∞ SAY SOMETHING ∞
Timeline:
Tahun ke-7 setelah perang usai.
Warning : Newbie Author, Sebagian OOC, Typo(s), Absurd, Whatever (-_-)
Disclaimer : J.K Rowling
The Story Owned By Me
-o0o-
Prolog
Perang telah usai. Seluruh pihak yang sempat menjadi pengikut Pangeran Kegelapan pun kini berakhir mendekam dibalik dinginnya dinding Azkaban dan ada juga beberapa pengikut—mantan pengikut yang diberikan keringanan karena sempat membantu pihak Harry Potter. Contohnya saja keluarga Malfoy.
Narcissa Malfoy memang pernah menolong Harry saat Voldemort menanyakan keadaannya setelah mereka berduel di Hutan Terlarang yang dijawab Narcissa dengan anggukan dan berkata kalau Harry sudah mati. Namun Lucius Malfoy tetap harus disidang dan diberhentikan dari kementerian karena beberapa alasan tertentu dan Hukum tetap harus diikuti. Sementara anak mereka…
"Mr. Malfoy? Bisakah kau menjelaskan apa yang baru saja ku katakan?" Sepertinya pertanyaan Profesor Slughorn membuyarkan lamunan keturunan Malfoy itu karena ia sedikit tersentak dari duduknya hingga ia menjatuhkan pena bulunya. Ia pun sedikit tergagap ketika mencoba menjawab pertanyaan itu karena ia sama sekali tidak mendengarkan penjelasan sang Profesor.
"Emm…"
"Ya?" Profesor Slughorn masih menunggu jawaban darinya sampai pandangannya teralihkan ke gadis berambut cokelat yang sedang mengacungkan tangannya.
"Ya, Ms. Granger?"
"Profesor, apakah kuali anda memang mengeluarkan asap seperti itu?" Profesor Slughorn pun menoleh kearah yang ditujukan murid kesayangannya itu dengan ekspresi yang luar biasa terkejutnya.
"Merlin! Semuanya, tiarap!" Seketika semua murid mengikuti perintah guru mereka dan tak lama kemudian terdengarlah suara ledakan disertai suara pecahan kaca jendela ruang kelas.
"Jangan tanya." Hermione berbisik pelan dan mencegah Harry untuk menanyakan apa yang baru saja terjadi pada kuali Profesor mereka. Profesor Slughorn dan semua murid pun keluar dari persembunyian mereka setelah suara kegaduhan itu reda.
"Well, sepertinya saat ini kelas tidak bisa kita gunakan…" Semuanya memperhatikan kondisi ruangan kelas mereka yang lumayan berantakan setelah insiden kuali meledak tadi. "Kalian silahkan kembali ke asrama masing-masing sampai aku memberikan jadwal ganti kelas hari ini. Emmm…well, kelas dibubarkan." Pemberitahuan itu langsung disambut dengan suka-cita murid-murid tingkat 7 sementara Profesor Slughorn masih mencoba menghalau asap yang keluar dari kualinya. "Ini aneh…" gumamnya.
-o0o-
Chapter 01 : Fallin' in Love?
#Hermione POV
"Blimey! Apakah kalian melihat ekspresi Slughorn? Aku hampir saja tertawa terbahak-bahak kalau saja Hermione tidak memperingati kita, Harry!"
"Kau kira kau saja? Aku juga ingin meledakkan kuali ku saat melihat ekspresi bingungnya."
"Oh, shut up, boys." Aku tergelak sedikit mendengarkan percakapan dua sahabat ku itu. Mereka benar-benar tidak tahu apa yang sebenarnya sedang terjadi.
"Hermione, untung saja saat itu kau memberitahunya, kalau tidak mungkin kita akan menjadi cairan hijau menjijikkan, iyuuwwwhh!"
"Ron!" Aku memukul lengannya dengan buku-buku tebal yang sedang ku pegang membuatnya meringis berlebihan. Harry hanya tertawa saja melihat hal yang sudah biasa seperti ini.
"Hermione kau tidak ikut dengan kami?"
