Naruto by Masashi Kishimoto.

Fairy tail by Hiro Mashima.

Komisi dari Peaceful Hermit.

Warning: OOC, AU, Typo, Isekai(?) Dan lainnya.

Pairing: Naruto x Erza.

...

..

.

Slow Life.

...

.

Chapter 1: Banished from the Party.

Naruto Uzumaki, seorang petualang yang saat ini sudah mencapai rank SS, namun rank tersebut hanya diketahui oleh segelintir orang saja. Party yang dia ikuti saat ini saja tak tahu jika dia satu dari tiga orang yang sudah mencapai rank SS, karena dia hanya memberikan keterangan jika dirinya adalah petualang rank B.

Namun kali ini berbeda dengan biasanya, party itu sedang melakukan diskusi di guild tempat mereka bernaung.

"Rata-rata dari kalian sudah menjadi petualang rank A, karena sudah menjalani ujian kenaikan Rank." Seorang pemuda berambut raven berdiri sembari mengucapkan beberapa kata, dia kemudian melanjutkan perkataannya. "Aku sebagai ketua Party ini berterima kasih pada kalian semua yang sudah berpartisipasi dalam proses kenaikan Rank kalian, namun..." Pemuda itu melirik ke arah Naruto yang duduk di kursinya sembari menatap minumannya.

Anggota party yang lain pun ikut menatap Naruto, tatapan mereka begitu sinis pada pemuda itu, tak seperti biasanya saat mengerjakan sebuah Quest.

"Untukmu Naruto..." Pemuda yang bernama Sasuke Uchiha itu memijit pangkal hidungnya saat dia ingin mengatakan sesuatu pada Naruto. "Mungkin ini menyakitkan, tapi kau dikeluarkan dari party."

Naruto mendongak ke atas, dia menatap Sasuke yang sedang menatapnya dingin, bahkan Naruto dapat merasakan aura intimidasi dari seorang Sasuke Uchiha. "Apa ada alasan bagimu untuk mengeluarkanku?"

"Ada, kau tak dibutuhkan disini, seorang lelaki dengan sihir tipe support serta hanya bisa memberikan sihir penyembuhan saja tak dibutuhkan." Naruto mengerutkan dahinya saat mendengar alasan Sasuke barusan. "Terlebih, kita punya Sakura yang bisa bertarung sekaligus sihir penyembuh bagi kita. Jadi, kau tak dibutuhkan disini Naruto."

"..."

"Pergilah."

Naruto terdiam, kemudian beranjak dari tempat duduknya dan meninggalkan meja yang berisi enam orang itu. Dia tahu, jika dia memberikan sebuah argumen maka tak akan ada yang mendukungnya, karena sebagian besar dari mereka mendukung ketua Party.

Pemuda pirang itu meninggalkan party, berjalan menuju ke resepsionis Guild. Naruto melirik ke arah mantan party-nya, mereka tak melihat dirinya lagi. "Mira."

"Ada yang bisa kubantu Naruto?"

Naruto mengangkat tangannya, dia meletakkan punggung tangannya di atas meja resepsionis Guild. Sebuah tanda dengan gambar musang berwarna oranye keluar dari punggung tangan Naruto, dia menatap Mira yang seolah tahu maksud dari tanda itu.

"Master ada di lantai dua, beliau sedang senggang untuk saat ini. Apa kau mau aku antar?"

"Tidak, aku hanya ingin menemui Makarov sendiri."

"Baiklah kalau begitu, kau boleh ke ruang master."

Naruto mengangguk, dia kemudian berjalan ke sebuah lorong disebelah tempat resepsionis, tak lupa juga dia berpamitan dengan Mirajane yang masih setia menerima permintaan Quest dari anggota Guild atau petualang dari tempat lain.

Naruto berjalan menyusuri lorong tersebut, hingga sampai pada lantai dua serta sebuah ruangan dengan pintu berlambang peri di sana. Dia langsung masuk ke dalam ruangan tersebut untuk menemui sosok pria yang menjadi Guild Master di tempat ini.

"Makarov."

"Naruto? Ada apa kau kemari?" Di sana sudah terlihat seorang pria dengan tinggi badan yang tak sampai satu meter sedang duduk santai sembari menyesap teh hangatnya.

"Sudah waktunya Makarov."

Makarov menatap Naruto dengan tatapan terkejutnya. "Ka-kau! Yang benar saja Naruto! Pikirkan baik-baik Naruto! Kau itu salah satu dari orang yang mencapai rank SS di benua ini selain Madara dan Gildarts, bahkan Hashirama saja tak mau menerima ujian Rank SS karena dia terlalu malas untuk hal itu, sementara kau?!"

