Lesson 14 :

"Roy.. ngantuk…" kata Riza manja sambil mengisitrahatkan kepalanya di atas bahu Roy.

"Iya..iya.. aku tahu… ya udah.. tidur di apartementku aja,..lebih deket.." usulnya, karena kebetulan, apartemen Roy berada sekitar 2 lantai dibawah Riza. (ya ampun..pake lift juga udah cepet..)

Riza menganguk.

Crrriitt.. Roy membuka pintu kamarnya. Riza langsung mencari ranjang lalu rebah di sana.

"Hoy…ganti baju dulu, kali…."

"iya..iya….bawel nih..aku kan gak bawa baju.."

"pinjem punyaku aja.. agak kegedean sih.." katanya sambil melempar kemeja pada Riza. "AKu ganti dulu."

Riza membuka bajunya dan mengganti dengan kemeja yang diberikan Roy tadi. Hm.. wanginya sama seperti Roy. Riza merasa amat nyaman.

Beberapa saat kemudian, Roy melemparkan dirinya ke arah tempat tidurnya yang cukup besar itu (double loh.. padahal tinggal sendiri..) Riza kemudian mendekatkan dirinya dengan Roy, yang sedari tadi memeluknya dengan erat. Ia mencubit pipi Roy dengan lembut.

"Nakal ! Kenapa enggak naik ke ranjang pelan-pelan sih ?"

"iya..iya.." Lalu ia kembali memeluknya, namun kemudian ia merasa membeku ketika tangannya merasa memegang sesuatu yang berbahaya.

"Oke..oke..aku tahu kamu ngantuk…tapi setidaknya lepasin dulu pistolnya, gitu loh…Plis dong ! bahaya tau !"

"Hoah….itu cuma buat jaga-jaga dalam setiap keadaan." Jawabnya singkat.

"cewek yang menakutkan…" Ia berkomentar, lalu kemudian menyatukan bibirnya dengan bibir Riza.

"ya….tapi kamu suka aku, kan ?" jawabnya usil, lalu menambahkan "atau…kau sudah tidak suka ?"

"Eh…iya…iya…suka dong.. ! riza kan nomor satu buatku…ya kan !"

tak ada jawaban. Riza terlelap dalam dekapannya.

"Orang ngomong didengerin, knapa ? dasar….hari ini pasti jadi hari yang berat buatmu.." Ia tersenyum lalu menaikan selimutnya. "gud nite, riza.."

Gadis itu menganguk.

7.00 a.m -- local time

KRINGGGggg…..KrRINgggg

"Hoahhh.. dasar alarm bego…hari ini gak sekolah, tahu.." umpat roy sambil kembali tertidur.

KRiiinGGGG….

Baru saat itu ia sadar, itu bukan alarm, tapi telepon yang berdering.

"Halo, Roy ?"

"Hoahh…ini siapa, ya ?"

" Masak ayahmu sendiri tidak kau kenali ?"

"Oh iya, kenapa ?"

"Cepet, siap-siap, setengah jam lagi kamu dijemput. Ada pertemuan keluarga lagi."

"Enggak bisa ! kok gitu, sih !" teriaknya dari telepon.

"Roy…" panggil Riza sambil menaikkan selimutnya, masih ngantuk. "Siapa ?"

"Oh..iya.. sekalian ajak gadis yang bersama mu di taman kemarin itu, ya…ya udah….1/2 jam lagi…"

"Hey !"

TITTT…..TIITT…

"Sialan…ditutup.."

"Roy…" panggil Riza sambil bangun, dan menghampirinya. "Dari siapa ?"

"Ayah… dia mau aku ikut pertemuan keluarga lagi hari ini…. " katanya kesal sambil menaruh tangannya diatas kepalanya. "dia juga mau kau ikut.."

"Aku !"

Roy mengangguk. "Kupikir…ini kesempatan yang baik untuk memperkenalkanmu pada ayahku… Jadi, setidaknya aku sudah tidak perlu lagi bertemu dengan dua orang brsek itu lagi."

"Lisa dan Aria ? Mengapa ? mereka kan lumayan baik.."

"Baik !" Ia menaikan alisnya sebelah. "Ya udah, ayo, cepat. ½ jam lagi kita dijemput."

SEbuah mobil royal buggati datang menjemput mereka.

"AAHHHHHHHHHHH TUAN MUDA MUSTANG ! SELAMAT DATANG KEMABALI !"teriak seorang pelayannya dengan baju hitam-hitam, seakan siap menyerang roy.

"ARGH…. Masak sampai sekarang kau tidak berubah saja, luffi ? Dasar…."

"Tentu saja..seumur hidup saya, saya hanya akan berbakti pada tuan muda Roy Mustang" jawabnya tegas, sambil berlutut satu kaki, dan menebarkan bunga-bunga merah tidak jelas.

"Roy ! Siapa dia ?" tanya Riza penasaran, sambil menepuk-nepuk kepala black Hayate, yang akan ditinggalkannya.

"Pelayanku dari kecil. Katanya sih, ketika aku kabur dari rumah, dia hampir bunuh diri… KATANYA…." Roy menegaskan katanya setegas-tegasnya.