"Aku akan ke perpustakaan sebentar lalu menyusul kalian, kalian duluan saja."
"Kau yakin?" Aku mengangguk pasti menjawab pertanyaan Harry. Mereka berdua pun tersenyum lalu melanjutkan perjalanan mereka menuju Aula Besar setelah ber-sampai-nanti-ria denganku. Aku sendiri mulai melangkah dengan perasaan bahagia menuju perpustakaan. Aku tidak tahu mengapa aku sebahagia ini, yang jelas setelah insiden Kuali Meledak tadi, aku sendiri sebenarnya juga tidak bisa menahan tawa ku. Dan sebenarnya lagi, penyebab kuali meledak itu tadi adalah aku. Entah mengapa aku ingin saja melakukannya, mungkin kalau Ron dan Harry mengetahuinya mereka pasti akan curiga padaku dan menganggap ku sudah gila. Jelas saja aku tidak ingin menunjukkannya di depan mereka. Tapi ya sudahlah, aku tak peduli.
Aku sedang berjalan menyusuri koridor menuju perpustakaan saat mataku bersirobok dengan tatapan pria kurus di depanku. "Malfoy…" gumamku tak jelas. Ia berlalu melewatiku setelah menganggukkan kepalanya dan memasuki perpustakaan. Aku mendengus saat melihat tingkah sok berwibawanya itu.
Setelah perang melawan Pangeran Kegelapan berakhir, anak itu lebih banyak berdiam diri dan enggan untuk berteman dengan siapapun padahal ia sekarang adalah Ketua Murid dan otomatis dia adalah rekanku karena aku Ketua Murid juga. Rasanya perang dalam hidupku belum berakhir karena tingkah-tingkah aneh Malfoy belakangan ini. Mungkin dia seperti itu karena merasa malu karena sebelumnya sempat menjadi pengikut Voldemort, dan mungkin karena kini ayahnya yang dulu menjadi pengikut setia Voldemort telah membelot dan memihak Harry Potter. Bisa ku lihat masih ada tatapan benci dimatanya saat melihat kami-aku-Ron-Harry. Awalnya ia sempat menolak untuk mengulang tahun ke-7 nya di Hogwarts, tapi berkat tawaran jabatan sebagai Ketua Murid itu lah yang mungkin membuatnya kini memilih berada di tahun dimana ia merasa enggan dan terpaksa untuk menjalaninya. Ron selalu berasumsi kalau kembalinya Malfoy ke Hogwarts pasti dikarenakan sesuatu, sesuatu yang kemungkinan besar adalah cerita tentang balas dendam. Ronald Weasley dengan segala asumsi negatifnya. Sementara aku dan Harry tidak pernah mengambil pusing dengan kembalinya Malfoy ke Hogwarts, selama ia tetap menjaga sikapnya dan ingat siapa yang telah menolong nyawanya dan nyawa kedua orang tuanya saat perang kegelapan terjadi.
"He? Kenapa buku ini disini?" Aku menarik salah satu buku yang ku cari dari rak buku yang tinggi dan usang ini. Biasanya buku itu berada di barisan paling atas dan aku harus mencari-cari tangga untuk bisa mengambilnya, tapi kenapa sekarang buku itu berada disini? Maksudku di area yang bisa ku jangkau.
"Ah, mungkin saja ada anak tahun ke-7 lainnya yang meletakkan buku ini secara sembarangan makanya buku ini bisa berada di barisan bawah." Setelah selesai memilah buku mana saja yang ingin ku baca aku pun memilih duduk di pojokkan ruangan yang dekat dengan jendela besar yang langsung menampilkan pemandangan bukit-bukit dan pepohonan asri khas Hogwarts.
Aku mendesah lelah sesaat setelah aku melihat jam yang melilit ditanganku lalu sadar bahwa aku sudah terlalu lama berada di perpustakaan dan melupakan janji ku untuk makan siang bersama Harry dan Ron di Aula Besar. Mau tidak mau aku harus menutup semua buku ku dan berbenah diri, aku memutuskan untuk meminjam buku-buku ini dan membacanya nanti malam saja sebelum patroli malam. Sepintas aku merasakan sekelebat bayangan yang berlalu dibelakang ku saat aku hendak berjalan menuju Aula Besar, tapi karena saat aku menoleh kebelakang aku tidak menemukan apapun maka aku memilih melanjutkan langkahku hingga bisa ku lihat wajah Harry dan Ron yang tengah jengah menanti ku.
