Chapter 14
Roy terbangun pagi itu dengan wangi yang menusuk hidungnya. Ketika kelopak matanya membuka, disadarinya, Riza telah ada di hadapannya, dengan membawa junior yang bergelantungan di tangan kirinya dan sebuah nampan makanan di tangan kanannya.
Ia menatap mereka tak percaya. Hey… aku bukan birthday boy hari ini, kan ? ulangtahunku masih lama…pikirnya polos. Ia hanya tercengang di ranjanganya, masih dengan piyama, menunggu Riza menjelaskan semua ini.
"Happy first father's day !"
Ah… benar. Hari ini hari ayah. Pertama kali dalam hidupnya ia merayakan bagaimana rasanya menjadi ayah atas seorang putra,bersama istri yang paling dicintainya. Ya… selama ini ia selalu lupa bahwa ia telah menjadi seorang ayah. Ia berhak merayakan hari ayah !
"papa ! kado !" teriak Roy junior sambil memberikannya sekotak hadiah dengan tangannya yang mungil. "buka ! buka !"
roy tersenyum. Tidak ada hari lain sebaik hari ini. "oke… mari kita lihat…." Ia merobek perlahan kertas kado berwarna biru tua dengan salur-salur biru muda itu, dan didalamnya ia mendapatkan sebuah pendant silver berukiran api, yang tergores tulisan RR 070621
"waah…. Beli di mana nih ? ada tanggal lahir junior lagi…"
"hehe.. ra-ha-si-a !"
Pendant itu ia minta pamannya, yang juga seorang alchemist, khusus buatkan. Tidak mungkin ada toko lain yang menjualnya. Sebagai equivalent tradenya, ia menceritakan kejadian sebenarnya antara ia dan Roy padanya.
"hey, Roy, cepat mandi. Nanti kalau tamunya datang, dan kau baru bangun tidur, kan enggak lucu…." Riza memerintahkannya, sambil membuka gorden dan jendela agar sinar matahari masuk ke kamar mereka. "ayo ! junior saja sudah fresh"
"tamu ?"
"ya… kita akan buat pesta. Waktu pertama kali hari ayah untuk Maes, Gracia juga mengadakan pesta..."
Roy berbisik pelan dalam nafasnya. "memalukan…."
"apa ?"
"tidak… tapi aku bangga kok… rasanya benar-benar menjadi seorang ayah" ia tersenyum sambil menggendong Junior dan mengambil handuk, lalu menyuruh junior duduk di atas ranjang. "sangat bangga…" desisnya kecil, seraya ia masuk ke dalam kamar mandi dan menutup pintu.
---
Alunan musik, makanan lezat yang menggoda, canda tawa, tangisan anak kecil yang terjatuh….semuanya memenuhi kediaman Mustang. Riza sedang tertawa-tawa berbicara dengan gracia dan Ross. Roy bersama bawahannya dan mertuanya duduk di sofa, bermain catur sambil sesekali meneguk bir dan membuat taruhan-taruhan. Junior, dan beberapa anak lainnya sedang asyik bermain acara minum teh di kamarnya, lalu dilanjutkan dengan main salon-salonan bersama anak perempuan lainnya.
Roy menatap ke seluruh ruangan. Amat ramai sekali. Ia melihat Rizanya, lalu berdiri dari tempat duduknya. "aku…ada perlu sebentar."
"jangan lama-lama, ya ! Nanti keburu giliranmu kulewati !" kata Mr. Hawkeye sambil menatap pion-pion caturnya.
Roy mengangguk. Ia mendatangi Riza dan menariknya sebentar. "riz… thanks buat pestanya, ya… "
"kenapa bilang sekarang ?"
Roy tertawa. "Tadi aku entah kenapa merasa bahagia sekali…merasakan kalau aku dihargai…yah…semacam begitu…"
Riza tersenyum, mengalungkan kedua tangannya di leher Roy. Mereka memajukan wajah mereka dan menguncinya dalam sebuah ciuman yang hangat dan lama. "I Love you, Roy…"
"me too….". Keduanya terdiam sesaat, hanya menikmati kegiatan menatap wajah satu sama lain.
"Sebenarnya…" Riza mendekatkan dirinya ke telinga Roy. "aku punya hadiah lain untukmu…"
"apa ?"
"tebak." Bisiknya sambil tersenyum dan menyentil ujung hidung Roy.
"Hmm? Apa itu….untuk nanti malam ?" tanyanya nakal sambil mengedipkan matanya. "malam yang special ?"