"Ah…tuan muda…saya kan amat khawatir pada tuan muda…. Kalau terjadi apa-apa pada tuan muda, saya harus selalu sedia untuk menggantikannya…"

"Aiih… susah deh..ya udah, ayo cepet berangkat.."

"SIAP !"

Mobil panjang itu berjalan melintasi jalan di pagi hari itu. sepertinya mereka menjadi pusat perhatian semua orang. Riza merasa sedikit risih berada dalam kemewahan yang biasa dialami oleh roy. Tetapi ia berusaha untuk menutupinya seminimal mungkin.

"Enggak enak, ya.." sapa roy.

Riza menggeleng. "enggak kok…. Enggak apa-apa…cuma… takut dikit aja…"

Roy menaruh tangannya di atas tangan riza. Ia menggenggamnya dengan lembut. "Tidak usah takut…. kalau keluarga itu merencanakan sesuatu, aku siap untuk keluar dari keluarga ini dan membuang nama keluarga Mustang, seperti kakakku dulu…"

"ROY !" riza terperanjak kaget.

Roy tersenyum simpul. "Bercanda kok…. Yah… kita harapkan yang terbaik aja… "

Entah bagaimana, selalu kata-kata roy membuat Riza lebih tenang….walau ia tahu, sebenarnya sering terkandung kebohongan yang Roy ucapkan, hanya agar dirinya merasa lebih nyaman.

"tapi…kalau memang terpaksa….aku juga tidak akan sungkan-sungkan kok…." Bisiknya perlahan.

"Apaan ?" tanya Riza yang kurang menyimak perkataanya.

Roy menggeleng. "Enggak…."

Mobil mewah itu berhenti di depan rumah megah bak istana presiden yang luuasss sekali. Bangunan utamanya saja terdiri dari beberapa tower-tower. Belum lagi ditambah dengan bangunan tambahan lainnya yang digunakan untuk berbagai kepentingan lainnya.

WOA…..benar-benar, deh…yang namanya kekayaan dan kekuasaan keluarga Mustang itu…… Riza walau bukan berasal dari keluarga tidak mampu saja cukup takjub melihat ke dasyatt-an rumahnya.

"Ayo, masuk…" ajak roy sambil menggandeng Riza.

DEG ! DEG ! DEG ! hati riza berdebar semakin cepat. Ia takut sekali menghadapi keluarga roy. Ia takut salah bertingkah, ia takut penampilannya tidak baik, atau mungkin tidak sopan…pokoknya ia takut sekali. Tangannya berkeringat dingin.

KRRRRIIITTT…. Pintu besar ruang pertemuan dibuka. Di dalamnya seperti biasa, meja besar dan kali ini seluruh anggota sudah lengkap pula, menduduki kursi mereka masing-masing. Di sana juga sudah terdapat Aria dan lisa yang dengan tatapan tidak enak menatap Riza.

"Spertinya tuan muda sudah datang… kita mulai saja pertemuan ini, eh ?" Soichiro yang tua itu mengelus-elus jenggotnya. "hm.. pertama-tama langsung saja ke poinnya, aku ingin bicara padamu, Roy. Sebentar lagi ulangtahunmu yang ke 16, dan kau sama sekali belum memilih gadis yang tepat bagimu ?"

Roy tidak menjawab, hanya mengilangkan tangan di dadanya, dan terdiam.

"kuanggap jawaban itu sebagai tidak. Kalau begitu, kami memutuskan untuk mengadakan sayembara untuk menentukan siapa yang tepat untuk ada di sampingmu…"

"Bagaimana mungkin aku tahu kalau kalian tidak curang ? sudah pasti hasilnya sudah ditentukan dari sekarang,kan !" jawabnya kasar. Ia mulai tidak suka kalau hidupnya diatur-atur seperti ini oleh keluarganya. Ia sudah besar ! Ia bisa mengatur dirinya sendiri, memilih jalan yang dipilihnya sendiri !

"tidak… itu tidak akan terjadi karena jurinya ialah kau sendiri… " lalu ia berhendam dan meneruskan perkataannya. "Aria, Lisa, dan.. ummm nona siapa di sana ?" tanyanya pada Riza yang duduk di sebelah Roy.

"Riza Hawkeye, sir."

"Ya.. Riza. Aku memerintahkan kalian untuk ikut dalam sayembara ini dan diantara kalian yang memenangkannya- siapa pun, akan kuresmikan jadi tunangan roy."

Jantung riza berdetak cepat. Tu..tunangan ? Mereka tidak pernah membicarakan hal sampai sejauh itu. Hubungannya dengan Roy paling hanya sebatas teman baik saja… tidak lebih. Karena itu dia tidak terikat dengannya… tapi..

Roy pun merasa kebingungan yang sama. Kemungkinan riza untuk menang hanya sepertiganya. Bagaimana kalau sampai salah satu dari dua orang itu yang menang ? Habis sudah masa depannya.

"yang akan dilombakan ada beberapa tahap. Ada kuis, ketangkasan dan memasak. Nanti selanjutnya akan kuberitahu lagi lewat surat. Kalau begitu, kututup saja rapat ini.."