Chapter 18

Sudah hampir sebulan setelah kepergian Roy dari rumah ini…. Sedang apa dia di sana ? apakah dia masih bertahan ?... tidak. Tentu saja ia masih hidup..ia sudah janji….Roy… aku rindu sekali…

Riza menatap kosong ke arah luar jendela. Bayangan lampu natal yang bekedap-kedip terpantul di jendelanya. Terlihat bayangan samar junior yang sedang berada di bawah pohon natal, mengaggumi pohon besar itu.

Anak laki-laki kecil itu memperhatikan mamanya yang belakangan ini terlihat suka merenung sendirian. Ia meninggalkan pohon natal dan berjalan ke arahnya, menarik pelan ujung bajunya. Junior memberikan tatapan memelas pada Riza, lalu di sambut dengan tangan lembut mamanya yang membelai rambut hitam tiruan ayahnya.

"Mama…" panggilnya pelan. "mama mikirin papa ?"

"tidak...Papamu pasti sedang melakukan yang terbaik di medan perang.. jadi tidak perlu khawatir, oke ?" Riza memaksakan senyumnya. Junior menatapnya dengan penuh curiga. Walau ia masih kecil, tapi ia bisa merasakan mamanya yang kian hari semakin kurus, memikirkan papanya yang sedang pergi. "Junior main lagi sama Elycia dan Hayate, ya… Mama mau siap-siap untuk christmast eve nanti malam…"

Junior mengangguk cepat. Pokoknya selama papanya pergi, ia sudah berjanji untuk menjadi anak yang baik. Ia akan menuruti apa pun perintah mamanya dan membuat mamanya senang, supaya ketika papanya kembali, ia akan bangga akan dirinya.

Cepat-cepat ia kembali ke kamar bermainnya, tidak lupa ia mampir dulu ke kamarnya, mengambil beberapa buku yang tadi malam ia baca.

Kamar yang penuh dengan boneka teddy bear yang besar, pesawat-pesawatan dan kereta beserta rel dan maketnya, kardus-kardus besar yang isinya tak terkirakan lagi. Di tengah-tengah ruangan, di atas tikar puzzle bergambarkan alphabet secara acak yang berwarna cerah itu, Elycia sedang tertawa ketika Black Hayate mengusap-usapkan hidungnya ke pipinya. Junior masuk perlahan, melepaskan sandalnya dengan rapih lalu menaruh bukunya di sampingnya.

"ini, Elycia…" katanya bersemangat, mulai membuka buku besar yang isinya gambar-gambar itu. "aku mau memperlihatkanmu ini…"

Elycia segera meninggalkan black Hayate yang kemudian menggonggong senang dan mengikutinya, kemudian mendekat ke Junior melihat buku bergambar itu.

"Lihat ! Ini foto mamaku dan papaku dulu…" katanya menunjukkan foto pernikahan mereka. "Papaku gagah sekali kan dengan jas hitam itu !" Mulailah si kecil Mustang ini membanggakan orang tuanya. Entah mendapatkan sedikit pengaruh dari Maes, kebiasaannya sekarang ialah memamerkan orang tuanya.

"huah.." Elycia terkejut. "cantik sekali…. Bajunya bagus sekali.." ia menunjuk ke arah Riza yang sedang tersenyum memegang buket bungat. "nanti kalau aku sudah besar, aku akan mengenakan baju seperti itu, kan !"

"hmph !" Junior menahan tawanya. "itu kalau ada orang yang mau menikah denganmu !" ia tertawa lagi. "Mana ada orang yang mau dengan gadis yang hobinya main masak-masakkan dan suster-susteran ?"

"lihat saja !" Elycia menaruh kedua tangannya di dadanya. "nanti kalau sudah besar, aku pasti akan menikah dengan papaku !"

Tawa junior semakin meledak. "papamu itu punya mamamu ! Tidak mungkin dia mau denganmu ! apalagi yang suka cengeng dan ngompol kalau malam-malam !" tambahnya lagi, "Weeeksss !"

"Tante Rizaaa !" teriaknya keras-keras supaya Riza mendengarnya. Sudah pasti ia akan mengadukan Junior pada mamanya dan habis sudah dia dimarahi. Cepat-cepat junior dorong Elycia dan menutup mulutnya dengan tangannya.

"bodoh ! aku minta maaf !" katanya cepat. "aku juga masih suka ngompol kalau malam-malam dan mamaku suka marah karena itu !" mukanya memerah setelah mendengar apa yang tadi ia katakan.

"Weeeeeeksss ! Udah gede masih ngompol ! " gadis itu menarik matanya dan memeletkan lidahnya. "sukurin !"

Tak lama kemudian, dasar anak-anak, mereka sudah akrab kembali, melihat album foto itu. Roy selalu berhenti ketika melihat papanya berfoto dengan medalinya di kemiliteran. Ia mengagumi baju biru gagah itu, berdiri dengan jam perak alchemist… Papanya harus segera pulang ! Ia tidak sabar untuk belajar mengeluarkan api setelah dasar alchemy yang diketahuinya.