"Aku tahu, Hashirama memang sifatnya begitu, dia dan Madara memang dua orang berkekuatan monster seperti Gildarts. Selain itu, masih ada beberapa petualang Rank S lainnya yang bisa naik tingkat."

Makarov memijit pangkal hidungnya. "Aku bukan bermaksud untuk meremehkan, tapi mereka masih terlalu dini untuk masuk ke rank ini. Katakan padaku, kau sudah mengabdi untuk Guild ini berapa tahun?"

"Sepuluh tahun kupikir, dan itu bukan waktu yang lama ya, astaga aku tak menyadarinya." Naruto tertawa setelah mengatakan itu.

"Jangan tertawa sialan!" Makarov menghentakkan tangannya di atas meja. "Kau masih berumur dua puluh delapan tahun, tapi kau memutuskan untuk pensiun. Madara, Gildarts dan Hashirama yang sudah hampir kepala empat saja tak pensiun, tapi kau! Aku tak mengerti jalan pikiranmu."

"Sudahlah, aku hanya ingin hidup normal saja kok, tanpa menyembunyikan sesuatu."

Makarov pun terduduk lemas di kursinya. "Berikan aku kartu guildmu!" Naruto memberikan kartu Guild miliknya. "Ini yang palsu, aku mau yang asli." Naruto tertawa keras setelah melihat reaksi Makarov yang dia berikan kartu dengan rank B.

"Ini."

Makarov pun mengambil kartu itu dengan kasar, dia merapatkan beberapa mantra sihir dan tangannya pun bercahaya. "Aku tak akan memberikan status pensiun padamu, sewaktu-waktu kau dapat kupanggil saat kerajaan ini dalam masalah besar."

"Tentu, aku akan siap sedia datang."

"Lalu, kau akan kemana setelah ini?"

"Ke Konoha, dagang Roti."

Makarov kembali mengerutkan dahinya. "Ke Desa kecil hanya untuk menjual roti? Kau bercanda Naruto?!" Makarov benar-benar tak habis pikir dengan Naruto saat ini. "Para Petualang Rank SS termasuk Hashirama aneh-aneh sikapnya."

"Ya sudah, aku hanya pamit saja disini. Mungkin kau bisa memanggilku jika diperlukan."

Makarov hanya bisa menghela napas pasrah saat Naruto akan pergi dari tempat itu. "Hati-hati di jalan, aku harap kau sukses di sana. Ah ya, di sana juga ada Guild, kau bisa meminta bantuan di sana, jika kau ada perlu."

"Tak usah khawatir, okay aku pergi, sampai jumpa Makarov."

"Ya pergilah!"

Naruto pun keluar dari ruangan Makarov, dia berjalan keluar dari lorong tersebut menuju ke tempat resepsionis Guild. "Mira, aku akan memberikan kartu ini padamu, kartuku yang asli ada padaku, statusnya pensiun."

"Tak bisa dipaksa ya? Ya sudah, terima kasih atas kerja kerasmu Naruto."

"Sama-sama Mira, aku pergi dulu, sampai jumpa!"

"Hati-hati."

Naruto berjalan keluar dari guild itu, sayup-sayup terdengar suara penghuni Guild yang tengah membicarakannya, dia mendengar jika para penghuni Guild itu tengah membicarakan tentang dirinya yang dikeluarkan oleh Sasuke dari party Mighty itu. Naruto sendiri seolah bodoh amat dengan hal tersebut, dia tetap pergi keluar dari Guild dan bergegas untuk menyiapkan perbekalannya.

Destinasi selanjutnya adalah Desa Konoha yang letaknya tak jauh dari kerajaan Fiore.

-o0o-

Dia pergi ke Konoha bersama dengan seorang pedagang yang tengah mengantarkan beberapa barang kebutuhan ke desa tersebut, Naruto beruntung karena dia bisa menumpang dengan pria tersebut untuk sampai ke desa Konoha.

Perjalanan butuh waktu satu hari satu malam untuk sampai di tujuan.

"Paman, ini sudah mulai gelap, sebaiknya kita berkemah disekitar sini."

Pria yang berada di bagian depan kereta kuda itu mengangguk, kemudian mengarahkan kudanya ke sebelah kanan agar bisa mencari tempat untuk kemah.

Naruto dan orang itu pun mulai menyiapkan beberapa hal yang harus disiapkan. "Paman Tazuna, sepertinya kau sudah terbiasa bermalam di sekitar sini?" Saat ini, keduanya tengah duduk melingkar di api unggun.

"Ya, seperti itulah."

