Chapter 6 (b) : how things became worst

"r..roy…" katanya mencoba untuk berbicara. "ki..kita tidak mungkin.. bisa… bagaimana reaksi mama dan papa jika tahu hal ini ?"

"Biarkanlah… riza…" bisiknya perlahan sambil terus menghujani lehernya dengan beribu kecupan lembut. "kita sudah besar dan dapat menentukan jalan kita sendiri…."

"ta..tapi ini bukan jalan yang benar…" ia menyanggah. "..dan.. "

"dan apa ? kamu tidak suka ?"

Gadis itu menggelengkan kepalanya. "bu..bukan begitu… tapi.. kita ini bersaudara…roy… tidak mungkin…."

Roy tidak menjawab. Riza berpikir bahwa kakaknya itu sudah menyerah. Namun ia salah total. Sebuah tangan mendarat di dagunya, dan menariknya ke arah bibir Roy, lalu menguncinya dalam sebuah kiss yang penuh passion.

Riza tidak mengerti, dan sama sekali belum pernah berpengalaman dalam acara kissing, kecuali ketika insiden malam itu. Ia bisa merasakan Roy mendorong lidahnya masuk ke dalam mulutnya, dan menjilati bekas makanan yang mungkin masih menempel dalam mulutnya.

Riza berharap hal ini akan segera Selesai, begitu mereka menarik diri mereka masing-masing, mengakhiri kiss mereka yang tabu itu. Namun, justru Roy mendorongnya hingga mereka berdua jatuh di atas ranjang. Riza jatuh dengan punggungnya diatas ranjang, sedangkan Roy, jatuh tepat diatasnya.

Tidak boleh…tidak boleh…tidak boleh… hatinya terus berbisik. Namun kerongkongannya tercekat, sehingga tidak satu kata pun yang keluar dari mulutnya. Perlahan Roy membuka kancing kemejanya dan melemparnya ke atas ranjang. Jaraknya dengan muka kakaknya itu tinggal kira-kira 10 cm.

"ti..tidak boleh…roy…" bisiknya perlahan. "i..ini.." kalimatnya belum Selesai, namun telah dipotong oleh bibir Roy yang kembali bertemu dengan miliknya. Setelah ia melepaskannya, roy menaruh jarinya di bibir riza yang empuk itu.

"psst… tidak apa-apa, kok….." bisiknya sambil perlahan mulai melepaskan satu persatu kancing baju Riza, sedangkan satu tangannya lagi ia selipkan melingkar di sekitar pinggangnya. "riza…. Aku sayang kamu….lebih dari apa pun di dunia ini…."

Tidak boleh….ini tidak benar… kita sudah terlalu jauh… hatinya terus berbisik. Ia takut sekali. Hatinya kecut. Jangan… nanti kau menyesal…

Tapi tetap saja tak ada satu pun kalimat yang keluar dari mulutnya. Segalanya berlangsung dengan cepat…. Dan Riza tidak bisa mengulang masa lalunya kembali….

XXxxxXXXXXxxxxXXXX

Riza terbangun dalam pelukan Roy pagi itu. Di sebelahnya, roy masih tetap tertidur dengan lelapnya. Kepalanya sakit. Ia baru menyadari dirinya tidak mengenakan apa pun. Perlahan, ia mencoba mengingat-ingat apa yang terjadi semalam.

Riza tersentak. Ia menangis kecil di atas ranjangnya. Segalanya sudah terjadi…. Keduanya telah melangkah terlalu jauh untuk batas mereka. Sekarang, beribu perasaan takut menyelubungi dirinya. Ia takut, akan terjadi hal yang lebih buruk lagi dari yang ia bayangkan. Dan hal lain yang lebih ia takuti….jikalau Roy tidak benar-benar menyayanginya… ia hanya menginginkan tubuhya saja….bukan perasaannya… dan itu yang benar-benar membuatnya terisak, hingga membasahi selimut yang membungkus dirinya.