah video rekaman CCTV yang menunjukkan bagaimana Tokisada membunuh seorang Ninja Koga yang menyamar sebagai polisi saat Ittoki tersesat di jalanan pada malam hari. Awalnya hanya ada si polisi gadungan, Naruto, dan Ittoki disitu, namun lampu jalan tiba-tiba padam sepersekian detik dan polisi gadungan itu tewas usai diterjang bayangan hitam lalu menampilkan sosok Tokisada yang berada di belakangnya.

"Bayangan hitam itu apa?" Tanya Shione.

"Itulah Tokisada. Saking cepatnya, kamera CCTV hanya bisa merekam bayangannya. Percayalah bahwa rumor yang kau anggap dilebih-lebihkan itu memang benar-benar nyata. Selain itu..." Goshogawara juga menampilkan rekaman video sebelum kejadian Tokisada itu. Adalah rekaman video dimana Naruto menghajar seluruh Ninja Koga yang berniat membunuh Ittoki.

"Eh? Siapa dia? Dia mampu mengalahkan Ninja elit Koga tanpa menggunakan kostum?!" Shione menatap tak percaya pada rekaman tersebut.

"Itulah yang juga kami selidiki selain Kaga Tokisada. Setelah ditelusuri, pemuda itu bernama Namikaze Naruto. Seorang karyawan di toserba milik pemimpin Iga, Sakuraba Yumika. Sebelumnya, dia juga disekolahkan di sekolah yang sama dengan pewaris Iga berikutnya, Sakuraba Ittoki. 100% bisa kupastikan bahwa orang ini berasal dari Iga. Selain itu, perihal tentang dia bisa mengalahkan Ninja elit Koga dengan mudahnya, ternyata dia mengikuti kelas bela diri," tukas Goshogawara.

"Tapi tetap saja itu terlihat mustahil bukan? Bagaimana mungkin kekuatan manusia biasa bisa menandingi kekuatan kostum Ninja yang dilengkapi teknologi?" Shione mempertanyakan fakta yang dibeberkan oleh atasannya itu.

"Itulah yang juga menjadi pertanyaanku. Aku masih belum mendapatkan jawabannya"

"Permisi Goshogawara-san! Saya ingin melaporkan update terbaru tentang Namikaze Naruto!" Tiba-tiba masuklah seorang anggota satgas di ruangan itu.

"Apa itu?"

"Menurut bagian administrasi, Namikaze Naruto saat ini telah terdaftar sebagai siswa di Akademi Ninjutsu Kokuten bersama pewaris Iga, Sakuraba Ittoki"

"Hmm, ini cukup mengejutkan. Berarti fokus penyelidikan ini terbagi dua. Untuk saat ini kita lebih memprioritaskan Tokisada dahulu. Soal Namikaze Naruto ini biar kuserahkan pada unit lain mengingat akademi juga dikelola oleh Annin,"

.

.

.

The Ancient Shinobi

.

.

.

Dari hiruk pikuk kota, beralih ke daerah pinggiran yang berupa area indsutri yang terlihat kecil dan sepi. Sosok yang sebelumnya dibahas di atas, yaitu Kaga Tokisada tengah mengunjungi sebuah pabrik kecil yang terletak di jalanan gang.

"Gantetsu-san!" Tokisada menyapa seorang pria paruh baya yang sedang mengoperasikan sebuah mesin.

"Tokisada"

TRINK

Pria itu berbalik lalu melemparkan sebuah shuriken berbentuk persegi. Beruntung hanya mengenai pintu besi tepat di samping kepala Tokisada.

"Ada yang ingin kutanyakan padamu" Ninja terkuat Iga itu menunjukkan tatapan tajam dan serius.

.

.

.

Beralih ke Akademi Ninjutsu Kokuten dimana saat ini para siswa dan siswi sengaja dipulangkan lebih awal sebab lusa mereka akan menghadapi ujian tes tertulis. Mereka diberikan kesempatan oleh Kominami untuk belajar dengan giat agar bisa lulus dalam ujian tes tersebut.

"Ujian tertulis? Hah, di jaman ini pun mereka masih menggunakan metode kuno itu?" Ujar Naruto, memandang bosan pada Ittoki yang tengah membawa tumpukan buku pada Ryoko.

"Apa kau benar-benar serius untuk menjadi Ninja?" Tanya Kousetsu.

"Tentu saja. Masalahnya kenapa mereka harus mengadakan tes tertulis? Apakah semua yang kita kerjakan di ujian itu akan terpakai semua di lapangan? Kenyataannya tidak kan? Aku lebih suka bagian praktek daripada teori" yang dikatakan oleh Naruto ada benarnya. Dulu ia sama sekali tidak lulus ujian Chuunin, tapi takdir membawanya menjadi salah satu Ninja terhebat dan terkuat di 5 Negara Besar. Selain itu, dia juga menjadi Hokage.

"Terserah kau saja" Kousetsu beranjak dari duduknya dan menghampiri Ittoki.

.

"Tolong ajari aku tentang peralatan Ninja"

"Wah, dengan senang hati!" Ryoko tidak terlihat keberatan. Sebagai maniak teknologi dan peralatan Ninja, dia pasti akan melakukan apapun untuk itu.

"Kupikir aku cukup pintar dalam hal belajar, tapi aku tidak mengerti pertanyaannya karena terlalu spesifik," ujar Ittoki seraya menunjukkan sebuah buku.

"Dasar bodoh" tak ada angin, tak ada hujan Kousetsu meledeknya.

"Maka dari itulah aku harus belajar bukan?" Ittoki seperti tak terima atas ledekan sahabatnya barusa.

"Eh? Kau sungguh ingin melakukan itu?" Kirei mempertanyakan pernyataan si Pewaris Iga. "Eh?"

"Ujian peralatan Ninja itu adalah ujian yang menggunakan alat-alat Ninja untuk menemukan jawabannya," jawaban Kirei semakin membingungkan Ittoki. "Hah?"

"Kemarin, Sensei menyembunyikan kunci jawaban ujiannya di suatu tempat. Yang harus kita lakukan adalah mencari dan mendapatkannya. Tentu kalau ketahuan, kita tidak akan lulus ujiannya," Kirei melanjutkan penjelasannya.

"Apa-apaan itu?" Ittoki benar-benar tak mengerti. "Yang kita butuhkan hanyalah selembar kertas yang berisi kunci jawabannya. Bagaimana? Kalau kalian mau, kita akan melakukannya besok malam" ajaknya.

"Ya, aku mau. Ayo kita bekerja sama!" Ryoko setuju, diikuti Kousetsu yang hanya menganggukkan kepala.

