MAELSTROM THE ONI SAMURAI

I fight not for seeking any revenge, but for the honor of my clan.

.

Naruto by Masashi Kishimoto

One Piece by Eiichiro Oda

And a little bit character from Samurai Sentai Shinkenger by Toei Production

.

.

Summary : Klan Shiba, salah satu klan samurai terkemuka di Wano, mengalami kehancuran karena ulah Kurozumi Orochi dan Hyakujuu Kaizokudan. Sebagai satu-satunya pewaris kedua puluh klan Shiba, Shiba Naruto melakukan perjalanan mengarungi lautan. Apakah ia akan menemukan alasan untuk mengangkat pedangnya?

.

.

Prologue

Shiba Clan Has Fallen

.

.


Klan Shiba merupakan salah satu klan samurai terkemuka di negeri Wano.

Aliran pedang mereka mengikuti sifat-sifat yang dimiliki oleh alam. Mereka menamakan teknik pedang mereka dengan nama Shinken-ryu. Selain teknik pedang, mereka juga mewarisi sebuah kekuatan supranatural yang selaras dengan alam bernama Mojikara.

Meski mereka salah satu klan samurai terkemuka, mereka memutuskan untuk tidak menduduki Kota Bunga dan mengelola sebuah wilayah tersendiri di dalam Negeri Wano. Tapi mereka tetap mematuhi klan Kozuki sebagai pemimpin sah negeri itu.

Namun, kehancuran secara tiba-tiba melanda negeri itu ketika Kurozumi Orochi melakukan pemberontakan dengan bantuan Hyakujuu Kaizokudan. Hasil dari pemberontakan tersebut adalah terbunuhnya Kozuki Oden selaku Shogun Negeri Wano dan Orochi menyatakan dirinya sebagai Shogun. Berbagai kebijakan mulai berubah ketika Orochi diangkat sebagai Shogun, salah satunya adalah Kota Bunga yang juga menjadi markas dari Hyakujuu Kaizokudan yang dipimpin oleh Kaido.

Beberapa keluarga atau klan memilih untuk mengikuti arah pemerintahan yang dilakukan oleh Orochi, namun ada juga yang menentang atau memilih untuk netral. Tetapi setelah kejadian yang menimpa klan Kozuki, di mana klan tersebut hampir diratakan sampai ke akar-akarnya, hampir semua klan akhirnya memilih untuk mengikuti pemerintahan Orochi. Hanya ada satu klan yang tetap memilih untuk bertindak netral, yaitu klan Shiba yang dipimpin oleh Shiba Kaori dan dibantu oleh Shiba Takeru sebagai wakil kepala klan.

Klan Shiba juga memiliki pasukan khususnya tersendiri yang mungkin tidak kalah dengan pasukan Akazaya yang dimiliki oleh klan Kozuki. Pasukan tersebut diberi nama Shinkenger, yang terdiri atas beberapa samurai terpilih dari keluarga atau klan yang melayani klan Shiba dan menjadi sebuah tradisi turun-temurun dalam klan Shiba.

Suatu malam di dalam kediaman klan Shiba, terlihat Shiba Takeru tengah bermeditasi ditemani oleh salah satu samurai dari pasukan Shinkenger, Tani Chiaki, yang malah asyik tertidur. Tiba-tiba saja Kusakabe Hikoma, kepala pelayan Klan Shiba, datang memasuki ruangan tersebut.

"Tuanku!" seru Hikoma.

Chiaki langsung terbangun dari tidurnya dan berkata, "Ada apa, Paman? Kau mengganggu tidurku saja."

Bukannya menjawab pertanyaan Chiaki, Hikoma malah memarahinya, "Chiaki, jaga sikapmu di depan Tuan."

"Iya ... iya ..." Chiaki hanya menghela nafas lelah karena pertanyaannya diabaikan oleh Hikoma. Takeru yang memutuskan untuk menyudahi meditasinya pun berkata, "Ada apa, Paman?"

Hikoma langsung berlutut dengan hormat sambil berkata, "Salah satu Kuroko baru saja menerima pesan dari salah satu samurai kita yang mengawal kepergian Nona Kaoru ke Kota Bunga. Sepertinya rombongan Nona Kaoru mengalami penyerbuan dari para bajak laut dan orang-orang suruhan Orochi setelah pertemuan antar klan."

Takeru dan juga Chiaki sedikit terkejut mendengar perkataan Hikoma. "Benarkah itu, Paman?" Takeru kembali memastikan perkataan Hikoma. Hikoma mengangguk seraya memberikan sebuah gulungan kepada Takeru.

Takeru membuka gulungan surat itu dan membacanya.

'Takeru, kami mendapat serbuan ketika berada dalam perjalanan pulang menuju kediaman Klan Shiba. Sepertinya yang menyerang kami adalah orang-orang utusan Orochi karena yang memimpin penyerbuan ini adalah Jack, salah satu All-stars milik Kaido. Jika kami tidak segera kembali, bersiaplah saja, karena keadaan politik di Wano semakin tidak stabil. Melalui surat ini, Nona Kaoru juga menyatakan dirimu sebagai kepala klan kesembilan belas, apabila kami memang tidak bisa kembali dengan selamat.

Tertanda,

Umemori Genta'

"Genta ... kakak ..." Takeru bergumam dengan pelan sambil menutup surat itu. Tak lama kemudian, ia menghadap ke arah Hikoma dan berkata, "Di mana Ryunosuke?"

"Ryunosuke tengah melakukan patroli penjagaan bersama beberapa samurai dari Klan Ikenami, Tuan Takeru," balas Hikoma.

Takeru sedikit menganggukkan kepalanya. "Paman, tolong beritahukan kepada Ryunosuke untuk semakin memperketat penjagaan di wilayah kita. Aku takut apabila kematian Kak Kaoru benar-benar terjadi dan keseluruhan klan menjadi target selanjutnya," ujarnya. "Selain itu, aku ingin paman menginformasikan hal ini kepada seluruh kepala keluarga dan kepala klan yang melayani Klan Shiba untuk datang ke tempat ini malam ini juga. Kita akan segera mengadakan rapat darurat mengenai permasalahan ini."

Hikoma mengangguk hormat. "Akan segera saya laksanakan." Ia pun segera pergi meninggalkan ruangan itu untuk segera menyampaikan titah dari Takeru. Kemudian, Takeru melihat ke arah Chiaki.

"Chiaki, aku ingin kau memilih beberapa samurai dan juga Kuroko untuk mengumpulkan informasi. Kemudian, carilah kebenaran ataupun informasi mengenai serangan yang dialami oleh Nona Kaoru dan segera informasikan kepadaku. Hal ini akan kubawa ke dalam rapat darurat internal klan," titahnya kepada Chiaki.

Chiaki tersenyum menyeringai seraya berkata, "Serahkan hal ini kepadaku, Takeru. Lagipula, aku juga masih tidak yakin dengan berita ini, terlebih Genta memiliki kemampuan Iai yang paling baik di antara kita."

Takeru tersenyum dan mengangguk. "Ah ... aku percayakan kepadamu."

Kemudian, Chiaki langsung pergi dari ruangan itu, meninggalkan Takeru yang kini terjebak dalam lamunannya. Matanya kini tak lepas dari gulungan surat yang dikirimkan oleh Genta tadi. Hingga tak lama kemudian, suara pintu bergeser menghentikan lamunannya.

Ia melihat sosok perempuan berambut coklat panjang bersanggul dengan kimono berwarna pink layaknya bunga sakura. Perempuan itu menggendong sosok bayi laki-laki berusia delapan bulan yang tertutupi kain berwarna merah. Di sebelah perempuan itu, berdiri juga seorang perempuan dengan rambut hitam bergelombang namun pendek sebahu. Perempuan tersebut menggunakan sebuah hakama dan juga menyandang sebuah pedang di punggungnya.