Sejauh perjalanan yang mereka tempuhi, tak ada satupun bandit atau hambatan yang menghadang mereka berdua, Naruto memang harus waspada akan sekitar saat dia melakukan perjalanan dengan seseorang, termasuk anggota party-nya dulu, dan tugasnya saat ini adalah menjaga Tazuna dari mara bahaya monster serta bandit yang akan datang.

Keduanya melanjutkan pembicaraan mereka hingga Tazuna mengantuk dan memutuskan untuk tidur. Sementara Naruto terjaga untuk menjaga diri dan Tazuna dari bandit yang mungkin saja datang, pemuda itu menyiapkan sebuah pedang kayu yang biasa dia bawa di pinggangnya, tak lupa juga sebuah tonkat sihir yang sebenarnya tak begitu berguna banget untuk dirinya.

Dia memang memahami dasar-dasar ilmu penyembuhan, serta beberapa teknik untuk memberikan support pada party, dan dia juga menyembunyikan semua kekuatannya serta hanya memakai sebuah pedang kayu jika ada sesuatu.

Dia tak mau menjadi orang yang sangat mencolok dibandingkan dengan yang lain, terlebih Party-nya yang baru saja mendepaknya itu ketuanya sangat arogan dan sombong, untung saja dia di depak, kalau tidak, dia akan terus menerima ocehan tak berguna darinya.

Rencana Naruto selanjutnya adalah membuka toko roti di sebuah desa makmur yang bernama Desa Konoha, semenjak dia datang di dunia ini, Naruto terus mencari informasi tentang desa yang bisa dia tinggali sewaktu-waktu dirinya di depak dari party atau pensiun.

Naruto mengangkat tangannya, sebuah Barrier kecil tercipta dan mulai membesar, pelindung tersebut menyelimuti dirinya serta Tazuna, dia juga tak lupa untuk menyelimuti kereta beserta kuda milik Tazuna agar tak diserang oleh monster atau di rampok saat mereka tertidur.

Malam pun terlewati dengan tenang, tak ada gangguan sama sekali dari monster ataupun perampok, karena memang ada pelindung yang melindungi mereka berdua. Walaupun begitu, Naruto masih tetap waspada akan perampok yang bisa membatalkan sihir pelindungnya.

Pagi pun tiba, Naruto dan Tazuna melanjutkan perjalanan hingga mereka berdua sampai pada gerbang desa Konoha.

Desa kecil yang damai, cocok bagi Naruto yang ingin kehidupan yang tenang.

"Paman terima kasih."

"Aku yang seharusnya berterima kasih Naruto, kau sudah melindungiku dari monster dan bandit di jalan."

Naruto hanya mengangguk sambil menggaru kepalanya yang tak gatal itu. Pemuda itu kemudian berpamitan pada Tazuna untuk pergi ke Guild yang dimaksud oleh Makarov, pria tua itu berkata jika dia mengenal Master dari Guild Konoha, Naruto diberikan instruksi untuk menunjukkan tanda yang ada di punggung tangannya pada Guild Master itu.

Naruto pun berjalan ke sebuah gedung yang ada di tengah desa, dia masuk ke dalam gedung tersebut dan melihat kesekitarnya, ada beberapa petualang yang terlihat memandanginya dengan pandangan sinis, seolah mereka tak menerima Naruto.

Dengan segera, dia berjalan ke meja resepsionis Guild Konoha.

"Ada yang bisa saya bantu?"

Naruto melihat seorang pria dengan luka melintang di atas hidungnya. "Um, bisakah aku menemui Guild Master disini?"

"Dalam rangka apa anda menemui Master?"

"Aku datang dari Guild Fairy Tail, Makarov memberitahuku untuk menemui Guild Master disini."

"Ah, permintaan Makarov-dono kah? Baiklah kalau begitu, mari ikut dengan saya." Pria itu kemudian keluar dari meja resepsionis Guild, dan mengantarkan Naruto ke ruang Master. "Ngomong-ngomong, nama saya Iruka Umino, saya bekerja sebagai resepsionis di Guild Konoha."

"Namaku Naruto Uzumaki."

"Baiklah kalau begitu, saya pamit undur diri."

"Terima kasih Iruka-san."

Iruka mengangguk kecil, kemudian pergi dari hadapan Naruto. Kedua mata birunya menatap pintu ruang Master, dia kemudian membuka pintu ruangan tersebut.

"Permisi, aku Naruto dari Guild Fairy Tail."

Naruto bisa melihat sosok pria dengan rambut putih panjang sedang duduk dan membaca sebuah majalah porno, Naruto bisa merasakan jika pria itu sangat mesum. "Apa yang dilakukan oleh anak buah Makarov disini?"