"bukan…itu hal lainnya.."
"lalu ?"
"sudahlah…" Riza terlihat kesal lalu berbalik dan meninggalkan dirinya. "pikirkan saja sendiri, bodoh !"
Lha ! Kenapa sekarang dia yang marah ? Wanita memang sangat aneh… Pikir Roy sambil kembali lagi ke posisi semulanya. Ternyata Mr. Hawkeye telah memakan ratunya. Lelaki tua itu menunggu kedatangannya sambil menyeringai lebar.
"hey..semua lihat kalau dia tidak berbuat curang, kan ?"
"tidak…"
"sial…" roy menjalankan kudanya, namun setelah itu permainan selesai, check mate. Roy kalah.
"ada masalah ?" tanya mertuanya padanya. "permainanmu tidak sebaik biasanya…seharusnya kau bisa kalah lebih lama dari ini…"
"tidak…" ia berbohong, namun pancaran matanya bisa ditebak.
"ah…pasti masalah dengan anak perempuanku ?"
Pria tua itu pandai sekali.. Apakah ini yang namanya telepathi antara ayah dan anak ? Roy mengangguk. "dia…sedikit aneh…Pertama-tama dia menciumku dan sekarang dia kesal padaku…."
Fuhrer mereka tertawa dengan keras. "Roy ! Roy ! Kau ini memang seorang suami yang baru, ya ! Benar-benar, deh ! baru berapa lama, sih kamu mengenal wanita ?" Ia tertawa lagi. Roy melemparkan tatapan bingung padanya. "tapi aku bangga padamu, nak…"
Roy tidak mengerti. Lelaki itu malah pergi meninggalkannya, lalu mengajak istrinya pulang. "kami pulang dulu, ya…"
Mrs. Hawkeye mengecup anaknya itu, lalu pamit pulang juga. Sebelum pulang, Mr. Hawkeye membisikkan sesuatu padanya. "Roy, coba perhatikan dirinya lagi…ia ingin kau memahaminya…"
"baik, sir"
"bagus…"
riza menatapnya, namun roy hanya tersenyum nakal, "urusan laki-laki…"
---
Malamnya, setelah roy membantu Riza membereskan rumah mereka (yang berantakannya lebih dari kapal pecah), mereka membawa Junior tidur ke kamarnya dan memberikan kecupan selamat malam. Roy mini itu tertidur lelap sekali setelah seharian bermain-main dengan teman-temannya. Roy mengajak Riza ke kamar, dan bersiap-siap segera tidur.
"Hey, hun…." Panggilnya pelan di bawah selimut. Riza yang sedang duduk di meja rias, menyisir rambutnya, menoleh padanya. "eh…uh…ini soal hadiahmu tadi…"
"oh…lupakan.."
Roy menyibak selimutnya, lalu bangkit dari tempat tidur mereka. Ia berjalan ke arah Riza dan memeluknya dari belakang.
"kenapa tidak bilang ?" tanyanya lembut sambil menaruh kepala riza dibawah dagunya. Ia mengecup dahinya pelan berkali-kali.
"tidak bilang ?"
"sudah berapa lama ?"
Riza mulai tersenyum. "kau sudah tahu ?"
"diberi petunjuk dari ayahmu…"
"kira-kira satu bulan yang lalu… Tapi ingin kuberi kejutan untuk hari ini…"
"kalau begitu, tahun depan aku akan merayakan hari ayah pertama untuk anak keduaku, dong…." Riza mengangguk dan tersenyum, kemudian, ia merasakan badannya seolah melayang, yang ternyata telah di gendong Roy ke ranjang.
"kenapa tidak bilang langsung, sih ?" tanyanya sambil mengecupnya lagi. "hm?hmmm?"
"Nakal !"
"tidak…aku ingin bonus yang kau bilang tadi…"
Riza mencubit pipinya. "tunggu anak ini lahir, oke.."
"akh…keburu ubanan dulu dong…"
Riza tersenyum, memeluk roy erat lalu tertidur dalam dekapannya. Tidak ada yang lebih membahagiakannya selain berada dekat seperti ini dengan orang yang paling ia cintai… Ia ingin hal ini akan terus berlangsung…selamanya…
TBC
a/n : whoa… lama sekali aku buat ini….dan rasanya sedikit susah…otakku tidak bisa berpikir dengan benar ! Tapi, chapter 15 gak akan lama-lama karena aku sudah buat dari dulluu banget. Hehe…reviews, ya !