"Mako ... Kotoha ...," gumam Takeru ketika melihat kedua sosok perempuan itu. Kedua perempuan itu merupakan anggota Shinkenger generasi kedelapan belas bersama dengannya yang sempat mendapat peran sebagai kepala klan walaupun sebelumnya ia hanya menjadi bayangan dari Kaoru karena Kaoru adalah Kepala klan Shiba kedelapan belas yang sebenarnya. Perempuan berkimono itu bernama Shiraishi Mako, pengguna Shinken-ryu yang berbasis kekuatan langit, sedangkan perempuan yang mengenakan hakama bernama Hanaori Kotoha, pengguna Shinken-ryu berbasis kekuatan bumi. Kini, Mako menjadi anggota tidak aktif dalam Shinkenger semenjak ia menikahi Takeru dan memiliki putra yang tengah ia gendong saat ini.

Mako, yang melihat bahwa Takeru tengah memasang raut gelisah, berkata kepada Takeru, "Apa yang terjadi, Takeru? Mengapa kau terlihat gelisah seperti itu?"

Takeru mencoba untuk menyembunyikan raut gelisahnya dari pandangan Sang istri. Ia tersenyum tipis dan berkata, "Tidak ... tidak apa-apa." Kemudian, matanya melihat ke arah putranya yang tengah tertidur. "Bagaimana keadaan, Naruto? Dia baik-baik saja 'kan?"

"Kau mencoba untuk menyembunyikan sesuatu lagi, ya?" Bukannya menjawab pertanyaan Takeru, Mako malah berkata demikian. Takeru sedikit terkejut dan mengubah raut mukanya dan berkata, "Hehe, ketahuan ya."

Mako hanya bisa sedikit cemberut sambil memanggil salah satu Kuroko, pelayan yang ada di Klan Shiba. Ia menyerahkan putranya agar bisa diasuh oleh Kuroko itu, sementara ia dan Kotoha tetap tinggal di ruangan tersebut. "Kau tahu ... sudah beberapa kali kau melakukan hal itu, bahkan saat aku masih menjadi anggota aktif Shinkenger. Apalagi aku sempat mendengar secara samar kalau kau akan mengadakan rapat darurat dengan seluruh kepala keluarga dan kepala klan yang melayani Klan Shiba. Sebenarnya apa yang terjadi?" kata Mako dengan panjang lebar.

Takeru terdiam sambil menerawang ke depan. Tak lama kemudian, ia berkata, "Sebaiknya kalian berdua ikut saja dalam rapat kali ini. Agar semuanya menjadi lebih jelas, tidak hanya untuk kalian tapi seluruh klan."

Tak lama kemudian, Hikoma datang untuk memberitahukan bahwa seluruh kepala keluarga dan kepala klan telah berada di ruang pertemuan. Takeru dan kedua perempuan itu pun segera memasuki ruang pertemuan. Ruangan itu hanya terdiri atas ruangan yang sangat luas dan terdapat beberapa bantal duduk yang sekarang telah ditempati oleh tiap kepala keluarga serta kepala klan.

Di sisi ujung ruangan, terdapat sebuah panggung kecil dan dua buah bantal duduk yang akan ditempati oleh Takeru dan Mako. Di kedua sisi panggung tersebut, terdapat dua bantal duduk yang akhirnya diduduki oleh Kotoha dan Hikoma. Takeru menghadap ke arah sekumpulan orang yang duduk di hadapannya, lalu ia sedikit membungkuk hormat dan berkata, "Terimakasih kepada setiap kepala keluarga dan kepala klan yang ada di Kota Pedang ini karena anda sekalian berkenan untuk memenuhi panggilan darurat ini."

Seorang kepala klan menganggukkan kepalanya dan berkata, "Kami tidak masalah akan hal itu, Tuan Takeru. Kalau boleh tahu, apa yang sebenarnya terjadi?"

Takeru kembali menegakkan badannya. Ia menatap mereka dalam-dalam, lalu berkata, "Beberapa waktu yang lalu, saya mendapatkan kabar dari salah satu anggota Shinkenger yang mengawal Nona Kaoru bahwa rombongan mereka diserbu oleh segerombolan orang yang diduga orang-orang suruhan dari klan Kurozumi dan Hyakujuu Kaizokudan. Saat ini, Chiaki dan para Kuroko tengah mencari kebenaran mengenai informasi ini dan kita baru bisa mendapatkan informasi tersebut paling cepat besok lusa."

Kumpulan kepala keluarga dan kepala klan itu seketika riuh dengan berbagai pendapat. Mereka tidak menyangka bahwa klan Kurozumi dan juga Hyakujuu Kaizokudan melakukan penyerbuan ke rombongan dari Shiba Kaoru. Shiraishi Mamoru, kepala klan Shiraishi dan juga ayah dari Mako, membungkuk hormat kepada Takeru dan berkata, "Maafkan saya jika sedikit lancang, Tuan Takeru. Namun, apakah Nona Kaoru juga menyurati anda tentang hasil rapat antar klan di Kota Bunga?"

"Dalam surat yang dikirimkan oleh Umemori Genta, salah seorang anggota Shinkenger yang mengawal Nona Kaoru, polemik politik di Kota Bunga tengah tidak stabil, terlebih semenjak kematian Tuan Oden dan naiknya Orochi ke tahta Keshogunan Wano." Bukan Takeru yang menjawab, melainkan Hikoma. "Kami takut kalau Orochi malah mengincar klan kita, karena bagaimanapun juga, Klan Shiba telah diakui dan dipercayai oleh Klan Kozuki untuk bisa berdiri sendiri secara netral."

Takeru mengangguk dan membenarkan pernyataan dari Hikoma. "Klan kita saat ini tengah menghadapi ancaman yamg cukup serius, terutama semenjak Hyakujuu Kaizokudan menapakkan kaki di Wilayah Wano. Oleh karena itu, aku meminta kepada kalian untuk memperketat penjagaan di kota dan juga desa-desa sekitar yang masih termasuk ke dalam wilayah kita. Kalian juga harus memasang Mojikara 'pelindung' berlapis agar tidak mudah ditembus oleh para bajak laut tersebut," jelasnya.

Tak lama setelah itu, tiba-tiba saja, Takeru menundukkan kepalanya dalam-dalam. Semua orang yang hadir di situ sontak terkejut. "Tuanku!" seru Hikoma beserta yang lain.

Namun Takeru tidak mengindahkan seruan mereka dan tetap menunduk seraya berkata, "Aku tahu bahwa kita baru saja berhasil membenahkan diri semenjak peperangan terakhir kita melawan Chimatsuri Doukoku dan para Ayakashi lainnya, tapi aku mohon kepada kalian untuk memberikan kekuatan sekali lagi dalam melindungi keluarga besar kita di sini. Meskipun mereka sangat kuat, tapi jika kita bekerja sama, kita bisa mengusir mereka dari wilayah kita, syukur-syukur kita juga berhasil mengusir mereka dari Wano."

Beberapa saat kemudian, seruan demi seruan kembali terdengar di ruangan itu. Seruan dari mereka yang kembali siap mengorbankan nyawa mereka untuk keselamatan sanak keluarga mereka, seruan dari mereka yang menyandang nama 'Samurai'. Takeru hanya bisa tersenyum tipis ketika melihat keramaian yang disebabkan oleh seruan tersebut.

Tapi tanpa disadarinya, salah seorang kuroko yang menghidangkan jamuan kepada setiap kepala keluarga maupun kepala klan dalam pertemuan itu tampak menyeringai bengis dalam diam. "Sebentar lagi ... sebentar lagi kalian akan habis, Klan Shiba," gumamnya.


