Communicate

Kedua insan ini, memang sulit dipisahkan. Walau mereka sudah satu kelas, dengan duduk depan belakang, tetapi tetap saja, rasa ingin bebicara satu sama lain amat besar. Walau terkadang yang mau dibicarakan tidak penting, tetaplah rasanya puasa bicara di sekolah sama dengan neraka.

Tuk…tuuuk….tuk….

Roy mengetuk-ngetukan pensilnya ke atas meja perlahan-lahan.

Riza, guru di depan ngomong apa sih ?

Gadis manis di depannya pun cepat tangkap reaksi kakaknya yang memberi kode padanya.

Roy ! Jangan berisik dong ! Nanti dikira nyontek !

Lho ? Memangnya kenapa ?

Gak perlu nanya lagi ah

Marah ? Cup ! a gentle kiss for you

Yucks ! stop dong ! Kakak konsentrasi dikit kenapa ?

Yee… jangan pangil kakak dong ! Roy gitu kenapa ? Lagian pelajaran ini ga penting kok…gampang lagi…

"AHEM, Roy !"

nah…gitu dong !

"ROY !"

Baru saat itu, si bodoh ini menyadari, kalau gurunya yang memanggil namanya, bersiap-siap dengan serangan pertanyaanya.

"…ya…pak !" ia sedikit ketakutan menjawabnya. "a..ada apa ?"

"Brisik aja, ya kamu ! Ke depan ! Jawab soal ini ! Soal ini pernah dikeluarkan dalam ujian tes masuk di universitas swasta top di sini." Sang guru botak menyerahkan spidol padanya. Roy dengan enggannya maju ke depan kelas dan membutuhkan waktu 5 menit untuk menyelesaikannya. Kata kunci : menyelesaikan. Dan dengan begitu, dalam waktu 5 menit itu, ia telah berada di lorong, sambil berdiri mengangkat sebelah kaki.

Tuk…tuk…tuk….

Sebelum keluar kelas, ia sempat mendengar sedikit pesan dari adiknya.

Benar kok roy… pelajaran ini gak penting kok… gampang lagi !

Sumpah, roy melihat seulas senyum menghiasi wajahnya, mungkin puas melihatnya dihukum….

heh…. batinnya. Lihat saja nanti di rumah…. Habis kukelitikin !