"Baiklah, aku juga ikut" Ittoki turut serta.

"Bagaimana denganmu, Naruto-kun?" Tanya Kirei, namun saat melihat ke arah dimana Naruto berada, mereka melihat pemuda bersurai pirang itu tengah tertidur di sofa panjang ruangan utama asrama mereka.

"Yah, dia malah tidur" Ittoki tak habis pikir. Kousetsu yang melihat itu jadi geram sendiri. Ia beranjak dari duduknya dengan niat memberikan tampolan untuk membangunkan Naruto.

"Aku dengar itu. Tapi aku tidak tertarik. Kalian bilang akan melakukannnya pada malam hari? Maaf, tapi aku harus memperbaiki jam tidurku. Belakangan ini aku keseringan begadang" sebelum Kousetsu menampolnya, Naruto tiba-tiba bersuara. Ternyata ia tidak benar-benar tertidu, Ia hanya memejamkan mata.

"Eh? Memangnya apa yang lakukan sehingga kau jadi begadang?" Tanya Ittoki.

"Mencari udara segar lah. Kau pasti berpikir bahwa aku keluar malam untuk mengintip murid perempuan di lantai 3 kan? Maaf Ittoki, tapi aku tidak sepertimu" balas Naruto, yang masih memejamkan matanya.

"A-Apa?! A-aku tidak seperti itu!" Ittoki membela diri.

"Ya, aku tahu. Tapi suatu saat kau pasti akan seperti itu, mengingat gairah pubertasmu sedang berkobar"

"Naruto!"

.

.

.

The Ancient Shinobi

.

.

.

"Hei, Suzaku. Apa kau yakin membiarkan para sampah Iga itu begitu saja? Apa kau tidak ingat bagaimana kau dan kita bertiga dihajar oleh si pirang itu?" Beralih ke asrama milik Koga, yang terlihat seperti hotel bintang 5. Dimana para Ninja Elit Koga tengah berdiskusi membahas sesuatu.

"Tidak ada yang bisa kita lakukan untuk saat ini, Himura. Jujur saja, aku juga masih tidak percaya Ninja Iga yang bernama Namikaze Naruto itu bisa menyulitkan kita. Tapi, kita akan menunggu saat yang tepat untuk itu," balas Suzaku.

"Kalau begitu, biar aku saja yang melakukannya, bagaimana?" Usulnya.

"Lakukan saja sesukamu. Tapi jangan sampai kau mempermalukan dirimu sebagai Ninja Elit Koga" Suzaku berdiri dari duduknya lalu beranjak pergi.

"Baiklah! Serahkan padaku!"

.

.

.

Kembali ke asrama Naruto dan kawan-kawan. Mantan Hokage ketujuh itu hanya memandang dengan tatapan bosan pada Ittoki yang sedang mengotak-atik alat-alat Ninja milik Ryoko.

"Hati-hati Ittoki. Jangan sampai kau merusaknya," Naruto mengingatkan.

"Aku tahu. Kalau hanya begini aku juga bisa. Begini ya?" Ittoki memisahkan dua bagian alat yang mirip seperti shuriken.

CTAK

"Aduh, pelan-pelan dong! Sini biar aku saja!" Ryoko merasa ngeri melihat bagaimana Ittoki memisahkan alat tersebut. Ittoki jadi merasa bersalah, "Maaf"

"Ah? Maafkan aku, Ittoki-san. Aku tidak seharusnya bersikap seperti tadi" Ryoko pun ikut merasa bersalah.

"Sudah kukatakan berulang kali, Ittoki. Kalau kau merasa tidak mampu, jangan lakukan sendiri. Minta bantuan pada yang ahlinya" tegur Naruto. Ittoki jadi makin down. "Kita sebagai Ninja harus bisa merawat peralatan sendiri bukan?"

"Jangan khawatir. Ninja juga sering meminta pengrajin untuk merawat peralatan Ninja-nya kok. Selain itu, aku melakukannya karena aku suka. Lihat ini, apa kalian tahu sesuatu?" Ryoko menunjukkan salah satu bagian dari alat tersebut, di dalamnya terdapat tulisan kanji Saiga

"Saiga?" Beo Naruto dan Ittoki.

"Semua peralatan Ninja, core, dan kostum sekolah dibuat oleh keluargaku. Dilihat berapa kali pun, terlihat menakjubkan," Ryoko menatap lambang keluarganya dengan bangga.

"Kau ingin menjadi pengrajin peralatan Ninja ya, Ryoko-chan?" Tanya Naruto, melihat seberapa antusiasnya Ryoko terhadap peralatan Ninja.

"Aku inginnya begitu sih, tapi...ayahku adalah pemimpin Saiga. Namun, dia bersikeras tak ingin menjadikanku sebagai penerusnya sejak aku masih kecil. Justru aku dibesarkan layaknya anak perempuan. Aku memaksa untuk masuk sekolah Ninja, tapi aku harus memutuskan hubungan dengan dunia Ninja setelah lulus nanti," Ryoko mulai masuk ke sesi curhat.

"Kenapa? Bukannya kau sangat suka dengan peralatan Ninja?" Tanya Ittoki.

"Aku yakin ayahku punya alasan tersendiri. Hanya saja aku tak suka dia memutuskan semuanya tanpa mempertimbangkan perasaanku" jawab Ryoko.

"Alasannya adalah dia tak mau kau menghadapi kerasnya dunia Ninja, Ryoko-chan," sahut Naruto tiba-tiba.

"Eh? Maksudmu, Naruto-san?" Ryoko jadi penasaran.

"Ya, ayahmu tak ingin kau menghadapi dunia yang sama yang pernah ia alami dahulu. Meskipun aku sendiri belum pernah merasakannya, tapi aku yakin seberapa gelap dan kerasnya dunia Ninja. Pembunuhan, pengkhianatan, dan lain-lain. Ia tak ingin kau menghadapi semua itu. Perihal mengapa ia memutuskan semuanya tanpa memikirkan perasaanmu itu pasti juga ada alasannya. Yang jelas, semua orang tua ingin yang terbaik untuk anaknya" sekali lagi Naruto menggunakan Jutsu terkuatnya. Mendengar itu Ryoko jadi kepikiran. Ia tak seharusnya berburuk sangka pada ayahnya sendiri.

'Aku mengerti perasaanmu Ryoko-chan. Aku besar dan hidup di lingkungan Shinobi yang jauh lebih mengerikan daripada dunia ini. Aku paham setiap karakter orang yang kutemui. Ada yang dipenuhi dendam, ambisi, ekspektasi tinggi, pemberontakan, semuanya bisa kupahami. Yang perlu kau lakukan adalah mencari tahu dan memahaminya,' lanjut Naruto dalam hati.

