Naruto @ Masashi Kishimoto
Danmachi @ Fujino Omori
Semoga kalian menyukai cerita ini
-Epos Sembagi Arutala 6-
[Jangan biarkan hal kecil merusak kebahagiaanmu sepanjang hari. Tinggalkan yang membuatmu sedih, karena kamu pantas mendapatkan bahagia.]
Sebelum mulai baca saya minta Tolong Aminkan dalam hati atau kalau berkenan tulis di kolom Review dari doa yang ada di bawah ini.
Sa'Duna Fi Dunya - Fauzuna Fil Uhra
Semoga kita dan seluruh keluarga kita senantiasa mendapat limpahan Rahmat dari Tuhan.
Oke, langsung aja untuk para pembaca sekalian yang nagih silakan dinikmati.
"Aku tidak menyangka kau bisa mengalahkan monster itu. Selamat ya, Naruto-kun!" Ucap Naaza.
"Aku juga bersyukur bisa mengalahkannya." Jawab Naruto.
Setelah kejadian itu Naruto dan Naaza menerima banyak ucapan selamat dan terima kasih dari pedagang. Meskipun Naruto merasa sungkan karena beberapa pedagang itu stannya ada yang tidak bisa di selamatkan.
"Semua berkat petunjuk darimu, jika saja aku tidak mendapat nasehat darimu. Mungkin sekarang aku tidak ada di kota Orario lagi, sebab gagal memenuhi tantangan Mama Mia-san!" Jawab Naruto.
"Heh~ jadi Mia-san masih ada di kota ini ya!" Respon Dewi Hecate seakan tertarik.
"Apa kau mengenalnya?" Tanya Naaza.
"Aku sedikit mendengar rumornya saja sih, dikatakan dulu dia merupakan petualang terkuat di kota ini." Balas dewi Hecate.
Naruto yang notabenenya tidak tahu segera merespon.
"Hn, tidak kusangka kau kenal dengan Mia-san juga. Tapi dari Familia apa dia berasal?"
"Kabar yang kudengar dia dari Freya Familia, posisinya bahkan adalah Komandan sebelum Petualang bergelar Ou-sama menggantikannya." Jawab Hecate.
"Kau tahu cukup banyak ya, padahal bukan berasal dari kota Orario?" Ucap Naaza sambil menyipitkan mata ke arahnya.
"Aku memiliki kenalan yang suka memberikan informasi tentang kota ini dan dia cukup dipercaya, meskipun dia punya pikiran yang agak diluar nalar dan logika. Tapi dia cukup kompeten dengan informasi yang dipegangnya." Jawab Hecate.
"Apa dia seorang petualang?" Tanya Naruto.
"Lebih tepatnya dewa, tapi aku lebih senang menjulukinya sebagai Rubah, kalau begitu aku permisi dulu. Perutku dari tadi minta di isi." Jawab Dewi Hecate sembari melenggang.
"Tunggu sebentar, bagaimana dengan menjadikanku Familiamu?" Tanya Naruto panik.
"Hal itu bisa dilakukan nanti, selama masih di Orario maka aku bisa menemukanmu dengan mudah. Daah!" Jawab Dewi Hecate yang berlari menjauh.
Naruto merasa jengkel namun senang di saat bersamaan, karena nanti akan ada dewi yang mengatur status miliknya. Tanpa di sadari oleh ketiganya, sesosok berjubah hitam mengamati di atas salah satu bangunan.
Mata ungunya berkilau saat menatap punggung Naruto, seakan menemukan suatu barang bagus yang bisa dijadikan mainannya.
"Sepertinya angin perubahan akan menerjang kota Orario sekali lagi. Alfia dan Zald serta Dewa Erebus, semoga saja kali ini akan lahir True Heroes di kota ini sebagaimana diramalkan oleh Grand Magician Ryuulu. Karena aku merasakan firasat baik ketika melihat dua orang manusia di sini. Satu akan membuat orang lain tersenyum seakan melihat cahaya mentari, sementara yang satunya akan menyelamatkan orang-orang dari kegelapan dunia layaknya rembulan yang memberikan cahaya di pekatnya malam." Ucap sosok itu yang perlahan menghilang.
Naruto menoleh ke tempat sosok itu berdiri, namun dia tidak mendapati hal mencurigakan.
' Kenapa aku seperti merasa ada seseorang di tempat itu sedang mengawasi kami.' Batin Naruto.
"Ada apa?" Tanya Naaza yang melihat Naruto seperti kebingungan mencari sesuatu.
"Oh tidak apa-apa? Ah, bagaimana kalau sekarang kita lanjutkan acara yang tertunda!" Ajak Naruto.
