Chapter 9
Sudah beberapa bulan Riza tinggal di rumah Roy, dan menjalani kehidupan sebagai ibu rumah tangga. Ia mulai terbiasa dengan keadaan di sana, dan ia juga mulai hafal tata letak rumah itu, walau terkadang ia juga masih pernah satu dua kali hilang arah. Seperti biasa, hari-harinya ia isi dengan membaca buku, membersihkan rumah, menemani black Hayate jalan-jalan sambil terkadang berbelanja di kota.
"sore honey !" teriak roy dari bawah. Rupanya ia sudah pulang. Riza segera menaruh buku yang sedang dibawanya, lalu ia turun ke bawah perlahan-lahan, menyambut roynya yang baru pulang itu.
"bagaimana keadaan malaikat kecilku, huh ?" tanyanya sambil mengelus perut Riza yang semakin membesar itu.
"oh ! Dia nakal sekali. Dari pagi ia menendang-nendang terus… sama seperti ayahnya…"
"heh ! ya.. itu anakku ! hahaha ! " ia tertawa lebar. "hm…hun, kau sudah buat makan malam ?"
"belum, mengapa ?"
"hari ini kita dinner diluar aja yuk ! Itung-itung sudah lama kita enggak keluar bareng…"
"oke… kalau begitu kau cepat mandi sana !"
Roy memberikan riza wajah cemberut. "um.. hun, bolehkah aku mandi pulang nanti saja…? Ya..?"
Riza tidak menjawab, namun hanya memberikan senyuman misterius padanya, namun beberapa detik kemudian, ia sudah menyerangnya dengan beribu kelitikan di perutnya.
"oke ! Oke ! stop Riza ! stop!" Roy hampir mati kehabisan nafas tidak tahan menahan tawanya itu. "riza ! oke ! Oke ! aku mandi sekarang !" teriaknya sambil berguling-guling di atas karpet cokelat yang terbentang di seluruh ruangan itu.
"cepat ! kalau tidak…." Seringaian kembali menghiasi wajahnya.
"oke…oke…"
---------------
Restauran eastern du' cafee terletak di jauh dari tengah kota, dengan gaya eropa yang klasik. Di dalamnya rata-rata semua hanya terdiri dari meja yang berbangku dua orang, dan diberi pencahayaan oleh lilin-lilin, membuat suasana semakin romantis. Roy telah memesan meja sebelumnya, dan tempat mereka ialah diatas balkon di lantai dua restauran itu.
"wow….pemandangan dari sini bagus juga, ya…" ujar riza sambil memandang ke luar dari balkonnya.
"riza.. malam ini kau cantik sekali…" ya. Memang. Gadis itu memakai gaun putih bertali V, berhiaskan bunga-bunga putih pula dibawahnya. Ia memakai bandana putih dengan pita putih pula di atasnya.
"thanks roy." Lalu ia kembali ke kursinya dan mereka memesan makanan mereka. Banyak percakapan yang terjadi saat mereka makan. Setelah mereka selesai, Riza meninggalkan tempat duduknya dan kembali lagi ke balkon itu.
"kau suka pemandangannya ?" tanya Roy tiba-tiba dari belakang, menyusulnya ke balkon.
Riza mengangguk. Sudah lama sejak terakhir ia pergi ke Liesenburgh, ia tidak pernah menikmati pemandangan seperti ini. Langit di atasnya bersih tanpa awan, memperlihatkan bintang-bintang bercahaya yang menerangi malam itu. angin yang bertiup sepoi-sepoi itu menerbangkan rambut Riza dan tampaknya ia tidak perduli.
Roy menyelipkan lengannya di pinggang riza. "hey… kapan terakhir kali aku bilang aku sayang kamu ?"
Riza tampak dibingungkan oleh pertanyaan Roy. Roy tidak ambil pusing soal kebingungan riza dan sebagainya. Ia mengambil tangan Riza dan mengeluarkan sebuah kotak kecil dari saku tuxedonya. Ia menyelipkan benda kecil di jari manis Riza.
"lihat… sepertinya pas di jarimu…"
Riza tampak tak percaya melihat sebuah cincin berlian manis terpasang di jari manisnya.
"riza… menikahlah denganku…" Riza terperanjat akan kata-kata roy malam itu. Matanya memancarkan sinar kepastian. Ia yakin ia tidak pernah mengalami saat yang lebih bahagia dari saat itu. Tak sadar, matanya basah. Mulutnya bingung harus berkata apa. Namun, saat itu juga ia melompat ke arahnya dan memeluknya dengan erat. "pasti roy ! pasti !"
----------------
Upacara pernikahan mereka diselenggarakan di sebuah gereja kecil dan mereka tidak mengundang banyak orang. Riza pun tidak mengundang orang tuanya, mengingat mereka masih tetap menjadi kepala negara, dan ia tidak mau berita ini tersebar luas. Mengingat masih gencarnya ayahnya mencari dirinya. Yang hadir saat itu hanyalah beberapa rekan kerja roy seperti Farman, Brenda, Fuerry, Havoc, ross, schiezka dan Brosch. Kerabat Riza yang datang saat itu mungkin hanya Hughes dan Gracia.
Pertama kali juga mereka kaget, kalau riza, anak fuhrer yang sedang dicari itu ternyata ada bersama Roy. Tapi setelah melihat bahagianya kedua orang ini, terlebih lagi kedatangan si kecil mereka yang tidak lama lagi, mereka berjanji tidak akan memberitahukannya pada military.
-----------
roy tersenyum puas setelah pesta tersebut berakhir. Ia menggiring riza dengan baju pengantinnya itu ke kamar mereka.
"riza… sekarang kau jadi Riza… Mustang…"