.

.

.

The Ancient Shinobi

.

.

.

Hari berganti malam, waktunya para murid untuk mengistirahatkan diri guna menghadapi hari esok. Namun hal itu tidak berlaku bagi para Ninja Iga yang saat ini masih terjaga.

"Kau ada disana kan, Kousetsu?" Ittoki terbaring di kamarnya yang redup karena lampu sudah mati. Hanya bermodalkan cahaya bulan yang tembus dari jendela. Kousetsu sendiri terlihat tengah duduk berjongkok di samping pintu kamar Si Pewaris Iga itu.

"Baik menjadi Ninja maupun pemimpin bagiku sama mustahilnya. Kenapa kau bukan Ojii-san atau kau saja, Kousetsu? Atau bahkan Naruto?" Lanjutnya.

"Ninja sangat menghormati garis keturunan" jawab Kousetsu dari luar.

"Tapi bagaimana dengan Ryoko-san?"

"Mereka adalah mereka, kita adalah kita,"

"Apa kau tak keberatan aku menjadi pemimpin Iga?" Pertanyaan tersebut sempat membuat Kousetsu terdiam. Secara logika, Ittoki yang saat ini jauh dari kapabilitas sebagai seorang pemimpin. Yang lebih memungkinkan adalah Tokisada sendiri, atau bahkan Naruto jika dipilih berdasarkan kemampuan masing-masing. Hanya saja pemerintahan dalam desa Ninja menganut sistem monarki. Yang artinya dipilih berdasarkan garis keturunan.

"Mau tidak mau, suka tidak suka, aku akan tetap menurutinya. Itulah Ninja" jawabnya.

.

"Kalian sedang membicarakan apa sih? Kenapa tidak mengajakku?" Tiba-tiba suara Naruto terdengar dari luar jendela. Hal tersebut tentu mengejutkan Ittoki dan juga Kousetsu. Mereka menemukan jawabannya begitu mendapati Naruto tengah duduk pada sebuah dahan pohon yang kebetulan berdiri di dekat asrama mereka.

"Yo! Kenapa kalian belum tidur?" Sapa Naruto, dengan sebuah ramen instan di tangannya.

"Ah, tidak ada apa-apa. Aku dan Kousetsu hanya membicarakan soal kemampuanku sebagai calon pemimpin. Apakah aku bisa memimpin Iga dengan baik?" Ucap Ittoki.

"Dengan kemampuanmu yang sekarang kau hanya akan membawa Iga menuju kehancuran" jawaban Naruto memang nyelekit, namun itu adalah fakta.

"Ja-jangan begitulah Naruto! Setidaknya beri aku semangat"

"Justru aku berkata seperti itu agar menjadi motivasi untukmu supaya kau bisa menjadi lebih baik lagi untuk ke depannya. Ibarat sebilah katana, dia harus ditempa dengan panas dan palu serta diasah agar mendapatkan ketajaman terbaik. Jika dibiarkan dan dipajang begitu saja apakah katana itu akan berkembang dan berubah menjadi tajam? Tidak kan?" Naruto kembali dengan filosofi dan bahasa puitisnya.

"Begitu ya? Terima kasih Naruto! Akan kuingat kata-katamu baik-baik!" Balas Ittoki, yang sepertinya mulai mendapatkan pencerahan.

"Rupanya Tokisada-ojiisan benar. Perkataan dan pemikiranmu tidak sesuai dengan usiamu, Naruto. Apakah kau benar-benar remaja berusia 16 tahun?" Kousetsu mulai meragukan apakah Naruto benar-benar anak yang seusianya dan Ittoki.

"Sepertinya aku sudah pernah mengatakan ini di mobil saat perjalanan kesini. Bukankah kita juga sama, Kousetsu-chan?" Kousetsu terdiam. Apa yang Naruto katakan memang benar. Dia juga berasal dari jalanan. Dipungut dan dibesarkan oleh Yumika, sama seperti Naruto.

"Eh? Sama dalam hal apa?" Ittoki bingung sekaligus penasaran. Karena saat itu dia tertidur

"Aku dan Kousetsu-chan sama-sama hebat, sementara kau lemah. Sudahlah, ayo kita tidur"

.

.

.

Dari Akademi Ninjutsu Kokuten, cerita beralih ke sebuah kedai udon sederhana yang terletak di bawah jembatan. Hanya dengan bermodalkan cahaya lampion, dua orang pelanggan nampak lahap menikmati sajian yang disediakan.

"Maaf, aku tiba-tiba melempar shuriken padamu. Ketika ada mendengar rumor antara Iga dan Koga, aku sempat mengira kaulah pelakunya,"

"Kau pikir aku ini siapa?" Dua orang pelanggan itu adalah Gantetsu dan Tokisada, yang sedang makan malam bersama usai pembicaraan tadi pagi.

"Shura no Tokisada kan?" ujar Gantetsu, sembari meneguk segelas bir.

"Hah, aku ini hanyalah seorang pekerja dengan gaji di bawah UMR,"

"Kalau begitu mari kita berbisnis. Lihat, apakah Iga mau membeli ini?" Gantetsu menunjukkan sebuah benda berbentuk batangan berkarakter Ninja.

"Apa ini? Alat Ninja baru?" Tokisada memeriksa benda itu.

"Hanya mainan, Boneka Nin" jawab Gantetsu. Boneka itu tiba-tiba berbunyi di tangan Tokisada. Saat ia meletakkannya di meja, boneka itu tiba-tiba berubah menjadi robot laba-laba. Ninja terkuat Iga jadi merasa ngeri sekaligus kaget melihatnya. "Keren bukan?" Ujar Gantetsu.

"Tidak butuh"

"Ninja semakin berkurang, jadi alat-alat Ninja jarang dijual lagi,"

"Kenapa kau tidak menawarkannya pada Koga?"

"Mereka tidak mau beli, dan sama sekali tidak tertarik," Gantetsu menundukkan wajahnya dengan pasrah.

"Mereka pelanggan tetapmu bukan?"

"Belakangan ini, mereka mengganti alat-alat Ninja buatan kami dengan buatan pabrik luar negeri. Kami dipaksa untuk menyamakan harga dengan buatan mereka. Awalnya aku tidak setuju, karena itu sama saja keterampilan kami dihargai serendah itu," pemimpin Saiga itu mengingat pertemuannya dengan salah satu eksekutif Koga, Takamine Enbi. Tokisada diam mendengarkan dengan cermat.

