Chapter 10: Moryou
Flashback:
"Menghancurkan tubuh Moryou?" Gadis yang menjadi Miko itu mengangguk kecil, wajahnya menyiratkan perasaan sedih yang entah kenapa bisa Naruto rasakan.
"Raja Iblis itu sudah membuat rakyat disini sengsara, terlebih lagi dengan pengaruh buruk yang bisa berdampak pada manusia." Shion memenjamkan kedua matanya, perasaan sedih masih terus terbayang saat beberapa warga mulai bertingkah aneh, pengaruh dari Raja Iblis itu membuatnya ingin menghancurkan tubuh Raja Iblis Moryou. "Aku mohon, hancurkan tubuh Raja Iblis tersebut, aku ingin membuat warga disini tentram dan tak terpengaruh oleh aura jahat tersebut."
Naruto terdiam sejenak mendengarkan perkataan Shion barusan, pemuda itu pun berdiri dari tempatnya. Dia segera berjalan meninggalkan Shion yang terlihat heran.
"Aku belum selesai!"
"Tak perlu menyelesaikannya, aku akan pergi."
"Pergi kemana?!"
"Aku sudah tahu tempat dimana tubuh Iblis itu berada." Diapun langsung menghilang dibalik kilatan petir, Shion bergegas mengenakan jubah Miko miliknya.
Di tempat lain, disebuah Gua yang auranya sangat mencekam, Naruto berdiri di pintu Gua untuk mengamati tempat tersebut.
Seperti ada seseorang yang memaksa untuk memasuki tempat itu. Bercak-bercak mana pun dia rasakan di sekitar tempatnya berdiri.
"Oi! Kau tak mendengarkan ku hah?!"
Naruto melirik ke belakang, dia melihat Shion yang baru saja melompat turun dari atas pohon. "Kau bisa menggunakan sihir?"
"Apa maksudmu?! Aku juga dilatih untuk bertarung juga, bodoh!" Naruto hanya diam mendengar Omelan dari Shion. "Tunggu sebentar, kenapa di tempat ini banyak jejak Mana?"
"Aku tak tahu, aku baru saja sampai dan sudah merasakan aura mencekam dari dalam sana."
Shion menyipitkan kedua matanya, dia menatap mulut Gua yang mengeluarkan aura tak mengenakkan. "Lebih baik kita memeriksanya." Naruto mengangguk, dia kemudian berjalan terlebih dahulu dan di ikuti oleh Shion.
Aura mencekam semakin kental saat Naruto serta Shion masuk ke dalam, keduanya terus berjalan hingga sampai pada ruangan yang sangat luas, dengan lava yang sangat banyak di tengah.
Ada sebuah altar di tengah lava itu, dan auranya masih sangat kental.
"Apakah aku bisa menghancurkan tubuh Raja Iblis?"
Shion menatap Naruto. "Kau itu bagaimana sih?! Bukannya kau petualang Rank SS?"
Naruto menoleh ke belakang, dia pun kembali menatap altar yang ada di tengah lava tersebut. "Oke, oke, sekarang kita ke tengah sana, dan membuka segel itu."
"Mau apa memangnya?"
"Memotongnya." Naruto mengambil katana miliknya. "Aku tak tahu ini berhasil atau tidak, tapi akan aku coba."
"Memotong? Eh, kyah! Apa yang kau lakukan!?"
"Membawamu ke tengah bodoh, kemana lagi?"
"Jangan memanggilku bodoh! Bego!" Kedua pipi cantik Shion merona saat Naruto menggendongnya.
Pemuda itu kemudian melompat tinggi menggunakan sihir anginnya, dia melayang di atas lava pijar yang menjadi parit untuk melindungi segel dari tubuh Raja Iblis.
Sesampainya mereka di tengah, Naruto menurunkan Shion, gadis itu berjaoan ke altar tempat segel itu berada.
Naruto sendiri bersiap dengan katananya, dia mengompres sebagian Mana miliknya ke dalam katana itu.
Shion pun melakukan beberapa gerakan segel tangan, sebuah cahaya berwarna ungu keluar dari altar tersebut, membentuk sebuah pola.
"Ugh, walaupun hanya tubuh, tapi dia sangat kuat."
"Butuh berapa lama lagi untuk segelnya terbuka?"