"Tapi ini lebih dari cukup sebagai balas budi," jawab Naaza.
"Jangan begitu dong, aku merasa tidak enak sebab terganggu oleh monster itu. Selain itu …"
Naaza hanya bisa menghela napas saat Naruto terus mengoceh ini dan itu untuk mengajaknya lagi. Gadis Chientrope ini mulai berpikir kalau Mirai Kuriyama adalah gadis tangguh yang bisa tahan dengan pemuda ini.
"Karena itu, ayo kita pergi ke tempat lain!" Ajak Naruto mengakhiri bawelannya.
"Yah terserah," balas Naaza.
Setelah mendapat persetujuan Naruto segera mengajak Naaza berkeliling ke menara Babel untul melihat-lihat barang menarik.
Menara Babel merupakan bangunan yang melukiskan surga bagi para Petualang yang menginginkan peralatan berkualitas baik untuk berburu di dalam Dungeon.
"Senjata-senjata di sini harga terendahnya begitu selangit, butuh beberapa bulan untukku membelinya." Ucap Naruto dengan wajah kecut.
"Setidaknya kau bukan orang pertama yang berkata seperti itu saat melihat-lihat di tempat ini. Tapi apa kau serius mau membeli armor?" Tanya Naaza.
"Tentu saja, armor dan senjata yang kupunya sudah compang-camping. Aku ingin peralatan baru untuk menjelajah Dungeon!" Jawab Naruto.
"Baiklah, ikuti aku!" Ucap Naaza.
Keduanya terus melangkah melewati berbagai senjata dan armor yang di jajakan di sana. Tujuan yang ingin diberitahu oleh Naaza adalah lantai dimana para Penempa pemula menjual hasil buatan mereka dengan harga murah.
"Jika kau ingin beli peralatan kualitas baik dengan harga murah maka inilah tempat yang cocok." Ucap Naaza.
Mata Naruto berbinar saat melihat jajakan senjata dan armor yang dipajang namun harganya sesuai dengan isi dompet yang dia miliki.
"Lain kali aku janji akan mentraktirmu makan malam, Naaza-san!" Ucap Naruto yang langsung menyelosor untuk mencari apa yang dia butuhkan.
Sementara itu Naaza sweatdrop ketika mendengar ucapan Naruto itu, gadis Chientrope itu memikirkan petaka apa yang akan ada saat dia memenuhi ajakan Naruto ini.
"Nanti aku akan menolaknya dengan lembut, meskipun aku kurang yakin bisa melakukannya." Ucapnya pelan seraya mengikuti Naruto.
Setelah memilah dan memilih peralatan yang dibutuhkannya. Naruto kemudia menyerahkannya kepada penjual dan membayar dengan harga yang pantas.
"Sudah selesai?" Tanya Naaza.
"Iya, tapi kau yakin hanya membeli busur dan pelindung dada itu?" Balas Naruto.
"Iya, ini sudah cukup!" Jawab Naaza.
'Aku tidak percaya, dia memaksa dengan keras agar aku membelinya.' Batin Naaza.
"Kalau begitu, ayo kembali!" Ajak Naruto.
"Hn!" Balas Naaza.
Keduanya kemudian turun ke lantai bawah untuk pulang setelah keperluannya terpenuhi. Di sela-sela perjalanan Naaza bertanya.
"Sihir yang kau gunakan untuk membunuh Kobold itu, kau pelajari dari mana?" Ucapnya.
"Ah, itu adalah teknik dari Grimoire yang kudapat. Bisa dibilang hadiah dari Mia-san. Aku sendiri yang menamainya lo, hebat tidak!" Jawab Naruto cengengesan.
"Jadi kau mendapatkannya melalui Grimoire yang diberikan Mia-san ya, kerja kerasmu bisa dibilang sepadan karena dia memberikan Grimoire sihir yang kuat, selain itu kau tidak perlu merapal mantra untuk menggunakannya." Balas Naaza.
"Setelah kau mengatakannya, aku baru mengerti. Hadiah dari Mia-san memang luar biasa, hehehe!" Ucap Naruto sembari terkekeh.
Melihat kegembiraan Naruto tanpa sadar seulas senyum terpatri di wajah Naaza. Biasanya dia jarang sekali tersenyum, bahkan dewa Miach saja kesulitan membuatnya tersenyum namun bersama pemuda pirang tersebut dirinya sudah banyak tersenyum.
Alasan yang melatar belakangi dirinya sulit tersenyum adalah trauma yang dia alami saat terjebak di dalam Dungeon yang membuatnya harus kehilangan salah satu lengannya dan membuat masalah bagi dewa yang dilayaninya.