Halaman demi halaman terus mereka buka hingga akhir dari buku itu. Junior meletakan albumnya di samping pintu lalu mulai mengajak Hayate bermain-main dengan bola dan tulang-tulangan. Elycia ditinggalkan begitu saja. Gadis kecil itu sekarang sudah merasa bosan. Tiba-tiba, seperti ayahnya, ide jahat menyelinap di otaknya.

"Hayate ! Junior ! ayo main permainan yang asyik !"

"hmm !"

---

Riza telah selesai memanggang kue untuk snack mereka nanti malam. Meja besar itu sudah ditata dengan rapih, penuh dengan makanan menjulur dari kanan ke kiri meja. Seluruh ruangan dihias dengan pita merah dan hijau, mencerminkan suasana natal yang amat kental. Gracia tadi datang untuk membantunya membereskan rumah. Nanti malam mereka akan mengundang beberapa kerabat mereka seperti Elric bersaudara dan Winry. Ross dan schiezka juga datang lebih pagi untuk membantu.

Segalanya sudah siap. Sekarang tinggal anak-anak… Tunggu. Bicara soal anak-anak...tumben sekali mereka bisa akrab tanpa mengeluarkan suara bertengkar sekalipun….atau mungkin karena saking berisiknya dapur sehinga suara mereka tidak terdengar,ya !

"Gracia, tolong kau lihat supnya ! aku mau menyuruh Elycia dan Junior ganti baju dulu !"

"iya.."

Riza merasakan feeling yang tidak enak ketika mendengar suara gaduh dan teriakan anak dari kamar mereka. Ingin rasanya segera berlari, namun karena usia kandungannya sudah cukup tua, ia tidak berani. Pelan-pelan ia naik tangga itu dan berjalan ke kamar mereka. Hampir wanita itu jatuh shock melihat apa yang ia lihat ketika membuka pintu kamar bermain junior.

Anak laki-lakinya dengan lipstick dan bedak tebal, rambutnya yang dijepit dengan jepitan jemuran dan dikuncir 5 oleh Elycia. Junior mengenakan babydollnya yang berenda-renda itu, namun tetap saja baju itu tenggelam untuknya sehingga ditalikan dengan tali raffia oleh elycia.

Gadis kecil itu sendiri, dengan make up yang hancur berantakan, mengenakan handuk besar yang sebagai mantel dan handuk kecil untuk scarfnya. Itu belum seberapa karena ada satu yang lebih parah lagi.

Hayate, yang kelihatannya ingin menangis itu, namun tidak bisa, didandani dengan lipstick, bulunya diikat banyak lalu diberi pita dan ekornya dikepang.

"JUNIOR ! ELYCIA ! ada yang bisa menjelaskan apa yang terjadi di sini !" teriaknya ketika melihat anak-anak plus makhluk kecil tak berdaya itu, beserta ruangan yang hancur.

"uh…ka..kami main salon-salonan… ini idenya Elycia ! Dia yang salah !"

sekarang gadis kecil itu mulai menangis. "ma..maaf tante riza… so..soalnya.. junior cuma main sama Hayate…Elycia sendirian…"

"huh ! kayak begitu saja sudah nangis !" ejek roy kesal, membuat Elycia semakin terisak.

"JU-NI-OR !" teriaknya keras. Ia berhenti menyalahkan dan menunduk. Riza menghela nafasnya panjang, lalu menurunkan tangannya yang dari tadi sudah berkacak di pinggang. "ya sudah. Ayo cepat, kalian berdua mandi. Sebelum ada tamu yang datang dan menertawai kalian !"

"ba..baik…" cepat-cepat tanpa bicara keduanya keluar dari ruangan menuju kamar mandi, walau sempat bertengkar siapa yang mau mandi duluan. Toh, akhirnya Riza memandikan mereka berdua sekaligus karena tidak ada waktu lagi. Dasar anak-anak... (stop that perverted mind ! Mereka cuma anak berumur 4 dan 5 tahun…!)

Elycia, Junior dan Riza turun, sudah rapih. Elycia dengan dress berwarna pink (yang diejek oleh Junior karena warnanya mencolok mata walaupun sebenarnya dalam hati ia menyukai dress itu) dan Junior dengan kaus putih dan kemeja merah, dengan celana baggy jeans yang kelihatannya kebesaran untuknya.

Gracia sempat bertanya apa ada masalah karena ia mendengar ada sedikit teriakan, namun Riza hanya menggeleng dan menjawab kalau itu hanyalah … perdebatan anak-anak.. wanita itu pun percaya, lalu menyarankan untuk memulai makan-makan mereka karena Winry dan lainnya sudah datang.

Ting…Tong…

Bunyi bel mengganggu mereka yang baru saja hendak mulai makan. Riza berlari ke depan, membukakannya, hanya untuk dikejutkan oleh dua orang sosok…yang tidak ia bayangkan untuk datang. Mukanya menjadi lebih cerah lalu memeluk kedua orang itu.