"Maaf…" Tandasku langsung sebelum mereka mengomeliku dengan alasan keterlambatanku.
"Semua makanan sudah habis, 'Mione. Dan kalau kau ingin makan kau harus menunggu 1 jam lagi untuk menunggu hidangan makan malam disajikan." Informasi dari Ginny membuatku menyesal karena telah membuat mereka menunggu ku terlalu lama hingga hampir pukul 6 sore seperti ini. "Aku menyisakan beberapa biskuit untuk mu." Lanjut Ginny sambil menyerahkan sebungkus biskuit yang ia sisa kan untukku tadi, aku menerimanya dengan suka cita walau jujur saja saat ini aku memang tidak merasa lapar.
"Aku akan memakannya nanti. Thanks, Gin."
"Hermione, apa dengan membaca buku-buku tebal itu saja kau akan kenyang? Aku tidak habis pikir kenapa kau senang sekali menghabiskan waktu makan siangmu di perpustakaan ketimbang di Aula Besar." Aku hanya meringis saja mendengarkan omelan Ron, aku sama sekali tak berniat membalas omelannya karena apa yang dikatakannya itu memang benar adanya. Aku memang lebih suka menghabiskan waktu makan siangku di perpustakaan ketimbang makan bersama mereka di Aula Besar. Harry sempat berpikir kalau aku berusaha menghindari mereka tapi itu sama sekali tidak mungkin dan untuk apa aku menghindari sahabat-sahabatku? Terkadang aku hanya menjawab kalau aku merasa nyaman diperpustakaan ketimbang mendengarkan ocehan-ocehan disaat makan siang. Entahlah, intinya aku hanya merasa tenang menghabiskan waktu berjam-jam hanya dengan membaca buku yang mungkin sudah berulang kali ku baca di perpustakaan.
Aku memilih kembali ke Asrama Ketua Murid setelah berbincang-bincang sejenak dengan Harry, Ron dan Ginny. Aku tahu pembahasan mereka pasti tidak jauh-jauh dari olahraga kesukaan mereka yang bernama Quidditch itu, aku yang tak begitu tertarik dengan Quidditch hanya perlu menengahi mereka jika terjadi perdebatan antara tim mana yang hebat, seeker mana yang keren serta tampan, dan sapu siapa yang paling banyak asapnya. Ah, entahlah.
"My Nightingale…" Aku mendengus geli saat mengucapkan password menara Ketua Murid. Entah siapa yang mencetuskan password seperti itu, aku harap bukan rekan ku.
Setelah lukisan didepanku itu terbuka secara perlahan aku pun mulai memanjat memasuki ruangan rekreasi ketua murid dan mataku langsung tertuju ke arah meja yang berada di dekat perapian saat melihat asap yang mengepul dari cangkir silver beserta beberapa makanan yang tersaji disebelah cangkir itu di atas nampan kecil. Aku pun menghampiri nampan itu dan membaca sebuah memo yang tertempel di piring biskuit.
"Makanlah…"
Aku mendengus heran setelah membaca memo yang isinya sangat singkat itu. Ini pasti kerjaan Ron, tapi itu tidak mungkin. Aku baru saja bersama mereka tadi. Aku pun duduk di sofa kesayanganku dan mulai meminum cokelat hangat yang tersaji tadi. Siapapun yang membuat minuman ini aku sangat berterima kasih karena cokelat hangat ini setidaknya dapat menenangkan pikiranku yang sedikit lelah. Aku menyesapnya perlahan dan memakan beberapa biskuit sambil melanjutkan kegiatanku membaca buku yang sempat terinterupsi saat diperpustakaan tadi. Setelah setengah jam berlalu aku tak melihat Malfoy memasuki ruangan rekreasi. Apa mungkin ia berada dikamarnya? Aku hanya menelengkan kepalaku dan melanjutkan kegiatanku kembali.