"Beberapa menit lagi!" Shion menggerakkan tangannya sekali lagi, cahaya ungu itu semakin terang saat Shion membuat segel tangan yang terakhir. Shion mulai berkonsentrasi pada Mana miliknya, tubuhnya bercahaya putih saat Mana itu meluap keluar dari tubuhnya.
Sementara Naruto mulai bersiap dengan serangannya, dia memberikan Buff pada tubuhnya untuk bisa bergerak dengan cepat serta memotong tubuh Raja Iblis itu.
"Sekarang!"
Tubuh Raja Iblis itu keluar, bentuknya mirip dengan Hydra, namun kegelapan yang ada di dalam tubuh Raja Iblis itu sangat pekat, Naruto menatap tajam tubuh Raja iblis tersebut.
Naruto menghilang dengan beberapa bayangan yang tercipta dari pedangnya, beberapa kilatan tercipta saat Naruto bergerak sangat cepat.
Gerakannya semakin dipercepat, kilatan cahaya semakin banyak memotong tubuh Raja Iblis itu menjadi serpihan kecil.
Dan di saat Naruto berada di langit-langit Gua, dia menciptakan sebuah lingkaran sihir besar berwarna biru tua.
"Shion! Pegangan yang erat!" Naruto langsung bergerak ke arah Shion, menggendong gadis itu untuk menjauh dari tempatnya berpijak saat ini.
"A-ada apa?!"
Tanah yang ada di dalam gua itu bergetar kencang, lava panas yang berada di sekitarnya mulai tertarik ke lingkaran sihir. Serpihan kecil tubuh Raja Iblis itu juga ikut terhisap.
Shion yang melihatnya pun terkejut, darah yang berceceran itu terhisap dengan cepat ke dalam lingkaran sihir yang diciptakan Naruto barusan. 'Inikah kekuatan petualang kelas atas itu?'
Shion tahu sedikit kekuatan dari keempat petualang Rank SS di Fiore, contohnya Madara yang kekuatannya berasal dari kedua matanya, lalu Gildarts yang mempunyai sihir penghancur, serta Hashirama yang harusnya berada di tingkat SS malah tak ingin naik peringkat, dia memiliki sihir Mokuton.
Lalu, Fox, dia seperti mempunyai kekuatan untuk membuka ruang dimensi. Keempat orang itu benar-benar monster.
"Aku bisa menghancurkan satu kota jika mau."
"A-apa kau bilang?!"
Naruto hanya tersenyum dibalik topeng yang dia kenakan. "Lebih baik kita pergi, lingkaran sihir itu akan menghisap semuanya sampai habis." Pemuda itu berlari kencang keluar dari goa tersebut, tatapan Naruto menajam saat dia melihat goa yang mulai terhisap oleh lingkaran sihirnya.
"Apa kita berhasil?"
"Aku tak tahu, aku tak yakin, dan aku mungkin akan menjadi sasaran bagi Raja Iblis Moryou."
Shion mengerutkan dahinya mendengar perkataan Naruto barusan. "Sasaran?"
"Cepat atau lambat dia akan menemukanku, dia akan membalaskan dendamnya padaku, tubuhnya aku hancurkan dan dia akan membalasnya."
Shion menatap goa yang sudah menjadi puing-puing. "Kau mau kemana?" Tanya Shion yang melihat Naruto berbalik serta melangkahkan kakinya.
"Kembali, aku sudah menyelesaikan Quest tersebut." Shion menghela napas pasrah, dia juga ikut berjalan kembali ke desanya untuk memberikan Reward setelah menjalankan misi yang dia minta.
..
..
..
Flashback end:
Naruto menatap Menma yang saat ini tengah dirasuki oleh Roh Raja Iblis Moryou, dia menyipitkan matanya saat aura Iblis itu keluar dari tubuh Menma.
Rencana awalnya, dia memang ingin membunuh Menma serta Minato, tapi Naruto kecolongan karena Menma telah dirasuki oleh Moryou.
"Mencariku? Balas dendam karena tubuhmu hancur?"
Menma atau yang bisa disebut Moryou itu menatap tajam Naruto. "Kau bocah sialan, kau dan Miko itu benar-benar tak tahu di untung!"
