Disclaimer:
Naruto: Masashi Kishimoto
Gugure! Kokkuri-san: Midori Endo
.
.
.
Pairing: (belum diketahui)
Genre: mystery, supranatural, comedy, romance, dan action
Rating: M
Setting: Alternate Universe (AU)
.
.
.
Fic request for Mamang_Njul
.
.
.
Planetarium
By Hikasya
.
.
.
Chapter 3. Rubah vs Kucing
.
.
.
Naruto dan Kokkuri berjalan bersama di jalanan. Di kedua sisi jalanan, banyak bangunan berbentuk rumah adat tradisional Jepang. Beberapa orang bersepeda lalu-lalang, menyapa Naruto. Naruto menanggapi mereka dengan senyuman dan balasan perkataan yang sopan.
"Selamat pagi, Naruto!" sapa seorang pria berseragam polisi, lewat dengan sepeda. Dia melemparkan senyum ke arah Naruto.
"Selamat pagi, Oji-san," sahut Naruto tersenyum, mengangguk.
"Wah, banyak orang di sini mengenalmu, Naruto," tukas Kokkuri tercengang. Matanya membesar seolah dipenuhi cahaya.
"Ya, ayahku seorang pendeta kuil yang tak jauh dari sini. Dia selalu membantu orang-orang di sini. Karena itu, orang-orang sangat mengenali keluargaku. Semua yang ada di kompleks perumahan ini, sudah menganggap keluargaku adalah keluarga mereka juga."
"Oh, begitu."
Kokkuri manggut-manggut, memilih menjadi pendengar. Naruto yang tidak lelah berbicara di sepanjang perjalanan, tidak menghiraukan orang-orang yang ternganga saat berpapasan dengannya. Pasalnya, Naruto berbicara sendiri karena Kokkuri tidak terlihat oleh siapapun.
Jarak rumah dan sekolah Naruto cukup dekat. Hanya berjalan kaki beberapa menit, Naruto dan Kokkuri sampai di sekolah itu. Sekolah yang bernama Uzugaraki High School.
Sekolah itu berlantai enam. Berarsitektur Inggris. Didominasi pohon-pohon Maple dan Sakura. Dikelilingi pagar beton setinggi lima meter.
Banyak orang berseragam sekolah serba biru gelap-putih, mondar-mandir di halaman depan yang sangat luas. Beberapa di antara mereka, sedang berkumpul. Salah satu dari mereka, menyadari kedatangan Naruto.
"Naruto-kun!" panggil seorang gadis berambut merah muda, berlari cepat seraya melambaikan tangan.
Naruto menoleh ke arah gadis itu. "Ah, Tama-chan. Se-selamat..."
Ucapan Naruto terputus karena Tama tiba-tiba menyeretnya menjauh dari Kokkuri. Tama menyembunyikan Naruto di belakang tubuhnya. Alisnya menukik.
"Hei, siapa kau?" tanya Tama menunjuk Kokkuri.
Kokkuri celangak-celinguk. Kebingungan. Lantas Kokkuri menunjuk dirinya.
"Kau bertanya padaku?" tanya Kokkuri sedikit melebarkan mata, menunjuk dirinya sendiri.
"Iya. Kau itu siapa?" jawab Tama mengangguk. Menyipitkan mata.
"Aku Kokkuri, penjaga Naruto. Salam kenal. Lalu namamu siapa?"
"Aku Tama, aku pacarnya Naruto."
"Apa?"
Kokkuri membelalakkan mata. Bermuka syok. Mulutnya terbuka lebar. Hatinya seakan runtuh karena diterjang kabar berita mengejutkan dari Tama.
Naruto melambaikan kedua tangannya. "Bu-bukan. Tama itu cuma teman biasa. Dia merasa saja aku berpacaran dengannya."
Tama menunjuk hidung Naruto. "Naruto, kita ini berpacaran! Jangan lupa!"