"Ah aku hanya ingin tinggal disini, Makarov memberitahuku untuk meminta izin padamu." Naruto kemudian masuk dan menutup pintu ruangan tersebut, dia kemudian mengangkat tangannya untuk memperlihatkan sebuah tanda kepala rubah di punggung tangannya. Wajah Naruto berubah serius saat itu juga, bersamaan dengan pria di depannya.

"Ternyata kau seorang petualang kelas atas, kenapa kau disini?"

"Aku pensiun dan ingin hidup disini."

Pria itu mengerutkan dahinya. "Yang benar saja. Kenapa kau ingin pensiun?"

"Aku bosan dengan pekerjaan sebagai seorang petualang."

Pria itu menatap Naruto aneh. "Aku tak tahu apa yang sedang kau pikirkan Naruto, tapi kau boleh tinggal disini, namun jika ada sesuatu yang sangat berbahaya datang ke desa ini, maka aku akan memanggilmu, tentunya identitasmu akan aku rahasiakan dan kau juga harus menyembunyikan rahasiamu."

"Tentu, aku akan melakukan hal itu, akan sangat merepotkan jika identitasku terkuak." Ujar Naruto. "Umm, namamu siapa?"

"Jiraiya, Guild Master di Desa Konoha, walaupun ini desa kecil, tapi petualang kami sangat hebat."

Naruto menaikkan kedua alisnya saat mendengar deklarasi dari Jiraiya. "Aku harap begitu, tapi semuanya menatapku sinis."

Jiraiya tertawa keras mendengarnya. "Mereka memang begitu jika ada orang baru." Jiraiya pun berdiri dari tempatnya duduk. "Jadi Naruto apa yang akan kau lakukan sekarang?"

"Aku berniat menjual barang yang telah kutemukan di perjalanan, namun aku akan menjualnya di Kerajaan Fiore saja." Naruto hanya menaikkan bahunya tanda dirinya tak terlalu memperdulikan hal tersebut. "Oh ya, aku ingin membeli sebuah tanah serta membangun sebuah rumah, apakah ada?"

"Kau bisa membangun sesuatu tanpa membeli tanah, tentunya dengan izin orang yang memimpin desa ini."

"Antarkan."

"Okay, ayo kita ke sana."

-o0o-

Di sebuah mansion besar, terlihat Naruto dan Jiraiya berdiri di depan pintu pagar yang sangat megah. Naruto hanya bisa tersenyum kaku melihat betapa besarnya mansion tersebut, bahkan beberapa rumah disekitarnya tak sebesar mansion itu.

Tapi jika pemimpin disini sangat korup atau bisa dikatakan diktator, maka dia mau tak mau akan membunuhnya dalam diam.

"Ingatkan aku, jika pemimpinya korup, maka aku akan membunuhnya tanpa izin."

Jiraiya bisa merasakan hawa membunuh yang pekat dari seorang Naruto yang berdiri disebelahnya. "Ba-baiklah." Pria itu baru pertama kalinya merasakan aura membunuh dari seorang petualang kuat di kerajaan Fiore. Dia tak tahu bagaimana kalau ada petualang kuat lain dari Fiore yang datang kesini, atau hanya sekedar memberikan aura pembunuh seperti Naruto.

"Kita masuk?"

"Ya."

Keduanya berjalan masuk ke dalam kediaman tersebut, Naruto kagum dengan taman yang ada di depan mansion itu, mereka semua merawatnya dengan sepenuh hati.

Mereka berdua disambut oleh seorang butler pemimpin dari desa itu. Tapi Naruto masih heran, kenapa desa damai itu bisa punya pemimpin kaya seperti dia?

"Selamat datang di kediaman Sarutobi, Jiraiya-dono, ada yang bisa saya bantu?" Tanya butler tersebut.

"Sebastian, bisakah kau menunjukkan jalan kepada sensei?"

Naruto mengerutkan dahinya, dia menatap Jiraiya yang tengah berbicara dengan butler itu. 'Sensei?'

"Mari, ikut saya Jiraiya-dono."

Keduanya mengangguk, kemudian berjalan mengikuti sang Butler, mereka di antar ke sebuah ruangan dengan pintu yang terlihat megah. Butler itu membuka pintu besar itu dan memberi salam pada pemimpin desa.

"Suruh mereka masuk."

Keduanya dipersilahkan masuk ke dalam ruangan tersebut, Naruto bisa melihat ruangan yang penuh akan buku-buku, serta ada seorang kakek tua yang sedang duduk di kursi kebanggaannya.

Namun ada satu hal yang membuat Naruto malas menatap kakek tua itu.

'Sialan, ternyata dugaanku benar, dia sedang membaca majalah porno.'

...

..

.

TBC

A/N: Chapter prologue, satu lagi Komisi dari Peaceful Hermit.