"Sudah untung aku menghancurkan tubuhmu sialan! Jika tidak, kau akan menguasai dunia ini, dan membuat kerajaan seribu tahun!" Balas Naruto tak mau kalah. "Sekarang, diam disitu, dan akan aku penggal kepalamu!"
"Coba saja kalau kau bisa!"
Keduanya langsung melesat kencang, menciptakan hembusan angin yang sangat kencang, sisa party dari Menma mulai mencari perlindungan, sementara Jiraiya menciptakan sebuah kubah untuk melindunginya serta kedua istri Naruto.
Pertarungan itu pun terjadi, pertarungan pertama antara Naruto dan Raja Iblis Moryou.
Jual beli serangan terjadi, Naruto dengan katana miliknya, sementara Moryou dengan pedang kegelapan yang dia ciptakan dari ketiadaan. Naruto unggul dalam berpedang, karena Raja Iblis Moryou masuk ke dalam tubuh seorang pemula.
Naruto memberikan beberapa luka pada tubuh Moryou, pemuda itu benar-benar serius saat ini. Dia tak ditemani oleh Shion sang Miko karena daerah yang ditempatinya sangat jauh daripada desa milik Shion.
Naruto juga tak akan sempat meminta bantuan pada gadis Miko itu karena Iblis Moryou sudah mendapatkan tubuh baru.
"Kau tak akan menyelesaikan ini sebelum aku terbunuh kan?"
Raja Iblis itu tertawa keras, dia melayang di angkasa, tatapannya begitu tajam saat Naruto masih memegang pedangnya.
"Kau tak akan bisa membunuhku jika rohku masih ada," jawab Sang Raja. Dia pun menciptakan dua buah pedang kegelapan. "Manusia sepertimu memang sangat berbahaya, berbeda dengan manusia jaman dulu."
"..."
"Jaman dulu masih sangat lemah, dan kalian masih bisa di manipulasi, namun sekarang kalian berkembang." Raja Iblis itu kembali melesat kencang, dia menghunuskan pedangnya untuk menyerang Naruto.
Jual beli serangan kembali terjadi, Naruto selalu bisa menghindari serangan dari Raja Iblis, kala pria itu memainkan kedua pedangnya.
Naruto sendiri membalas serangan-serangan yang diberikan oleh Moryou padanya, seperti bola-bola dimensi yang bisa memotong apa saja, serta sebuah sabetan tajam yang mengarah langsung pada Raja Iblis itu.
Naruto menapakkan kakinya di atas tanah, dia beberapa kali memberikan goresan kepada Moryou, namun luka-luka itu pulih seketika, Naruto tak terkejut dengan hal itu. Dia masih menahan diri untuk tak menggunakan serangan dimensi miliknya yang lain, atau serangan seperti saat dia menghancurkan goa tempat tubuh Raja Iblis Moryou berada.
Naruto kembali bersiap dengan pedangnya, dia membuat kuda-kuda untuk menyerang kembali Raja Iblis Moryou. "Sepertinya membunuhmu sekarang akan mempermudah Pahlawan di zaman ini untuk mendapatkan perdamaian."
"Apa itu perdamaian? Apakah keu mengidamkan sebuah perdamaian? Sayang sekali, semua itu hanya bualan semata!" Raja Iblis Moryou langsung melesat kencang, bersamaan dengan itu, Naruto ikut melesat menyerang Raja Iblis itu.
Sebuah kawah besar tercipta saat kedua senjata mereka saling beradu, lonjakan Mana pun mulai terasa di sekitar tempat mereka bertarung.
Jiraiya yang menonton pertarungan itu pun hanya bisa menggigit bibir bawahnya saat Naruto serta Raja Iblis itu saling beradu kembali, dia khawatir jika aura mereka akan menyebar ke desa Konoha dan membuat beberapa warga yang merasakannya akan pingsan.
Jiraiya melirik ke belakang, dia melihat Erza serta Irene yang sedang berharap cemas pada Naruto. "Aku sebagai Guildmaster Desa Konoha meminta kalian untuk mengevakuasi para warga ke gereja, di tempat itu ada seorang penyembuh yang akan merawat mereka."
"Tapi bagaimana dengan dirimu?"
"Aku tak apa-apa, cepat pergilah!"
