Chapter 2
Roy mengantar Riza sampai ke depan kamarnya, lalu mengucapkan sedikit selamat tinggal. Riza melempar dirinya ke atas ranjang empuknya itu. Tak disangka hari ini menjadi hari yang amat menyenangkan baginya. Roy amat baik, dan ia senang bisa berada dengannya. Ia tidak perlu takut lagi soal terror itu, dan ia juga tidak peduli lagi. Akhirnya setelah kecapekan, ia tertidur dengan lelapnya…
"Mama, hari ini bolehkah aku pergi ke taman ria ?" tanya Riza sambil mengaduk-aduk susu yang ada di depannya. "Aku mau mengajak Gracia dan Maes"
"Boleh… jangan lupa ajak bodyguardmu, ya.."
"oke !"
Setelah sarapan pagi yang mewah itu, Riza segera kembali ke kamarnya dan menekan nomor Gracia.
"Hey, Gracia ! Tebak apa !" suaranya bersemangat.
"ya ? Kau baru dapat pacar ?"
Blushed. "bu..bukan… Mamaku memperbolehkan kita hari ini jalan-jalan di taman ria, walaupun masih ada sedikit desas-desus terror itu."
"tunggu sebentar…. Oke. Kalau begitu, kau menjemputku jam berapa ?"
"jam 9 pagi saja. Jangan lupa ajak Maes !
"iya lah… dia yang paling antusias kalau jalan-jalan."
"dan satu lagi… sembunyikan kameranya."
"bisa ? Dia orang yang punya kamera tersembunyi di setiap lengan bajunya !"
Keduanya tertawa terbahak-bahak. "itu maes yang kita kenal !"
"Riza !" Suara dari luar memanggil.
"hey… itu Roy. Ya sudah, ya… kujemput di rumahmu jam 9. Bye !"
riza segera keluar dari kamarnya setelah menutup telpon. Roy di luar telah siap menjaganya sepanjang hari lagi.
"Riza… manis sekali !" puji Gracia. Hari itu, riza memakai hot pants, yang benar-benar pendek, dengan kau tanktop berwarna putih. Topi biru muda, dengan serasi menghiasi kepalanya.
"Gracia, jangan memuji. Sudah ah. Ayo, jalan !"
tapi memang, saat itu Roy sempat blushed sedikit melihat Riza yang lumayan hot, namun ia menutupinya.
"saya menunggu saja di sini. Nanti kalau kalian berempat sudah Selesai, telpon saya, oke ?" sopir mereka, Sebastian.
-----
"hey, roy… bagaimana dengan merry go round ? Sepertinya belum banyak antrian…" usul Maes.
"umm… pikir-pikir dulu, ya…"
"iya… kayaknya enak…" Riza juga mengiyakan.
"yaa…ya sudah…." Roy sedikit tidak yakin.
Akhirnya mereka semua naik. Mereka berempat memilih kursi yang berhadapan, daripada kuda. Setelah turun dari wahana ini, satu dari mereka kelihatannya tidak sehat.
"hey, roy ? kenapa ? tidak enak badan ?"
"Uuuggh…." Kepalanya berputar-putar. Ia anti sekali naik merry go round sejak dia masih kecil… tapi .. yah, terpaksalah hari ini dia naik, dan akhirnya seperti ini. Kepalanya pusing, berputar-putar…. Sungguh menyedihkan…
"tidak.. hanya sedikit… alergi.. naik.. merry… go round…"
Ketiga orang itu tertawa, melihat roy yang sepertinya hebat, ternyata alergi pada mainan anak kecil. Mereka masih tertawa, ketika ledakan keras terdengar di sayap timur taman bermain.
"ada bom di jet coaster !" kira-kira begitulah inti dari teriakan orang-orang.
"oh apa yang ada di sini ? putri president ?" tanya seseorang dari dalam asap yang masih mengepul.
"Kalian bertiga mundur ! biarkan aku saja yang maju..!" perintah Roy sambil menyiapkan sarung tangannya.
"oh ? Rupanya ada pengawal kecil yang mau dijadikan korban hiburan dulu ? menyenangkan…."
Secepat kilat orang itu menyerang dengan samurai panjang yang ada padanya. Roy menjentikkan jarinya sambil menghindar. Lumayan cepat. Orang itu dapat menghindar dari seranganapi roy. Hanya saja, jas hitamnya terbakar. Ia melempar jasnya ke atas, lalu menghuskan samurainya, menyobek-nyobek jasnya itu dalam hitungan seperseribu detik.
"roy ! hati-hati !" teriak Riza dari belakang, memperhatikannya sedang bertarung. Semua orang rata-rata sudah meninggalkan tempat itu karena bom yang ada. Tidak ada yang memperhatikan mereka.