"Mereka ingin memaksa kami untuk membuat sesuatu yang hanya bisa dilakukan oleh Saiga. Saat kulihat cetak birunya, sangat mengerikan dan tidak masuk akal" lanjutnya.

"Apa isi cetak birunya?" Tanya Tokisada, bermaksud untuk mengorek informasi. "Aku tidak bisa mengatakannya, kau tahu sendiri kan? Aku ini profesional. Aku tidak akan mengatakannya meskipun kau mengancamku. Selain itu, dia juga membawa kembali semua dokumennya" balas Gantetsu dengan senyum tipis.

"Kau menerimanya?"

"Ini akan menjadi pekerjaan yang besar bagi Saiga. Kalau kami menerimanya, kami akan menjadi budak Koga. Sebaliknya, bila aku tidak menerimanya, Saiga akan hancur. Aku bahkan berpikir untuk mengakhiri riwayat Saiga di generasiku," senyum tipis Gantetsu berubah menjadi senyum miris sekaligus pasrah.

"Kau punya ahli waris bukan?"

"Dia terlalu manis untuk menghadapi betapa kejamnya dunia Ninja. Aku jadi tidak tega. Daripada hidup menderita di dunia Ninja, lebih baik dia hidup di dunia yang normal dan indah" pikiran Gantetsu jauh melayang pada sang putri yang saat ini tengah menimba ilmu di Akademi Ninja Kokuten.

"Pada akhirnya semua akan jadi sia-sia, ya?"

.

.

.

The Ancient Shinobi

.

.

.

Hari kembali berganti. Waktunya semua orang kembali melakukan aktivitas rutin setelah semalaman beristirahat. Termasuk para siswa dan siswi Akademi Ninja Kokuten yang sedang mempersiapkan diri guna menghadapi ujian tertulis yang akan diadakan besok.

.

"Kertas kunci jawabannya sudah disimpan di brankas hari ini. Brankasnya tidak cuma satu, jadi kita cari brankas yang tidak perlu untuk rebutan," Kirei bersama Ittoki, Ryoko, dan Kousetsu sedang berdiskusi untuk rencana mereka dalam mengambil kunci jawaban. Sementara Naruto yang juga ada di ruangan itu hanya diam mendengarkan dari sofa di sebelah mereka.

"Ano, boleh kami ikut?" Dua orang siswa random tiba-tiba nimbrung. Melihat itu Naruto menaikkan sebelah alisnya.

'Huh? Darimana mereka berdua tahu kalau mereka berempat akan mencuri kunci jawabannya? Apakah mereka menguping saat kami membahas ini kemarin?' Batin Naruto curiga.

"Eh? Kalian yakin?" Tanya Ittoki memastikan.

"Sejujurnya, orang dari desa kecil seperti kami tidak bisa apa-apa. Tapi saat melihatmu, kami merasa bahwa kami pun bisa" balasnya.

"Tunggu dulu, bukankah kau yang dulu pernah kuselamatkan dari para Ninja Koga itu?" Ittoki jadi ingat, salah satu dari mereka adalah siswa random yang ia selamatkan dari Ninja Koga saat tes mengambil manju.

"Iya, itu aku"

"Sebelumnya aku berterima kasih sudah menyelamatkan kakakku" balas yang satunya seraya menunduk.

"Sama-sama. Sebagai sesama manusia sudah pasti saling membantu kan?" Ucap si Pewaris Iga.

"Yosh! Misinya dimulai malam ini. Ayo kita susun rencana sampai tiba saatnya!" Seru Kirei.

'Ada yang tidak beres disini. Aku akan diam-diam memantau mereka. Baiklah Naruto, waktunya skill alamimu sebagai Shinobi kuno diuji di zaman modern ini' Naruto memperhatikan kedua siswa random itu dengan tajam.

.

.

.

Malam pun tiba. Tapi kali ini tidak langsung menyorot persiapan Ittoki dan kawan-kawan untuk mencari dan mencuri kunci jawaban ujian. Yang sedang disorot saat ini adalah salah satu pabrik milik Koga yang dimiliki oleh salah satu eksekutifnya, Takamine Enbi.

Pada pepohonan dan semak-semak yang terletak di pinggiran kantor tersebut, nampak sang Ninja terkuat Iga sedang memantau kondisi pabrik yang sepi dan gelap.

"Baiklah, waktunya bekerja"

SRING

Dalam sekejap mata, tubuhnya sudah terbungkus oleh kostum Ninja. Sementara itu, tak jauh di belakang ada seorang wanita yang juga memantau Tokisada. Dia adalah Kunoichi dari Annin, Kozuki Shione. 'Mari kita lihat apakah rumor yang beredar itu memang benar adanya, Shura no Tokisada' batin Shione, memperhatikan Tokisada dengan intens.

.

.

.

Beralih ke Akademi Ninja Kokuten, dimana saat ini kondisi akademi yang sepi dan gelap karena tidak ada aktivitas apapun di malam hari. Kecuali salah satu ruangan yang tampak menyala lampunya. Di dalamnya ada sosok Kominami yang sedang duduk sembari memeriksa dokumen. Sementara diluar ruangan Ittoki dan kawan-kawan sudah siap sedia.

"Itu mereka" tak lupa Naruto yang memantau mereka dari kejauhan. Dirinya berdiri di atas salah satu gedung kelas yang terletak dekat dengan ruang guru.

.

"Ini Burung Pelatuk, kami sudah sampai di depan ruangannya" Ittoki menghubungi salah satu siswa random itu.

"Burung Hantu disini, bagaimana kondisinya?"

"Aman" jawab Kirei yang bertugas memantau keadaan sekitar ruangan.

.

Naruto yang berada jauh dari mereka bisa mendengar setiap percakapan mereka dengan jelas. Hal itu disebabkan oleh kemampuan yang tak sengaja ia temukan saat mencoba untuk menggunakan Senjutsu. Ia memanfaatkan energi alam yang tersebar di seluruh penjuru akademi ini sebagai media penghubung antara dirinya dengan suara-suara yang ada.

"Fokusku saat ini lebih tertuju pada kedua siswa random itu. Darimana mereka tahu soal pencurian kunci jawaban ini?" Gumam Naruto, sementara ia memantau bagaimana Ittoki, Ryoko, dan Kousetsu di depan ruangan Kominami.

"Kage Bunshin No Jutsu"

POFF

"Lakukan tugasmu" perintahnya pada sang Bunshin. Ia berniat mengawasi kedua siswa random tersebut.

"Baik"

WUSHH

.

"Pakai ini, Ittoki-san" Ryoko menyodorkan benda berbentuk shuriken yang ia dan Ittoki kerjakan kemarin.