Aku mengerjapkan mataku.
Lagi, aku mengerjapkan mataku untuk menyesuaikan pandangan mataku dengan ruangan sekitarku. Ruangan ini tidak asing dimataku, dan kenapa aku merasa nyaman sekali?
Aku bermonolog ria dengan diriku dan seketika aku langsung tersadar lalu melihat jam tanganku.
"Merlin! Jam 10? 10 malam?!" Aku langsung menyibakkan selimut yang ternyata aku tengah berada dikamar ku sendiri dan aku sudah terlelap beberapa jam hingga melewatkan makan malamku. Aku memakai sepatuku dan sedikit merapikan rambutku. Aku baru saja ingat kalau malam ini aku ada jadwal patroli, Malfoy pasti tengah meracau tak jelas kalau mengetahui aku terlambat berpatroli hanya karena ketiduran. Saat keluar kamar aku tak menemukannya di ruang rekreasi jadi aku memutuskan untuk menggedor pintu kamarnya yang berada diseberang kamarku.
"Malfoy…" tak ada sahutan juga setelah 3 kali aku meneriaki namanya. Aku pun akhirnya membuka pintu kamarnya dan tak mendapatkan apa-apa didalamnya. Maksudku, ia tak ada dikamarnya.
"Mungkin ia sudah berpatroli sendiri." Setelah menutup pintu kamarnya aku pun langsung bergegas keluar asrama ketua murid. Aku hampir saja terjatuh saat melihat sesosok pria kurus tinggi dengan jubah asramanya berdiri tepat membelakangi pintu asrama ketua murid. Ia pun menoleh setelah mendengar kegaduhan yang ku timbulkan. Sebenarnya kekagetan, sih.
"Kaget aku…" Gumamku setelah menyadari siapa sosok itu. Aku membenarkan posisi berdiri ku yang tadinya tengah berpegangan pada pegangan tangga, ia melihat ku tanpa ekspresi dan melangkah begitu saja meninggalkanku yang masih berusaha mengumpulkan nyawa setelah keterkejutan berlebihanku tadi.
"Maaf, aku…ketiduran." Tidak ada sahutan darinya. Ia masih tetap melangkah dengan angkuhnya sementara aku berjalan dibelakangnya merutuki keterlambatanku.
Hening. Hening yang cukup lama. Tak ada percakapan selama patroli berlangsung. Aku pun tak berniat memulai pembicaraan dengannya setelah perbuatan bodohku tadi. Bisa-bisanya aku ketiduran disaat jadwal patroliku dengannya, dia pasti sedang mengumpat tentangku di dalam hatinya.
"Awwhh!" Pikiranku tentang penyesalanku buyar saat aku merasakan kepalaku menabrak sesuatu dan aku menyadarinya setelah aku mendongak dan mendapati Malfoy tengah berhenti berdiam diri menatapku, aku mengalihkan pandanganku kearah sepatu ku yang tiba-tiba terlihat menarik, aku tak berani menatap matanya yang saat ini sedang menatapku seperti aku ini hanyalah seonggok hiasan ruangannya. Tapi memang seperti itulah ia menatap semua orang. Kosong, dingin dan tanpa ekspresi.
"A-ada apa?" Tanyaku tergagap sambil mengelus dahiku yang ternyata tadi menabrak dada bidangnya. Kenapa kepalaku tiba-tiba terasa panas.
Aku memberanikan diri mengangkat kepala ku dan menatapnya karena masih tak ada jawaban juga darinya. Tiba-tiba saja ia berjalan mendekati ku, aku kelabakan.
"Ma-mau apa kau, Malfoy?!" Tanyaku setengah berteriak. Ia menghentikan langkahnya. Kembali menatapku seperti semula.
"Pulang. Kembali ke asrama. Patroli sudah selesai."
Oh.
OH.
