Last Chapter :
Roy hanya melambaikan tangannya dengan lemah pada anak lelakinya yang berumur 6 tahun itu. Setelah itu, Roy kembali berjalan ke kamarnya, bersiap-siap ke kantor dan mengganti seragamnya. Ketika ia mengambil kemeja birunya, tiba-tiba sebuah benda kecil bersinar jatuh dari atas seragamnya, dan meninggalkan bunyi berdenting kecil. Roy membungkuk untuk mengambilnya, dan saat itu juga baru menyadari benda yang terjatuh itu. Cincin Pernikahan Riza.
"RIZA !" teriaknya keras-keras dari dalam kamar, menggaung ke seluruh bagian rumah itu.
-When you don't love me anymore-
Chapter 2
Roy… aku pergi dulu. Jangan cari aku… Pada hari & tempat yang khusus buatku, saat itu aku akan berada di situ… Jika kau menemukanku di sana, aku akan kembali lagi...sekarang aku mau menenangkan diri dulu.. tolong, pahami aku. Jangan sangka aku membencimu… bukan…hanya saja… mungkin inilah masa-masa percobaan untukku… aku tidak bisa berada di sana…. Tolong titip Salem sementara…. Jangan buat dia khawatir atas kepergianku.. aku akan mencoba menyayangimu kembali di sini….
Love,
Riza & your unborn child
Secarik surat tergeletak di samping baju tempat cincin itu di letakkan. Tidak diragukan lagi, itu tulisan Riza, sehingga dugaanya tentang Rizanya yang diculik atau apa pun gugur. Benar, semua ini adalah kesalahannya, yang membuat Riza cemburu…
-----
Seharian itu, Roy duduk termenung di kantornya, memainkan cincin yang ditinggalkan padanya itu. Sama sekali ia tidak menyapa siapa pun, termasuk Jean, orang yang paling ia percayai di military sesudah Riza. Ia hampir tidak percaya… ternyata Riza benar-benar marah tadi malam…. Masakah hal itu membuatnya sampai kabur ?
Kata-kata Riza semalam rasanya terus menggema di telinganya dan berkali-kali hatinya berteriak bahwa ia telah melakukan kesalahan terbesar di seluruh dunia. "Apakah kau mencintaiku hanya karena ada Salem ?"
Salem… pikirnya. Anak itu tidak beruntung. Dilahirkan di keluarga mana, diasuh di keluarga mana, dan kembali lagi ke mana…
Saat itu Roy masih menjabat sebagai seorang colonel, ketika ia ingat jelas wajah riza yang tanpa harapan itu mengajukan surat pengunduran diri dari military. Bebannya terlalu berat, sepertinya….
"riza… dari kapan ?" tanyanya kesal pada wanita itu yang berdiri di hadapannya, tanpa mengenakan baju military lagi.
Semula ia menolak untuk membicarakan hal ini. Namun, akhirnya ia memberitahukannya juga. "kira-kira… tiga bulan yang lalu…"
"lalu itukah alasanmu mau mengundurkan diri dari military ?"
Ia mengangguk lemah. Ceroboh sekali ia melakukan kesalahan seperti ini..
"oke… aku tidak menerima surat ini… aku hanya akan memberi mu cuti setahun.. cukup ?"
Mendengar hal itu, wajahnya berubah menjadi bahagia. "terima kasih, sir !"
"tidak apa-apa….." ia menyeringai lebar. "sebagai gantinya.. kuperintahkan kau, pulang nanti langsung ke rumahku."
"ta..tapi, sir…"
"peraturan military ? tepat ?" Riza mengangguk mengiyakannya.
"jangan panggil sir… ah.. soal itu, dirumahku ada ruang bawah tanah… dan di sana aku sudah atur lengkap sebagai tempat persembunyian yang senyaman hotel. Kau tinggal di sana. Jadi aku bisa mengontrolmu setiap hari. Oke ?"
"terima kasih,roy…"
Dan hingga akhirnya anak mereka, Salem lahir, military tidak mengetahuinya sama sekali. Roy tidak pernah mempunyai prasangka akan orang yang mengetahui hubungan mereka. Nama-nama yang masuk ke daftarnya paling-paling berkisar di antara Hakuro, Gran, Archer,…ya.. kira-kira atasan mereka lah.