"Eh aku?" Ittoki sontak kaget.

"Lebih baik jangan. Dia bisa mengacaukan segalanya" Kousetsu memutar matanya.

"Aku ingin Ittoki-san tahu kehebatan peralatan Ninja" Ryoko bersikukuh.

"Eto...ini shuriken, tapi semacam drone ya?" Tanya Ittoki.

"Ya, kau bisa mengendalikannya melalui perangkatmu. Lalu video dari kamera di tengahnya akan ditampilkan di perangkatku" balas Ryoko. Ittoki mengangguk paham lalu menerbangkan drone shuriken itu seraya membuka pintu dengan perlahan. Beruntung Kominami saat ini tengah menghadap belakang sehingga ia tidak melihat pintunya terbuka.

"Dimana, dimana, dimana?" Drone itu terus berputar-putar mencari keberadaan kunci brankasnya.

"Ketemu!" Kunci brankasnya tergantung di papan gantungan kunci bersama kunci-kunci yang lain yang sudah diberi nama masing-masing.

"Yosh, waktunya kembali"

CRACK

Naas, drone-nya malah menabrak tembok saat akan kembali ke luar. Suara yang ditimbulkan oleh tabrakan drone itu mengalihkan perhatian Kominami.

"Aduh! Gawat-gawat!" Ittoki mendadak panik, sementara Kominami tengah berjalan keluar ruangan.

"Ayo cepat!" Ryoko dan Kousetsu buru-buru kabur dengan menggunakan grappling hook ke atas gedung diikuti Ittoki.

WUUNGG

TRINK

Namun pengait milik Ittoki tiba-tiba terlepas dan akan membuatnya jatuh ke bawah. Kousetsu dan Ryoko dengan sigap menggunakan pengait masing-masing untuk menyelamatkan Ittoki.

.

"Dasar bodoh!" Naruto cuma bisa menepuk jidat melihat kecerobohan sahabatnya itu yang tengah tergantung tepat di depan jendela. Beruntung Kominami sedang berbalik sehingga tak melihatnya. Tubuhnya ditarik ke atas namun Kominami sempat melihatnya sekilas dan buru-buru keluar untuk memeriksanya.

BUMMM

"Berantakan sekali" Semuanya terlihat kacau bagi Naruto begitu Kirei yang berada tak jauh dari ruangan itu menggunakan bom asap untuk mengalihkan perhatian Kominami. Wanita yang senantiasa berpakaian training itu langsung mengejarnya.

"Dia datang! Kami akan pancing dia, kalian tolong ambil kunci jawabannya!" Seru Kirei seraya berlari bersama kedua siswa random itu.

.

"Huh siapa mereka?" Naruto melihat ada 3 orang berkostum Ninja yang diam-diam masuk ke ruangan. Dia bisa memastikan bahwa itu bukanlah Ittoki, Ryoko, dan Kousetsu karena mereka saat ini masih berada di atas usai menarik tubuh Ittoki tadi. "Ini semakin tidak beres" selanjutnya ia bisa melihat ketiga orang misterius itu keluar.

WUSH

Dan akhirnya Naruto memutuskan untuk turun tangan. Ia akan beraksi tanpa diketahui oleh Ittoki dan kawan-kawan.

.

Saat Kirei bersama kedua siswa random itu berlari untuk memancing Kominami, barulah Ittoki, Ryoko, dan Kousetsu masuk ke ruangan untuk memeriksa dimana kunci brankasnya disimpan. Namun mereka sama sekali tak menemukannya di papan gantungan kunci.

"Sudah kuduga tidak ada. Kirei-san, kunci brankasnya tidak ada! Kemungkinan dibawa oleh Mitsuhashi-sensei. Bisakah kau mengambilnya?"

"Mana mungkin! Kami sudah mati-matian untuk kabur!" Suara Kirei terdengar pasrah.

"Kita berpencar!" Sahut salah satu siswa random. Ia memisahkan diri dari Kirei dan saudaranya dengan turun ke lantai bawah.

BUGH

Namun tiba-tiba ia dipukul oleh seseorang berkostum Ninja, disusul dengan dua orang lain yang mengepungnya. "Apa kabar, keroco?"

"Hi-Himura? Himura mengincar kit-aaaghhh!" Selanjutnya Ittoki hanya mendengar suara pukulan dan rintihan kesakitan.

.

"Hmm, aku tidak melihat ada sesuatu yang aneh dari kedua orang itu. Rupanya yang diam-diam masuk ke ruangan Kominami-sensei saat bom asap tadi adalah para kecoa Koga itu ya? Tapi, dimana Suzaku? Dia tidak ikut?" Bunshin Naruto mengawasi dari gedung sebelah.

.

"Halo? Halo?! Kau baik-baik saja?!"

"Biar aku yang kesana" Kousetsu main minggat begitu saja. "Tunggu! Kousetsu! Hahh...aduh! Bagaimana ini?" Ittoki tak sempat mencegahnya.

"Aku akan membukanya" ujar Ryoko.

"Eh? Kau bisa?" Secercah harapan timbul di wajah si Pewaris Iga.

"Ini adalah alat pembuka kunci terbaru Saiga, tapi masih purwarupa sih. Sebenarnya ini milikku sendiri, bukan milik sekolah. Jadi kelihatan agak curang"

"Asal tidak ketahuan, tidak apa-apa kan?" Ryoko menunjukkan eye smile lalu mulai menggunakan alat pembuka kunci pada brankasnya.

"Kirei-san, tolong ulur waktu sedikit lagi!" Ittoki tak lupa untuk selalu membagi fokus dengan rekan-rekannya diluar.

"Aku tak bisa lama-lama lagi!" Balas Kirei.

"Sudah terbuka!" Tak perlu menunggu waktu lama, brankasnya pun terbuka. Di dalamnya ada sebuah stopmap warna coklat.

"Akhirnya dapat juga! Semuanya, ayo mundur!" Ittoki menghubungi rekan-rekannya.

.

"Kau pergilah duluan!" Kousetsu menyuruh siswa random yang dihajar oleh Himura tadi untuk kabur.

"Ma-maaf" balasnya, setelah itu pergi dari situ.

"Heh, ayo kembali" bukannya bertarung melawan Kousetsu, Himura bersama kedua anak buahnya justru berniat ikut mundur pula. Naruto merasa ada yang aneh.

'Ada apa ini? Kenapa mereka ikutan mundur? Aku harus segera memberitahu' merasa cukup dengan informasi didapatkan, Bunshin Naruto menghilang dalam kepulan asap.

