Chapter 1

Riza hawkeye duduk dengan cemas di depan televisinya. Hari ini ia sama sekali tidak diperbolehkan untuk keluar rumah oleh ayahnya, karena masalah terror kemarin. Padahal menurutnya itu bukanlah sebuah masalah. Security system dengan kamera, infrared, dll dimana-mana sudah cukup baginya. Tapi ayahnya yang keras kepala itu melarangnya keluar sama sekali.

Dari tadi pagi Riza terus mengurung dirinya di kamar. Tentu saja sebagai anak seorang fuhrer di Military, kamar miliknya telah lengkap segala apa yang diinginkannya. Kamar yang berstyle pinkish itu terlihat suram, ketika ia merindukan saat-saat bermain dengan anjingnya di luar, saat ia bisa ikut berkebun dengan beberapa pembantunya…

"haaah…." Kembali Riza mengeluhkan nafasnya lagi. "membosankan…."

Dari tadi pagi ia sudah menelpon semua temannya hingga sekarang ia mati bosan di kamar. Memang tidak ada larangan keluar dari kamarnya… tapi apa lagi yang dapat ia kerjakan ?

"RIZA !" panggil ibunya dari layar communicator. "ke sini sebentar ! Ada hal penting yang harus dibicarakan denganmu !"

Dengan malas Riza keluar dari kamarnya. Sebelumnya, ia sempat berkaca dan menyisir rambut emas panjangnya yang berantakan setelah ia acak-acak karena stress. Dipandangi dirinya di depan cermin. Dress putihnya itu kelihatan sedikit berantakan, sehabis berguling-gulingan di ranjang. Setelah merasa dirinya cukup rapih, ia keluar.

"ada apa ?"

"begini, Riza. Ini menyangkut masalah pengamananmu…" Riza mulai cemberut.

"begini, mulai hari ini, ke mana-mana kau akan ditemani oleh seorang bodyguard."

"Tapi, bukankah sudah cukup banyak bodyguard yang ada di sini !" ia mulai kesal, merasa dirinya dibatasi oleh hal-hal tak berguna.

"bukan begitu… papamu sudah menyewa bodyguard khusus untuk menjagamu. Masih muda, bertalenta, juga kira-kira seumuran denganmu. Jadi kau juga tidak jadi pusat perhatian kalau yang menjagamu bertampang seram. Oke, sayang ?

Riza mengangguk. "setidaknya aku boleh bermain di luar lagi ?"

"ya. Kalau begitu, lebih baik kuperkenalkan saja dengan bodyguardmu." Lalu sang ibu negara itu keluar dan memanggil bodyguard Riza. "hey ! Masuk !"

Seorang lelaki muda menapakkan kakinya ke ruangan itu. Cukup tinggi dengan rambut hitam kelam, mata sipit, dan yang paling penting, berperawakan menarik. Imut-imut. Riza hampir tidak percaya kalau bodyguardnya ialah lelaki sekeren ini, dan tidak untuk dilupakan, kalau Riza- diumurnya yang ke 18 tahun ini, juga masih belum punya pacar satu pun ! Terkadang ia iri melihat temannya, Gracia yang sering hangin' out sama Maes, cowoknya, yang sepertinya mereka sekarang sudah lebih serius. Atau juga iri pada Winry, anak fuhrer tetangga yang walau lebih muda umurnya juga sudah punya Edward.

Riza sedikit berharap kalau tahun inilah saatnya bagi dia untuk punya orang lain yang menyayanginya… lebih dari keluarganya, mungkin.

"Ms. Hawkeye ?" tanyanya.

"eh, iya." Ia tersentak dari bayangannya. "senang berkenalan denganmu…?"

"Roy Mustang, miss." Sapanya dengan sopan, sambil berlutut. Riza jadi salah tingkah.

"ja..jangan begitu formal padaku… Riza Hawkeye." Ia mengulurkan tangannya dan mereka berjabat tangan.

"bagus. Kalau begitu, kalian saling mengenal dulu saja. Aku pergi dulu. Bye-bye sayang !"

Tinggalah dua orang ini di luar.

…. Hening…. Tidak ada satu pun yang membuka suara.

"anoo…. Mr. Mustang, anda umur berapa sekarang ? 15?"

Roy tertawa mendengarnya. "15 ? Boleh juga kalau memang itu kelihatannya…Tapi sepertinya pak fuhrer tak akan memperkejakan anak dibawah umur, kan ?"