"Hei, aku sudah menolakmu meskipun kau menembakku berulang kali!"
"Biarpun aku gagal berkali-kali, aku tidak akan menyerah mendapatkanmu! Naruto-kun, kau harus menjadi milikku!"
"Aku tidak mau berpacaran dengan gadis pemaksa sepertimu!"
"Aku tidak peduli itu!"
Naruto dan Tama berperang adu mulut. Aksi mereka yang membuat gaduh, menarik perhatian orang-orang. Semua orang juga menganggap Tama sudah gila saat berbicara dengan Kokkuri.
"Tidak mungkin Naruto berpacaran dengan gadis ini," kata Kokkuri yang masih dikuasai perasaan kecewa, "tidak. Aku harus menyelamatkan Naruto. Aku merasakan ada sesuatu yang aneh dari gadis itu."
Kokkuri bergerak secepat kilat, lalu menyambar Naruto dari hadapan semua orang. Semua mata melebar karena menyadari Naruto sudah menghilang. Menimbulkan banyak pertanyaan di benak orang-orang.
"Hei, laki-laki berambut pirang itu kemana?"
"Apa jangan-jangan dia hantu penunggu sekolah ini?"
"Wah, fenomena gaib ini!"
"Kita harus melaporkan kejadian ini kepada kepala sekolah!"
Berbagai komentar meluncur dari mulut ke mulut. Semua orang ribut sekali. Tama yang terpaku, langsung mengedarkan pandangan ke segala arah. Hidungnya kembang-kempis, mampu mencium aroma Naruto dan Kokkuri. Lantas dia berlari menuju belakang sekolah.
Naruto dan Kokkuri sampai di dekat pohon Maple. Mereka bersembunyi sekejap di sana. Jantung mereka berdegub kompak karena merasakan panik.
"Kokkuri-san, terima kasih karena kau sudah menyelamatkan aku dari Tama," ucap Naruto bersandar di batang pohon. Tas jingga kesayangannya tergantung di bahu kanannya.
"Ya, sama-sama," balas Kokkuri tersenyum, kemudian mukanya berubah serius, "tapi, aku penasaran, kapan kau mengenal Tama? Setahuku, teman perempuanmu saat kau baru pindah waktu itu, bukan dia, 'kan?"
"Bukan Tama yang menjadi teman dekatku saat kau mendadak hilang waktu itu. Aku mengenal Tama, sebulan yang lalu. Tama itu, murid pindahan yang masuk ke kelas itu."
"Mulai dari sekarang, kau harus berhati-hati dengan Tama. Karena dia adalah dewi kucing!"
"Hah? Dewi kucing?"
Naruto ternganga. Matanya membesar. Hatinya seolah kaget dengan penuturan jujur dari Kokkuri. Tiba-tiba, dirinya kembali terkesiap karena mendengar suara Tama.
"Naruto! Kau ada di mana? Keluarlah, jangan dekat-dekat dengan youkai rubah itu!" seru Tama berjalan nyaris mendekati pohon, tempat persembunyian Naruto dan Kokkuri. Nalurinya sebagai dewi kucing mampu mengetahui keberadaan mereka.
"Gawat, Naruto! Kau diam di sini saja!" balas Kokkuri menukikkan alis, segera berlari melesat menuju Tama.
"Hei, Kokkuri-san!" teriak Naruto membulatkan mata sempurna.
Tama mengetahui kedatangan Kokkuri, segera melakukan persiapan. Dia berubah wujud menjadi dewi kucing. Gadis yang berpakaian menyerupai maid dan bertopi berbentuk telinga kucing serba merah-hitam. Langsung melompat saat Kokkuri melemparnya dengan bola-bola api merah.
Tama mendarat di tempat lain, tersenyum meremehkan. "Kau bersikeras melawanku? ... bersiaplah untuk kalah!"
Kokkuri menggeretakkan gigi-giginya. "Kau yang akan kalah, dewi kucing!"