POFF

.

.

.

The Ancient Shinobi

.

.

.

"Ya ampun, dari tadi tidak mau fokus. Sepertinya aku harus mengganti lensa kontaknya" berpindah ke Tokisada yang saat ini tengah memantau pabrik milik Takamine Enbi. Ia menggunakan lensa kontak berteknologi tinggi pada mata kanannya untuk melihat seberapa ketat keamanan pabrik tersebut. Persis seperti kemampuan Doujutsu Byakugan.

"Ada banyak kamera disana. Dan sistemnya...eh? Sensor suhu? Itu artinya jurus bayanganku tidak bisa dipakai. Hah, merepotkan" ia mengambil dua buah drone shuriken lalu melemparnya ke belakang.

"Eh?!" Shione mengira dia ketahuan karena lemparan drone itu. Tapi tak terjadi apa-apa. Ia melihat Tokisada berlari secepat kilat menyesuaikan dengan kecepatan drone-nya untuk mengelabui kamera CCTV yang memiliki sistem sensor suhu tubuh. Dalam hitungan detik Tokisada sampai di atap dengan menggunakan grappling hook kemudian masuk ke cerobong ventilasi udara.

"Su-sugoi! Ternyata rumor itu bukan hisapan jempol semata" dan sekarang Kunoichi Annin itu melihat dengan mata kepalanya sendiri. Sosok Ninja yang dijuluki Setengah Dewa tersebut.

.

Tokisada berhasil masuk ke dalam pabrik. Lubang ventilasi itu mengarahkannya ke ruangan kantor milik Enbi. Tanpa banyak kompromi ia segera memeriksa satu per satu meja yang ada di ruangan tersebut.

"Brankas? Sepertinya disimpan disini" ia melihat salah satu meja yang ada brankas di bawahnya. Mengingat bahwa ia tak tahu angka kombinasi brankasnya, Tokisada menggunakan alat pembuka kunci.

"32 menit? Dasar benda rongsokan" ia mendecak kesal melihat keterangan waktu yang tertera untuk membuka kunci brankas itu. "Huh? Apa ini?" Perhatiannya kemudian tertuju pada sepotong kertas kecil di atas meja. Disitu tertulis angka kombinasi dari kunci brankas tersebut.

"Hah, kenapa aku tidak menyadarinya dari tadi? Baiklah, 9 kiri...15 kanan...7 kiri" Boom! Brankasnya terbuka.

"Sekarang dimana cetak birunya?" Begitu ia membukanya, ada dua tempat. Tempat pertama berisi tumpukan uang kertas, sementara tempat kedua kosong melompong.

"Tidak ada ya? Tapi, uangnya lumayan banyak juga" Tokisada menggasak semua uang itu. Lalu beralih ke meja lain untuk memeriksa dimana cetak birunya disimpan. Hasilnya nihil, tak ada cetak biru yang dimaksud oleh Gantetsu sebelumnya.

"Kerja bagus" ujarnya seraya menatap ke atas. Tepatnya ke lubang ventilasi udara dimana Shione tengah mengawasinya.

"Eh?!" Kunoichi Annin itu sontak terkejut karena tak menyangka Tokisada sudah mengetahui keberadaannya.

KITIK

KITIK

KITIK

Dan tepat di depan wajah Shione ada mainan Ninja berbentuk laba-laba yang sontak mengagetkannya.

"Hmph!" Ia menutup mulutnya rapat-rapat agar jeritannya tidak keluar dan bergema. Namun penampakan mainan itu terlihat oleh kamera CCTV di lubang ventilasi. Para pengawas monitor yang melihat itu langsung menekan alarm.

"Ada yang mencurigakan di lubang ventilasi depan kantor direktur!"

"Tcih!" Shione mendecak kesal sekaligus geram pada Tokisada yang telah menjebaknya. Tak punya banyak waktu, Kunoichi Annin itu langsung turun dari lubang ventilasi untuk kabur. Namun baru dua langkah ia sudah dikepung oleh dua orang penjaga, alhasil ia harus mengambil jalan lain. Beberapa saat setelahnya, Tokisada keluar dari ruangan Enbi lalu berjalan dengan santai.

"Hahh...dasar pemula. Dia pikir aku tidak tahu kalau aku sudah mengetahui keberadaannya dari tadi. Sepertinya pencarian malam ini tidak membuahkan hasil. Aku akan memeriksa aset milik Koga yang selanjutnya besok"

.

.

.

The Ancient Shinobi

.

.

.

Kembali ke akademi dimana misi pencurian kunci jawaban oleh Ittoki dan kawan-kawan berakhir dengan...sukses sekaligus gagal. Mereka tidak tahu bahwa para Ninja Koga sudah mendahului mereka.

"Hahaha! Dasar bodoh! Para sampah Iga itu tidak tahu bahwa aku sudah menukar kunci jawaban soalnya dengan kunci jawaban tahun lalu," ujar Himura.

"Rupanya memanfaatkan kedua keroco dari desa kecil itu berguna juga,"

"Itu benar. Mereka sangat bodoh sehingga tak menyadarinya" ujar kedua anak buahnya.

.

"Baiklah anak-anak. Kesenangan kalian berakhir sampai disini" ketiga Ninja Koga itu sontak berhenti begitu mendengar suara yang berasal dari depan. Alangkah terkejutnya mereka melihat sosok kepala sekolah a.k.a Juuzen yang terbungkus Jinbei atau baju tidur khas Jepang.

"Ga-Gakucho?!" Mereka bertiga mendadak gelagapan.

"Hahaha. Itu benar. Sekarang kembalikan kunci jawabannya. Kalian tidak tertangkap oleh Kominami tapi tertangkap olehku, itu artinya kalian gagal. Kalian bermain kurang rapi dan juga terlalu berisik. Aku bisa mendengar keributan yang kalian buat bahkan saat tidur," Juuzen mengangkat tangannya bermaksud untuk meminta kembali kunci jawaban yang diambil oleh Himura.

"I-ini, Gakucho" dengan berat hati ia menyerahkan stopmap berisi kunci jawaban ujian tertulis untuk besok.

"Bagus. Sekarang kembalilah, aku harus segera mengembalikan ini pada Kominami dan setelah itu kembali tidur. Yosh, selamat malam!"

"Se-selamat malam juga, Gakucho. Ka-kami permisi" Himura dan kedua anak buahnya pamit undur diri. Menyisakan Juuzen sendirian di koridor gedung kelas.