Ia menjawab dengan gaya bicaranya yang dingin dan terpotong-potong itu. Aku menghela napas lega dan aku menundukkan kepalaku lagi karena aku merasa malu sempat berpikiran macam-macam dengannya. Belum sempat aku berpikiran jernih aku sudah mencium aroma musk dan mint yang menyegarkan semilir melewati indera penciumanku. Aku baru sadar kalau Malfoy sudah berlalu melewatiku yang masih terdiam dengan tampang bego didepannya.
Aku kembali mengikutinya dalam diam menuju asrama kami. Asrama Ketua Murid, maksudku. Aku merutuki diriku yang bersikap bodoh dan ceroboh seharian ini. Aku tak pernah seperti ini sebelumnya. Apa Ron meletakkan ramuan sesuatu di cokelat hangat darinya tadi sore? Tidak mungkin. Aku menggeleng-gelengkan kepala ku saat aku baru menyadari kalau ternyata kami sudah berada didepan pintu masuk asrama ketua murid. Kemana saja aku dari tadi? Kenapa aku selalu merasa tiba-tiba sudah berada disini, disana dan disitu?
Aku kembali menggelengkan kepalaku.
"Kenapa?" Aku tersentak saat suara berat itu menginterupsi pikiranku yang aneh-aneh.
"Tidak, tidak apa-apa." Jawabku tergesa-gesa dan langsung mengucapkan password pintu masuk. Malfoy mengikutiku di belakang, kami pun berpisah menuju kamar masing-masing masih dengan tanpa suara sedikitpun.
Aku mengehmpaskan tubuh ku di ranjang empukku. Sudah sebulan lebih aku menjadi ketua murid. Seharusnya jabatan ini menyenangkan di masa-masa tahun terakhirku di Hogwarts, tapi begitu aku mengetahui kalau rekan ketua muridku adalah dirinya, Malfoy, aku merasa masa-masa tahun terakhirku akan berakhir membosankan seperti ini.
-o0o-
Atau tidak.
Pagi ini aku sudah dibuat kalang-kabut olehnya. Oleh si Malfoy Pirang pastinya. Ia membuatku berteriak-teriak hanya demi masuk ke kamar mandi.
"Malfoy! Cepatlah!" Aku kembali menggedor pintu kamar mandi untuk yang kesekian kalinya, tapi tak ada sahutan dari dalam. Mungkin saja dia mati. Arghh, aku berharap hal itu benar terjadi.
"Malfoy!" Akhirnya pintu kamar mandi terbuka dan aku segera menggeser tubuhnya yang masih setengah basah itu.
"Lain kali bangunlah lebih awal." Gumamnya setelah aku menutup pintu kamar mandi dengan keras.
"Aku dengar itu, Malfoy!" Teriakku dari dalam kamar mandi. Siapa dia hingga ia berani mengaturku seperti itu? Aku memang sudah bangun lebih awal hanya saja ia juga bangun lebih awal dariku.
Lebih awal 15 menit dariku.
Sial.
Aku tengah mematut diriku didepan cermin besar dikamarku hingga tiba-tiba suara ketukkan dipintu kamarku membuat jariku terjepit pita rambutku.
Well, aku mengenakan pita. Atas permintaan Ron. Ia ingin aku terlihat "normal" seperti gadis-gadis lain pada umumnya. Aku sempat mendengus sebal saat ia berkata seperti itu, memangnya aku selama ini tidak normal, apa? Tapi aku tetap menerima hadiah pita ini darinya dan sekarang aku mengenakannya. Entahlah, jangan komentar apapun lagi.
"Ada ap—" Aku tidak meneruskan kalimatku karena aku tidak menemukan siapapun di depan pintu kamarku. Hanya sebuah nampan yang kembali terisi dengan beberapa biskuit dan cokelat hangat. Apa mungkin Ron lagi yang membuatkanku hal-hal seperti ini? Tapi ini masih terlalu pagi baginya untuk bangun dan menyiapkan hal tidak penting seperti ini untukku.
