Lunch

"Yak ! Aam !"

"aaAA….." dengan enggan bercampur malu, Roy membuka mulutnya, dan kemudian makanan masuk secara otomatis kedalamnya. Kemudian ia mengunyahnya perlahan dan menelannya.

"buka mulutnya lagi !" perintah Riza, siap dengan sebuah telur gulung lagi yang akan ia suapkan.

"Riza… aku bisa makan sendiri !"

Cewek itu menggelengkan kepalanya. "tidak…tidak…."

"aduh… malu-maluin kalau ada yang melihat !" Roy jadi gusar sendiri. Sebenarnya enak juga sih, bisa bermanja-manjaan. Tapi ia malu juga melihat dirinya disuapi oleh seorang gadis.

"Karna itu kita makan di atap sekolah, bukan di kafetaria. Buka lagi !"

tiba-tiba sepintas ide licik terlintas di benak Roy. "Hey, kau juga belum makan… mari kusuapi juga."

"enggak laper kok…." Walau begitu, Roy bersikeras merebut sumpit yang dipegang oleh riza, mengambil makanan dan menyuapinya.

"Gantian ! Buka Mulutnya !" cowok itu memerintah.

Terpaksa sekali, Riza membuka mulutnya dan memakan dessert pudding yang disuapkan ke mulutnya. Sebenarnya ia amat senang melihat tampang roy yang bercampur aduk ketika makan. Cute menurutnya.

KRrrRIINGG !

Bel istirahat berbunyi, tanda waktu makan mereka telah Selesai.

"Riza, pudingnya nempel di bibirmu…" sahut roy seraya berdiri dan menunjuk ke arah pudding cokelat yang masih menempel padanya.

"Mana ?"

Roy tidak menjawab. Ia memajukan kepalanya, dan dengan segera ia mengambil pudding tersebut… dengan lidahnya.

"Roy !" Riza menahan malu sambil tak henti-hentinya memukul-mukul perlahan punggungnya, setelah kiss mereka berakhir. "nakal !"

Sang Flame Alchemist hanya tersenyum. Entah apa lagi yang sedang dipikirkan dalam saraf pusatnya itu.