"Aku tidak akan kalah!"
Tama mengobarkan api biru di kedua tangannya. Dia menembakkan bola-bola api berukuran besar ke arah Kokkuri. Kokkuri bisa menangkis serangan Tama dengan roda api yang mengudara di depannya. Dia meningkatkan intensitas kekuatannya. Mendorong roda api dengan kecepatan tinggi.
Roda api sukses menerjang Tama. Tama berteriak saat ledakan mengenai tubuhnya. Dia terpental jauh dari Kokkuri. Terseret beberapa meter darinya.
"Jangan pernah kau mendekati Naruto," kata Kokkuri berjalan mendekati Tama, "karena Naruto dalam pengawasanku. Tidak ada yang boleh menyentuhnya selain aku sendiri. Jika kau masih berani mendekatinya, aku tidak segan lagi untuk memusnahkanmu, dewi kucing!"
Kokkuri memunculkan dua bola api yang mengudara di atas kepalanya. Dua bola api yang merupakan kekuatan pemusnahan tingkat tingginya. Tama yang merasakan sakit pada sekujur tubuhnya, hanya mampu merintih. Namun, dia tidak akan menyerah begitu saja. Tidak takut dengan gertakan Kokkuri tadi.
"A-aku ... hanya ingin dicintai Naruto-kun. Itu saja. Karena Naruto-kun pernah menolongku dan memeliharaku saat aku masih berwujud kucing," tutur Tama berusaha duduk meskipun badannya sudah menghitam gosong. Pakaiannya sudah robek di beberapa bagian tubuhnya. "Apa aku salah jika berusaha mendekatinya? Kokkuri-san, jawablah!"
Kokkuri diam, tetap menatap Tama dengan pandangan tajam. Sementara Naruto yang menonton pertarungan singkat mereka, datang mendekati mereka. Dia berhenti dan bersisian dengan Kokkuri.
"Oh, kau kucing kecil hitam yang lucu itu, Tama?" tanya Naruto tersenyum.
Tama mengangguk cepat. "Benar sekali. Wah, kau masih mengingatku!"
"Tentu aku masih ingat. Tapi, kau tidak pernah mengatakan siapa kau yang sebenarnya padaku."
"Maaf, aku tidak berani mengatakannya."
"Tidak apa-apa." Naruto melirik Kokkuri. "Oh ya, Kokkuri-san, Tama itu tidak jahat. Jadi, hentikan seranganmu!"
Kokkuri mengerutkan kening. "Tapi..."
"Hilangkan kekuatanmu itu!"
"Baiklah."
Kokkuri menghela napas berat ketika melenyapkan dua bola apinya. Matanya melebar saat Naruto membantu Tama berdiri. Tama yang kegirangan, langsung mendekap pinggang Naruto.
"Wah, Naruto-kun! Kau perhatian juga padaku!" Tama menunjukkan wajah berbinar dan senyum yang mengembang.
"Bu-bukan begitu! Ka-kau salah paham padaku, Tama!" Naruto kelabakan, berusaha melepaskan pelukan Tama yang sangat kuat.
"Tama! Lepaskan, Naruto!" Kokkuri kelepasan emosi, mendaratkan tendangan ke perut Tama.
"Aaah, sakit!" Tama ambruk, terlentang ke tanah. Badannya menegang sambil memegang perutnya yang sangat sakit.
"Aaah, Tama-chan! Kokkuri-san, kau sadis sekali!" Naruto melototi Kokkuri.
"Biarkan saja."
Kokkuri bersikap masa bodoh. Memalingkan muka. Bersedekap dada.
.
.
.
Bersambung
.
.
.
A/N:
Akhirnya kelar juga chapter 3 ini. Habis dilanda bad mood. Oke, segini aja untuk chapter 3-nya. Terima kasih.
Dari Hikasya.
Minggu, 19 September 2021