"yaa… mungkin saja khusus untuk putri tercintanya ini.."

"Jadi,… aku sudah kelihatan cukup berpotensial ? uumm… maksud saya, apakah saya sudah kelihatan amat hebat sehingga ayah anda memilihku khusus dari yang senior ?" ia menggoda.

Riza hanya tersenyum, lalu melempar bantal padanya. "sudah ah ! Jangan ngomong formal begini… susah !"

"dua puluh satu…"

"Apa ?"

"enggak…. Tidak penting."

"muda sekali… kukira umurmu lebih muda dariku! Hm… satu lagi, jangan panggil aku Ms. Hawkeye. Kelihatannya tua.. panggil Riza saja."

"Kalau begitu, panggil aku juga Roy."

"oke, roy. Sekarang, mau menemani aku berjalan-jalan dengan anjingku ? Kasihan dia dari pagi belum diajak jalan-jalan."

Guk ! GUK !

Black Hayate menggonggong begitu melihat majikannya keluar menyapanya. Anjing bahagia itu mengibas-ngibaskan ekornya dan menjulurkan lidahnya. Riza menepuk-nepuk kepalanya.

"anjing manis…." Ia tersenyum.

"siapa namanya ?"

"Black Hayate. Hey, buruha, dengar, ini teman barumu. Roy mustang. Oke !"

Pertama-tamanya anjing itu sedikit menolak kedatangan Roy, yang dianggap menggangu kekhusukkan hubungannya dengan Riza. Tapi beberapa lama kemudian, Buruha mendapati kalau Roy juga seorang yang baik padanya.

"hmmm….." Riza menggumam, tidak pasti. Ia terus menggummam sendiri selama berjalan-jalan dengan black Hayate.

"kenapa ? Ada yang tidak beres ? bilang aja…"

"cuma bingung aja kok… Gak apa-apa."

"ya sudah…"

hey.. kau bohong kan. Enggak ada apa-apa apanya ? Kau bimbang bagaimana orang ini dapat melindungimu kan ? Memang ia kelihatannya orang baik. Tapi dalam hati kecilmu kau ragu akan kekuatan orang ini, kan ? akui saja… kalau begitu mengapa tidak tanyakan langsung saja padanya ?

Anjing kecil itu berlari-lari di taman sambil mengejar kupu-kupu. Riza mengamatinya sambil duduk di bangku taman, sedangkan roy berdiri di sampinnya.

"kenapa enggak duduk ?"

"kan tugasku menjaga kamu…"

"malah mencolok kalau begitu, bodoh ! ayo duduk.."

"roy, kenapa kamu mau bekerja pada ayahku ? tadinya kamu ada di mana ?" riza memutuskan bertanya itu saja. Padahal banyak lagi pertanyaan di benaknya.

"tidak… hanya keinginanku saja…"

Riza ingin bertanya lebih jauh lagi, namun diganggu oleh kedatangan sahabatnya.

"Riza ! sedang apa di sini ? Eh ?" pandangannya tertuju pada roy yang duduk disampingnya. "rupanya kau sudah memulai langkahmu juga, ya ? selamat deh…selamat…."

"ah..eh..um… bukan! Bukan begitu…dia…eh… bodyguardku….kau sudah dengar tentang terror itu kan…"

"ya…. Oh.. baiklah. Ya sudah, aku tidak mau menggangu waktu kalian. Bye !"

"kalau begitu, sepertinya memang sudah sore… kita harus pulang."

Roy berdiri dari bangkunya, begitu pula Riza. Ia merenggangkan badannya sebentar sebelum memanggil Black Hayate kembali.

Mereka berjalan melalui taman, dimana banyak anak-anak sering bermain di sana. Beberapa anak terlihat sedang bermain lempar-lemparan, ketika salah satu batu yang mereka lempar meleset dan terlontar ke arah Riza.

"AWAS !" teriak Roy, namun Riza tak sempat lagi menghindar. Dengan segera cowok itu menjentikkan jarinya. Api besar keluar dan membakar batu itu, hingga habis menjadi seperti meteor.

Riza yang melihat kejadian itu hanya dapat terpaku dalam terkesimaannya akan kehebatan Roy yang tadinya ia ragukan. Sekarang ia percaya. Ia percaya sepenuhnya pada orang yang ada di sampingnya itu.