'Entah kenapa, saat bersama denganmu. Aku bisa menenangkan diriku dari trauma yang kualami, sikapmu seperti mengusir secara lembut kegelapan yang menyelimuti hatiku. Aku bahkan memiliki sebuah keinginan egois sekarang.' Batin Naaza.
"Dari sini kita berpisah," ucap Naaza ketika mereka ada di pertigaan.
"Kau benar, terima kasih sudah mau menemani diriku menepati janji serta repot-repot menunjukkan tempat membeli peralatan dengan harga murah. Walau harus ada masalah yang tiba-tiba muncul." Balas Naruto.
Telinga Gadis Chientrope itu bergerak kecil disertai ekornya melambai pelan, sebelum menjawab ucapan Naruto.
"Sama-sama, apa aku boleh memberitahu satu hal lagi."
"Eh apa itu?" Tanya Naruto antusias.
Naaza kemudian berbalik dan menjawab "Jika kau butuh Potion jangan sungkan mampir ke Tokoku ya, aku akan menantikan kedatanganmu!" Ucapnya sembari tersenyum.
Pemuda pirang itu membisu beberapa detik, sebab merasakan hal tidak biasa ketika melihat senyuman gadis Chientrope itu.
Keduanya mendadak membisu dengan rona merah terpatri di pipi masing-masing. Naaza menjadi yang pertama bereaksi, dia segera berbalik dan berkata.
"Kalau begitu, aku permisi!"
"Ah iya!" Balas Naruto.
Sementara itu di tempat lain.
Dewi Hecate mendekati seorang dewa yang sedang duduk sambil menegak wine miliknya dengan lahap.
"Kau sama sekali tidak berubah ya, Hermes." Tegur Dewi Hecate sembari duduk dibangku sebelahnya.
"Hooh, lihat siapa yang datang. Tidak kusangka Dewi pengembara akhirnya kembali, apa diluar sana sudah tidak ada yang menarik?" Canda Hermes.
"Aku hanya mampir untuk mencari anggota Familia dan beruntungnya secara tiba-tiba aku mendapatkan Familia yang merupakan keturunan dari anggota Familiaku dulu." Balas Dewi Hecate.
Hermes sedikit terkejut mendengar berita tersebut, karena dia tidak tahu kalau keturunuan dari anggota Familia Hecate ada di kota Orario.
"Apa kau sudah memastikannya, maksudku tidak mungkin sekali. Keturunan Familiamu ada di kota ini, sebab biasanya mereka mati di belantara rimba bersamamu." Canda Hermes lagi.
"Jangan bodoh, aku tidak mungkin melakukan hal sembrono seperti itu. Asal kau tahu, Anak Familiaku sudah membangun sebuah desa di tempat tak terjamah. Selain itu, beberapa diantara mereka menjadi petualang pelindung desa untuk melawan serangan monster. Dan yang lebih mengejutkan lagi, anggota baruku ini adalah keturunan dari [Kiroi Senko] dan [Habanero no Akai]." Balas Dewi Hecate.
Memicinglah mata Hermes ketika mendengar pengakuan Dewi tersebut, tidak pernah dia bayangkan kalau Keturunan dari kedua orang itu ada di kota ini.
'Kenapa aku baru tahu sekarang, jika saja lebih cepat. Mungkin aku akan merekrutnya ke dalam Familiaku.' Batin Hermes.
Hermes merutuki dirinya karena terlambat mengetahui keberadaan Naruto. Bukan salahnya juga, sebab Naruto meski bergabung ke dalam Apollo Familia. Dia selalu ditugaskan untuk membersihkan Mansion Apollo ketimbang berburu di Dungeon.
"Sepertinya keberuntungan selalu menyertaimu ya, jadi apa kau sudah menemukannya?" Tanya Hermes yang kali ini serius.
"Setidaknya mendekati, aku belum bisa memastikan apa itu sungguhan Makhluk itu atau bukan. Karena aura dari benda itu memang mirip dengannya, selain itu beberapa penduduk yang tinggal jauh dari kota ini nampaknya memujanya sebagai Dewa karena berkat adanya itu mereka tidak di ganggu monster dalam waktu lama." Jawab Dewi Hecate.
"Jadi begitu ya, malapetaka yang gagal dikalahkan oleh Zeus dan Hera masih berkeliaran di luar sana. Apa ada hal lain?" Tanya Hermes.
"Oi! Aku ini bukan informan tau, jadi pengetahuanku terbatas. Selain itu, aku juga sedang membereskan sesuatu yang menarik. Lalu bagaimana perkembangan di kota ini? Terakhir, kuduga kau keluar untuk mengantar Artemis ke Kayangan, bukan?" Tanya balik Dewi Hecate.