"Mama ! Papa ! ayo, masuk ! Mumpung kita baru saja mau memulai pesta natalnya…"

Mr. Hawkeye tersenyum melihat anaknya itu. "hm… kami ini seperti orang tak diundang, ya.."

"tidak ! Junior pasti senang sekali melihat kakeknya datang !"

Mrs. Hawkeye memperhatikan Riza lalu menunjuk ke arah perutnya. "Riza ? Sudah berapa lama ?"

Wanita itu hanya tersenyum. "delapan bulan lebih… sebentar lagi mungkin akan lahir…dan…" kelihatannya ia mulai sedih. "mungkin Roy belum pulang saat dia lahir.."

Papanya turut prihatin. Ia baru tahu kepergian Roy ke medan perang, sehari setelah tentara-tentara itu dikirim ke sana. Sampai sekarang masih belum ada berita, namun sudah terlihat tanda-tanda kemenangan Amestris, yang artinya anak mantunya ini pasti pulang dengan selamat. "maaf, Riza… aku telat bergerak untuk menghalangi Gran…"

"tidak apa-apa.." Riza memaksakan senyumannya. "ayo, kita bersenang-senang di hari natal ini…"

Pesta pun dimulai. Acara makan-makan yang menyenangkan, termasuk mengolok-olok Edward, menjodohkan Maria dan Denny juga Edward dan Winry. Junior makan secepat mungkin lalu berdiam menunggu kakeknya bercerita tentang cerita patriotic ayahnya yang masih dalam seri bersambung itu. Setelah selesai, Edward menyalakan musik, lalu beberapa dari mereka ada yang berdansa (walau pasangannya kocak, seperti Al dengan Elycia, winry dengan Schiezka, lalu diserobot oleh Edward, dan lain-lain)

Ting…Tong..

Bunyi bel sekali lagi mengganggu mereka. Beberapa wanita, termasuk Riza, sedang membantu mencuci piring di belakang, sambil keluar masuk dapur menghidangkan kue-kue kering dan dessert sebagai penutup.

"Junior ! buka pintunya !" perintah Riza dari dapur.

"biar aku saja !" Ayah Riza menawarkan dirinya, namun Riza menolak dan menyuruh Junior agar mandiri.

Junior membukakan pintu untuk orang yang tidak ia kenal sama sekali. Lelaki kurus berbaju biru itu menanyakan mamanya, sehingga lelaki kecil itu berlari masuk lagi menemui mamanya.

"Untukku ? siapa yang malam-malam begini mau datang ?" dengan penuh tanda tanya Riza meninggalkan cuciannya dan pergi menemuinya.

"maaf….anda, siapa ?"

Lelaki itu tidak menjawab. Walau telah disuruh masuk, ia tetap bersikeras untuk bicara di depan pintu, lalu ia menyerahkan sebuah bungkusan pada Riza tanpa bicara sedikit pun.

"itu…hadiah natal dari colonel Mustang untuk anaknya….sementara ini.." ia mengeluarkan benda kecil dari sakunya. "untuk istrinya."

Riza tersentak mendengar nama Colonel Mustang. Apa… Roy sudah meninggal ? ataukah ini hanya orang yang ia utus untuk memberikan hadiah natal untuknya ? tangannya bergerak berputar-putar memegang cincin nikah mereka.

"ini…." Lelaki itu menunduk, lalu memberikan benda lain untuk dirinya. Riza tersentak. "miliknya…"

Sarung tangan dan kalung yang diberikan darinya dulu.

"Namanya Maes.. atau Luna" ia bicara lagi, sambil menggosok-gosokan tangannya.

Jantung Riza berdebar cepat. Ia hendak membuka mulut untuk bertanya namun lelaki itu telah duluan berbicara kembali, seolah tahu apa yang hendakia tanyakan.

"maaf…" hanya satu kata, lalu ia menggeleng, lalu menutup pintu dan menghilang dari pandangannya. Kaki riza bergetar sambil ia memeluk erat sarung tangan dan kalung itu yang mulai basah dengan butiran hangat dari matanya.

TIDAAAAK ! TIDAAAK !

Tiba-tiba ia merasakan ketidakseimbangan di tubuhnya. Perutnya terasa sakit dan berat sekali. Ia meraba-raba disekelilingnya untuk mencari tempat pegangan, namun tidak menemukannya. Setelah itu ia terjatuh dan tidak dapat melihat apa-apa lagi…

TBC

a/n : gya… aku memang orang yang jahat…T.T Hiks..biarin deh.. Chapter selanjutnya sedang dalam tahap pembuatan. Kalau selesai nanti kukirim, kalau sudah lewat hari minggu, ya…tunggu minggu depan. Aku mau cepat-cepat buat di minggu ini karena minggu depan sudah mulai ada ulangan. 1. dan tebak, ulangan apa yang mengawali kelas tigaa? Mat dengan guru yang mukanya kayak badak dan menyebalkaaaan ! Hwaa ! Kamis depan adalah hari yang paling kubenci….(orang yang suka lari dari kenyataan…) Ya udah. R E V I E W S, yaaa !