-Paper plane-

"Whuuiiiiii….! Kapalku nomor satu lagi !" teriak Roy sambil mengangkat-angkat kapal jagoannya. Bukan kapal sebenarnya… karena dia tidak akan mampu untuk mengangkatnya… juga bukan kapal mainan plastic kecil yang suka digunakan anak-anak, karena ia juga bukan anak-anak….bukan pula kapal selam jeruk bali, karena jelas, ia tidak tertarik pada fisika, termasuk gaya tekan dan kawan-kawan yang membuat kapal tersebut naik-turun.

Jadi kapal apa ?

Lieutenant Hawkeye merasakan darahnya semua naik ke ubun-ubun kepalanya. Urat-urat nadinya sudah keluar sedari ia membuka pintu kantor dan mendengar suara kekanak-kanakan itu. Rasanya, kalau boleh, ia akan segera berlari menuju kolonelnya itu lalu, memarahinya, serta kalau bisa memberinya 10 tembakan peringatan, yang biasanya membuat orang ketakutan dan tidak akan mengulanginya lagi seumur hidupnya. Namun hal itu tidak dilakukannya. Dengan tenang, Lieutenant Hawkeye berjalan ke arah Roy, sambil mengeluarkan senapannya dan menodongkannya langsung ke arah kepalanya itu.

"Sedang apa anda, sir ? tugas anda belum Selesai !"

"Hawkeye ? tertarik bergabung ?" tanyanya sambil mengaduk-aduk air di dalam baskom yang ada.

"tidak, sir, saya justru mau memerintahkan anda untuk membuang baskom ini, beserta kapal-kapal yang kau buat itu.

"aah.. tidak seru ! ini, ayo ikut lomba denganku." Perintahnya seraya menyerahkan selembar kertas padanya. Kemarahan Hawkeye semakin memuncak, melihat kertas yang diberikan oleh roy ialah salah satu dari dokumen yang seharusnya ia tanda tangani.

"sir ! apa yang anda lakukan ! kertas ini seharusnya kan anda tanda tangani !" teriaknya tidak sabar dan akhirnya melepaskan 3 buah tembakan peringatan. "sekarang juga, bereskan tempat ini !"

Keesokan harinya, terlihat kembali Lieutenant hawkeye yang berusaha berkosenterasi menyelesaikan papperworknya, diantara hamburan kertas-kertas yang berterbangan di kantor tersebut.

"sir.. jangan buat kertas kerja jadi pesawat-pesawatan.." tegurnya tanpa memandangnya sekalipun.

"bukan. Aku bawa kertas sendiri dari rumah kok."

Rupanya, napsu benar orang ini untuk main-main di kantornya, mengisi waktu daripada mengerjakan paperworknya yang entah sudah berapa gudang tingginya.

"sir… walau anda membawa kertas dari rumah, namun tidak diizinkan untuk bermain-main di kantor.."

"aah… masa peswat-pesawatan tidak boleh ? kemarin kapal dilarang…. Sekarang pesawat.." rengeknya seperti anak kecil yang terus melipat kertas dan menerbangkannya lagi. "lihat… whuuiii ! jauh juga terbangnya…."

Ah,.. susahnya memberitahu colonel yang kekanak-kanakkan ini…

Riza mendiamkan Roy yang asyik terus melempar pesawat-pesawatnya, ketika salah satu dari kertas tersebut menghantam kepalanya. Ia menengok pada Roy yang tersenyum padanya. Riza membuka pesawat yang diterbangkan itu dan membaca tulisan roy yang sedikit berantakan itu.

Sorry, Riza. Lagi kesel, ya ? dari tadi kelihatannya jutek banget ? sori…Enggak maksud buat ngeganggu kamu dan bikin kamu kesel dengan tingkah lakuku…

Luv u, oke ?

Muka riza memerah membaca kata-kata Roy, apa lagi di baris yang terakhir. Ia memalingkan pandangannya pada superior officernya di seberang sana, namun ia hanya melambai padanya dan tersenyum.

Bodoh sekali… sepertinya ia mulai menyukai bermain pesawat-pesawatan. Ia pun melipat kertas itu dan menerbangkannya kembali ke arah Roy.

luv u juga, Roy my boy..

Keduanya saling melemparkan senyum. Yah… ditengah ketatnya peraturan di military, di tengah orang-orang yang kejam, tak berprikemanusiaan, dingin sebagai es, ternyata ada juga sepasang orang yang masih mempunyai perasaan sebagai manusia...