Kedua wanita berambut merah itu mengangguk, keduanya langsung berlari pergi meninggalkan Jiraiya.
Sementara Sasuke menatap Jiraiya, pria itu yang ditatap oleh Sasuke pun mengangguk kecil, kelompok Sasuke pergi mengikuti Erza dan Irene.
"Ini tak akan selesai..." gumam Jiraiya, dia pun membuat sihir kekkai untuk melindungi dirinya dari terpaan angin yang dihasilkan oleh mereka berdua. "Nasibnya sangat buruk, sayang sekali." Dia berucap miris saat melihat mayat Minato yang dia ketahui sebagai ayah Naruto.
Jiraiya pun kembali fokus pada pelindung yang dia ciptakan untuk melindunginya.
-o0o-
Di tempat lain, Erza dan Irene sedang menggiring para warga untuk berlindung ke Gereja, mereka dibantu oleh kelompok Sasuke serta staff Guild, sementara itu para petualang yang kebetulan ada di sana pun ikut membantu mereka, serta menumbuhkan beberapa orang yang terluka.
Erza tak menyangka akan terjadi sebuah guncangan akibat dari pertarungan keduanya, serta beberapa monster tingkat menengah yang mendatangi Desa Konoha.
"Kaasan, aku akan membantu petualang yang sedang membantai monster, Kaasan tolong ikuti mereka!"
Irene mengangguk kecil, Erza pun mengubah pakaiannya menjadi baju zirah, serta sebuah pedang yang dia genggam. Dia pun melesat ke garda depan Desa Konoha untuk melindungi tempat itu dari serangan Monster.
Erza menemukan dua Hero lainnya yang tak sejalan dengan Menma, keduanya menyerang para monster menggunakan sihir mereka, keduanya mempelajari sebuah sihir dimana mereka bisa membunuh naga menggunakan sihir tersebut.
Rogue dan Sting tak butuh waktu lama untuk menguasai sihir yang mereka pelajari, keduanya adalah Hero yang memiliki potensi untuk mengalahkan Raja Iblis selain Naruto.
Erza mengabaikan keduanya, dia berjalan lurus ke para monster yang ada di garda depan, para monster tersebut tertarik dengan aura kelam yang di keluarkan oleh Raja Iblis.
"Hyaaaahhh!!" Erza memotong beberapa tubuh Monster, dua menyerang monster yang lain juga. Para petualang tersenyum saat mereka terbantu dengan Petualang kelas atas seperti Erza. "Kalian terus kalahkan monster itu! Kita akan terus bertahan sampai Naruto berhasil mengalahkan atau setidaknya membuat Raja Iblis itu mundur!"
Mereka semua terperangah dengan kata-kata Erza barusan, sementara Sting selaku teman dari Naruto mengerutkan dahinya saat mendengar Raja Iblis Moryou sedang bertarung dengan teman pirangnya itu.
"Erza-san?"
"Ya, dia sedang bertarung melawan Raja Iblis. Sting-san, kita fokus terhadap para monster disini!"
"Baik!"
-o0o-
Kembali ke lapangan belakang Guild, Jiraiya masih terus melindungi dirinya sendiri dengan kekkai tersebut, dia berharap cemas pada Naruto untuk segera menyelesaikan pertarungan tersebut.
"Sampai kapan ini akan berakhir!?"
Kedua mata Jiraiya melihat Naruto yang sedang berkonsentrasi untuk membuat sebuah lingkaran sihir, sementara Raja Iblis Moryou sedang di serang oleh dua bayangan yang dia ciptakan dari katananya.
Naruto membuat sihir dimana dia menciptakan sihir untuk menarik tubuh Iblis Moryou, dia mengubah sedikit struktur dari lingkaran sihir itu untuk menarik serta menyegelnya.
"Sialan, ini akan lama sekali!" Naruto merentangkan kedua tangannya, dia menciptakan lingkaran sihir, kedua bayangannya menahan tubuh Menma/Raja Iblis itu. "Sial! Dorong sekarang!!" Kedua bayangannya itu mengangguk mengerti, mereka mendorong tubuh Raja Iblis yang sedang meronta, Naruto berjalan perlahan dengan lingkaran sihir tersebut.
Dia mendengus saat Raja Iblis terus meronta. "Lepaskan aku manusia sialan!"