"Hahhh...dasar bodoh"

POFF

"Kalian bisa membodohi orang lain. Tapi jangan harap kalian bisa membodohiku, Raja Prank Konoha. Bahkan dewi seperti Kaguya pun pernah terjebak oleh prank Gyaku Harem no Jutsu milikku" rupanya Naruto-lah yang menyamar sebagai Juuzen dengan menggunakan Henge no Jutsu.

"Yosh, waktunya pulang,"

.

.

.

Hari berganti ke hari yang selanjutnya. Cerita menyorot pada suasana kantor Annin yang sibuk di pagi hari.

"Saya kehilangan Tokisada akibat kecerobohan saya sendiri. Selain itu, saya juga tak mendapat informasi apapun," Shione melaporkan hasil investigasinya semalam.

"Kau mundur dari tugas ini?" Ujar Goshogawara.

"Tidak! Izinkan saya melakukannya" Kunoichi itu menolak untuk mundur. Ia jadi merasa tertantang pada Tokisada.

"Kalau begitu terus lanjutkan" balasnya dengan santai. "Eh? Anda yakin?" Tanya Shione untuk memastikan.

"Aku butuh orang yang pantang menyerah untuk menghadapinya"

"Terima kasih!" Senyum tercetak di wajah Shione.

"Berterima kasih itu membuang-buang waktu. Bagaimana kondisi pabrik Koga?"

"Keamanannya terlalu ketat untuk sebuah pabrik makanan," jawab Shione.

"Apa ada bukti mereka sedang merencanakan sesuatu yang lain?" Tanya Goshogawara lagi. "Tidak ada" memang tak ada yang Shione dapatkan saat membuntuti Tokisada semalam. Yang ada ia malah dijebak dengan mainan Ninja berbentuk laba-laba yang creepy itu sehingga membuatnya ketahuan oleh penjaga.

.

.

.

The Ancient Shinobi

.

.

.

Waktunya telah tiba. Saatnya para murid akademi menghadapi ujian tertulis seputar peralatan Ninja. Raut optimis tercetak jelas di wajah Ittoki yang sudah mendapatkan kunci jawabannya semalam. Padahal sebenarnya kunci jawaban yang ada di tangannya adalah kunci jawaban tahun lalu. Kunci jawaban yang asli ada di Naruto, yang sebelumnya ia ambil dari Himura.

"Baiklah, mulai!" Kominami mempersilahkan para murid untuk membuka lembar soal. Raut optimis di wajah Ittoki sontak berubah menjadi kaget dan putus asa. Melihat kenyataan bahwa soal dan kunci jawaban yang ia dapatkan ternyata sangat berbeda. Kirei pun memasang ekspresi serupa. Sementara Kousetsu hanya pasrah.

"Ini jauh berbeda! Kenapa ini bisa terjadi?" Sang Pewaris Iga menaruh kepalanya di atas meja. Dengan perasaan pasrah ia mengerjakan soal tersebut.

'Akhirnya kau merasakan apa yang kurasakan saat ujian Chuunin dulu, Ittoki. Mengerjakan soal ujian yang tak kau ketahui sama sekali. Anggap saja ini adalah bagian dari rintanganmu untuk menjadi Ninja' batin Naruto sembari tertawa geli. Kemudian menatap Kousetsu yang duduk tepat di sebelah kanannya. Kunoichi bermasker itu hanya terdiam sambil mengetuk-ngetuk meja dengan pensilnya.

"Psst...Kousetsu-chan" bisiknya.

"Ada apa? Kalau kau bertanya jawabannya padaku, aku sama sekali tidak tahu. Kunci jawaban yang kami dapatkan semalam jauh berbeda dengan yang ini" Balasnya tanpa menatap Naruto.

"Lihat punyaku" Naruto diam-diam menunjukkan lembarannya di bawah siku. Kousetsu sontak melebarkan matanya melihat lembar milik Naruto sudah terjawab semua. "Ka-kau sudah selesai?! Ba-bagaimana bisa?!"

"Nanti kuberitahu. Pokoknya kalau kau ingin lulus dalam ujian ini, ikuti punyaku," balas Naruto.

"Tapi, bagaimana dengan Ittoki dan yang lain?"

"Biarkan saja mereka. Selain Ryoko-chan, kau tidak perlu khawatir. Lagipula, mereka duduk jauh dari kita. Aku tidak bisa membagi jawabannya dengan jarak sejauh ini,"

"Kau kejam, Naruto" Kousetsu mulai mengerjakan soal sesuai dengan jawaban milik Naruto.

"Itu adalah salah satu sifat Ninja bukan? Tanpa ampun, tanpa keraguan. Hehehe"

.

.

.

Sementara itu di kelas Koga, Himura bersama kedua anak buahnya tertunduk lesu di bangku masing-masing. Kelas mereka baru saja selesai mengadakan ujian.

"Hahhh...habislah aku" gumam putra eksekutif Koga tersebut.

"Ada apa Himura? Bukankah kau mendapatkan kunci jawabannya?" Tanya Suzaku.

"Ya, aku memang mendapatkannya. Bahkan aku juga telah menukarnya dengan kunci jawaban tahun lalu. Tapi, saat akan kembali kami ketahuan oleh Gakucho. Terpaksa aku harus mengembalikannya" balas Himura pasrah

"Kau ceroboh lagi. Sudah berapa kali kuperingatkan kau untuk tidak ceroboh. Kau mempermalukan dirimu sebagai Ninja Elit Koga," cibir Suzaku.

"Tapi di sisi lain, aku ingin melihat reaksi mereka yang mendapatkan kunci jawaban tahun lalu. Mereka pasti ketar-ketir. Hahahaha!" Himura tertawa puas. Membayangkan bagaimana reaksi Ittoki dan kawan-kawan usai menghadapi ujian tadi.

.

.

.

"Tamatlah sudah" Ittoki hanya bisa terduduk pasrah sambil menatap langit-langit ruang tamu asrama. Sementara Kirei menundukkan kepala. Naruto dan Kousetu yang cuma diam dan santai.

"Kalau aku, meskipun berbeda aku masih bisa mengerjakannya" sahut Ryoko dengan senyum tanpa dosa.

"Eh?! Kau bisa menjawabnya?!

"Serius?! Itu bohong kan?!" Ittoki dan Kirei menatap tak percaya pada Ryoko.

"Aku kan putri keluarga Saiga," balas Ryoko lagi, melebarkan senyum tanpa dosanya.

"Aku yakin kau bisa menjadi pengrajin peralatan Ninja yang baik, Ryoko-san. Tapi, tak bisa melakukan sesuatu yang kau inginkan sama sekali tidak masuk akal. Apa hanya bisa menahan diri saja?" puji Ittoki.

