Chapter : destiny of a Family

"Haah.. capeknya... ini !" Edward Elric, si Fullmetal alchemist yang kontet itu melempar laporannya pada colonel, lalu melemparkan dirinya ke sofa, dan menaikan kakinya ke atas. "laporan selama menjalankan misimu… tidak ada yang menantang…"

"HOo.. tentu saja ! Sebenarnya misi yang kuberi semuanya sangat menantang…hanya.." ia mengosok-gosokan tangannya ke dagunya. Matanya bersinar, penuh kegembiraan bisa mengejek alchemist pendek itu lagi. "…hanya saja… kau kurang sedikit…yah.. apa yah.. mungkin terlalu pendek untuk melihat tantangan dari misi-misiku…"

Edward Elric pemarah yang paling sensitive mendengar kata pendek itu langsung bangkit dan hendak menyerang kolonelnya. Roy yang kupingnya sudah kebal akan kata-kata yang biasa dilontarkan Ed selama dia marah-marah pun hanya tersenyum simpul, puas akan kerjanya yang sempurnya.

"oh iya, colonel… kau tahu… soal Dr. Marcoh ?"

"Marcoh ?" Roy tersentak mendengarnya. "enggak… tapi kalau aku tahu informasi tentangnya, nanti akan kuberitahu.."

Ed menyipitkan matanya. Ia tahu kalau kolonelnya berbohong. "ya sudah…" ia melambaikan tanganya lalu keluar dari kantor Roy.

----------

"kakak, sudah dapat informasi dari colonel soal Dr. Marcoh ?" tanya zirah itu pada Ed. Tapi dari raut wajahnya saja sudah dapat dipastikan jawabannya. Muka yang tertekuk bagai papaya busuk itu sedang sibuk mencari buku di perpustakaan military.

"belum. Kolonel bastard itu tidak mau memberitahukannya." Katanya kesal sambil membalik-balikan buku itu.

"Kalau begitu, coba ke departemen investigasi… Mr. Hughes mungkin bisa membantu kita !" usul adiknya yang cemerlang itu.

Ed tersenyum lebar sambil membawa Al ikut berlari ke departemen investigasi. Sayang sekali, mereka tidak menemui Hughes di sana, sehingga mereka harus mencari data-data itu sendiri.

"heey….apa…ini ?" Ed terpaku pada sebuah laporan yang kelihatannya…. Aneh..

yahh.. kalau begitu, nanti sekalian harus bertanya pada colonel, rupanya….

---------

"hey.. sudah dengar belum ?" havoc membuka percakapan dalam gangnya.

"belum ? apa ?"

"katanya colonel akan bertarung dengan Edward sebagai ujian tahunan alchemist !"

"Wahh… bagus tuh! Pasang siapa ?"

"Kolonel, lah !"

"jangan salah, katanya si Kontet itu juga jago, lho !"

"Kalau gitu, pasang berapa ?"

"Pasang berapa apanya !" Lieutenant Hawkeye menimbrung dalam percakapan mereka.

"eh.. pagi, lieutenant !"

Riza menarik nafasnya. "lain kali kalau buat taruhan jangan keras-keras… ketahuan colonel, gawat kalian…"

"yes, mam !"

----------

"Lt. hawkeye ?" panggil Roy sambil tetap berkonsen pada kertas yang dibacanya. "belakangan ini pada ribut soal pertarunganku dengan fullmetal, benar begitu ?"

"ya……kurasa begitu, sir."

Roy menggeleng-gelengkan kepalanya. "dasar… kapan sih aku pernah menyetujui tantangannya ?"

"tapi Fuhrer King Bradley menyuruh anda, sir." Balasnya tetap dalam nada datar, berkonsentrasi pada buku yang sedang ia baca.

"well, kupikir ini kesempatan baik untuk menunjukkan kehebatanku, bukan !" ia menyeringai lebar.

--------------

"Ladiiiesss andddd Gentlemeeennttt !" teriak Hughes, sebagai mc pada pertandingan itu. "mari kita sambut kontestan pertama…. Di sudut biruuu ada Roooyyy Mustang, sebagai Flame Alchemist !"

(terdengar teriakan-teriakan seperti "huuu ! Playboy luh !" "balikin pacar gua !" "Makan gaji buta luh !" "naek pangkat" dsb)

"dan di sudut meraahh… Edwaaard Elriiic, sebagai Fuullmetal Alchemist !"