.

~Maelstrom The Oni Samurai~

.


Dua hari kemudian, Chiaki dan timnya mengirimkan kabar yang cukup buruk ke klan melalui perantaraan Kuma Origami. Mereka berhasil menemukan lokasi dimana rombongan Klan Shiba mengalami penyerbuan. Di tempat itu, mereka menemukan sekumpulan mayat samurai dan juga Kuroko yang mengawal Kaoru. Selain itu, mereka juga menemukan pedang Shinkenmaru milik Kaoru yang patah menjadi dua serta patahan bilah pedang Sakanamaru milik Genta. Namun, mereka tidak menemukan mayat dari Kaoru maupun Genta.

Takeru, yang semakin kalut setelah mendengar kabar dari Chiaki, kembali memerintahkan kepada setiap kepala keluarga maupun kepala klan untuk memperketat penjagaan di wilayah mereka masing-masing. Ia sendiri melatih kembali ilmu pedangnya di lapangan latihan milik klan Shiba untuk mempersiapkan diri menghadapi pertempuran yang mungkin tidak dapat dihindari.

Keesokan harinya, Chiaki dan timnya sudah kembali ke wilayah Klan Shiba sambil sedikit membawa kabar dari Kota Bunga bahwa Orochi telah menutup akses komunikasi Wano ke luar, sehingga membuat Wano menjadi wilayah yang terisolir. Selain itu, mereka juga membawa pulang Shinkenmaru dan patahan bilah Sakanamaru dari lokasi kejadian. Namun, Chiaki dan timnya tidak dapat informasi mengenai rencana sebenarnya dari Orochi ataupun kabar berikutnya dari Kaoru dan Genta.

Ketika hari mulai beranjak siang, kediaman Klan Shiba kedatangan sesuatu yang tidak disangka. Tampak sebuah robot berbentuk cumi-cumi serta lobster datang membawa sebuah surat beserta sebuah bungkusan berisi tiga buah disk dan sebuah telepon genggam. Takeru mengumpulkan seluruh anggota utama Shinkenger yang tersisa, Ikenami Ryunosuke, Tani Chiaki, Hanaori Kotoha, beserta Kusakabe Hikoma ke ruangan utama. Ia mengambil surat tersebut dan membacanya di depan mereka.

'Take-chan, jika kau membaca surat ini, maka hidupku sudah berakhir.

Serbuan yang dilakukan Hyakujuu Kaizokudan beserta si brengsek Orochi itu sendiri benar-benar tidak disangka. Nona Kaoru sendiri sudah mengatakan dengan tegas di dalam rapat antar klan utama bahwa Klan Shiba tetap akan berdiri mandiri untuk menghormati keputusan Klan Kozuki yang merupakan Pewaris sah Wano Kuni, tetapi dasar si brengsek Orochi yang tidak menginginkan adanya dua penguasa dalam satu negeri, ia memutuskan untuk menyerang Nona Kaoru di tengah perjalanan. Mungkin saat ini, mereka membiarkan kalian untuk tidak menerima informasi apapun dan akan segera melancarkan serangan kepada kalian.

Berita yang cukup mengejutkan kami saat penyerbuan itu adalah fakta bahwa Jack beserta Orochi memiliki kekuatan Akuma no Mi yang sepertinya bertipe Zoan. Kekuatan mereka boleh dibilang setara dengan para Ayakashi yang pernah kita hadapi, serta ditambah dengan kekuatan Haki yang juga mereka kuasai. Aku dan Nona Kaoru sempat kewalahan untuk menyerang mereka, bahkan kami terkena racun atas gigitan Orochi yang berubah menjadi ular berkepala delapan. Bilah Sakanamaru milikku terpotong sebagian dan bilah Shinkenmaru milik Nona Kaoru patah menjadi kekuatan haki mereka.

Kami berhasil lolos dari mereka karena kami menjatuhkan diri ke sungai dan bersembunyi dari mereka, tetapi keadaan semakin memburuk. Sehari sebelum aku menulis surat ini, Nona Kaoru sudah meregang nyawa karena racun itu. Aku sendiri juga mulai merasa mati rasa.

Mulai saat ini, kau adalah kepala klan Shiba yang baru sesuai dengan wasiat yang disampaikan Nona Kaoru melalui perantaraan suratku sebelumnya. Aku harapkan kau bisa mewariskan legasi klan Shiba hingga generasi berikutnya dan merusak rencana Orochi yang ingin membumihanguskan klan kita.

Tertanda,

Umemori Genta'

Takeru menutup surat itu sambil menitikkan air matanya. Tidak hanya dia, ketiga anggota Shinkenger yang lain beserta Hikoma juga ikut menitikkan air mata. Mereka tidak menyangka bahwa sahabat mereka harus pergi terlebih dahulu melewati sungai Sanzu.

"Kenapa? ... kenapa!? ... kenapa kau harus pergi terlebih dahulu, Gen-chan!?" Chiaki memukul tatami sambil berteriak kesal. Tidak ada satupun orang yang menanggapi seruan Chiaki. Mereka masih terlarut ke dalam kesedihan yang mendalam.

"Genta, kini kau benar-benar telah menjadi samurai sejati," gumam pria muda berambut coklat gelap yang mengenakan hakama biru bernama Ryunosuke itu. "Tapi tidak kusangka kau harus pergi seperti ini."

Di tengah-tengah kesedihan itu, Takeru berkata, "Paman, pergilah dan umumkan hal ini. Lalu, katakan kepada setiap kepala keluarga dan kepala klan, bahwa status kota ini dan daerah sekitar ditingkatkan menjadi siaga penuh dan aktifkan Mojikara 'pelindung' berlapis."

Hikoma mengangguk dan segera pergi untuk memberitakan kabar ini. Layaknya api yang membabat habis ilalang kering, kabar itu tersiar cepat ke seluruh wilayah klan Shiba. Semua orang mulai ikut berkabung atas nasib yang menimpa kepala klan Shiba sebelumnya serta salah satu anggota Shinkenger yang mengawalnya.

Di dalam kediaman utama Klan Shiba, Takeru tampak tidur ditemani oleh Mako dan juga putra mereka, Naruto. Takeru tampak melamun menatap ke langit-langit sambil mengelus-elus pucuk rambut dari Mako.

Akan tetapi, Mako menyadari bahwa Takeru masih terlarut ke dalam kesedihan dan terbebani akan berita yang disampaikan Genta melalui surat terakhirnya. Ia menghadap ke Takeru dan berkata, "Apa yang sedang kau pikirkan, Takeru?"

Takeru yang mendengar pertanyaan Mako hanya menjawab, "Aku takut, Mako. Aku takut kalau aku tidak bisa menjaga klan kita dari ancaman sekarang ini, terlebih kita tidak tahu kekuatan Orochi dan Kaido yang sebenarnya. Genta mengatakan bahwa kekuatan Orochi setara dengan Ayakashi, tapi siapa tahu kalau kekuatan mereka lebih besar dan hampir sama dengan kekuatan Doukoku."

Mako, yang mendengar Takeru sedikit curhat kepadanya, terkikik geli. Takeru mendengar kikikan itu dan bertanya kepadanya, "Kenapa kau malah tertawa? Ini tidak lucu kau tahu."

"Bukan ... bukan seperti itu. Hanya saja, aku jadi teringat imej awal yang kau tampilkan ketika kita berlima pertama kali berkumpul. Saat itu, kau menampilkan imej layaknya seorang tuan berhati dingin dan berorientasi kepada misi kita sebagai samurai, tapi sekarang, mendengar dirimu curhat seperti ini membuatku berpikir kalau hatimu tidak sedingin yang ingin kau tampilkan," jelas Mako sambil tersenyum.