"Bagaimana kau bisa tahu?" Respon Dewa Hermes.
"Hn, Arcanum milik Artemis bernama Orion bersinar di langit. Selain itu, ada pilar cahaya yang menandakan kembalinya seorang entitas Ilahi ke kayangan. Apa itu memuaskanmu?" Jawab Dewi Hecate.
Hermes tertawa saat mendengar jawaban tersebut, karena itu sangat tepat sekali. Di sela-sela tawa Hermes itu, Dewi Hecate tersenyum kecil sembari berkata.
"Kau sudah mengakhiri tangisan seorang gadis yang kesepian, kupikir itu layak mendapat pujian."
Mendengar itu Hermes perlahan terdiam lalu tersenyum dan menjawab.
"Aku hanyalah penunjuk jalan sebagaimana yang ditugaskan Zeus padaku saat di kayangan. Peran besarnya dimainkan oleh seorang pemuda yang memiliki kemurnian hati. Dialah yang telah menghapus dan menghibur kepedihan Artemis sebelum mengirimnya kembali ke kayangan."
"Sungguh tidak terduga, Artemis yang terkenal sebagai bagian dari Trinity Virgin Goddes bisa terpikat oleh seorang manusia." Respon Hecate.
"Kau benar, entah kenapa saat kita menjadi manusia. Sifat dan kepribadian kita berubah, aku malah merasa begitu menyenangkan menjadi manusia. Meskipun mereka menjalani kehidupan dengan singkat, namun itulah yang membuat api semangat di hati mereka jauh lebih besar dari dewa manapun." Ucap Hermes.
"Jangan lupa mereka juga sangat mempercayai harapan di saat sulit," tambah Hecate.
Terjadi kebisuan beberapa saat, kemudian Hecate kembali membuka percakapan.
"Jadi bagaimana perkembangan kota ini dan apa rencanamu selanjutnya?"
"Situasinya tidak berubah, Loki dan Freya tetap mendominasi peringkat teratas di Guild dan kota. Bahkan keduanya selalu berebut ketenaran di kota Orario, kejadian penting selanjutnya yang baru terjadi adalah Hestia mengalahkan Apollo Familia. Lalu untuk beberapa alasan sepertinya mereka mulai bergerak kembali dan keturunan Deadelus berencana memulai pemberontakan. Lalu rencana diriku adalah menyingkirkan salah satu Familia yang mulai meresahkann jika terus berkembang, tentu saja dengan bantuan pemuda berhati tulus yang telah mengantar Artemis ke kayangan. Aku begitu tertarik dengan perkembangannya, aku bahkan menggigil membayangkan apa yang akan terjadi di kota ini selanjutnya. Apakah sebuah tragedi atau sebuah permulaan untuk era baru?" Jawab Hermes.
"Keh, kau sepertinya menaruh begitu banyak harapan pada pemuda tersebut, namun aku tidak tertarik dengan itu. Sebab Putra dari [Kiroi Senko] sepertinya memiliki sesuatu yang tidak terduga, aku harap dia bisa mnghiburku." Balas Hecate
"Kau berencana mengajaknya keluar?" Tanya Hermes memastikan.
"Tidak dalam waktu dekat, aku akan tinggal di kota ini sementara waktu untuk melihat-lihat. Apalagi kau bilang mereka mulai bergerak, ini adalah kesempatan bagus untuk membalas apa yang mereka lakukan pada saudariku." Jawab Hecate dengan tatapan menusuk.
Dewa Hermes meneguk ludah saat melihat ekspresi itu, sebab dia tahu seberapa mengerikannya Hecate jika sudah emosi. Meski begitu dia senang dengan kehadiran Hecate.
'Sepertinya ini mulai menarik, keberadaan Hecate di sini bisa membuat pekerjaanku lebih mudah. Mereka bisa kuserahkan padanya, sisanya adalah keturunan Deadelus dan dewi yang terobsesi mengalahkan Freya.' Batin Hermes.
"Kalau begitu, minumlah sepuasnya. Aku yang traktir sebagai ucapan selamat datang di kota Orario ini." Tawar Hermes.
Namun Dewi Hecate menggeleng.
"Terima kasih atas tawarannya, tapi aku harus pergi untuk menemui seseorang dan Putra dari [Kiroi Senko] mungkin lain kali saja. Sampai jumpa Hermes!" Jawab Hecate sambil berdiri kemudian melenggang pergi.
"Baik, sampai bertemu lagi. Dewi Ujian dan Penghiburan" Balas Hermes.
'Aku penasaran bagaimana tampang dari Putra [Kiroi Senko] itu?' Batin Hermes.