(terdengar teriakan-teriakan seperti "mana ?mana ?" "oohh… kecil sekali !" "itu mah anak SD kali !" "hey nak ! yang semangat ya !", dsb)

"Readddyy……Go !"

Roy langsug menjentikan jarinya dan mengerluarkan api pada Ed.

"kurang ajar ! mencuri Start !" teriaknya sambil berlari ke arah kerumunan orang, dan menghilang diantaranya.

"menjadi seorang tentara, yang dibutuhkan ialah kecepatan dalam menyerang. Semakin cepat menyeleaikan peperangan, semakin baik." Roy tersenyum kecil. "hm.. begitu, ya….targetnya terlalu kecil sehingga susah terlihat…."

Ed pun dengan wajah kesal muncul diantara kerumunan itu sambil berteriak padanya. Roy tersenyum. Taktiknya berhasil. Ia mengeluarkan api yang cukup besar sehinga asap tebal menutupi arena itu.

"gah… apinya terlalu besar…" lalu ia melihat sebuah bayangan dengan rambut yang khas menjulang ke atas. "itu dia !"

"salah sekali, colonel !" Ed tiba-tiba muncul dan merobek sarung tangannya. Lalu ia melompat ke belakang, dan membuat sebuah meriam yang besar. "tanpa sarung tanganmu kau tidak dapat mengeluarkan api lagi, kan !"

Roy kembali hanya tersenyum. Perlahan ia mengeluarkan tangan kirinya yang juga mempunyai sarung tangan itu. "sayang sekali, fullmetal…"

BOOOM !

Api yang besar keluar. Asap tebal membumbung. Dari jarak 100 km, dapat terlihat sebuah ledakan besar yang terlihat bentuknya seperti jamur besar dari angkasa. Sekeliling mereka sudah berantakan. Ed sedang dalam keadaan tidak siap, ketika Roy mendatanginya dan bersiap untuk menghabisinya. Namun, entah kenapa ia memperlambat gerakannya dan kemudian, setelah ia sadar, Ed juga telah menodongkan pisau padanya.

Plok ! Plok !

"bagus sekali, mustang, fullmetal….tapi kalau dilanjutkan, kalian pasti akan sulit untuk membereskan tempat ini lagi…" untunglah saat itu King Bradley datang menghentikan pertempuran mereka.

----------

"heh, colonel, kenapa kau memperlambat gerakanmu tadi ?" tanya Ed sambil membereskan tempat yang sudah berantakan itu dengan Alchemy-nya. "padahal waktumu seharusnya tepat sekali…"

roy tidak menjawab. Ia hanya memberikan tampang bodoh padanya, seolah-olah tidak perduli.

"oh ! Apa karena aku…." Ia memancing. "anakmu ?"

Roy terpanjat mendengar pernyataan Ed yang barusan. Apakah ia sudah mengetahuinya ? Bagaimana ? tidak mungkin… segala informasi telah ia segel sehingga tidak ada yang mengetahui masa lalunya dengan Riza.

"kalau aku menjawab tidak, apa tanggapanmu ?" ia menjawab tetap dalam cool nya.

"bertanya hal yang sama pada lieutenant hawkeye." Jawabnya tegas.

Roy memandang ke arah langit yang sudah berubah menjadi orange kemerahan. Kemudian ia menarik nafas panjang, sebelum menjawab pertanyaan-pertanyaan Ed. "cerita lama… tidak perlu diketahui kebenarannya…"

Amarah bocah itu mulai naik. "APA MAKSUDNYA DENGAN JAWABANMU ITU ! LALU MENGAPA KALIAN SEKARANG BERSIKAP SEOLAH TIDAK PERNAH TERJADI APA-APA !"

"jangan berteriak pada superior officermu…." Kemudian ia sedikit menurunkan suaranya. "apa lagi pada…. Ayahmu sendiri…"

ed melemas. Rasanya kedua otot yang ada di lututnya sudah tidak mampu lagi menahan berat badannya. Padahal ia berharap, roy akan menjawab kalau data yang ia temukan di departemen Investigasi itu bukan betulan… tapi….

"aku tahu kau mau penjelasannya…" ia berdiri dan memberi kode padanya untuk ikut dengannya.