Takeru tersipu malu ketika mendengar hal itu. "Jangan ingatkan aku tentang hal itu," katanya. Mako hanya kembali terkikik pelan.

"Jika mereka datang untuk menyerang kita, maka kita akan hadapi mereka bersama-sama. Seperti saat kita bersama-sama menyegel Chimatsuri Doukoku kembali ke Sungai Sanzu, kita akan menghadapi Hyakujuu Kaizokudan serta Kurozumi Orochi bersama-sama," ujar Mako.

Takeru tersenyum tipis, lalu mengecup dahi Mako. Meski begitu, ia bergumam dalam hatinya, "Tidak, Mako. Kau harus tetap hidup. Tidak untuk diriku, tapi untuk anak kita." Setelah itu, otaknya terus berputar untuk memikirkan rencana agar bisa lolos dari tangan Orochi.

Hingga pada akhirnya, sebuah rencana muncul di otaknya. Ia bangun dari tempat tidurnya dan menuju ke ruangan tengah. Di sana, terdapat sebuah denden Mushi yang diletakkan di atas meja. Ia mengambil denden mushi tersebut dan mencoba menghubungkannya kepada seseorang.

Tak lama kemudian, mata denden mushi itu mulai terbuka. "Ini aku," ujar denden mushi itu.

"Bisakah aku meminta tolong kepadamu?" tanya Takeru dengan nada lirih. Denden mushi itu mengangguk pertanda setuju. Kemudian, Takeru mengatakan semua rencana yang baru saja ia pikirkan melalui denden mushi itu.

Tak lama setelahnya, denden mushi itu mengangguk kembali. "Serahkan saja padaku," katanya. Takeru tersenyum tipis dan berkata, "Aku percayakan kepadamu, Kadoya Tsukasa." Setelah itu, ia menutup denden mushi itu dan kembali menuju ke kamarnya. Tanpa ia sadari, Mako mendengarkan semuanya dari balik pintu.

Keesokan harinya, Takeru kembali mengumpulkan Ryunosuke, Chiaki, Kotoha dan Hikoma ke dalam ruang pertemuan. Setelah itu, Kuroko masuk sambil membawa patahan pedang Sakanamaru serta pedang Shinkenmaru.

"Tuanku, ada apa anda memanggil kami semua?" Ryunosuke berinisiatif untuk bertanya kepada Takeru.

Takeru tersenyum tipis dan berkata, "Aku ingin membuat sebuah proyek untuk membuat sebuah pedang spesial yang berisi hampir seluruh kekuatan Mojikara kita sebagai warisan bagi putraku, kalau-kalau kita tidak berhasil mengalahkan Orochi dan Kaido beserta pasukan mereka."

Keempat orang itu cukup terkejut mendengar perkataan tuan mereka. "Membuat sebuah pedang spesial yang berisi hampir seluruh kekuatan Mojikara?" gumam Chiaki, "Apakah itu mungkin?"

"Kita tidak akan tahu sebelum mencobanya," ujar Takeru. "Selain itu, aku ingin kau membuat jalur evakuasi bersama para Kuroko dan setiap kepala keluarga atau klan bagi warga kita yang tidak memiliki kemampuan bertarung untuk keluar dari negeri ini, Paman Hikoma."

Hikoma mengangguk ketika mendengar permintaan Takeru. Tak lama kemudian, Ryunosuke kembali berkata, "Tuanku, apakah anda juga ingin memasukkan kekuatan origami dan Inroumaru kepada pedang itu?"

"Tentu saja, tapi yang paling utama adalah kekuatan dari kelima origami utama beserta kekuatan origami milik Genta. Karena untuk membuat pedang itu membutuhkan waktu dan kekuatan Mojikara yang banyak," jelas Takeru. "Untuk bahan mentah pedang itu, kita bisa menggunakan pecahan pedang milik Genta serta Kak Kaoru. Dan kita juga perlu menggunakan sushi changer milik Genta untuk membuatnya. Kemudian saat penyerangan terjadi, aku ingin Kotoha bersama Paman Hikoma untuk mengawal Mako serta Naruto pergi dari negeri ini, sementara aku, Ryunosuke dan Chiaki akan menghadang mereka."

Kotoha mengangguk hormat ketika mendengar perintah Takeru. Chiaki yang merasa kalau setiap orang telah setuju, kemudian berkata, "Ya sudahlah, kalau begitu mari kita buat pedang itu."

"Dan kalian tidak bisa membuat pedang itu tanpa Mojikara milikku juga 'kan?" Sebuah suara menarik minat kelima orang di ruangan itu. Mereka menengok ke arah pintu dan melihat Mako tengah bersedekap sambil menatap tajam mereka.

"Mako/Nee-chan/Mako-chan," kata kelima orang itu sambil sedikit salah tingkah. Mako masih menatap tajam mereka sebelum akhirnya ia menghela nafasnya secara perlahan. Ia memasuki ruangan itu sambil berkata kepada Takeru, "Jadi ini yang kau pikirkan semalam, Takeru?"

"Maafkan aku, Mako." Hanya itu yang bisa Takeru katakan saat ini. Mako menggeleng. "Tidak apa-apa, tapi lain kali tetap libatkan aku jika ini berhubungan dengan keselamatan anak kita," ujarnya.

Takeru hanya tersenyum tipis mendengar perkataan Mako. Setelah itu, ia mengambil Sushi Changer milik Genta dan bergumam, "Genta, berikan kami kekuatanmu." Kemudian, ia membuka benda itu dan menekan beberapa tombol hingga terciptalah lambang '合'. Ia mengarahkan huruf itu ke arah ketiga patahan pedang yang tergeletak di depannya. Garis-garis cahaya keemasan mulai bergerak menuju ketiga patahan pedang itu hingga ketiganya terselimuti cahaya tersebut. Lama-kelamaan, ketiga patahan pedang itu mulai menyatu menjadi sebuah Nodachi yang cukup panjang.

Mereka membuat rangka pedang itu secara bergantian menggunakan alat milik Genta. Hal ini dikarenakan Sushi Changer milik Genta menghasilkan Mojikara yang bisa digunakan oleh para pengrajin dan Genta sendiri berhasil membuat sebuah Origami menggunakan Sushi Changer miliknya.

Beberapa hari kemudian, pedang itu sudah terbentuk dengan sempurna. Namun mereka belum memasukkan kekuatan Mojikara ke dalam pedang itu. Setelah itu, Takeru mengambil Shodophone miliknya dan menaruh Mojikara '火' dan '雷' ke dalam pedang itu. "Sekarang giliran kalian berempat beserta Paman yang menaruh Mojikara milik Genta ke dalam pedang itu," ujar Takeru.

Ryunosuke, Chiaki, Kotoha dan Mako mengangguk dan segera mengambil Shodophone masing-masing. Setelah itu, mereka menggoreskan lambang '水' , '木' , '土' , dan '天' di udara. Hikoma juga menekan beberapa tombol pada Sushi Changer hingga lambang '光' ikut muncul di udara. Mereka berlima mengarahkan kelima lambang itu ke arah pedang yang mereka buat tadi. Kelima lambang tersebut perlahan terserap ke dalam pedang hingga bilah pedang itu mulai terukir lambang-lambang tadi.

Ketika mereka ingin mulai memasukkan kekuatan origami ke dalam pedang itu, tiba-tiba saja terdengar suara ledakan disertai suara alarm bahaya berupa ketukan kayu mulai berkumandang. Dalam keadaan panik itu, seorang Kuroko datang dan membisiki Hikoma.

"Tuanku, pasukan Orochi dan Hyakujuu Kaizokudan sudah mulai mengacau di kota!" seru Hikoma.

Mereka semua terkejut mendengar kabar itu. "Bagaimana bisa mereka menembus Mojikara pelindung berlapis yang kita pasang pada dinding kota?" kata Ryunosuke penuh tanda tanya.

