Riza's POV
semua ini salahku
aku bodoh..
Aku tak pantas jadi tangan kanan kepercayaannya
tidak pantas..
Aku tidak sempurna...
Rencana ini sempurna !
Dia telah menjalankan bagiannya dengan sempurna.
Tapi bagaimana denganku..?
Si bodoh yang menghancurkan kesempurnaan itu.
Ku tatap dia yang terkapar tak berdaya..
Bermandikan darah..
terengah engah…
diantara hidup atau—
mati..
Aku benci kata itu.
Namun apa? Ini kenyataan.
Hal yang patut ditukar; seimbang dengan kecerobohanku.
Mati!
Aku percaya dia orang yang kuat..
Ia punya mimpi mimpi yang masih harus diraih
Dia berpengalaman dalam perang..Terjepit antara hidup dan—
mati..
Kata itu lagi..
Jangan! Jangan sampai ! Bertahanlah!
Aku yakin kau kuat!
Perlahan, namun memberi harapan..
Kelopak matanya mengembang.
Lembut meluncur sebuah suara
memanggil dalam parau
"Riza!"
Beribu beban dikepalaku terbebaskan
Syukurlah..Aku yakin dia kuat.
Ya! Ia kuat.
Sayang.. Satu tak kuketahui..
Ia kuat..
Karena disampingnya ada seseorang yang selalu setia menguatkannya...
Seseorang..Yang menjadi alasan baginya untuk hidup..
Dan terus hidup..