"lihat saja putri fuhrer di situ baik-baik... pengawalmu ini akan mati perlahan-lahan di tanganku…"
Kembali orang bertopeng itu menyerang, roy pun bersiap dengan apinya. Secepat kilat ia telah berada di belakang roy, dan ia terlambat mengeluarkan api. Pisau tajam mencabik bajunya, nyaris mengenai kulitnya. Namun ia terhempas jauh ke tanah.
" $&$ !" ia memaki, sambil mengelap darah mengalir dari bibirnya.
"hanya seperti itu ! Lemah sekali ? Yakin kau bisa menjaga putri fuhrer eh ! jaga aja tuh babi di kandang ! hahahahaaa !" tawanya mengelegar.
Roy berusaha berdiri dengan kakinya. "kurang ajar…."
"Mau lagi, bocah ! sini kulayani ! lumayan untuk pembukaan !"
ia menyerang sekali lagi, namun kali ini roy lebih cepat. Ia meninju orang itu dan sambil satu tangannya lagi menciptakan api. Api keluar dan membakar hangus topengnya. Samurainya pun terlempar.
"SEBASTIAN !" keempat dari mereka terperanjat.
"ya……." Jawabnya singkat, lalu secepat kilat ia mengambil Riza, menekan lehernya dengan lengannya "bodoh sekali kalian tidak awas… dengar, kau bocah api… tanggalkan sarung tanganmu, dan berbaliklah lalu pulang. kalau kau menyerang, api mu juga akan segera membakar tuanmu dan aku hidup-hidup… kau pilih yang mana ?"
"JANGAN MAU ROY ! BIARKAN SAJA AKU !" teriak Riza.
Roy dalam kebimbangan. Ia bingung harus bagaimana. "kau menang…"
Ia melepaskan sarung tangannya, lalu mengangkat kedua tangannya. "sekarang juga lepaskan Riza !"
Sambil membawa Riza, ia berjalan perlahan-lahan mengambil samurainya yang terlempar. "Tunggu 1000 tahun lagi baru kau dapat memerintahkan ku seperti itu ! Bwahahahahaha !"
Ia mengambil samurainya dan hendak mengibaskannya pada riza, ketika tanah pijakan tempat ia berdiri bergetar dan menjadi tonjolan-tonjolan segitiga yang runcing. Sebastian melepaskan riza, ketika ia mencoba mempertahankan keseimbangan tubuhnya. Samurainya pun terlepas dari genggamannya.
"jangan anggap remeh kami para alchemist… tanpa sarung tangan pun aku masih bisa membuat proses transmutasi yang lain…"
roy membuat gambar lingkaran dengan ujung batu yang ditemukannya. Secepat kilat kilat ia mengambil sarung tangannya, berlari sambil memakainya lalu mengeluarkan api, membakar Sebastian hingga hitam.
"urusanku sampai di sini saja.. kalau mau bermain lebih serius, aku sudah memanggangmu hingga habis. Tapi untung kau akan diserahkan pada pihak yang berwenang…" matanya tajam menatap pegawai yang menyamar itu. "ingat… jangan pernah mau menyulut kemarahan sang Flame Alchemist… ingat itu.. "
Tepat beberapa menit kemudian, Maes dan Gracia telah kembali dengan sejumlah polisi datang untuk mengamankan tempat tersebut. Sebastian ditangkap dan dibawa untuk disidang.
"wow.. kerja yang bagus !" puji Maes padanya.
"tentu."
Roy berjalan ke arah Riza, lalu memberikan tangannya. "bisa berdiri ?"
Gadis itu menangguk, "terima kasih…"
Gracia menghela nafasnya. "akhirnya hari ini jadi hari yang panjang.. tak kusangka kalau terror itu ternyata betulan... dan memang benar, dia menyamar menjadi orang dalam… benar-benar berbahaya…"
"Kita pulang bagaimana ?" tiba-tiba maes bertanya.
"Oh iya !" Riza menepuk dahinya. Bodoh sekali, yang mengantar mereka sudah digiring ke polisi.
"boleh aku yang setir ?" tanya Maes pada Gracia.
"oh.. tidak sayang ! Hidup kita bisa berada di ujung tanduk lagi untuk kedua kalinya!"
Akhirnya, diputuskan Gracia lah yang menyetir mereka pulang. Sebab, riza dan Roy keduanya dalam keadaan lelah, sedangkan Maes, ia sudah 24 kali gagal dalam ujian mengendarai mobil…
Mereka sudah lega akan terror itu… tapi sebenarnya mereka tidak tahu… kalau terror yang sebenarnya masih menghantui mereka… dan ada dekat sekali dengan mereka…
A/n : well… kelihatannya sudah Selesai. Tapi masih panjang, dan aku merencanakan untuk membuat part 2 nya juga, oh iya, tidak lupa pula, aku mau bilang terima kasih buat yang udah nge-reviews.. thx berat !