"Menurut kesaksian penjaga yang tengah berjaga dan juga selamat dari serbuan mereka, beberapa anggota Hyakujuu Kaizokudan melapisi serangan mereka dengan haki serta sesuatu seperti petir hitam pada senjata mereka," balas Hikoma.

"Bushosoku Ryu-O," gumam Takeru. Kemudian, ia menoleh kepada Ryunosuke dan Chiaki sambil berkata, "Ryunosuke ... Chiaki, kalian bersiaplah untuk bertempur."

"Hai," ujar Ryunosuke dan Chiaki. Mereka berdua langsung pergi dari ruangan itu untuk mempersiapkan diri. Kemudian, Takeru menghadap Hikoma, Kotoha dan Mako. "Mako, bawa pedang ini, Inroumaru, beserta kelima hidden disk origami utama kita dan Naruto pergi dari pulau ini. Pergilah menuju ke arah utara, di sana akan ada sebuah kapal yang kupersiapkan agar kalian bisa pergi dari pulau ini. Paman, Kotoha, aku mohon tolong jaga Mako dan Naruto untukku," ujar Takeru.

Ketiganya mengangguk dan langsung pergi dari ruangan itu. Takeru langsung membawa dua buah disk ke dalam penyimpanan rahasia Klan Shiba. Disk pertama berwarna merah tua dengan ornamen biru dan sebuah lambang '王', sedangkan disk kedua berwarna merah marun dengan lambang siluet hewan bergigi tajam. Ia membuka penyimpanan itu dan langsung memasukkan ketiga benda itu ke dalamnya. "Tidak akan kubiarkan kalian memiliki kekuatan rahasia Klan Shiba," batinnya. Lalu, ia mengambil Shodophone miliknya dan mulai menggoreskannya ke udara. Goresan-goresan tersebut membentuk lambang '鍵' dan mulai mengunci pintu penyimpanan rahasia itu.

Setelah selesai menguncinya, Takeru langsung mempersiapkan dirinya untuk menyambut serbuan dari Orochi dan Kaido beserta pasukan mereka.


.

~Maelstrom The Oni Samurai~

.


Sejauh ini, pelarian mereka berjalan mulus.

Di sela-sela pembuatan pedang yang dilakukan Takeru dan yang lain, Hikoma berhasil membuat jalur evakuasi bersama para Kuroko dan juga kepala klan yang ada di wilayah klan Shiba. Oleh karena itu, meskipun Orochi beserta pasukannya menyerang mereka secara mendadak, para warga yang tidak bisa bertarung menjadi aman untuk bisa kabur dari tempat itu.

Mako terus berlari sambil menggendong Naruto sementara Kotoha dan Hikoma menyusul di belakangnya. Kotoha membawa pedang yang belum sempurna tadi di punggungnya sementara Hikoma membawa kotak berisi kelima origami disk dan juga Inroumaru di dalam hakama miliknya.

Tiba-tiba saja di dalam sebuah hutan, sekumpulan orang langsung menghadang mereka. Kotoha langsung menodongkan katana miliknya ke arah orang-orang itu. Sekumpulan orang itu dipimpin oleh seorang pria tinggi besar dan memiliki tanduk di kepalanya. Rambutnya yang berwarna pirang terlihat menjuntai hampir ke bawah. Ia membawa dua buah pedang sabit dan mengacungkannya ke arah Kotoha dan yang lain. Di samping pria itu, berdiri juga sosok wanita yang tingginya hampir menyamai pria itu. Wanita itu mengenakan gaun berwarna hitam dan rambutnya digelung menyerupai rambut para Geisha.

"Siapa kalian!?" Hikoma berseru sambil menanyakan identitas kelompok orang itu. Pria yang memiliki tinggi menjulang itu hanya tertawa keras. "Hahaha ... kau pasti tidak menyangka bahwa ada yang langsung menghadang kalian, 'kan? Kami adalah armada Hyakujuu Kaizokudan."

"Hyakujuu Kaizokudan?" gumam Mako sambil mengeratkan gendongannya pada Naruto. "Untuk apa kalian menghadang kami?"

Wanita yang berdiri di samping pria tadi tertawa menggoda. "Ara~, bukan kami yang pantas menjawab pertanyaan itu. Ada satu orang yang ingin bertemu dengan kalian," ujar wanita itu. Tak lepas setelah wanita itu berbicara, muncul seseorang berbalut pakaian serba hitam dan wajahnya mengenakan kain penutup berwarna hitam yang menyelimuti kepalanya. Ketiga orang yang dihadang tadi sontak terkejut.

"Seorang Kuroko?" Hikoma menggerakkan tangannya menuju pedangnya sambil pandangannya tidak lepas pada orang berbalut pakaian hitam itu. "Siapa sebenarnya dirimu?"

Tangan orang itu bergerak ke atas untuk membuka kain penutup wajahnya hingga tampaklah sosok pria muda mengenakan kacamata bulat dan memiliki rambut berwarna perak. Tangannya membuang kain penutup itu dan berkata, "Akhirnya, aku bisa membalaskan dendamku kepada kalian, Klan Shiba."

Hikoma kembali mengeratkan tangannya pada gagang pedangnya. "Sekali lagi, siapa sebenarnya dirimu?" tanyanya dengan nada tegas. Kotoha pun tetap mengacungkan pedangnya sambil sebelah tangannya mencoba untuk melindungi Mako dan Naruto.

Pria muda itu menyeringai dan berkata, "Perkenalkan, namaku adalah Yakushi Kabuto. Senang bertemu dengan kalian." Hikoma sontak terkejut lagi mendengar nama pria itu. "Kau ... kau dari Klan Yakushi?"

Mako dan Kotoha yang bingung dengan reaksi Hikoma sontak menengok ke arahnya. "Hikoma-san, memangnya ada apa dengan Klan Yakushi?" tanya Kotoha sambil tidak melepaskan kewaspadaannya.

Hikoma sedikit meneguk ludah kasar. "Klan Yakushi adalah salah satu klan yang dianggap heretic puluhan tahun yang lalu. Hal ini dikarenakan kepala klan tersebut beserta beberapa anggotanya melakukan penelitian kejam kepada anak-anak tak bersalah untuk mengembangkan Mojikara. Catatan mengenai klan itu sebenarnya sudah disimpan ketat di bagian terdalam penyimpanan rahasia dan keberadaan mereka sudah dihapus atas perintah Klan Shiba beserta Klan Sakakibara sebagai kedua klan yang pertama kali mengembangkan Mojikara," jelasnya.

Pria bernama Kabuto itu memasang raut sinis. "Pemimpin Klan Shiba yang kelima saat itu memerintahkan untuk menghapuskan keberadaan klan kami dan mengeksekusi masal semua anggota Klan Yakushi. Kebetulan sekali saat eksekusi itu terjadi, aku tengah berada di Kota Bunga untuk membeli tanaman herbal yang saat itu hanya ada di Kota Bunga. Ketika aku kembali itulah, aku menaruh kebencian yang sangat besar terhadap kalian," ujarnya.

Tak lama kemudian, ia malah menyeringai keji. "Tapi terimakasih juga kepada kalian, rasa kebencian itu meluap-luap dengan sangat kuat dan mulai saat itu juga ..." Kabuto memotong perkataannya dan tiba-tiba saja, api berwarna ungu menjalar dari tubuhnya serta mengubahnya menjadi sosok makhluk humanoid dengan muka gabungan manusia dan ular. Badannya seperti terbalut dari tulang-tulang hewan dan armor karatan. Di punggungnya, terdapat sayap yang terbentuk dari kerangka tulang. "Aku memutuskan untuk menjadi Gedoshū."