"Diam kau raja iblis! Biarkan aku menyegelmu!"
Sebuah kristal dengan tujuh warna tercipta di belakang Naruto, tujuh Kristal itu melesat dan mulai menempel pada tubuh Menma. Naruto menggerakkan kedua tangannya, ketujuh kristal itu ikut menarik serta membuat sebuah benang yang melilit Raja Iblis Moryou.
Naruto dengan kesal menarik secara kuat benang tercipta dari kristalnya, hingga membuat Raja Iblis masuk ke dalam lingkaran sihir miliknya.
"Akan aku balas kau manusia sialan!!"
"Dalam Mimpimu!"
Naruto mengirim Raja iblis itu ke tempat yang sangat jauh dan tak bisa dijangkau oleh manusia.
Naruto langsung ambruk, dia bertumpu pada lututnya sembari terus mengambil napas sebanyak-banyaknya.
Jiraiya langsung melepas kekkai yang melindunginya dan berlari ke arah Naruto, dia langsung membopong tubuh pemuda pirang itu dan membawanya ke Gereja.
Di garda depan, Erza dan yang lainnya telah berhasil menghalau para Monster yang akan mendekati desa Konoha, mereka semua bersorak gembira saat para monster itu mulai menjauh dari desa.
"Naruto..."
-o0o-
Beberapa Minggu setelah pertarungan tersebut, Naruto menatap langit-langit kamarnya, dia merasakan sakit yang luar biasa setelah mengubah struktur sihir yang dia gunakan untuk menyegel Raja iblis.
Dia memijit pangkal hidungnya, kemudian menghela napas lega karena rasa sakit itu hilang setelah beberapa hari istirahat.
Dia juga mendapatkan reward dari Raja, Duke yang menjadi pemimpin desa Konoha, serta Guildmaster Desa. Sejumlah uang, serta kenaikan kasta baginya.
Dia di angkat menjadi Baron setelah menyegel Raja Iblis, namun dia berpesan pada Raja Fiore untuk tetap waspada karena segel itu bisa saja lepas, terlebih dirinya baru menciptakan sihir gravitasi itu ditambah dengan sihir penyegel.
Raja mengiyakan perkataan Naruto, mereka pun juga memakamkan Minato ke tempat pemakaman umum yang terletak tak jauh dari gereja kerajaan.
Pemuda pirang itu mendengar jika Sting dan Rogue mulai berlatih dengan penyihir kerajaan, dan mereka bersiap untuk berpetualang bersama Pahlawan dari kerajaan lain.
"Selamat pagi Naruto."
"Pagi Naruto-kun."
Di kedua sisi tempat tidur Naruto ada ibu dan anak yang baru saja bangun dari tidur mereka, ketiganya telanjang bulat tanpa memakai pakaian apapun.
Naruto menghela napas, kemudian tersenyum pada mereka berdua. "Pagi." Pemuda pirang itu kemudian beranjak dari tempat tidur itu untuk membersihkan diri dan membuka kembali tokonya.
"Apa kau tidak ingin melakukan 'aktifitas' pagi?" Naruto menghentikan langkah kakinya.
"Aku... Tak ingin berubah menjadi berserk..."
Erza dan Irene merona mendengar perkataan Naruto, ketiganya benar-benar menikmati malam hingga pagi menjelang.
"Waktunya bekerja!" Dia pun bergegas pergi untuk membersihkan diri dan membuat roti bagi warga desa.
Sementara itu Erza tersenyum melihat Naruto yang bersemangat untuk menjual roti.
"Erza..."
"Ada apa Kaasan?"
"Ibumu hamil."
Erza mengerutkan dahinya mendengar perkataan sang Ibu barusan. "Hah?! Yang benar saja?! Aku belum hamil, malah Kaasan yang duluan."
"Ara, kan Kaasan kemarin masih dalam masa subur."
Erza menepuk dahinya. "Aku ingin membuat roti saja deh." Ujarnya dengan wajah sedih, dia beranjak dari tempat tidur untuk membersihkan diri.
Sementara Irene tersenyum menatap Erza yang sepertinya kesal karena dirinya hamil anak Naruto terlebih dahulu.
"Aku harap kita bisa menjadi keluarga yang bahagia."
...
..
.
End!