"Mustang… Hawkeye…. Duduk." Perintah Fuhrer King Bradley. Maes yang mengantar mereka lalu segera memberikan salut pada fuhrer King Bradley, dan keluar dari ruangan itu.
"masakah Maes yang memberitahukannya ? memang, hanya dia satu-satunya yang mengetahui hal ini.."
"Kalian berdua, tahu mengapa kalian dipanggil ke sini ?"
Keduanya menggeleng.
"Mustang, bagaimana dengan anak pertamamu ? sehat ?" tanyanya sambil tersenyum.
"anak dari mana, sir ? anda bercanda ?"
"Hawkeye, bagaimana dengan ruang bawah tanah itu ? Nyaman ?"
"te…tentu, sir."
"baguslah… kau tahu, Mustang… Dulu rumah itu, aku yang merancangnya… dan jangan bertanya aku tahu tentang kalian dari mana, oke."
Roy hanya tercengang-cengang. Karirnya di military akan segera berakhir. Hukuman tentang peraturan fraternization ialah termasuk hukum yang paling berat. Mereka bisa dicabut rankingnya, atau pun malah yang terburuk… ditembak mati.
"kebetulan…." Ia tersenyum lagi. "kau lupa tentang peraturan di militer ?"
roy dan riza hanya menunduk, menanti apa yang akan diputuskan oleh fuhrer mereka.
"begini…. Tenang… jangan gugup dulu. Aku tidak akan mencabut ranking kalian, atau malah mengeluarkan hukuman mati… " tiba-tiba matanya berubah kelihatan seram dan tegas… Seakan Bradley yang lain yang ada di hadapan mereka. "tapi… aku mau anak kuangkat menjadi anakku…Bagaimana ? kuberi waktu satu hari untuk memikirkannya. Besok kembali lagi ke sini, dan bawa anak itu, kalau kalian yakin tidak mau dicabut rankingnya"
Keduanya dengan lesu berjalan keluar dari kantor fuhrer king Bradley.
"roy…. Serahkan salem saja…"
"jangan Riza ! AKu tahu, kau pasti berat sekali menyerahkan anak itu !"
"jangan… aku tidak ingin kau bermasalah karena kecerobohanku…. Ini semua gara-gara kebodohanku…jadi..jadi.." ia mulai terisak. Roy berjalan ke arah pintu dan mengunci pintu kantor, sehingga pada saat itu tidak seorang pun yang melihat mereka, dan Riza dapat menangis sepuasnya.
"jangan bilang seperti itu… setengahnya ialah kesalahanku…. Dan akan kita tanggung berdua…"
"Roy…. Kau mau membuatku bahagia ?"
"tentu.."
"serahkan salem…"
Dengan kata-kata Riza yang tegas, walau di dalamnya tergores kesedihan, roy menyetujuinya. Keesokan harinya, Riza mengecup kening Salem, lalu menyerahkannya pada fuhrer. Sebulan kemudian, Amestris mengadakan pesta atas lahirnya anak fuhrer yang pertama.
Sebenarnya, kedua pasangan ini sudah mulai melupakan masalah Salem, jika tidak ada malam itu.. malam di mana roy kehilangan matanya yang tertembak oleh Archer.
Salem datang membawa sekantong plastic pada ayahnya, namun King Bradley yang tak berhati itu naik pitamnya dan menebaskan pedangnya pada anak itu, di depan ayah kandungnya sendiri, Roy.
Walau Roy berhasil membunuh King Bradley, dan menyelamatkan Salem yang sekarat, sebelah matanya harus dikorbankan… juga memori Salem. Setelah di rumah sakit, tidak sadarkan diri lebih dari 4 bulan, ia tidak dapat mengingat kejadian malam itu… Roy dan Riza pun mengaku sebagai orangtuanya…
Dan memang, beberapa bulan kemudian setelah insiden itu, Roy diangkat menjadi Fuhrer oleh masyarakat setempat karena aksinya memberantas homunculus, juga waktu di perang Ishbar…
Riza ! Kenapa kamu pergi ? Selama ini kita selalu bersama… tapi kenapa sekarang justru kau mengkhianatiku… atau mungkin kali ini aku yang melukai hatimu ?