Hikoma dan Kotoha langsung mengacungkan pedang mereka ke arah Kabuto. Mereka tidak menyangka bahwa masih ada lagi manusia setengah Gedo yang masih berkeliaran selain seseorang yang mendapat julukan Samurai Berdarah, terlebih semenjak Chimatsuri Doukoku berhasil disegel kembali oleh para Shinkenger generasi saat ini. Mereka mengeratkan pegangan pada pedang mereka sambil terus mewaspadai gerakan ketiga musuh itu.

"Tidak ada cara lain, sepertinya aku juga harus meminjam kekuatan milik Genta untuk bisa mengimbangi mereka." Hikoma mengambil Sushi Changer dari balik hakamanya. Ia melirik ke arah Kotoha sambil berkata, "Kotoha, bersiaplah!"

"Hai," balas Kotoha sambil mengambil shodophone miliknya. Tapi ketika mereka berdua hampir saja melakukan transformasi, Mako malah menyerahkan Naruto ke dalam dekapan Kotoha. Kotoha yang bingung dengan perilaku Mako pun berkata, "Mako-chan, kenapa kau malah menyerahkan Naruto kepadaku?"

"Kau masih terlalu muda untuk mati pada pertarungan seperti ini, Kotoha-chan. Aku ingin meminta tolong kepadamu untuk menjaga dan membesarkan Naruto karena bagaimanapun juga, ia pusaran kecilku yang berharga," balas Mako.

"Tapi Mako-chan, bukankah lebih baik dirimu saja yang membesarkan Naruto? Aku tidak apa-apa jika harus mati di dalam pertarungan ini agar kalian bisa keluar dari pulau ini dengan selamat," tukas Kotoha.

Mako tetap menggelengkan kepalanya. Ia mengeluarkan Shodophone dari balik kimono miliknya dan menghadap ke arah sekumpulan bajak laut di depan mereka. "Memang benar jika seperti itu. Tapi, melihat Takeru terus-menerus memikirkan hal itu dan berjuang, aku merasa hanya menjadi wanita bodoh yang hanya bergantung kepada suaminya meskipun aku juga seorang samurai." Ia membuka shodophone miliknya dan mengubahnya menjadi kuas. "Lagipula, aku bangga bisa melindungi pusaran kecilku hingga titik darah penghabisan," ujarnya sambil tersenyum kecil.

Hikoma hanya bisa menghela nafas pasrah dan mulai berdiri sejajar dengan Mako. Namun sebelumnya, ia memberikan kotak berisi kelima Origami disk dan Inroumaru kepada Kotoha. "Kau ini memang keras kepala, sama seperti Tuan," tukas Hikoma sambil sedikit terkekeh pelan.

Mako pun ikut terkekeh pelan. "Mau bagaimana lagi, aku kan istrinya." Kedua orang itu mulai berjalan pelan ke arah bajak laut monster itu. Hikoma membuka Sushi Changer itu dan menekan tombol yang ada di tengah dan bertuliskan lambang '光'.

[Irashaii]

'Kupinjam kekuatanmu, Genta.' Hikoma menutup alat berbentuk telepon genggam itu, mengambil sebuah disk dan melipatnya serta menaruhnya pada sisi punggung alat itu yang terdapat sebuah cekungan hingga alat itu terlihat seperti sebuah sushi. Dalam waktu yang sama, Mako mulai mengarahkan tangannya ke depan sambil berkata, "Shodophone, Ippitsu Shoujo." Setelah itu, ia membuat goresan di udara dan muncullah lambang '天' berwarna pink. Ia membalikkan lambang itu hingga garis-garis tepi goresan pada lambang itu berwarna putih.

Hikoma pun ikut berkata, "Ikkan Kenjo". Kemudian, tampaklah lambang '光' berwarna keemasan di depan tubuhnya bersamaan dengan Mako yang memiliki lambang '天' di depannya. Kedua lambang itu mulai menyelimuti tubuh kedua orang itu hingga keduanya tampak mengenakan sebuah suit berwarna pink dan emas (lihat Shinken Pink dan Shinken Gold pada serial Samurai Sentai Shinkengers). Keduanya pun menarik pedang mereka dan siap untuk bertempur.

"Shinken Pink, Shiraishi Mako," ujar orang yang mengenakan suit samurai berwarna pink yakni Mako. "Onajiku Gold, Kusakabe Hikoma." Orang dengan suit samurai berwarna emas atau Hikoma ikut menimpali. Keduanya langsung berlari ke arah bajak laut itu sambil berteriak, "Shinkenger, datang!"

Pria bertubuh tinggi besar tadi sontak berteriak, "Yarodomo, musnahkan mereka semua!" Orang-orang yang sedari tadi berdiri di belakang pria dan wanita bertubuh tinggi besar itu sontak menyeruak serta langsung menyerang kedua samurai yang berlari itu.

Suara dentingan pedang dan tembakan mulai memenuhi hutan itu. Meski pedang yang ia sandang bukanlah Sakanamaru, tapi Hikoma tetap menyerang dengan ganas sambil tetap menggunakan teknik Iai yang hampir setara dengan milik Genta. Mako pun tidak ketinggalan untuk menari bersama Shinkenmaru miliknya. Ia terus menerus menangkis, menebas, menusuk serta menahan serangan demi serangan yang dilancarkan ke arahnya dan juga ke arah Kotoha.

Kotoha sendiri masih berlindung di balik pohon sambil terus mengeratkan pegangannya pada gagang pedang miliknya. Sesekali ia juga menangkis peluru yang ditembakkan oleh para bajak laut itu. Sembari menahan salah satu pedang anggota Hyakujuu Kaizokudan, Mako berkata dengan suara lantang, "Kotoha, pergilah terus ke arah dermaga di utara. Di sana, akan ada seseorang yang akan membantumu untuk keluar dari pulau ini."

Hikoma, yang juga sedang menahan pedang anggota bajak laut yang lain, sontak ikut berseru, "Serahkan saja mereka kepada kami! Prioritasnya adalah keselamatan Naruto sebagai pewaris kedua puluh Klan Shiba."

Kotoha mengangguk dan langsung berlari sambil membawa Naruto. Kabuto yang melihat Kotoha pergi mulai ikut berlari ke arah Kotoha. "Tak akan kubiarkan kau lolos!" Namun sayangnya, ia dihadang oleh Mako serta Hikoma. "Cukup sampai di situ, Gedoshuu," ujar Mako.

Tapi tiba-tiba saja, pria bertubuh tinggi menjulang tadi beserta wanita di sampingnya mulai berdiri sejajar dengan Kabuto dan berkata, "Serahkan saja yang ada di sini kepada kami, Kabuto. Lebih baik kau segera mengejar samurai wanita yang meloloskan diri bersama pewaris tunggal klan Shiba itu."

Kabuto pun mengangguk dan berkata, "Kalau begitu kuserahkan kepada kalian, Jack ... Black Maria." Ia pun langsung pergi menyusul Kotoha melalui celah sebuah pohon, meninggalkan pria bernama Jack tadi beserta Black Maria, wanita yang terus berdiri di samping Jack, di hadapan Mako serta Hikoma.

Hikoma sedikit menegukkan ludahnya secara kasar saat melihat ukuran tubuh Jack dan Black Maria. "Ukuran tubuh mereka selayaknya Ayakashi yang berada dalam fase kehidupan kedua mereka," ujarnya.

Jack yang mendengar perkataan Hikoma hanya menyeringai keji dari balik topengnya. "Sekarang ... mari kita bersenang-senang, wahai samurai mungil."


.

~Maelstrom The Oni Samurai~

.


Kotoha terus berlari tanpa melihat ke belakang.