Bagiku mungkin tidak penting, tapi bagi Ron mungkin ini penting. Ia berulang kali mencoba mencari perhatianku. Aku tahu ia memiliki rasa juga terhadapku setelah perang berakhir. Bahkan kami sempat berciuman saat mencoba menghancurkan salah satu Horcrux di kamar rahasia. Tapi aku hanya menganggapnya sebagai "Salah Satu Gejolak Asmara Kawula Muda". Aku tidak pernah menganggap pusing kejadian-kejadian yang telah kami berdua lalui selama ini, tapi tidak dengan Ron. Ia menganggap serius semua hal yang telah kami lalui bersama selama ini. Aku sudah menjelaskan bagaimana perasaanku terhadapnya, tapi Ron tetap bersikeras akan menunggu ku. Menunggu perasaan itu muncul dengan sendirinya. Yang bagiku itu adalah hal yang tidak mungkin. Aku menghela napasku berat dan mengambil nampan yang berisi sarapan pagi itu.
-o0o-
Aku tidak menemukan Malfoy saat hendak berangkat ke kelas pertama, aku berpikir mungkin dia sudah berangkat duluan dan malas kembali berdebat denganku. Dan benar saja, ia sudah duduk dengan tenangnya di kelas yang kini ku masuki juga. Hari ini kelas Ramalan diisi oleh keempat asrama, jadi ruangan agak sedikit sesak dan ramai. Sebenarnya aku malas mengambil kelas ini, tapi aku tak mau nilai ku rusak hanya karena 1 mata pelajaran ini. Jadi dengan terpaksa aku mengikutinya juga.
Entah mengapa saat ini aku merasa Malfoy sedang menatapku. Pandangan kami langsung bertemu saat aku merasakan matanya yang menatapku seolah mengintimidasiku. Ia masih tidak berusaha mengalihkan pandangannya dari ku sampai Profesor Trelawney berdeham dan memulai pelajaran pagi ini. Aku pun kembali fokus mendengarkan penjelasan Profesor.
"Aku merasakan sesuatu yang indah sedang terjadi diruangan ini…" Semua murid mendengus geli mendengarkan kalimat yang diucapkan guru ramalan nan eksentrik itu.
"Mungkin, Longbottom sudah mendapatkan celananya yang hilang!" Celetuk salah seorang murid yang ku yakini berasal dari anak-anak Slytherin.
"Bukan. Bukan itu!" Sanggah Profesor Trelawney. "Tapi hal ini juga terlihat begitu menyedihkan…" Lanjutnya lagi yang tampaknya kata Ron kalau Profesor Trelawney sedang kerasukan arwah toilet itu. Saat aku sedang berusaha menahan tawa geli ku tiba-tiba Profesor Trelawney sudah berdiri didepanku dengan tangan yang mencoba menyentuh wajahku.
"Kau…" aku terdiam saat ia menunjukku. "Jatuh cinta, heh?" Mataku serasa mau keluar dari tempatnya.
Apa-apaan ini?
"Kau bersinar terang seperti bintang tapi lalu kau menghilang. Jangan berharap terlalu tinggi. Kau merasa begitu percaya diri, merasa hebat lalu kau akan benar-benar dihancur-leburkan oleh sesuatu yang teramat bodoh."
Jatuh cinta?
Berharap?
Berharap apa?
Hancur-lebur?
Merlin!
Kelas macam apa ini?!
Aku masih bertanya-tanya pada diriku sendiri sampai seluruh kelas tertawa nyaring dan sebagian berbisik-bisik ria, yang membuat Profesor Trelawney tersadar dari masa trans nya. Ah, dari masa kerasukannya.
"Maaf, apa aku mengatakan sesuatu?"
Ia bertanya dengan tampang polosnya dan berhasil membuatku merasa ingin meng-Avada Kadavra-nya.
"Entahlah…" aku merapikan peralatan tulisku dan langsung keluar dari kelas aneh itu. Aku merasa déjà vu. Dan aku baru ingat kalau aku pernah melakukan hal seperti ini juga ditahun ketiga ku. Dan aku merasa dipermalukan, untuk yang kedua kalinya.
-TBC-
Mind to RnR?
I'm sorry, I'm newbie here.
Let me know what you think so I can continue this story or not. Thank you :)