"Tentu saja tidak. Aku tidak akan menyerah. Lalu, bagaimana dengan kalian berdua, Naruto-san, Kousetsu-san?" Beralih ke Naruto dan Kousetsu yang dari tadi anteng.

"Kami berdua bisa menjawab semuanya. Untuk lebih jelasnya, tanyakan saja pada Naruto." jawaban Kousetsu membuat mereka kembali terkejut.

"Eh?! Bagaimana bisa?!" Ittoki menuntut penjelasan.

"Caranya sederhana, aku punya ini" Naruto menunjukkan lembar kunci jawaban dari balik blazernya dengan senyum penuh kebanggaan.

"Ha-Hah??!!" Ittoki benar-benar terkejut melihat lembar kunci jawaban yang asli ternyata ada di tangan Naruto. Kousetsu, Kirei, dan Ryoko pun sama terkejutnya.

"Ba-Bagaimana itu bisa ada padamu?!" Kirei lebih terkejut lagi.

"Tanpa kalian ketahui, semalam aku memantau bagaimana kalian akan mencurinya. Awalnya semua berjalan rapi, namun kecerobohan Ittoki dan bom asap itu mengacaukan semuanya. Sebelum kalian bertiga masuk ke dalam, para Ninja Koga sudah masuk duluan dan menukar kunci jawabannya dengan kunci jawaban tahun lalu. Tentang bagaimana lembar kunci jawaban ini bisa ada di tanganku, ya sebenarnya simple saja. Aku mengambilnya tanpa mereka ketahui" tukas Naruto.

"Lalu kenapa kau tidak memberitahuku??!!" Ittoki jadi emosi sekaligus frustrasi.

"Salahmu sendiri tidak bertanya" balas Naruto dengan wajah tak berdosa.

"Hahh, sudahlah. Yang terjadi biarlah terjadi" Pewaris Iga menghela nafas pasrah.

"Jangan begitu. Anggap saja ini adalah ujian dan rintangan bagimu agar kau bisa menjadi Ninja yang lebih baik" Naruto menepuk punggung Ittoki untuk menyemangatinya.

.

.

.

The Ancient Shinobi

.

.

.

"Apa-apaan ini?! Aku tidak pernah memintamu untuk ini?"

"Tapi perintahnya tertulis jelas disini"

Sementara itu Enbi tengah berdebat dengan sekretarisnya. Ia menemukan ada seusatu yang mengejutkan pada aktivitas keuangan pabriknya. Ia menemukan jawabannya begitu melihat catatan kecil yang terselip di layar monitor pc sekretarisnya.

Membeli 10 ribu unit boneka Ninja Saiga

"Aku tidak pernah menulis ini!!!"

.

.

.

"Apa salah pesan? Kami sudah mulai membuatnya. Kami akan membuat barang yang berkualitas sesuai dengan bayarannya! Aku bersumpah atas nama Saiga!" sementara itu Gantetsu tersenyum lebar di pabriknya.

"Nampaknya bisnismu berjalan lancar ya?" Tokisada muncul dibalik pintu. "Tokisada?" Gantetsu penasaran atas kedatangan Ninja terkuat Iga tersebut.

"Aku ingin mengembalikan ini. Gara-gara pelit dan barang rongsokan, aku hampir mati kau tahu? Perbarui itu" ia menyerahkan alat pembuka kunci yang tak jadi ia pakai tadi malam.

"Aku tak bisa menyelesaikannya dalam satu atau dua hari,"

"Kalau begitu, kau harus menunda pensiunmu," Tokisada berbalik keluar pabrik.

"Semakin kita tua, semakin sering kita berbicara sendiri. Beberapa tahun yang lalu, Kido pernah menemuiku" Tokisada sontak menghentikan langkahnya begitu nama pemimpin Koga terucap dari mulut Gantetsu. "Dia memintaku untuk membuat core Ninja yang sanggup memuat lebih banyak energi daripada core Ninja terbaik pada masanya," lanjutnya.

"Lalu, apa jawabanmu?"

"Aku bilang tidak bisa, lalu mengusirnya. Ya ampun, aku terlalu banyak bicara sendiri ya?"

.

.

.

Usai menyerahkan alat rongsokan itu, Tokisada kembali ke kediaman Iga untuk melaporkan hasil investigasinya.

"Bagaimana? Apa yang kau dapatkan?" Tanya Reiha.

"Aku mendapat informasi dari pemimpin Saiga. Aku yakin bahwa Koga mengincar core Ninja rahasia milik Iga," pernyataan Tokisada mengejutkan Kozo dan Reiha.

"Tunggu sebentar. Apakah core Ninja rahasia Iga benar-benar ada? Saya dengar teknologi itu tercipta saat perang dan disegel oleh pemimpin Iga saat itu karena terlalu berbahaya bagi manusia. Saya kira itu hanyalah sebuah legenda" Reiha menuntut penjelasan.

"Itu benar-benar ada. Lokasi core Ninja rahasia itu ditutup erat-erat dan akan diwariskan pada generasi pemimpin yang berikutnya. Aku tidak bisa menunjukkannya pada kalian. Tapi itu benar-benar ada," Yumika menjawab.

"Kalau begitu, apa tujuan mereka menginginkannya?" Tanya Kozo.

.

"Koga ingin memulai perang"

.

.

.

Beralih ke akademi dimana saat ini Ittoki, Kirei, Ryoko, dan kedua siswa random itu sedang mengerjakan hukuman karena gagal dalam ujian kemarin. Mereka harus membersihkan lantai serta jendela.

"Yah, hukuman bersih-bersih seru juga kalau ramai" ujar Kirei dari luar jendela.

"Kau mendapat nilai sempurna kan, Ryoko-san? Kau tidak perlu ikut" Ittoki mempertanyakan mengapa Ryoko juga ikutan padahal dia lulus.

"Kita kan teman" balasnya seraya tersenyum.

"Ahahaha, ini seperti masa muda yang seru kan, Kirei-sa- uwah! Ada apa Naruto?" Mantan Hokage ketujuh itu tiba-tiba menyeret Ittoki menjauh.

"Ada pengkhianat di antara kita" pernyataan tersebut mengejutkannya. "Eh? Apa maksudmu?"

"Mustahil mereka bisa menukarnya tanpa tahu brankas mana yang kalian incar. Seseorang di antara mereka ada yang bekerja sama dengan Koga" ujar Naruto seraya menatap Kirei, Ryoko, dan kedua siswa random yang berada di luar jendela.

"Ti-tidak mungkin" Ittoki memasang wajah tak percaya.

.

.

.

The Ancient Shinobi

.

To Be Continued