Wajahnya berusaha untuk menahan rasa lelah dan kesedihan yang merengkuh hatinya. Tangannya terus mendekap bayi yang ada di dalam dekapannya dengan kuat sambil terus berlari tanpa kenal lelah. Kakinya terkadang terseok-seok karena rok hakama miliknya.

Tak berselang lama, ia menyandarkan dirinya pada sebuah pohon sambil menoleh ke belakang. Ia melihat sedikit kepulan asap di kejauhan. Bahkan tanpa sengaja, ia melihat siluet tiga sosok raksasa tengah bertarung satu sama lain. Ia mencoba untuk mengatur nafasnya dan matanya melirik ke arah bayi Naruto yang tengah tertidur pulas.

Meski apa yang lihat tampak lucu dan menggemaskan, Kotoha tidak terlihat mengeluarkan senyumannya. Ia menunduk dalam-dalam sambil mengeratkan dekapannya pada Naruto. "Maafkan aku ... maafkan aku, yang tidak bisa mengawal dan menjaga keluargamu dengan benar, Naruto," gumamnya sambil sedikit terisak.

Bayi Naruto tampak sedikit terusik dengan suara isakan lirih Kotoha. Ia menggeliat kecil di dalam dekapan Kotoha. Kotoha pun langsung mencoba menenangkan Naruto sambil sedikit menggoyang-goyangkannya agar ia tenang. Setelah Naruto mulai tenang, Kotoha pun mulai bersiap untuk pergi dari hutan itu.

Tapi tiba-tiba saja dari balik celah pohon, muncul Kabuto dalam wujud Gedonya. Kotoha sontak bersiaga sambil mempersiapkan shodophone miliknya. "Hahaha ... kau tidak akan bisa kemana-mana lagi, Shinken Yellow," ujar Kabuto sambil mengeluarkan pedang miliknya. "Lebih baik, kau membiarkan aku untuk membunuh bayi itu dan menuntaskan dendamku kepada Klan Shiba. Jika kau membiarkanku, hidupmu akan terjamin, bahkan mungkin kau bisa menjadi anak buah Black Maria di Onigashima. Hahaha!"

"Tidak akan kubiarkan kau membunuhnya!" Kotoha langsung mengubah Shodophone miliknya menjadi sebuah kuas dan berkata, "Ippitsu Soujo!" Ia pun membuat goresan-goresan di udara hingga membentuk lambang '土'. Seketika itu juga, lambang itu mulai menyelimuti tubuh Kotoha hingga tubuhnya mulai terbalut suit samurai berwarna kuning (lihat Shinken Yellow di serial Samurai Sentai Shinkenger).

Kotoha pun langsung menyerang Kabuto menggunakan Shinkenmaru miliknya. Meskipun ia membawa Naruto dalam dekapannya, hal itu tidak menyurutkan keganasan Kotoha dalam melakukan serangan seakan-akan setiap tebasan pedang yang ia lancarkan tersalurkan oleh emosi kesedihannya yang mendalam.

Tapi serangan yang penuh dengan sarat emosi itu terus-menerus berhasil digagalkan oleh Kabuto. Hingga pada sebuah kesempatan, Kabuto berhasil menebas Kotoha dengan sangat kuat di punggungnya. Kotoha pun jatuh tersungkur sambil terus tetap mendekap Naruto dengan erat namun tidak terlalu erat agar ia tetap bisa bernafas.

Kabuto mulai mendekati Kotoha secara perlahan. Mata pedangnya terangkat dan mengacung ke arah Kotoha. Ia berjalan sambil terus tertawa keji. "Sekarang ... dendamku akan terbalaskan," ujarnya sambil terus berjalan ke arah Kotoha yang hanya bisa meringkuk dan mendekap Naruto dengan erat.

Sesampainya ia di depan Kotoha, ia langsung mengangkatnya untuk menebas Kotoha dan Naruto sekaligus. "Matilah kalian!" seru Kabuto sambil langsung mengayunkan pedangnya. Kotoha kembali mendekap Naruto erat-erat sambil mencoba menahan rasa sakit yang akan datang kepadanya.

Tetapi tiba-tiba saja, suara tembakan terdengar dan beberapa peluru telah melesat menembus tubuh Kabuto. Kabuto langsung mundur beberapa langkah setelah tiba-tiba saja tertembak. Ia mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru tempat itu sambil berseru, "Siapa di sana!?"

Sebuah suara langkah kaki terdengar di balik semak-semak. Lalu, tampaklah sosok pria muda yang mungkin hampir seusia dengan Takeru. Pria itu memiliki rambut coklat sedikit terang, mengenakan kemeja berwarna magenta yang dibalut oleh semacam jubah atau jas seorang perwira angkatan laut. Di leher pria itu, terkalung sebuah kamera analog berwarna magenta. "Cukup sampai di situ, Gedoshū," ujar pria itu.

Kotoha dan Kabuto sedikit terkejut melihat penampakan sosok tersebut. "Wakil Admiral, Hakaishā no Tsukasa." Kabuto mengucapkan nama itu dengan nada sedikit ketakutan. Pria bernama Tsukasa itu hanya tersenyum tipis sambil berjalan pelan ke arah Kotoha. Kotoha sedikit waspada dengan kedatangan sang Wakil Admiral.

Siapa yang tidak mengenal Kadoya Tsukasa atau biasa dikenal sebagai Hakaishā no Tsukasa? Seorang wakil admiral yang memiliki kekuatan yang sangat berbeda di dunia ini. Ada yang bilang bahwa kekuatannya setara dengan senjata kuno yang pernah muncul di Abad Kekosongan. Kekuatan yang sangat besar hingga ia pun dijuluki sebagai Hakaishā no Tsukasa.

Tsukasa membantu Kotoha untuk berdiri. Setelah itu, ia menghadap ke arah Kabuto. "Serahkan saja Gedoshū itu kepadaku," ujarnya tanpa melihat ke arah Kotoha. "Pergilah ke Water 7 di Grandline, aku sudah meminta tolong kepada kenalanku di sana untuk menyiapkan sebuah tempat tinggal untuk kalian berdua. Mungkin kau harus menuju ke pulau berikutnya atau Zou untuk mengambil Eternal Pose sebelum memasuki Grandline. Kau bisa juga memakai kapal yang kusiapkan atau memakai Origami."

Kotoha melihat Tsukasa dengan sedikit terharu. Ia tidak menyangka bahwa seorang Wakil Admiral yang terkenal bersedia untuk membantu mengatasi konflik kecil di Wano. "Terimakasih banyak, Tsukasa-san." Ia mengatakan hal itu sambil menunduk hormat.

"Bukan apa-apa." Tsukasa mengatakannya sambil tersenyum. "Aku sudah mengenal Takeru cukup lama, terlebih saat ia memutuskan berkelana sebelum ia mengambil jabatan sebagai wakil kepala klan Shiba. Aku di sini juga karena ia menghubungiku tentang konflik antara klan kalian dengan Kaido dan anak buahnya."

Kemudian, ia melambaikan tangannya ke sambil seraya berkata, "Sebaiknya kau cepat pergi dari sini. Aku tidak bisa terlalu lama di sini karena aku bergerak atas nama pribadi dan bukan atas nama pemerintah dunia."

Kotoha mengangguk dan segera berlari meninggalkan tempat itu. Ketika Kabuto ingin mengejarnya, Tsukasa sudah menghadangnya terlebih dahulu menggunakan senjatanya yang telah berubah menjadi pedang. "Aku tidak akan membiarkanmu selangkah lebih jauh dari ini, Gedo no Kabuto," ujarnya.

"Hakaishā no Tsukasa, kau memanglah pengganggu." Setelah berkata demikian, Kabuto langsung menyerang Tsukasa secara membabi buta. Tsukasa hanya meliuk-liukkan badannya untuk menghindari serangan yang dilancarkan Kabuto. Di sela-sela menghindari serangan, ia memasang sebuah driver belt di pinggangnya.

Ia membuka slot driver miliknya, mengambil sebuah kartu dari senjata yang bernama Ride booker miliknya, dan mengarahkan kartu itu ke arah Kabuto. "Henshin," ujarnya sambil langsung memasukkan kartu itu ke dalam slot drivernya.

[Kamen Rider]

Setelah terdengar sebuah suara mekanik itu, ia pun langsung menutup slot driver miliknya.

[Decade]

Sebuah hologram berbentuk barcode muncul bersamaan dengan sembilan bayangan samar berwarna abu-abu di sisi kanan-kirinya hingga membentuk sebuah lingkaran. Kemudian, kesembilan bayangan itu menyatu dengan tubuh pria itu hingga ia terbalut sebuah armor berwarna abu-abu dengan garis-garis outline berwarna hitam putih.

Setelah hologram berbentuk barcode itu menyatu dengan helm armor pemuda itu, warna armor itu langsung berubah menjadi magenta dengan visor helmnya berwarna hijau. Ia langsung mengubah ride booker miliknya menjadi pedang dan menyerang Kabuto.

Serangan demi serangan masing-masing dilesatkan oleh kedua orang itu. Suara dentingan pedang terus-menerus terdengar. Namun, tampaknya Kabuto mulai terlihat kelelahan. Tsukasa tidak menyia-nyiakan kesempatan itu dan langsung menebas Kabuto dalam-dalam. Sebuah retakan muncul dari armor milik Kabuto.

Tsukasa kemudian menjaga jaraknya dengan Kabuto. "Seorang siluman harus dilawan dengan kekuatan siluman juga," ujarnya sambil mengambil sebuah kartu dari dek miliknya. Pada kartu itu, terlihat gambar sosok rider yang memiliki bentuk layaknya Oni. Tsukasa membuka slot driver miliknya dan langsung memasukkan kartu itu.

[Kamen Rider]

[Hibiki]

Setelah menutup slot driver sabuk miliknya, suara mekanik terdengar dari sabuk itu. Kemudian, tubuh Tsukasa dibaluti oleh api berwarna keunguan. Ia pun mengibaskan tangannya dan tampaklah sosoknya yang dibaluti suit armor berbentuk layaknya Oni. Ia pun menarik dua buah senjata berbentuk stik drum dari balik punggungnya dan kembali menyerang Kabuto.

Kabuto terus mencoba untuk menahan serangan yang dilancarkan Tsukasa. Namun api yang dihasilkan dari serangan Tsukasa cukup berefek fatal bagi kekuatannya. Setelah sebuah pukulan keras dilancarkan oleh Tsukasa, Kabuto hanya bisa jatuh tersungkur. Armor miliknya sudah mengalami kerusakan disana-sini.

"Waktunya penghabisan." Tsukasa mengambil sebuah kartu lagi dari ride booker miliknya. Ia langsung membuka slot driver di sabuknya dan memasukkan kartu itu.

[Final Attack Ride]

[H-H-Hibiki]

Kemudian, muncul semacam alat yang berbentuk seperti Taiko atau drum yang mengarah ke perut Kabuto. Setelah alat itu menempel di perut Kabuto, muncul hologram yang memiliki bentuk sama seperti alat yang menempel itu. Tsukasa membawa kedua senjata berbentuk stik itu dan mulai menabuh hologram itu.

Tabuhan demi tabuhannya membentuk irama yang biasa terjadi di festival-festival macam Hanabi atau lainnya, namun irama yang dilakukan oleh Tsukasa bersifat menghancurkan. Tak lama setelah Tsukasa memberikan pukulan terakhir, Kabuto pun meledak dan lenyap menuju kehampaan.

Setelah merasa bahwa Kabuto telah benar-benar mati, Tsukasa mulai mengecek ke arah klan Shiba. Di perjalanannya menuju kediaman klan Shiba, ia menemukan Hikoma yang telah tergeletak bersimbah darah. Di dekatnya, terlihat ada Sushi Changer dan Sushi Disk tergeletak di sampingnya. Tsukasa mengambil Sushi Changer dan Sushi Disk itu serta mencoba untuk mengecek keadaan Hikoma, namun Hikoma sudah tidak bernafas.

Ia kembali mencoba menelusuri tempat itu, tapi ia tidak menemukan tanda-tanda keberadaan yang lain. Bahkan jasad Mako tidak terlihat di sekitar situ. Tsukasa hanya menemukan Shodophone yang ia duga merupakan milik Mako. Setelah berbagai pertimbangan, akhirnya ia memutuskan untuk menghancurkan Shodophone milik Mako dan kembali melanjutkan perjalanannya menuju ke Kediaman Klan Shiba.

Sesampainya di sana, yang ada hanya reruntuhan dan mayat di mana-mana. Tembok yang biasanya berdiri kokoh, kini telah rubuh. Pedang-pedang menancap di mana-mana. Pelataran yang biasa digunakan untuk melatih para samurai muda, kini hanya berisikan darah dan mayat samurai yang berjuang untuk mempertahankan kehormatan klan mereka.

Di saat ia tengah menelusuri tempat itu, ia menemukan jasad Takeru yang terkelungkup. Tangan kirinya memegang pedang Shinkenmaru kebanggaannya yang telah patah menjadi dua, sedangkan tangan kanannya memegang Shodophone miliknya. Tsukasa berlutut untuk mengambil Shodophone itu.

"Sepertinya ini bisa kuberikan kepada putramu di saat ia mulai belajar menggunakan Mojikara, Takeru," ujar Tsukasa sambil perlahan berdiri. Ketika ia memandang ke sekeliling, ia berkata, "Kisah Shinkenger di dunia ini sudah mencapai akhir, namun kisah Klan Shiba baru saja memasuki babak baru."

Ia pun mengeluarkan sebuah kartu dari balik jubahnya sambil berkata, "Mari kita lihat cerita apa yang bisa kau perlihatkan kepadaku, Maelstrom ketiga." Tak lama setelah itu, kartu yang ia pegang bersinar dan menunjukkan sebuah lambang berbentuk pedang mata dua berwarna emas.


.

Bersambung

.


Hai semuanya, kembali lagi bersama saya, FI. Antonio no Emperor. Sudah agak lama saya tidak mengupdate fic saya, tapi saat ini saya kembali dengan ide cerita baru. Bisa dibilang jika mengikuti alur The Fate : Prologue, ini adalah perjalanan ketiga Kadoya Tsukasa untuk mencari kekuatan dari ketujuh Maelstrom atau Naruto.

Sebenarnya chapter berikutnya dari Maelstrom and The Order of Elemental sudah dalam proses penggarapan, namun saya memutuskan untuk sedikit menundanya dikarenakan ada bagian yang sedikit berhubungan antara fic ini dengan chapter berikutnya dari Maelstrom and The Order of Elemental.

Pada fic kali ini, saya ingin membuat cerita yang mungkin akan sarat dengan emosi untuk membangun karakter Naruto sebagai seorang samurai. Entah melalui percakapan atau melalui narasi yang saya tuliskan. Fic ini juga terinspirasi dari fic berjudul THE MOST STRONGEST SUPERNOVA karya KevinChrisz.

Dan beberapa bagian dari fic ini, saya ambil juga dari serial Samurai Sentai Shinkenger yang diproduksi oleh Toei Production. Mungkin bagi pembaca yang belum terlalu mengenal tentang segala hal yang saya tulis di fic ini, bisa dimulai dengan menonton serial itu terlebih dahulu.

Mungkin itu saja dari saya, semoga fic baru saya ini dapat memuaskan para pembaca sekalian.

Akhir kata, sampai jumpa di fic selanjutnya.